Anda di halaman 1dari 21

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA DAN TUJUAN

NASIONAL PENDIDIKAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Pendidikan Karakter

Dosen Pengampu :
Lailatul Magfiroh, M.Pd

Oleh :
Zakiyatul Mawaddah (21.D.60.010)

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA BANGIL


PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik,
dan Hidayahnya sehingga kita dapat menyelesaikan prnyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat digunakan
sebagai acuan atau petunjuk bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi
keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, sehingga kita dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
ini kedepannya menjadi lebih baik. Makalah ini merupakan makalah yang masih banyak
kekurangannya karena pengalaman kita yang masih sangat kurang. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat berguna bagi kami untuk kesempurnaan makalah ini.

15 November, 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

C. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3

A. Pengertian Pendidikan Karakter Berbasis Budaya .................................... 3

B. Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah ......................... 4

C. Tujuan Pendidikan Nasional Negara Indonesia.......................................... 9

D. Dasar Hukum Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia............................. 12

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17

A. Kesimpulan ............................................................................................... 17

B. Saran ......................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membicarakan tentang pendidikan karakter sebetulnya bukanlah hal baru dalam


sistem pendidikan di Indonesia, sejak lama pendidikan karakter ini telah menjadi
bagian penting dalam misi kependidikan nasional walaupun dengan penekanan dan
istilah yang berbeda. Membicarakan karakter merupakan hal sangat penting dan
mendasar. Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara individual maupun
sosial ialah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik.
Mengingat begitu urgentnya karakter, maka institusi pendidikan memiliki tanggung
jawab untuk menanamkannya melalui proses pembelajaran.
Dengan adanya globalisasi problematika menjadi sangat kompleks. Globalisasi
disebabkan perkembangan teknologi, kemajuan ekonomi dan kecanggihan sarana
informasi. Kondisi tersebut telah membawa dampak positif sekaligus dampak
negatif bagi bangsa Indonesia, dengan adanya kebudayaan negara-negara Barat
yang masuk ke Indonesia dan cenderung mengedepankan rasionalitas,
mempengaruhi negara-negara Timur termasuk Indonesia yang masih memegang
erat adat dan kebudayaan leluhur yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi dan
spiritualitas keagamaan.
Ki Hajar Dewantoro, mengatakan bahwa “kebudayaan tidak dapat dipisahkan
dari pendidikan, bahkan kebudayaan merupakan alas atau dasar pendidikan.
Rumusan ini menjangkau jauh ke depan, sebab dikatakan bukan hanya pendidikan
itu dialaskan kepada suatu aspek kebudayaan yaitu aspek intelektual, tetapi
kebudayaan sebagai keseluruhan. Kebudayaan yang menjadi alas pendidikan
tersebut haruslah bersifat kebangsaan. Dengan demikian kebudayaan yang
dimaksud adalah kebudayaan yang riil yaitu budaya yang hidup di dalam
masyarakat kebangsaan Indonesia. Sedangkan pendidikan mempunyai arah untuk
mewujudkan keperluan perikehidupan dari seluruh aspek kehidupan manusia dan
arah tujuan pendidikan untuk mengangkat derajat dan harkat manusia. (Tilaar,
1999:68).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pendidikan berbasis budaya ?
2. Bagaimana strategi pengembangan Pendidikan karakter di sekolah ?
3. Bagaimana tujuan Pendidikan Nasional Negara Indonesia ?
4. Apa dasar hukum Pendidikan Nasional Negara Indonesia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Pendidikan berbasis budaya.
2. Untuk mengetahui strategi pengembangan Pendidikan karakter di sekolah.
3. Untuk mengetahui tujuan Pendidikan Nasional Negara Indonesia.
4. Untuk mengetahui dasar hukum Pendidikan Nasional Negara Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Karakter Berbasis Budaya

