Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326917599

Regulasi Emosi pada Mahasiswa Melayu

Article  in  Jurnal Psikologi · March 2017


DOI: 10.24014/jp.v12i1.3002

CITATIONS READS

2 1,019

2 authors:

Ahyani Fitri Ikhwanisifa Ikhwanisifa


State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau
2 PUBLICATIONS   3 CITATIONS    5 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ahyani Fitri on 07 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Regulasi Emosi pada Mahasiswa Melayu ......Ahyani Radhiani Fitri, Ikhwanisifa

Regulasi Emosi pada Mahasiswa Melayu


Ahyani Radhiani Fitri, Ikhwanisifa

Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau


email: aradhianif@yahoo.com

Abstrak
Mahasiswa dengan Budaya Melayu menghadapi berbagai aktivitas dan permasalahan
kehidupan akademis maupun non akademis yang membutuhkan regulasi emosi agar
mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari – hari.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui regulasi emosi dalam konteks budaya
Melayu pada Mahasiswa di Pekanbaru. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode kuantitatif deskriptif dan kualitatif deskriptif. Subjek penelitian terdiri dari 50
orang yang mengisi skala regulasi emosi I dan II serta empat orang subjek sebagai
responden wawancara. Hasil penelitian ini adalah adanya peran orangtua, peran ling-
kungan sosial (keluarga, dan tempat pendidikan: sekolah serta fakultas), pengalaman
emosi (menyenangkan dan tidak menyenangkan) serta nilai – nilai yang dipertahan-
kan saat mahasiswa melakukan regulasi emosi. Penelitian ini menunjukkan maha-
siswa melayu mampu dalam mengenali, mengungkapkan, mengontrol emosi dengan
cara mengubah cara berpikir dan menenangkan dirinya dalam situasi sosial maupun
merubah lingkungan sekitar agar terjadi harmonisasi penyelesaian masalah.

Kata Kunci: regulasi emosi, budaya, melayu

Emotion Regulation on Student Malay


Abstract
Students haved various activities and faced many academic and non academic prob-
lems that required emotion regulation to be able to resolve their problem daily life. The
purpose of this study was to determine the pattern of emotion regulation in the context
of Malay culture students whom lived in Pekanbaru. The study was conducted using
quantitative and qualitative methods. Subjects consisted of 50 people who filled the
scale of emotion regulation I and II, and four subjects as an interviewees. Instrument
reliability of Emotion Regulation. The result of this research were the role of parents,
the role of the social environment (family, school and faculty), emotional experiences
(pleasant and unpleasant experience) which values were retained when students per-
form emotion regulation. This study showed Malay students able to recognize, dis-
close, control emotions by changing the way of thinking and calm herself in social
situations or change the surrounding environment in order to achieve harmonization
when they faced their problem.

Keywords: emotion regulation, Malay, culture

Pendahuluan Islam (Thamrin, 2003). Orang melayu ada-


lah orang yang beragama Islam, mengguna-
Mahasiswa dengan konteks budaya kan bahasa Melayu dalam kesehariannya,
melayu khususnya di Riau identik dengan ke- dan melaksanakan adat Melayu. Masyarakat
hidupan masyarakat muslim yang dipayungi melayu adalah kesatuan etnis berdasarkan
agama Islam dengan cerminan ungkapan kultur bukan geonologis dan memakai sistem
“adat bersendikan syarak” dan “syarak ber- kekerabatan parental (Nasution dalam Johari,
sendikan kitabullah”. Effendy (2005) menulis- Syamsuddin, dan Akhyar, 2014).
kan bahwa kehidupan orang Melayu dengan Mahasiswa yang berasal dari ber-
Islam banyak mengandung nilai luhur Islam. bagai daerah dengan budaya Melayu secara
Sebagaimana contoh penggunaan bahasa langsung maupun tidak langsung diwajibkan
di Budaya Melayu mempunyai makna ‘rasa untuk berpikir, berperasaan, dan berperilaku
hormat’ dan ‘tata krama’ (sumber: http://www. sesuai aturan di budaya melayu sehingga
kompasiana.com/mulyadi.usu/konsep-malu- dapat menjadi agent of change sebagai pe-
dalam-masyarakat-melayu_54f3f4157455 muda yang bertuah dengan pencapaian kes-
139d2b6c8255, tanggal 13 Juli 2015). Bu- ejahteraan lahir batin dalam kehidupan sehari
daya suku melayu termasuk budaya melayu – hari. Untuk menjadi manusia yang bertuah
yang islami karena dalam perkembangannya ini, Effendy (2005) berpendapat bahwa Bu-
budaya melayu banyak dipengaruhi oleh daya Melayu mewariskan Tunjuk Ajar Melayu

