Anda di halaman 1dari 22

TELAAH KURIKULUM

( Dosen Pengampuh : Ibu Etriana Meirista,S.Pd.,M.Si )

DISUSUN OLEH :

RIDHATUL MAS’ULA

(202084202006)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS MUSAMUS

MERAUKE

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya serta kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan tugas “Telaah Kurikulum”
ini tepat pada waktunya. Tugas ini disusun guna memenuhi penilaian pada mata kuliah
Matematika SMA di Universitas Musamus Merauke. Selain itu, saya juga berharap agar tugas
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca terkait kurikulum yang ada di
Indonesia.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan tugas ini.

Saya menyadari bahwa pemaparan telaah kurikulum ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan tugas
Telaah Kurikulum ini.

Merauke, 10 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................................4
BAB II……………………………………………………………………………………………………………………………………………………7

PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………………………………………….……...7

Perjalanan Kurikulum Diindonesia……………………………………………………………………………………………..………7

1. Kurikulum 1984……………………….………………………………………………………………………………………………..……7

2. Kurikulum 1994……………………………………………………………………………………………………………….…………. 10

3. Kurikulum 2004………………………………………………………………………………………………………………………….. 15

4. Kurikulum 2006……………………………………………………………………………………………………………………..…….17

5. Kurikulum 2013………………………………………………………………………………………………………………………..….20

BAB III……………………………………………………………………………………………………………………………………………….…20

PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………………………………….20

A. KE SIMPULAN..............................................................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah suatu upaya sosial budaya manusia yang paling


tua. Ketika manusia berkembang, memiliki keturunan dan memiliki keinginan
agar keturunan tersebut memiliki apa yang sudah dimiliki manusia tersebut
maka terjadilah proses komunikasi dan proses pendidikan. Dalam komunikasi
tersebut, segala aspek kehidupan (budaya, sosial, teknologi, kepercayaan,
ilmu, cara berfikir, cara bersikap, cara bertindak, cara berbicara) diwariskan
ke keturunan tersebut. Dengan demikian, keturunan yang dihasilkan tidak saja
memiliki berbagai warisan dari aspek fisik tetapi juga aspek intelektual,
emosional, sikap, nurani, dan ketrampilan. Melalui pendidikan terjadi proses
pewarisan dan orang tua merasa yakin bahwa anaknya dapat melanjutkan
kehidupan keluarga dan masyarakat yakin bahwa anggota barunya dapat
meneruskan keberlangsungan hidup kelompoknya. Ketika masyarakat
tersebut berkembang menjadi bangsa maka bangsa itu yakin pula bahwa
melalui pendidikan generasi keturunan itu dapat meneruskan kehidupan
bangsa. Pikiran dasar bahwa pendidikan adalah suatu upaya pewarisan masih
terus berkembang dan dianut sampai hari ini. Tentu saja pikiran ini dibungkus
dengan istilah teknis filosofis pendidikan dan masih memiki relevansi untuk
bisa dipertahankan sampai hari ini. Ini adalah suatu keniscayaan karena suatu
bangsa yang hidup pada masa kini harus mengenal apa yang telah dimilikinya
di masa lalu dan memahami apa yang dimilikinya di masa kini. Pewarisan
masa lalu menjadi salah satu tujuan pendidikan terlebih dalam pendidikan
sejarah. Semakin lama kehidupan di masyarakat semakin kompleks.
Masyarakat berkembang ke arah yang lebih kompleks. Banyak hal baru yang
diperlukan masyarakat dan diperlukan untuk hidup dalam masyarakat tidak
lagi seluruhnya dikuasai oleh sebuah keluarga. Banyak pengetahuan, perilaku,
sikap, ketrampilan baru yang diperlukan masyarakat yang tidak dapat diajar
oleh ayah, ibu, paman, bibi atau nenek dan kakeknya kepada keturunannya.