Menurut Handayani (2013), budaya adalah cara hidup yang berkembang


dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang yang diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni. Kebudayaan menurut Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi
adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Adapun perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi,
seni, dan lain-lain yang kesemuanya ditunjukkan untuk membantu manusia
dalam kelangsungan hidupnya di masyarakat.
Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan
keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai,
moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan
sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan
keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem
sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi,
seni, dan sebagainya. Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan
berkembang, dimulai dari budaya di lingkungan terdekat (kampung, RT, RW,
desa) berkembang ke lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa
dan budaya universal yang dianut oleh umat manusia (Hasan; dkk, 2010).
Dalam pendidikan karakter berbasis budaya, kebudayaan dimaknai
sebagai sesuatu yang diwariskan atau dipelajari, kemudian meneruskan apa
yang dipelajari serta mengubahnya menjadi sesuatu yang baru, itulah inti dari
proses pendidikan. Apabila demikian adanya, maka tugas pendidikan sebagai
misi kebudayaan harus mampu melakukan proses; pertama pewarisan
kebudayaan, kedua membantu individu memilih peran sosial dan mengajari

3
untuk melakukan peran tersebut, ketiga memadukan beragam identitas individu
ke dalam lingkup kebudayaan yang lebih luas, keempat harus menjadi sumber
inovasi sosial.
Tahapan tersebut diatas, mencerminkan jalinan hubungan fungsional
antara pendidikan dan kebudayaan yang mengandung dua hal utama, yaitu :
1. Bersifat reflektif, pendidikan merupakan gambaran kebudayaan yang
sedang berlangsung.
2. Bersifat progresif, pendidikan berusaha melakukan pembaharuan, inovasi
agar kebudayaan yang ada dapat mencapai kamajuan.
Kedua hal ini, sejalan dengan tugas dan fungsi pendidikan adalah
meneruskan atau mewariskan kebudayaan serta mengubah dan
mengembangkan kebudayaan tersebut untuk mencapai kemajuan
kehidupan manusia. Disinilah letak pendidikan karakter itu dimana proses
pendidikan merupakan ikhtiar pewarisan nilai-nilai yang ada kepada setiap
individu sekaligus upaya inovatif dan dinamik dalam rangka
memperbaharui nilai tersebut ke arah yang lebih maju lagi.
Oleh karena itu, pendidikan karakter merupakan goal
ending dari sebuah proses pendidikan. Karakter adalah buah dari budi nurani.
Budi nurani bersumber pada moral. Moral bersumber pada kesadaran hidup
yang berpusat pada alam pikiran. Moral memberikan petunjuk, pertimbangan,
dan tuntunan untuk berbuat dengan tanggung jawab sesuai dengan nilai, norma
yang dipilih. Dengan demikian, mempelajari karakter tidak lepas dari
mempelajari nilai, norma, dan moral. Pendidikan karakter dapat diartikan
sebagai upaya untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan
yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang berupa tingkah laku yang
baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan
sebagainya.

B. Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah

Menurut Handayani (2013), pendidikan karakter dapat dilakukan


dengan berbagai pendekatan dan dapat berupa berbagai kegiatan yang dilakukan
secara intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler

4
terintegrasi ke dalam mata pelajaran, sedangkan kegiatan ekstrakurikuler
dilakukan di luar jam pelajaran. Strategi dalam pendidikan karakter dapat
dilakukan melalui sikap-sikap sebagai berikut:
1. Keteladanan
2. Penanaman kedisiplinan
3. Pembiasaan
4. Menciptakan suasana yang kondusif
5. Integrasi dan internalisasi
Sedangkan menurut Halomoan (2012), strategi pengembangan
pendidikan karakter bangsa di satuan pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Program Pengembangan Diri
Program ini dapat diintegrasikan melalui hal-hal berikut:
a. Kegiatan rutin sekolah
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik
secara terus menerus dan konsisten setiap saat.
b. Kegiatan spontan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan
pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan
tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang
kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga.
c. Keteladanan
Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga
kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-
tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta
didik untuk mencontohnya.
d. Pengkondisian
Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan budaya dan karakter
bangsa maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan
itu. Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa yang diinginkan.