1
Jurnal Psikologi, Volume 12 Nomor 1, Juni 2016

berisi ajaran nilai luhur agama, budaya, dan Metode


norma sosial yang mengandung seruan untuk
menuntut ilmu pengetahuan, tidak menyalahi Subjek
agama, dan nilai luhur budaya yang diwaris- Subjek penelitian adalah mahasiswa
kan. dengan budaya Melayu dari Selat Panjang
Dengan demikian, Budaya Melayu atau Kepulauan Riau dan sedang menempuh
juga menghendaki mahasiswa mampu melak- pendidikan di perguruan tinggi minimal se-
sanakan peran dan tanggungjawabnya untuk mester III di Pekanbaru serta telah mengisi
memenuhi kebutuhan duniawi dan ukhrawi skala regulasi emosi I dan II yang berjumlah
dengan menerapkan ajaran Islam khususnya 50 orang. Untuk memperkuat hasil temuan
saat menyelesaikan permasalahan akademis data kuantitatif, dilakukan wawancara terha-
maupun non akademis. Mahasiswa juga ber- dap tiga orang subjek penelitian. Wawancara
peran dalam optimalisasi nilai budaya lokal dilakukan secara semi terstruktur untuk men-
antara lain sikap saling tolong menolong, dan dukung konsep konstruksi teoritis regulasi
bekerja tanpa pamrih. Hal ini sejalan dengan emosi yang dilakukan Mahasiswa dengan Bu-
pendapat Lazarus (1991) yang mengatakan daya Melayu. Triangulasi Data wawancara di-
bahwasanya budaya atau norma atau belief lakukan dengan menggunakan skala regulasi
yang terdapat dalam kelompok masyarakat emosi yang telah diisi subjek penelitian, dan
tertentu dapat mempengaruhi cara individu wawancara dengan tokoh budayawan Melayu
menerima, menilai suatu pengalaman emosi, yang merupakan pembina Mahasiswa den-
dan menampilkan suatu respon emosi. Ke- gan Budaya Melayu di Pekanbaru.
mampuan meregulasi emosi ini penting dimi-
liki Mahasiswa dengan Budaya Melayu sep- Pengukuran
erti Doverspike (2001) yang mengemukakan Regulasi emosi diukur dengan meng-
untuk membiarkan perasaan negatif menjadi gunakan Skala Regulasi Emosi I yang dibuat
sebuah pemahaman untuk berubah ke per- peneliti berdasarkan teori aspek-aspek reg-
asaan positif, karena menurut Barret, Gross, ulasi emosi yaitu Faktor ekspresi dan su-
Christensen, dan Benvenuto (2001) emosi presi dari Gross dan John (2003) dan Skala
negatif dapat mempengaruhi aktivitas sese- Regulasi Emosi II yang disusun berdasarkan
orang. aspek: strategi regulasi emosi, keterlibatan
Pengalaman hidup yang terjadi pada perilaku bertujuan, kontrol respon emosi, dan
mahasiswa membutuhkan regulasi emosi penerimaan respon emosi (Gratz dan Roem-
agar mampu menyelesaikan permasalahan er, 2004). Data kuantitatif deskriptif diperoleh