4
Mereka sudah tidak lagi mampu mempersiapkan keturunannya untuk
berbagai kemampuan yang diperlukan masyarakat.

Sementara itu di masyarakat muncul anggota yang memiliki


kemampuan diatas rata-rata anggota masyarakat lainnya. Mereka sangat
menonjol dalam wawasan, pengetahuan, kearifan, dan ketrampilan.
Kemampuan mereka mendapatkan pengakuan dari anggota masyarakat dan
apa yang mereka miliki dianggap berguna dan diperlukan oleh masyarakat.
Orang atau kelompok ini kemudian dijadikan pemimpin di masyarakat dan
ada juga yang dijadikan sebagai pemimpin dalam bidang yang sangat khusus
seperti ilmu, ketrampilan, sikap, dan kemudian disebut dengan “guru”.
Lahirlah lembaga-lembaga pendidikan dimasyarakat dan keluarga
mengirimkan keturunan ke lembaga-lembaga tersebut untuk mendapatkan apa
yang diperlukan bagi kehidupan keturunan tersebut dimasa mendatang dari
guru-guru tadi. Terjadi juga perubahan dalam pendidikan. Pendidikan tidak
lagi berfungsi untuk mentransfer apa yang sudah dimiliki masyarakat, proses
sosialisasi untuk dapat hidup di masyarakat, tetapi juga untuk mempersiapkan
generasi muda untuk kehidupan masa kini dan masa yang akan datang.
Kehidupan generasi muda dimasyarakat masa mendatang terdiri dari berbagai
kualitas yang diperlukan yaitu suatu pribadi yang baik dan mampu
mengembangkan kehidupan dirinya, keluarganya, masyarakatnya, bangsanya
dan bahkan umat manusia. Tentu saja peran yang diharapkan dari seorang
atau sekelompok generasi muda tersebut tidak semuanya sama tetapi sangat
dipengaruhi oleh kedudukan dan peran yangdiperkirakan akan dijabat oleh
seseorang atau sekelompok orang tersebut. Konsekuensinya, terjadi
penjenjangan dalam pendidikan dan setiap jenjang pendidikan itu didesain
untuk kedudukan tertentu seseorang dalam masyarakat. Peran yang mungkin
dijabatnya adalah sebagai anggota umum masyarakat atau tokoh khusus di
suatu bidang dan jenjang seperti dalam agama, politik, ekonomi,sosial,
budaya, seni, teknologi, ilmu, dan sebagainya. Kurikulum adalah unsur
penting pada setiap lembaga pendidikan. Secara fisik, kurikulum dapat
berbentuk suatu dokumen berisikan berbagai komponen seperti pikiran
tentang pendidikan, tujuan yang akan dicapai oleh kurikulum tersebut, konten

5
yang dirancang dan harus dikuasai peserta didik untuk menguasai tujuan,
proses yang dirancang untuk menguasai konten, evaluasi yang dirancang
untuk mengetahui penguasaan kemampuan yang dinyatakan dalam tujuan,
serta komponen lainnya. Secara fisik, kurikulum dapat juga berbentuk proses
pembelajaran yang dilakukan peserta didik dan guru di sekolah sehingga
dapat diamati baik secara langsung mau pun melalui alat perekam tertentu.
Secara hakiki, kurikulum adalah jantung suatu proses pendidikan berkenaan
dengan unsur-unsur fisik yang terlibat dalam proses pendidikan dan unsur-
unsur non fisik seperti proses berfikir, proses penyimpanan informasi, proses
pembentukan sikap, proses internalisasi atau pun proses pembentukan habit
yang hanya dapat diketahui melalui suatu prosedur dan alat tertentu yang
diyakini mewakili hal-hal tersebut.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perjalanan Kurikulum Pendidikan Indonesia


Pendidikan bukan lagi merupakan kata asing, semua golongan secara
sosial dalam masyarakat kita sudah biasa mendengar hal ini. Pendidikan
identik dengan pergi ke sekolah, duduk diam dan diasumsikan sebagai orang-
orang pandai yang mengenyam pendidikan. Namun nyatanya pendidikan tidak
sesempit hanya terjadi ketika kita duduk dibangku sekolah. Pendidikan bahkan
sudah dimulai ketika kita masih dalam janin, yakni saat orang tua kita
mengajak bicara, memperdengarkan musik, dan lain sebagainya. Saat ini kata
pendidikan memang semakin sempit. Pendidikan seperti hanya bisa terjadi di
bangku sekolah. Saking rumitnya, kita sering menemukan kebingungan dalam
sistem pendidikan terutama kurikulum. Adapun Indonesia pernah mengalami
beberapa kali perubahan kurikulum dalam sistem pendidikannya.
Berikut adalah kurikulum-kurikulum yang pernah ada di Indonesia :
1. Kurikulum CBSA (1984)
Kurikulum ini merupakan penyempurna dari kurikulum 1975.
Kurikulum 1984 banyak dipengaruhi oleh aliran Humanistik, yang
memandang anak didik sebagai individu yang dapat dan mau aktif mencari
sendiri, menjelajah, dan meneliti lingkungannya. Pada kurikulum ini posisi
siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Tokoh penting dibalik lahirnya
kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat
Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta
(Universitas Negeri Jakarta). Konsep CBSA yang baik secara teoretis dan
bagus hasilnya disekolah-sekolah yang di uji cobakan, mengalami banyak
penyimpangan dan kekurangan saat diterapkan secara nasional.
Pendekatan CBSA menitik beratkan pada keaktifan siswa yang
merupakan inti dari kegiatan belajar yang diwujudkan dalam berbagai