5
e. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran
Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakater bangsa
diintegrasikan dalam setiap Kompetensi Dasar (KD) dari setiap mata
pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan Rencana
Program Pembelajaran (RPP).
f. Budaya Sekolah
Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat peserta
didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor
dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan
antaranggota kelompok masyarakat sekolah. Pengembangan nilai-nilai
dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam budaya sekolah
mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru,
konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik
dan menggunakan fasilitas sekolah.
Menurut Rakhmat (2013), strategi pengembangan pendidikan karakter
dilakukan dengan lima pendekatan, yaitu: (1). Pendekatan penanaman nilai
(inculcation approach), (2) Pendekatan perkembangan moral kognitif
(cognitive moral development approach), (3) Pendekatan analisis nilai (values
analysis approach), (4) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification
approach), dan (5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning
approach).
a. Pendekatan Penanaman Nilai
Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu
pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial
dalam diri siswa. Menurut Superka et al. (1976), tujuan Pendidikan nilai
menurut pendekatan ini adalah: Pertama, diterimanya nilai-nilai sosial
tertentu oleh siswa; Kedua, berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan. Metode yang digunakan
dalam proses pembelajaran menurut pendekatan ini antara lain:
keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, permainan
peranan, dan lain-lain.

6
b. Pendekatan Perkembangan Kognitif
Pendekatan ini dikatakan pendekatan perkembangan kognitif
karena karakteristiknya memberikan penekanan pada aspek kognitif dan
perkembangannya. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif
tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusan-
keputusan moral. Perkembangan moral menurut pendekatan ini dilihat
sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam membuat pertimbangan
moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju tingkat yang lebih
tinggi.
Tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan ini ada dua hal yang
utama. Pertama, membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral
yang lebih kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi. Kedua,
mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika
memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral. Pendekatan
perkembangan kognitif mudah digunakan dalam proses pendidikan di
sekolah, karena pendekatan ini memberikan penekanan pada aspek
perkembangan kemampuan berpikir.
Oleh karena pendekatan ini memberikan perhatian sepenuhnya
kepada isu moral dan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan
pertentangan nilai tertentu dalam masyarakat, penggunaan pendekatan
ini menjadi menarik. Penggunaannya dapat menghidupkan suasana
kelas. Teori Kohlberg dinilai paling konsisten dengan teori ilmiah, peka
untuk membedakan kemampuan dalam membuat pertimbangan moral,
mendukung perkembangan moral, dan melebihi berbagai teori lain yang
berdasarkan kepada hasil penelitian empiris.
c. Pendekatan Analisis Nilai
Pendekatan analisis nilai (values analysis approach)
memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk
berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan
dengan nilai-nilai sosial. Jika dibandingkan dengan pendekatan

7
perkembangan kognitif, salah satu perbedaan penting antara keduanya
bahwa pendekatan analisis nilai lebih menekankan pada pembahasan
masalah-masalah yang memuat nilai-nilai sosial. Adapun pendekatan
perkembangan kognitif memberi penekanan pada dilemma moral yang
bersifat perseorangan. (Superka, 1976).
d. Pendekatan Klarifikasi Nilai
Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach)
memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji
perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran
mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Tujuan pendidikan nilai
menurut pendekatan ini ada tiga. Pertama, membantu siswa untuk
menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-
nilai orang lain; Kedua, membantu siswa, supaya mereka mampu
berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain,berhubungan
dengan nilai-nilainya sendiri; Kedua, membantu siswa, supaya mereka
mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan
berpikir rasional dan kesadaran emosional, untuk memahami
perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri (Superka,
1976).
e. Pendekatan Pembelajaran Berbuat
Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach)
memberi penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan
maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Superka, et. al.
(1976) menyimpulkan ada dua tujuan utama pendidikan moral
berdasarkan kepada pendekatan ini. Pertama, memberi kesempatan
kepada siswa untuk melakukan perbuatan moral, baik secara
perseorangan maupun secara bersama-sama, berdasarkan nilai-nilai
mereka sendiri; Kedua, mendorong siswa untuk melihat diri mereka
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam pergaulan dengan
sesama, yang tidak memiliki kebebasan sepenuhnya, melainkan sebagai
warga dari suatu masyarakat, yang harus mengambil bagian dalam suatu