terkait hal akademis maupun penyesuaian berdasarkan jumlah jawaban subjek peneli-
diri sehari-hari di lingkungan asramanya. tian pada Skala Regulasi Emosi I dan Skala
Pengalaman hidup akan terbentuk melalui Regulasi Emosi II. Skala merupakan alat ukur
regulasi emosi sehari-hari sehingga Maha- psikologis berbentuk kumpulan pernyataan si-
siswa mampu menyelesaikan masalahnya kap yang disusun sedemikian rupa sehingga
dan sukses akademis maupun non akade- respon seseorang terhadap pernyataan terse-
mis karena adanya kemampuan Mahasiswa but dapat diberikan skor dan diinterpretasikan
dalam mengelola emosi terkait peristiwa yang (Azwar, 2009a). Selain itu, untuk memperkuat
dialaminya, kemampuan memecahkan seh- hasil penelitian kuantitatif deskriptif, peneliti
ingga menjadi pribadi sehat. Regulasi emosi melakukan wawancara deskriptif.
yang dimiliki dapat membentuk individu men- Peneliti berusaha mengungkap se-
jadi sosok yang bertanggung jawab dalam jauhmana aitem-aitem dalam tes mencakup
memonitor, mengevaluasi, dan membentuk keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur
reaksi emosi berdasarkan proses eksternal dengan mendasarkan pembuatan alat ukur
dan internal (Thompson dalam Vingershoots, pada aspek regulasi emosi yang dinilai oleh
Nyklicek, & Denollet, 2008). profesional judgment sesuai teori validitas
Kemampuan regulasi emosi Maha- isi yang dikemukakan oleh Kerlinger (2002).
siswa mampu membuat Mahasiswa mengem- Dalam hal ini yang bertindak sebagai profe-
bangkan potensi individu diri dalam konteks sional judgement adalah tenaga pendidik
budaya melayu yang dapat dilihat mela- bidang Psikologi. Selain itu, peneliti melaku-
lui cara pandang, cara pikir, dan pengaturan kan analisis uji daya beda aitem untuk meli-
emosi dalam wujud perilakunya saat mengha- hat sejauh mana aitem mampu membedakan
dapi peristiwa hidup sehingga menjadi Ma- antara individu yang memiliki atribut dengan
hasiswa yang sukses dan dapat menikmati yang tidak memiliki atribut yang diukur den-
rasa sukses dan bahagia secara akademis gan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya
dan non akademis. Berdasarkan uraian latar selaras dengan fungsi ukur tes atau memilih
belakang masalah sebelumnya, maka peru- aitem yang mengukur hal yang sama dengan
musan masalah yang dapat disusun adalah: yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan
Bagaimanakah Regulasi Emosi Mahasiswa (Azwar, 1999). Pengujian daya beda aitem di-
dengan Budaya Melayu? lakukan dengan komputasi koefisien korelasi