7
bentuk kegiatan seperti mendengarkan, berdiskusi dan sebagainya.
Pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi
pelajaran sesuai dengan tingkat dan jenjang pendidikan. Menanamkan
pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Materi disajikan
berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. melalui pendekatan
konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan
pendekatan induktif.

Kurikulum 1984 menggunakan pendekatan proses, disamping tetap


menggunakan orientasi pada tujuan. Metode pembelajaran menggunakan
konsep CBSA atau dengan kata lain siswa menjadi subjek dalam
pembelajaran karena siswa diberikan kesempatan untuk aktif secara fisik,
mental, intelektual dan emosional.
a. Kelebihan Kurikulum 1984
- Kurikulum ini memuat materi dan metode yang disebut secara
rinci, sehingga guru dan siswa mudah untuk melaksanakannya.
- Kualitas interaksi antara siswa sangat tinggi, baik intelektual
maupun sosial.
- Siswa bisa lebih berani dalam memberikan pendapat.
- Siswa dapat belajar dari pengalaman langsung
- Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar lebih tinggi dan
ditunjukan dalam peningkatan diri dalam melaksanakan tugas.
b. Kelemahan Kurikulum 1984
- Ketergantungan guru dan siswa pada suatu buku teks dan metode
yang disebut secara rinci, sehingga guru dan siswa tidak kreatif
untuk menentukan metode serta sumber belajar lain.
- Dapat didominasi oleh seorang atau beberapa siswa saja karena
dapat membuat siswa yang pandai semakin pandai dan siswa yang
lambat menjadi semakin lambat.
- Guru kurang berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

8
c. Model Pembelajaran Matematika Pada Kurikulum 1984
Pembaharuan kurikulum 1975 menjadi kurikulum 1984 tidak
memberikan perubahan besar pada pembelajaran matematika dari segi
materi dan cara pembelajaran. Perubahan yang terlihat adalah
masuknya materi komputer ke dalam kurikulum matematika.
dimasukannya materi komputer ke dalam kurikulum matematika
sekolah merupakan suatu langkah maju. Hal ini dapat difahami, karena
penggunaan alat-alat canggih seperti komputer dan kalkulator dapat
memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan eksplorasi dalam
proses belajar matematika mereka baik dengan menggunakan pola-
pola bilangan maupun grafik. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi mulai diadaptasikan dan dimanfaatkan sebagai alat bantu
dalam membelajarkan matematika.

d. Contoh RPP

9
2. Kurikulum 1994
Kegiatan belajar siswa cenderung di dalam kelas. Proses
pembelajaran bersifat klasikal dengan tujuan agar siswa mengusai
materi pelajaran dengan baik. Guru dianggap sebagai pusat dari
pembelajaran, karena guru menyampaikan materi hanya menggunakan
satu metode saja, yaitu metode ceramah. Oleh karena itu guru
dianggap sebagai pusat pembelajaran. Serta guru mengajar dikelas
hanya mengejar target berupa materi yang harus dikuasai dan
berorientasi kognitif.
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses
pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi
pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan
(isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena berkesesuaian suasan pendidikan
di LPTK (lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun lebih
mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya, pada
saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut
mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa
materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa,
sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan
mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum
1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada
sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari
sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang
pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat
memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi
pelajaran cukup banyak. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang
memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh
Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang
khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Dalam pelaksanaan

10
kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan
sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal
yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka,
dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan
dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir
siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran
yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang
menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari
hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal
yang komplek. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit
perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa. Banyak
masalah yang terjadi saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum
1994. Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk
menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu upaya
penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994.
Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan
prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu penyempurnaan kurikulum
secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan
kebutuhan masyarakat.
Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan
proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban
belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana
pendukungnya. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk
memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian
dengan tingkat perkembangan siswa. Penyempurnaan kurikulum
mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti tujuan materi,
pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku pelajaran.
Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam

11
mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku
pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di
sekolah. Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan
menengah dilaksanakan bertahap, yaitu tahap penyempurnaan jangka
pendek dan penyempurnaan jangka panjang. Pada kurikulum tahun
1994 model administratif disebut dengan model garis staff atas ke
bawah. Karena inisiatif dan gagasan datang dari pemerintah pusat.
Jadi pemerintah pusat yang menyusun kurikulum yang akan
dijalankan oleh setiap satuan pendidikan. Guru hanya sekedar
menjalankan apa yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang
khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Dalam pelaksanaan
kegiatan, guru dapat memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan
sosial. Dalam mengaktifkan siswa, guru dapat memberikan bentuk
soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka,
dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan
dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir
siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran
yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang
menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari
hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal
yang komplek. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit
perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.

a. Kelebihan
- Penggunaan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam
belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.

12
- Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal
yang mudah ke hal yang sulit, dari hal yang sederhana ke hal
yang kompleks.
- Struktur horizontal, termasuk ke dalam seperated subject
(terpisah). Hal ini menandakan pada tingkatan SMA materi
sudah terpisah, contohnya materi IPA dipecah menjadi fisika,
biologi, dan kimia.

b. Kelemahan
- Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata
pelajaran dan banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.
- Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan
dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang
bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan
sehari-hari.
- Proses pembelajaran bersifat klasikal dengan tujuan menguasai
materi pelajaran, guru sebagai pusat pembelajaran. Target
pembelajaran pada penyampaian materi.
- Evaluasi atau sistem penilaian menekankan pada kemampuan
kognitif. Keberhasilan siswa diukur dan dilaporkan atas dasar
perolehan nilai yang dapat diperbandingkan dengan nilai siswa
lain. Ujian hanya menggunakan teknik paper and pencil test.

c. Model Pembelajaran Matematika


Dalam kurikulum tahun 1994, pembelajaran matematika
mempunyai karakter yang khas, struktur materi sudah disesuaikan
dengan psikologi perkembangan anak, materi keahlian seperti
komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran
matematika kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan.
Intinya pembelajaran matematika saat itu mengedepankan tekstual
materi namun tidak melupakan hal-hal kontekstual yang berkaitan
dengan materi. Soal cerita menjadi sajian menarik disetiap akhir

13
pokok bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan agar siswa
mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dihadapi
sehari-hari.
Pada bidang matematika, terdapat beberapa perubahan baik
dari sisi materi maupun pengajarannya. Yang menjadi bahan kajian
inti untuk matematika sekolah dasar adalah: aritmetika (berhitung),
pengantar aljabar, geometri, pengukuran, dan kajian data
(pengantar statistika). Pada kurikulum matematika SD ini, terdapat
penekanan khusus pada penguasaan bilangan (number sense)
termasuk di dalamnya berhitung. Untuk SLTP, bahan kajian
intinya mencakup: aritmetika, aljabar, geometri, peluang, dan
statistika. Dalam kurikulum ini terdapat upaya untuk menanamkan
pemikiran deduktif yang ketat melalui struktur deduktif terbatas
pada sebagian bahan geometri. Materi matematika untuk SMU
terdapat sedikit perubahan yakni dimasukannya pengenalan teori
graf yang merupakan bagian dari matematika diskrit.
Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki kurikulum matematika
sekolah tahun 1994, perubahan yang sangat mendasar terjadi di
sekolah dasar. Perubahan tersebut adalah adanya penekanan khusus
yang diberikan pada penguasaan bilangan, termasuk di dalamnya
berhitung. Implikasi dari perubahan ini, adalah digunakannya
kembali secara dominan teori belajar dari dari Skinner. Sementara
itu, pengajaran matematika untuk tingkat SLTP dan SMU
nampaknya tidak jauh berbeda dengan yang terjadi sebelumnya.
Dengan demikian untuk tingkat SLTP dan SMU teori belajar yang
digunakan dalam proses belajar-mengajar masih bersifat campuran
dengan dominasi ada pada penerapan aliran psikologi
perkembangan.