8
proses demokrasi Metoda-metoda pengajaran yang digunakan dalam
pendekatan analisis nilai dan klarifikasi nilai digunakan juga dalam
pendekatan ini. Metoda-metoda lain yang digunakan juga adalah projek-
projek tertentu untuk dilakukan di sekolah atau dalam masyarakat, dan
praktek keterampilan dalam berorganisasi atau berhubungan antara
sesama (Superka, 1976).
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan. Pendidikan
merupakan produk dari kebudayaan manusia dan menjadi bagian dari
kebudayaan. Pendidikan berupaya untuk mewariskan, meneruskan,
menggambarkan corak dan arus kebudayaan yang sedang
berkembang. Pendidikan berusaha untuk mentransformasikan nilai-
nilai budaya agar mencapai kemajuan baik individual maupun masyarakat.
Kedudukan dan fungsi pendidikan sebagai pusat pengembangan kebudayaan,
pusat kajian, dan pengembangan ilmu-ilmu untuk mencapai kemajuan
peradaban manusia. Pelaksanaan Pendidikan Karakter berbasis budaya
menggariskan pentingnya unsur keteladanan. Selain dari pada itu, perlu disertai
pula dengan upaya-upaya untuk mewujudkan lingkungan sosial yang kondusif
bagi para siswa, baik dalam keluarga, di sekolah, dan dalam masyarakat.
Dengan demikian, pelaksanaan Pendidikan Karakter akan lebih berkesan dalam
rangka membentuk kepribadian siswa. Penyusunan Pendidikan Karakter perlu
memberikan penekanan yang berimbang kepada aspek nilai dan proses
pengajarannya. Selain daripada itu, perlu memberikan penekaanan yang
berimbang pula kepada perkembangan aspek intelektual, emosional dan
spiritual siswa.

C. Tujuan Pendidikan Nasional Negara Indonesia

Menurut Amos dan Grace (2017: 15) “pendidikan pada dasarnya


membantu peserta didik untuk memberdayakan potensi dalam dirinya atau
menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Di sini tersirat
sasaran atau tujuan pendidikan. Oleh karena itu, sasaran pendidikan adalah
manusia.” Dalam sejarah bangsa Yunani, tujuan pendidikan adalah ketentraman
manusia. Dengan kata lain, tujuan pendidikan menurut bangsa Yunani adalah

9
untuk menciptakan kedamaian dalam kehidupan manusia. Tujuan pendidikan
adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah
diselenggarakan kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan merupakan suatu
faktor yang amat sangat penting di dalam pendidikan, karena tujuan pendidikan
ini adalah arah yang hendak dicapai atau yang hendak di tuju oleh pendidikan.
Dalam penyelenggaraannya pendidikan tidak dapat dilepaskan dari sebuah
tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pendidikan dasar adalah memberi bekal
kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai
pribadi, anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti
pendidikan menengah.
Tujuan pendidikan dasar di atas memberikan makna bahwa tujuan
pendidikan dasar merupakan pondasi, dasar atau batu loncatan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang lebih tinggi. Tujuan pendidikan itu juga untuk
menciptakan manusia yang matang dan wibawa secara lahir dan batin,
menyangkut keimanan, ketakwaan, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab. Jadi tujuan pendidikan adalah
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan ketrampilan (psikomorik)
seseorang sehingga mampu meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi,
pekerja, warga negara dan makhluk Tuhan yang baik.
Tujuan pendidikan ini merupakan tingkatan yang tertinggi. Pada tujuan
ini digambarkan harapan masyarakat atau negara tentang ciri-ciri seorang
manusia yang dihasilkan proses pendidikan atau manusia yang terdidik. Adapun
yang dimaksud dengan tujuan pendidikan nasional adalah tujuan umum yang
hendak dicapai oleh seluruh bangsa Indonesia dan merupakan rumusan
kualifikasi terbentuknya setiap warga negara yang dicita-citakan bersama.
Tujuan pendidikan nasional secara formal di Indonesia telah beberapa kali
mengalami perumusan atau perubahan, dan rumusan tujuan pendidikan nasional
yang terakhir seperti disebutkan dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas Bab II Pasal 3 yang berbunyi: Tujuan pendidikan nasional
ialah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia-manusia
demokratis serta bertanggung jawab.