2
Regulasi Emosi pada Mahasiswa Melayu ......Ahyani Radhiani Fitri, Ikhwanisifa

antara distribusi skor pada aitem dengan sua- tian, mencari domain yang lebih luas untuk
tu kriteria yang relevan yaitu skor total tes itu mencari perspektif yang lebih luas, menguji-
sendiri dengan menggunakan koefisien kore- dimensi yang kontras, menguji domain yang
lasi Pearson Product Moment atau yang dike- telah terorganisasi, membuat skema tentang
nal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, budaya, dan mencari tema universal. Ke-
1999). Koefisien korelasi Pearson Product absahan data kualitatif berdasarkan proses
Moment yang sesuai untuk jumlah sampel 50 wawancara dilakukan peneliti menggunakan
orang adalah 0,235 (Langdridge, 2004) art- triangulasi yaitu menggunakan metode lebih
inya, aitem-aitem yang memiliki nilai ≥ 0,235 dari satu, menggunakan peneliti lebih dari
dianggap memiliki daya beda aitem dan din- satu, dan menggunakan teori berbeda (Den-
yatakan valid, sedangkan aitem < 0,235 me- zin dalam Idrus, 2009). Selanjutnya keabsa-
miliki daya beda aitem yang rendah dan tidak han penelitian diperkuat dengan pembuktian
diikutkan dalam skala untuk penelitian sebe- dan upaya penemuan serta penafsiran yang
narnya. dilakukan sesuai dengan kondisi yang sen-
yatanya dan disetujui oleh subjek penelitian
Analsis Data (emic) berdasarkan pendapat dari Moleong
Analisis data penelitian kuantitatif (dalam Idrus, 2009) dan hasil wawancara di-
deskriptif dengan bantuan bantuan program lakukan dengan analisis tematik sesuai pen-
SPSS (Statistical Package for Social Sci- dapat dari Idrus (2009).
ences) versi 20.00. Analisa data kualitataif
dilakukan dengan mendasarkan pada lang- Hasil
kah-langkah yang dilakukan dalam penelitian
kualitatif yaitu mengumpulkan data, menilai Skala Regulasi Emosi I yang terdiri
atau menganalisis data, dan kemudian diakhi- dari 10 butir memiliki nilai reliabilitas instru-
ri dengan penarikan kesimpulan. Analisis data men sebesar 0,689 dengan rentang nilai
dilakukan dengan analisis budaya dengan korelasi aitem total yaitu: 0,260 – 0,597 dan
analisis tematik sesuai pendapat dari Idrus Skala Regulasi Emosi II memiliki nilai reliabili-
(2009) yaitu: peneliti bergaul dengan subjek tas instrumen sebesar 0,880 dengan rentang
penelitian selama proses penelitian, menga- korelasi butir aitem total yaitu: 0,257 – 0,683.
nalisis istilah tersembunyi dari domain peneli- Kategorisasi subjek penelitian berdasarkan
Skala Regulasi Emosi I dan II adalah:
Tabel 1. Kategorisasi Subjek Penelitian berdasarkan Skala Regulasi Emosi I
Kategori Jumlah Prosentase
Sangat Buruk 0 0,00 %
Buruk 1 2,00 %
Sedang 7 14,00 %
Baik 16 32,00%
Sangat Baik 26 52,00 %
Total 50 100%

Tabel 2. Kategorisasi Subjek berdasarkan Skala Regulasi Emosi II

Kategori Jumlah Prosentase


Sangat Buruk 0 0,00 %
Buruk 0 0,00 %
Sedang 9 18,00 %
Baik 11 22,00 %
Sangat Baik 30 60,00 %
Total 50 100%

