Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN

KETERBELAKANGAN BUDAYA DAN SARANA KEHIDUPAN DALAM


PERMASALAHAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:

Dra. Wirdatul Aini, M.Pd.

Disusun Oleh:

Salsa Billa Jannah (23075108)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA KELUARGA

FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kita
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, dan
hidayah-Nya kepada kita, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
“Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan dalam Permasalahan Pendidikan”.

Makalah ilmiah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua
itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata, saya berharap semoga makalah ilmiah tentang “Keterbelakangan Budaya
dan Sarana Kehidupan dalam Permasalahan Pendidikan” ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap orang yang membaca makalah ini.

Padang, 17 Desember 2023

Salsa Billa Jannah

2
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………….…1

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….…………..2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….4

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………….4


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………....4
1.3 Tujuan Masalah……………………………………………………………………………5

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………....…………..6

2.1 Pengertian Keterbelakangan Budaya………………………………….…....……...……...6

2.2 Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan dalam Permasalahan Pendidikan….......6

2.3 Upaya Mengatasi Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan dalam Permasalahan
Pendidikan…………………………………..….………………….………………………......7

BAB III PENUTUP…….…….…….…...….…………………....……………....…………...9

3.1 Kesimpulan……………………………………………….…………………….......……...9

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..10

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan secara umum adalah proses pembelajaran memberikan suatu


pemahaman, pengalaman belajar bagi siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memahami konsep yang utuh sehingga siswa mampu berpikir lebih kritis. Menurut
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”

Di setiap negara pendidikan merupakan dasar yang tepat untuk meningkatkan


sumber daya manusia . Tingkat kemajuan setiap negara dapat dilihat dari tinggi atau
rendahnya sumber daya manusia yang ada pada setiap negara dan sumber daya manusia
sendiri tergantung dari tinggi atau rendahnya kualitas dan kuantitas pendidikan pada
setiap negara. Negara Indonesia menjunjung tinggi kehidupan yang berwawasan luas,
disiplin, beriman, dan bertaqwa dan bertanggung jawab dalam meningkatkan mutu
sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan. Dalam UU
No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal 1 dinyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu keterbelakangan budaya?
2. Apa saja masalah keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan dalam permasalahan
pendidikan?

4
3. Apa upaya yang dapat dilakukan untuk permasalahan tersebut?

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan dari makal ini
adalah untuk mengetahui “apa saja keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan dalam
permasalahan pendidikan”.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keterbelakangan Budaya

Keterbelakangan budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh sekelompok


masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu
budaya. Kebudayaannya dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik. Terlepas dari
kenyataan apakah kebudayaannya tersebut tradisional atau sudah ketinggalan zaman. Karena
itu penilaian dari masyarakat luar itu dianggap subjektif. Semestinya masyarakat luar bukan
harus menilainya hanya melihat bagaimana kesesuaian kebudayaan tersebut dengan tuntutan
zaman. Dan bukankah pendidikan mempunyai misi sebagai transformasi budaya (dalam hal
ini adalah kebudayaan nasional). Sebab sebagai sistem pendidikan yang tangguh adalah yang
bertumpu pada intinya sehingga tidak pernah ketinggalan zaman. Jika sistem pendidikan
dapat menggapai.

2.2 Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan dalam Permasalahan Pendidikan

Budaya dan sarana kehidupan menjadi salah satu faktor penyebab permasalahan
pendidikan di Indonesia. Keterbelakangan budaya dan sarana pendidikan menimbulkan
berbagai permasalahan pendidikan. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan memiliki
dampak yang signifikan dalam permasalahan pendidikan. Keterbatasan akses terhadap
pendidikan karena faktor budaya lokal yang mempengaruhi persepsi terhadap pendidikan
atau kurangnya infrastruktur pendukung, seperti sarana belajar yang memadai, dapat menjadi
hambatan utama. Hal ini dapat menciptakan kesenjangan dalam kualitas dan kesetaraan akses
pendidikan antarwilayah atau kelompok sosial. Penting untuk memahami dan menangani
tantangan ini agar pendidikan dapat lebih merata dan inklusif bagi semua. Contoh
keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan dalam permasalahan pendidikan, sebagai
berikut;

 Keterbatasan akses terhadap teknologi: Di beberapa daerah, terutama


pedesaan atau wilayah terpencil, ketersediaan akses internet dan teknologi
menjadi terbatas. Ini dapat menghambat siswa untuk mengakses sumber
belajar digital atau informasi yang penting untuk pendidikan modern.