10
Pemerintah Indonesia dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, juga
menyiapkan Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah kriteria minimal
mengenai sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. SNP berfungsi sebagai pedoman utama dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Standar Nasional Pendidikan mencakup delapan kriteria yang wajib
terpenuhi dalam upaya menuju pendidikan yang berkualitas. Delapan standar
nasional tersebut terdiri dari:
1. Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
merupakan kriteria atau kualifikasi yang menyangkut kemampuan lulusan
yang terbagi atas kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada
jenjang sekolah dasar, SKL tersebut bertujuan untuk meletakkan dasar
kecerdasan, wawasan pengetahuan, kepribadian yang berakhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan selanjutnya.
2. Standar Isi. Standar Isi (SI) merupakan komponen materi dan tingkat
kompetensi dalam rangka mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan
struktur kurikulum, beban belajar, KTSP, dan juga kalender akademik.
3. Standar Proses. Standar Proses (SP) berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran di masing-masing satuan pendidikan. Pelaksanaan dan
pencapaian standar proses diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, partisipatif dengan berdasarkan pada standar kompetensi
lulusan.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (SPTK). Standar nasional
lainnya di bidang pendidikan berkaitan dengan para pendidik dan tenaga
kependidikan. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan merupakan
kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik dan mental, serta
pendidikan dalam jabatan. Kualifikasi akademik S1 dan D4 macam
kompetensi yang wajib dikuasai guru adalah beberapa poin yang mungkin
sudah anda kenal terkait dengan standar nasional ini.

11
5. Standar Sarana Prasarana (SSP). Patokan ini mencakup tentang kriteria
minimal sarana dan media yang menyokong pembelajaran, misalnya ruang
belajar, tempat berolahraga, tampat melaksanakan ibadah, perpustakaan,
laboratorium, sarana bermain, dan sebagainya.
6. Standar Pengelolaan (SPl). Standar keenam yang diatur dalam peraturan
pemerintah adalah berkaitan dengan pengelolaan. Standar pengelolaan
tersebut mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan
pendidikan secara efektif dan efesien, pada tingkat satuan pendidikan,
kabupaten/kota, provinsi hingga pengelolaan tingkat nasional.
7. Standar Pembiayaan Pendidikan (SPb). Biaya yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pendidikan perlu diatur berdasarkan standar tertentu. Standar
Pembiayaan merupakan aturan yang merinci komponen dan besarnya biaya
operasi satuan pendidikan yang berlaku dalam kurun satu tahun. Standar
biaya tersebut terbagi menjadi biaya investasi, biaya operasi, dan biaya
personal.
8. Standar Penilaian Pendidikan (SPP). Standar penilaian ini berkaitan dengan
segala macam mekanisme, prosedur, instrumen penilaian untuk mengetahui
hasil belajar peserta didik. Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,
penilaian pendidikan terdiri dari: penilaian hasil belajar oleh pendidik,
penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan (sekolah), dan penilaian hasil
belajar oleh pemerintah.