3
Jurnal Psikologi, Volume 12 Nomor 1, Juni 2016

Berdasarkan kedua skala regulasi Sedangkan lingkungan sosial lain


emosi, subjek penelitian memiliki kemam- yaitu sekolah dan tempat perkuliahan pada
puan regulasi emosi dengan sangat baik. awalnya dirasakan subjek belum langsung
memberikan bekal dan nilai baik yang dapat
Hasil Uji Data Kualitatif dipedomani, namun saat ia telah mampu ber-
Hasil wawancara kualitataif deskriptif adaptasi dengan lingkungan tersebut, ia mer-
menemukan adanya empat tema yaitu ada- asakan bahwa lingkungan tempat pendidikan
lah peran orangtua, peran lingkungan sosial sebelumnya (jenjang SLTA) mampu mem-
(keluarga, dan tempat pendidikan: sekolah berikan motivasi dalam hal semangat, kerja
serta fakultas), pengalaman emosi (meny- keras, mengembangkan rasa kekluargaan
enangkan dan tidak menyenangkan) serta dan toleransi, sehingga ia lebih mendapat-
nilai – nilai yang dipertahankan. kan kepercayaan diri saat berada di tengah
masyarakat akademis saat ini (Fakultas).
Peran Orangtua.
Peran orang tua berupa nilai-nilai Pengalaman Emosi.
yang diberikan selama proses pengasuhan Pengalaman emosi yang dialami sub-
menjadi bekal hidup yang dirasakan dan dit- jek merupakan respon perilaku dari proses
erapkan sampai saat ini karena subjek masih adaptasi dalam menyelesaikan aktivitasnya
mendapatkan manfaat yang sama. Nilai dan termasuk menerapkan nilai peran orangtua
bekal yang ditanamkan yaitu: nilai agama dan lingkungan sosial. Subjek mengalami
seperti shalat, berdoa dalam menyelesaikan pengalaman menyenangkan saat melakukan
masalah, adat istiadat, moral seperti: keso- aktivitas akademik di sekolah, dan organisasi
panan, tolong menolong, tidak mudah meny- sehingga ia berusaha untuk amanah karena
erah, menghindari perselisihan dan menjaga kepercayaan yang diberikan orang lain (or-
kesehatan serta keselamatan. Nilai lain yang angtua, teman) dengan menjaga silaturahmi
ditanamkan orang tua adalah memotivasi yang baik dan berusaha belajar untuk menca-
anak dengan menanamkan nilai keagamaan, pai aktualiasi dirinya.
kejujuran, rajin, dan harapan agar anak men- Meskipun demikian, saat subjek men-
jadi lebih baik dibandingkan orangtuanya. galami pengalaman emosional negatif, pada
umumnya semakin berusaha untuk segera
Peran Lingkungan Sosial. menyelesaikan tugas perkuliahan sebagai
Lingkungan sosial khususnya keluar- salah satu bentuk tanggungjawabnya pada
ga berperan dalam memberikan nilai seperti: orangtua. Pada waktu kejadian emosi terse-
menyelesaikan masalah dengan berdiskusi but terjadi, subjek memilih untuk merepres
dan mendapatkan umpan balik dengan orang emosi sebagai cara untuk berdamai dengan
tua, membiasakan saling tolong menolong, situasi dan kondisi dengan memilih bertahan
persaudaraan harus wujud dalam kebersa- agar tercipta harmonisasi seperti berdiam diri,
maan, orang besar adalah orang yang me- menangis. Berikut adalah penyebab peristiwa
melihara budi pekertinya, dan sedapat mung- dan respon emosi yang ditunjukkan oleh sub-
kin menghindari perselisihan. jek:
Tabel 3. Respon Emosi saat Mengalami Peristiwa Negatif

No. Penyebab Peristiwa Emosi yang Dialami


1. Tidak dapat menjalankan tugas dengan baik, Sedih
tidak dapat membagi waktu, teman tidak
menepati janji; tidak dapat mengasuh saudara
kandung dengan baik sehingga bertengkar,
2. Melakukan perbuatan yang dilarang orangtua Takut
sebelumnya seperti: merokok
3. Saat memikirkan kondisi kurangnya kesehatan Khawatir
orangtua. Mengkhawatirkan respon orangtua
akibat perilaku yang dilakukan subjek sebelumnya.

Nilai yang Dipertahankan. Islam seperti barzanzi karena memberikan


Berikut adalah nilai-nilai yang diper- manfaat seperti melekatkan keakraban dan
tahankan subjek penelitian sampai dengan silaturahim. Selain itu, subjek juga berperilau
saat ini setelah ia memiliki pengalaman emo- untuk memelihara budi pekerti seperti harus
si sebelumnya: keakraban, kejujuran, gotong saling menyapa, tolong menolong, dan mena-
royong, sopan santun, ramah, memperta- namkan nilai kebersamaan serta kebanggaan
hankan permainan adat dan seni budaya sebagai orang Melayu.