14
3. Kurikulum 2004 (KBK)
Konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Kurikulum
Berbasis Kompetensi Silabus dan RPP Pengertian Kurikulum Berbasis
Kompetensi Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah konsep
kurikulum yang dikembangkan Departemen Pendidikan Nasional RI
untuk menggantikan Kurikulum 1994.
Kurikulum ini dirancang sejak tahun 2000 dan diterapkan pada
tahun 2004.Dalam tahap-tahap pengembangannya kurikulum ini
dikenal dengan Kurikulum KBK atau Kurikulum 2004. Pada
kurikulum berbasis kompetensi ini diarahkan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta
didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran,
ketetapan, dan keberhasilan dengan tanggungjawab. Kemudian KBK
juga memfokuskan pada penguasaan kompetensi-kompetensi tertentu
oleh peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah
kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan
sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk
perilaku atau keterampilan sebagai suatu kriteria keberhasilan.
Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik
menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar
mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat,
setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan
sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing.
Kurikulum Berbasis Kompetensi dapat diartikan sebagai suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan
melakukan (kompetensi) tugastugas dengan standar performansi
tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Kurikulum
berbasis Kompetensi berorientasi pada: pertama, hasil dan dampak
yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian

15
pengalaman belajar yang bermakna dan kedua, keberagaman yang
dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhan.

a. Kelebihan
- Penggunaan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam
kegiatan belajar baik secara mental, fisik, dan sosial.
- Pengajaran dari hal yang bersifat konkret ke hal yang abstrak
- Pengajaran dari hal yang mudah ke yang sulit, serta dari hal
yang lebih sederhana ke hal yang kompleks.

b. Kelemahan
- Konsep pengajaran satu arah yaitu dari guru ke murid.
- Banyaknya materi pelajaran membuat beban siswa terlalu
berat.
- Materi pelajaran dianggap terlalu sukar dan tidak sesuai
dengan kehidupan sehari-hari.

c. Model pelajaran matematika


Pada tahun 2002, Pusat Kurikulum mengeluarkan dokumen
kurikulum baru yang disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menekankan
pembelajaran matematika pada pengembangan kemampuan
pemecahan masalah, kemampuan berpikir logis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan mengkomunikasikan gagasan secara
matematis. Pembelajaran berpedoman pada tuntutan
kompetensi yang diharapkan pada standar kompetensi lulusan
Jika dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum
berbasis kompetensi ini memuat perubahan yang cukup
mendasar terutama dalam hal penerapan pandangan bahwa
dalam proses belajar, anak dianggap sebagai pengembang
pengetahuan. Selain itu, adanya penekanan pada
pengembangan kemampuan pemecahan masalah, berfkir logis,

16
kritis, dan kreatif serta mengkomunikasikan gagasan secara
matematik, maka teori belajar yang dominan digunakan
kemungkinannya adalah aliran psikologi perkembangan serta
konstruktivisme. Dalam penerapannya, guru antara lain harus
mampu menciptakan suatu kondisi sehingga proses asimilasi
dan akomodasi seperti yang dikemukakan Piaget dapat berjalan
secara efektif. Selain itu, guru juga harus memperhatikan
adanya keberagaman kemampuan di antara siswa sehingga
dengan kondisi tertentu yang diciptakan guru, maka potensi
masing-masing siswa dapat berkembang secara optimal.

4. Kurikulum 2006 (KTSP)


Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15)
dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan dengan memperhatikan dan
berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang
diletakan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni
sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satuan
pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping
menunjukan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntunan masyarakat
juga merupakan sarana peningkatan kualitas, efisien dan pemerataan
pendidikan. KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan
yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan
untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan dan
kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembangan kurikulum
dan pembelajaran merupakan potensi bagi sekolah untuk
meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah, menawarkan partisipasi
langsung kelompok-kelompok terkait dan meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap pendidikan, khususnya kurikulum.

17
Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “full authority and
responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai
dengan visi, misi dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk
mengembangkan strategi, menentukan prioritas, mengendalikan
pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta
mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala
sekolah, serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini
merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari
pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan
rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah,
tenaga pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik dan tokoh
masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan kebijakan sekolah
berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yang berlaku.
Selanjutnya komite sekolah perlu menetapkan visi, misi dan tujuan
sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap program- program
kegiatan operasional untuk mencapai tujuan sekolah.

a. Kelemahan
- Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan
KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
Minimnya kualitas guru dan sekolah.
- Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP .
- Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam
pelajaran akan berdampak berkurangnya pendapatan guru.
Sulit untuk memenuhi kewajiban mengajar 24 jam, sebagai
syarat sertifikasi guru untukmendapatkan tunjangan profesi.