6
 Tradisi yang menghambat pendidikan anak perempuan: Beberapa budaya
masih memiliki norma yang menekankan peran tradisional gender,
mengurangi peluang pendidikan bagi anak perempuan. Mereka mungkin
diharapkan untuk berperan dalam pekerjaan rumah tangga daripada fokus pada
pendidikan formal.
 Kurangnya fasilitas pendidikan: Sekolah di daerah tertentu mungkin
kekurangan fasilitas dasar seperti ruang kelas yang layak, buku teks, atau
bahkan guru yang berkualitas. Hal ini dapat menghambat proses belajar
mengajar secara keseluruhan.
 Ketidakmampuan menyediakan pendidikan inklusif: Budaya yang tidak
mendukung inklusi sosial dapat menyebabkan anak-anak dengan kebutuhan
khusus diabaikan dalam sistem pendidikan, mengurangi akses mereka
terhadap pendidikan yang layak.

Selain itu ada juga permasalahan lain, seperti;

Nilai-nilai budaya yang berlawanan dengan pendidikan formal, beberapa budaya


mungkin memiliki nilai-nilai yang berbeda dengan apa yang diajarkan dalam sistem
pendidikan formal. Misalnya, jika sebuah budaya menekankan pernikahan pada usia muda,
hal ini dapat mengakibatkan dropout sekolah untuk menikah di usia yang belum sesuai
dengan standar pendidikan formal.

Bahasa dan kebudayaan sebagai penghalang, ketika bahasa atau kebudayaan yang
berbeda digunakan dalam pengajaran, ini dapat menjadi hambatan bagi siswa untuk
memahami materi pelajaran secara efektif. Misalnya, kurangnya materi pembelajaran dalam
bahasa lokal dapat menghambat pemahaman siswa.

2.3 Upaya Mengatasi Keterbelakangan Dudaya dan Sarana Kehidupan dalam


Permasalahan Pendidikan

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keterbelakangan budaya dan sarana
kehidupan dalam permasalahan pendidikan:

7
 Peningkatan Akses Teknologi: Inisiatif untuk menyediakan akses internet yang lebih
baik di daerah pedesaan dan menyediakan perangkat teknologi seperti laptop atau
tablet bagi siswa yang membutuhkannya.
 Pengembangan Program Pendidikan Inklusif: Membangun program pendidikan
yang inklusif untuk siswa dengan kebutuhan khusus serta memastikan bahwa setiap
anak memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang
berkualitas.
 Pelatihan dan Peningkatan Kesadaran Budaya: Melalui pelatihan dan kampanye
kesadaran, mengubah pandangan budaya yang mungkin menghambat akses
pendidikan, terutama yang berkaitan dengan gender atau tradisi lokal yang
menghambat pendidikan.
 Investasi Infrastruktur Pendidikan: Meningkatkan investasi dalam infrastruktur
pendidikan seperti pembangunan sekolah yang layak, perpustakaan, serta penyediaan
sumber daya pendidikan yang memadai.
 Kolaborasi antara Pemerintah dan Swasta: Kerja sama antara sektor publik dan
swasta dapat memperluas akses pendidikan dengan menyediakan dana, teknologi,
atau program-program pendidikan yang inovatif.
 Pengembangan Model Pembelajaran Alternatif: Menyediakan model pembelajaran
alternatif seperti pendidikan jarak jauh atau pembelajaran berbasis komunitas untuk
memungkinkan akses pendidikan yang lebih luas.

Selain itu ada juga upaya lain yang dapat dilakukan, sebagai berikut;

 Penguatan Kurikulum: Menyertakan konten-konten multikultural dalam kurikulum,


mengadakan kegiatan yang mempromosikan apresiasi terhadap budaya lokal dan
global.
 Pelatihan Guru: Memberikan pelatihan kepada guru agar mampu mengintegrasikan
nilai-nilai budaya dalam pembelajaran, serta memahami perbedaan budaya siswa
untuk pendekatan yang lebih inklusif.
 Kerja sama dengan Komunitas: Menggandeng komunitas lokal untuk
memperkenalkan dan mempromosikan kegiatan budaya di sekolah.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan sebagai Transformasi Budaya: Pendidikan memiliki peran
penting sebagai agen transformasi budaya, termasuk kebudayaan nasional. Sistem
pendidikan yang efektif adalah yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman dan mampu mengintegrasikan nilai-nilai lokal dengan perkembangan
global.
Permasalahan Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan dalam
Pendidikan: Faktor keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan memiliki
dampak signifikan dalam permasalahan pendidikan. Akses terbatas terhadap
teknologi, tradisi yang menghambat pendidikan anak perempuan, kurangnya
fasilitas, serta ketidakmampuan menyediakan pendidikan inklusif menjadi
permasalahan utama.

9
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, A. (2020). The Digital Divide in Rural Education: Challenges and Opportunities.
International Journal of Educational Technology, 12(3), 45-58.

Banks, J. A. (2008). Diversity, Group Identity, and Citizenship Education in a Global Age.
Educational Researcher, 37(3), 129–139.

UNESCO. (2017). Education for All 2000-2015: Achievements and Challenges. UNESCO
Publishing.

Warschauer, M. (2007). The Paradoxical Future of Digital Learning. Learning Inquiry, 1(1),
41–49.

Diten Dikti, Depdikbud. 1992. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Depdikbud

10

Anda mungkin juga menyukai