4
Regulasi Emosi pada Mahasiswa Melayu ......Ahyani Radhiani Fitri, Ikhwanisifa

Pembahasan Ekspresi emosi dalam keluarga meru-


pakan bentuk komunikasi dan dapat diamati
Berdasarkan hasil perhitungan rerata serta dirasakan orang lain serta mempen-
hipotetik, mayoritas (60%) subjek penelitian garuhi orang-orang yang berada dalam kelu-
tergolong kedalam kategori regulasi emosi arga tersebut (Leff & Vaugh, 1985). Demikian
sangat tinggi. Regulasi emosi berdasarkan halnya ekspresi emosi subjek penelitian di
analisa kuantitatif berada pada kategori san- keluarganya juga dapat saling mempengaruhi
gat baik, artinya kemampuan mengatur emo- antara diri subjek dan orang lain di keluarg-
si pada mahasiswa melayu sangat baik yaitu anya. Hal ini ditampilkan subjek dalam bentuk
mampu mengendalikan emosi negatif yang kepemilikan keyakinan untuk dapat mengata-
dirasakan dan merespon masalah sehingga si suatu masalah, menemukan cara yang da-
tidak terpengaruh dengan emosi negatif yang pat mengurangi emosi negatif dan cepat me-
dirasakannya dan dapat tetap berpikir serta nenangkan diri kembali setelah merasakan
melakukan sesuatu dengan baik dan mampu emosi yang berlebihan. Misalnya saat sub-
menampilkan emosi dengan tapat dan tidak jek merasa khawatir terhadap kondisi orang
berlebihan serta menerima suatu peristiwa tuanya subjek mencoba untuk mengurangi
yang menimbulkan emosi negatif dan tidak perasan khawatirnya tersebut dengan meng-
merasa malu merasakan emosi tersebut. hubungi orang tua dan berusaha menyelesai-
Subjek penelitian (52%) sangat kan kuliahnya agar bisa berkumpul dan mera-
mampu dalam mengontrol atau mengenda- wat orang tuanya kembali, atau saat subjek
likan emosi, mengubah cara berpikir, atau diperlakukan tidak adil ia lebih memilih diam,
menenangkan diri kembali serta mampu men- maupun saat subjek memilih untuk menulis-
unjukkan respon emosi yang sangat tepat kannya dan memberitahukan pada orangtua
dalam situasi sosial baik itu dengan cara saat sudah dalam kondisi dan situasi yang
mengekspresikan emosi maupun mensupresi tepat. Subjek mampu mengontrol emosi sedih
emosi tersebut. yang dirasakan antara lain dnegan beberapa
Hal ini sesuai dengan pendapat dari cara seperti saat ia bersedih lebih memilih
Goleman (207) yaitu dalam pengaturan emosi untuk diam dan menangis atau pergi keru-
terjadi proses menyadari apa yang ada di balik mah teman, tidak menceritakan masalahnya
suatu perasaan misalnya rasa sakit hati yang pada orang lain, dan memilih membantu te-