18
b. Kelebihan
- Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen
sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam
penyelenggaraan program-program pendidikan.
- KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat.
Karena menurut ahli beban belajar yang berat dapat
mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
- Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam
proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek
kepribadian, sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi
bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan
diberikan oleh lingkungan.

c. Model Pembelajaran Matematika


Tahun 2006 menjadi awal diberlakukannya KTSP.
Pembelajaran matematika di sekolah pada era KTSP menurut
Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) bertujuan agar siswa
memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,
efisien dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan
gagasan dalam pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang
diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah;
dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam memecahkan masalah.Berdasarkan beberapa uraian di atas

19
dapat disimpulkan bahwa seiring terjadinya perubahan kurikulum
yang diterapkan maka pendidikan matematika di sekolah juga
mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi lebih kepada
penyesuaian terhadap tujuan dari kurikulum yang diterapkan.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa perubahan kurikulum
merupakan konsekuensi logis dari terjadinya sistem politik, sosial
budaya, ekonomi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
masyarakat yang mengakibatkan perubahan tuntutan dan
kebutuhan dalam masyarakat. Oleh karena itu pendidikan
matematika sebagai salah satu bagian dari kurikulum juga
menyesuaikan tuntutan dan kebutuhan tersebut

5. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 telah diberlakukan oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan sejak tahun 2014. Kurikulum ini diterapkan mulai
dari jenjang pendidikan sekolah dasar hingga sekolah lanjutan tingkat
atas sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
Terdapat berbagai pembaharuan pada kurikulum ini melengkapi
kurikulum telah yang berlaku sebelumnya. Konsep yang terdapat
dalam Kurikulum 2013 tidak hanya berfokus pada pendidikan
akademis semata, tetapi juga pendidikan karakter bagi peserta didik.
Aspek penilaian pada kurikulum ini adalah pengetahuan,
keterampilan, sikap dan perilaku. Pada kurikulum ini materi pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia, IPS, PPKN. Dan materi pada pelajaran
matematika di tambahkan.
a. Kelemahan
- Para guru merasa bahwasannya tidak perlu memberikan
penjelasan yang gamblang pada materi kepada siswa di kelas,
padahal secara esensial guru tetap harus memberikan penjelasan
sesuai dengan mata pelajaran masing- masing.
- Pada dasarnya, kurikulum 2013 menuntut guru untuk lebih aktif
berfikir kreatif mengemas pembelajaran dan lebih banyak

20
melibatkan siswa untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan
belajar dan mengajar.
- Ketidakcakapan guru dalam merancang dan menyusun Rencana
Program Pembelajaran (RPP) sekolah berdasarkan semester.

b. Kelebihan
- Menuntut Siswa Lebih Mandiri, Kreatif dan Inovatif
- Proses Penilaian Dilakukan Dari Semua Aspek
- Menekankan Kepada Pendidikan Karakter

c. Model Pelajaran
Kurikulum 2013 sebenarnya merupakan penyempurnaan
dan kelanjutan dari kurikulum sebelumnya yang mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Pola pembelajaran yang diterapkan dalam Kurikulum 2013 adalah
pembelajaran yang berorientasi pada proses yang menuntut peran
aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran. Penyampaian konsep
dalam pembelajaran sebisa mungkin dapat terintegrasi dengan
konsep lain yang berkaitan agar siswa memahami keterkaitan antar
konsep yang dipelajari

21
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Indonesia sebagai bangsa yang merdeka telah mengalami berbagai hal
perkem- bangan terutama dalam bidang pendidikan untuk pelaksanaan
kurikulum. Indonesia mengalami kemerosotan di bidang pendidikan. Jika
dibandingkan dengan negara lain, Indonesia menduduki peringkat di bawah
negara-negara di Asia. Hal ini sangat berkatan dengan masalah-masalah
kurikulum yang dihadapi Indonesia. Masalah kurikulum di Indonesia dapat
diselesaikan tidak cukup dengan mengganti namanya saja, melainkan harus
melakukan perombakan secara menyeluruh dari kurikulum.

Masalah kurikulum juga terletak dari sarana dan prasarana yang


kurang merata. Selain itu, kurikulum Indonesia yang terlalu kompleks dan
membebani siswa beserta guru yang berkaitan menjadikan kurang
maksimalnya pembelajaran.

22

Anda mungkin juga menyukai