D. Dasar Hukum Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia


Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia memiliki lima dasar hukum
diantaranya yaitu :
a. Undang-Undang Dasar tahun 1945 Bab XIII tentang Pendidikan dan
Kebudayaan pasal 31 ayat 3 tertulis bahwa Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Dari Tahun 1945-
2003 barulah Undang-Undang tentang sistem pendidikan nasional ini bisa

12
disusun. Dan akhirnya disahkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1950 Bab II pasal 3
berisi tentang Tujuan Pendidikan dan Pengajaran adalah membentuk
manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Junto
UU RI Nomor 12 tahun 1954 tentang Pernyataan berlakunya UU RI Nomor
4 tahun 1950 dari RI dahulu tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran
untuk sekolah di seluruh Indonesia.
c. Undang-Undang Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
d. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Untuk memahami lebih jelas apa dan bagaimana tujuan pendidikan nasional
Indonesia maka terlebih dahulu perlu dipahami apa yang dimaksud dengan
tujuan pendidikan nasional Indonesia tersebut dalam undang-undang ini.
Pengertian Pendidikan Nasional, tertera dalam Bab I pasal 1 ayat 2 tertulis
bahwa Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman. Tujuan Pendidikan Nasional dimuat
dalam Bab II pasal 3 yang isinya adalah untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab
e. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pada bagian
menimbang point (a) dijelaskan bahwa pembangunan nasional dalam
bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan
berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab

13
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
Isi dari tujuan pendidikan nasional Indonesia yang berdasarkan pada Undang-
Undang yang sudah dijelaskan diatas. Isi Tujuan Pendidikan Nasional secara garis
besar dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Menjadi manusia yang Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Menjadi Berakhlak Mulia
c. Menjadi Berilmu dan Cakap
d. Menjadi Kreatif
e. Menjadi Mandiri
f. Menjadi Warga Negera yang Demokratis serta bertanggung jawab
Berikut ini uraian 6 tujuan pendidikan nasional yang menjadi acuan utama
dalam memajukan pendidikan Indonesia, yakni:
a. Manusia Yang Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Dasar negara kita adalah pancasila, pada Sila Pertama dijelaskan bahwa
setiap warga memiliki kewajiban untuk memeluk agama dengan asas tuhan
yang maha esa. tujuan pendidikan yang pertama ini jelas bahwa iman dan takwa
kepada tuhan yang maha esa adalah faktor penting yang berpengaruh besar pada
kualitas sumber daya manusia. pendidikan nasional harus mengedepankan
pendidikan agama, dengan kualitas pendidikan agama yang baik maka
hubungan manusia dengan Tuhan-Nya dan sesama manusia juga akan
membaik. jika tujuan ini tercapai maka suatu bangsa akan memiliki calon
penerus dengan sumber daya manusia yang baik.
b. Berakhlak Mulia
Setiap individu memilika sifat yang berbeda, anak kembar sekalipun
pasti memiliki perbedaan sifat. perbedaan sifat ini akan berpotensi
menimbulkan konflik antar individu. akhlak merupakan suatu cara individu
dalam melakukan sesuatu. Akhlak mulia adalah salah satu solusi untuk
menghindari konflik antar individu. tujuan pendidikan yang kedua ini harus
diterapkan pada pendidikan pada level terendah sampai tertinggi. dengan
adanya akhlak mulia kehidupan dalam berbangsa dan bernegara menjadi lebih
baik