akhirnya dapat memicu amarah; mempela- man yang punya masalah. Hal ini menunjuk-
jari bagaimana cara menangani kecemasan, kan kemampuannya untuk dapat mengontrol
amarah, dan kesedihan; dan mengelola emo- emosi yang dirasakan dan respon emosi yang
si sehingga dapat membantu individu bang- ditampilkan (respon fisiologis, tingkah laku
kit dari penurunan kualitas kehidupan. De- dan nada suara), sehingga tidak akan mera-
mikian pula dengan pendapat Hwang (2006) sakan emosi yang berlebihan dan menunjuk-
bahwa proses regulasi emosi yang unik pada kan respon emosi yang tepat.
individu yaitu untuk pengaturan pengalaman Demikian juga saat subjek subjek
emosional dalam pencapaian keinginan so- mengalami masalah yang cukup berat den-
sial sehingga diperoleh respon utama yang gan orang lain, ia berusaha tetap memilih ber-
tepat secara fisik dan psikologis terhadap tahan tinggal dan lebih banyak diam. Hal ini
permintaan intrinsik dan ekstrinsik (Hwang, menujukkan subjek mampu menerima suatu
2006). peristiwa yang menimbulkan emosi negatif
Analisis data kualitatif yang dilakukan dan tidak merasa malu merasakan emosi
juga mendukung temuan kuantitatif, maha- tersebut.
siswa melayu yang menjadi subjek penelitian Selain itu ada beberapa strategi yang
yang memiliki kemampuan regulasi emosi digunakan subjek dalam meregulasi emos-
yang baik. Hal ini terlihat dari keempat aspek inya. Subjek mampu melakukan strategi
yang dikemukakan Gratz dan Roemer (2004) cognitive change yaitu suatu strategi dimana
untuk menentukan kemampuan regulasi ia dapat mengevaluasi kembali situasi den-
emosi seseorang, hampir seluruhnya diguna- gan mengubah cara berpikir menjadi lebih
kan oleh masing-masing subjek. positif sehingga mengurangi pengaruh kuat
Subjek dalam mengontrol emosi dari emosi. Salah satunya adalah saat sub-
negatif yang dirasakan yakni memilih diam jek merasa sedih, ia selalu kembali meng-
sambil menahan emosi pada saat berlang- ingat nasehat orang tua angkat untuk tidak
sungnya emosi yang dirasakan, dan mencoba melawan kepada orang tua kandung ataupun
menjelaskan permasalahan yang terjadi den- nasehat ayah yang diulang – ulang oleh ibu-
gan tenang, tanpa ikut terpancing emosinya. nya.
Hal ini menunjukkan bahwa subjek mampu Subjek juga mampu mengubah ling-
tidak terpengaruh oleh emosi negatif yang di- kungan sehingga akan ikut mengurangi pen-
rasakannya sehingga dapat tetap berpikir dan garuh kuat dari emosi yang timbul. Hal ini ter-
melakukan sesuatu dengan baik. lihat saat subjek mampu mengajak temannya
untuk berperilaku lebih toleran saat sedang