14
c. Cakap
Cakap menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sanggup
dalam melakukan sesuatu. selama atau setelah mengenyam pendidikan peserta
didik harus memiliki suatu kecakapan tertentu. Cakap dalam menulis dan
membaca merupakan keharusan peserta didik. dengan kedua kemampuaan
tersebut maka diharapkan peserta didik dapat memahami dan menyampaikan
apa yang dipelajarinya. Tujuan pendidikan ini penting sebagai tolak ukur
kualitas sumber daya manusia suatu bangsa.
d. Kreatif
Memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan
adalah definisi dari kreatif. Kreatif merupakan kemampuan individu dalam
menyelesaikan masalah dengan berbagai cara. Berbagai macam solusi dari
suatu masalah dapat tercipat dari kreatifitas individu. Tujuan Pendidikan ini
harus diterapkan untuk menjadikan peserta didik memiliki kemempuan untuk
menyelesaikan masalah nya sendiri atau membantu orang lain. Dengan
kreatifitas, peserta didik diharapkan dapat berkontribusi dalam memberikan
solusi untuk berbagai masalah yang ada pada bangsa. Kreatifitas dapat
diterapkan dalam llingkungan pendidikan, misalnya dengan pembelajaran yang
menarik, diskusi kelompok maupun presentasi.
f. Mandiri
Mandiri adalah keadaan dimana seorang individu dapat berdiri sendiri
tanpa bergantung pada orang lain. Seorang yang mandiri tidak akan melibatkan
orang lain dalam melakukan sesuatu yang dapat dilakukanya sendiri.
kemandirian dapat diterapkan dalam kehidupan belajar mengajar, contohnya
adalah kejujuran dalam mengerjakan ujian. Pada Tujuan Pendidikan ini
diharapkan peserta didik mampu melakukan segala sesuatunya tanpa bantuan
orang lain, sehingga nantinya jika dalam keadaan terdesak peserta didik mempu
menyelesaikan masalahnya sendiri.
g. Menjadi Warga Negara yang Demokratis serta Bertanggung Jawab
Bentuk Pemererintahan negara kita adalah Demokrasi, Demokrasi
berasal dari kata demos yang artinya rakyat dan kratos yang artinya kekuasaan,
sehingga dapat diartikan bahwa kekuasaan tertinggi dalam negara dipegang

15
oleh rakyat. dalam kehidupan berdemokratis perlu adanya batasan batasan
yang membatasi kebebasan individu dalam bernegara, sehingga pada tujuan
pendidikan ini demokratis disandingkan dengan bertanggung jawab agar
terciptanya kehidupan demokratis yang sesuai dengan prinsip dasar
demokratis. tujuan pendidikan ini juga dapat diterapkan dalam suasana
pembelajaran, misalnya dengan diskusi tanya jawab dengan membahas
berbagai topik (Eka Aji, 2015).

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pendidikan karakter berbasis budaya, kebudayaan dimaknai
sebagai sesuatu yang diwariskan atau dipelajari, kemudian meneruskan apa
yang dipelajari serta mengubahnya menjadi sesuatu yang baru, itulah inti dari
proses Pendidikan
strategi pengembangan pendidikan karakter dilakukan dengan lima
pendekatan, yaitu: (1). Pendekatan penanaman nilai (2) Pendekatan
perkembangan moral kognitif (3) Pendekatan analisis nilai (4) Pendekatan
klarifikasi nilai dan (5) Pendekatan pembelajaran berbuat.
Tujuan pendidikan merupakan suatu faktor yang amat sangat penting di
dalam pendidikan, karena tujuan pendidikan ini adalah arah yang hendak
dicapai atau yang hendak di tuju oleh Pendidikan
Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia memiliki lima dasar hukum. Isi
dari tujuan pendidikan nasional Indonesia yang berdasarkan pada Undang-
Undang yang sudah dijelaskan diatas. Isi Tujuan Pendidikan Nasional secara
garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Menjadi manusia yang Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa
b. Menjadi Berakhlak Mulia
c. Menjadi Berilmu dan Cakap
d. Menjadi Kreatif
e. Menjadi Mandiri
f. Menjadi Warga Negera yang Demokratis serta bertanggung jawab
B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya
penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

Budimansyah, Dasim. 2011. Pendidikan Karakter; Nilai Inti bagi upaya Pembinaan
Kepribadian Bangsa. Bandung: Widaya Aksara Press.
Badar Tri Admaji, 2012. Tujuan Pendidikan. Diakses dari
https://www.slideserve.com/kasi/tujuan-pendidikan
Mudyahardjo, Redja. 2012. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-
Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di indonesia. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1950 tentang Pendidikan dan
Pengajaran Indonesia
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1954 tentang Pernyataan
berlakunya UU RI Nomor 4 tahun 1950 dari RI dahulu tentang dasar-dasar
pendidikan dan pengajaran untuk sekolah di seluruh Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional

Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen

18

Anda mungkin juga menyukai