5
Jurnal Psikologi, Volume 12 Nomor 1, Juni 2016

menghadapi masalah yang menyedihkan aki- dalam dimiliki oleh anggota masyarakat yang
bat ketidakberhasilan menyelesaikan masalah akan sering menentukan perbuatan atau
seperti saat ia mengalami kawan dekat yang tindak – tanduk perilaku anggota masyarakat
tidak lulus ujian nasional tingkat SLTA. Dalam (Dayakisni, 2004). Nilai universal pada ada
hal ini, subjek mampu menggunakan regulasi pada orang Melayu seperti nilai keyakinan
emosi dalam interaksinya dengan orang lain kepada kekuasaan Sang Pencipta, Tuhan,
karena ia memiliki regulasi emosi yang baik Nilai persebatian umat, nilai musyawarah dan
sesuai dengan pendapat dari Lazarus (1991) mufakat, serta menjaga maupun menciptakan
yaitu apa yang dianggap sesuai atau cultur- keadilan sehingga orang Melayu memiliki har-
ally permissible dapat mempengaruhi cara kat, martabat, dan marwah yang dipandang
seseorang berespon dalam berinteraksi den- sejajar dengan manusia dan masyarakat lain-
gan orang lain dan dalam cara ia meregulasi nya (Sollen dalam Rahman, 2003).
emosi. Mahasiswa Melayu juga ditanamkan
Cara regulasi emosi yang ditunjukkan nilai-nilai keagamaan semenjak mereka ke-
subjek penelitian diatas baik secara kuanti- cil, dibiasakan mengaji, sholat, untuk wanita
tatif maupun kualitatif sesuai dengan penda- menggunakan jilbab dan mendapat program
pat dari Martin (2003) yaitu adalah lebih peka didikan subuh, hal ini tentunya akan mem-
terhadap perasaan orang lain, tidak mudah pengaruhi bagaimana kemampuannya untuk
putus asa dalam menghadapi masalah, me- menunjukkan sikap atau respon emosi yang
miliki hubungan interpersonal yang baik den- tepat sesuai dengan harapan lingkungan
gan orang lain. Secara menyeluruh, keem- sosialnya. Hal ini sejalan dengan pendapat
pat subjek penelitian adalah individu yang Krause (dalam Coon, 2005) yang menyata-
mampu mengelola emosi dengan baik dalam kan bahwasanya setiap agama mengajarkan
hal menerima emosi yang sedang dirasakan- seseorang diajarkan untuk dapat mengontrol
nya, memikirkan sebab dan dampak ekspresi emosinya. Seseorang yang tinggi tingkat
emosi yang akan ditampilkan, serta mampu religiusitasnya akan berusaha untuk me-
memodifikasi lingkungan agar permasalahan nampilkan emosi yang tidak berlebihan bila
emosi yang dialami mampu diselesaikan se- dibandingkan dengan orang yang tingkat re-
cara tepat dan sesuai dengan kondisi situasi ligiusitasnya rendah.
lingkungannya.
Selain itu, subjek penelitian tetap Kesimpulan
mampu menjalin relasi sosial yang baik, hal
ini ditandai dengan mereka memiliki banyak Hasil penelitian terhadap Mahasiswa
teman, diakui oleh lingkungan sosial dengan Melayu menunjukkan mahasiswa melayu
diberikan peran atau amanah dalam organ- sangat mampu dalam mengenali, mengung-
isasi, mampu mengembangkan jiwa kewirau- kapkan, mengontrol atau mengendalikan
sahaannya dengan membuka kedai dan tetap emosi, mengubah cara berpikir, atau me-
mengikuti proses akademis yang baik dalam nenangkan diri kembali serta mampu menun-
dunia perkuliahan. Pengalaman emosi sub- jukkan respon emosi yang tepat dalam situasi
jek penelitian tersebut sesuai dengan penda- sosial dan juga merubah lingkungan sekitar
pat dari Bonanno (2001) yaitu adanya proses agar kondusif pada emosi yang dialaminya.
untuk mengenali emosi awal (frekuensi ide, Regulasi emosi yang digunakan subjek pe-
intensitas, atau durasi pengalaman, ekspresi, nelitian adalah dengan cara menyeleksi situ-
dan respon fisiologis; mengatasi pemisahan asi yang terjadi dan mempengaruhi emosi,
emosi, tekanan, dan ekspresi; mengurangi usaha memodifikasi dampak emosi, usaha
emosi negatif dan tidak mengurangi emosi lebih memfokuskan perhatian saat mengaha-
positif. Selain itu regulasi emosi akhir berupa dapi situasi yang kompleks, menyeleksi dan
pengurangan pengungkapan emosi negatif menyatukan situasi yang dihadapi, meng-
dan positif yang mempengaruhi interaksi so- hambat ekspresi emosi saat terjadi gejolak
sial. emosi yang sesungguhnya baik dengan
Orientasi nilai yang ditanamkan dalam mencegah emosi yang sesungguhnya terjadi,
adat melayu seperti; persaudaraan harus wu- dan mencegah pengungkapan perilaku ek-
jud dalam kebersamaan, perselisihan seda- spresif. Meskipun demikian, penelitian masih
pat mungkin dihindarkan, orang besar adalah terbatas pada mahasiswa melayu dari Selat
yang memilihara budi pekertinya, dan petuah Panjang dan Kepulauan Riau dan perlu dis-
orangtua takkan dilupa, tentunya akan mem- empurnakan dengan subjek penelitian yang
pengaruhi cara berpikir mahasiswa melayu lebih memiliki vareasi sosiodemografi (usia,
itu sendiri. Dalam hal ini tentunya akan men- pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal) pada
garahkan kepada cara berpikir yang menjadi Suku Melayu di Pekanbaru, Duri, Bengkalis,
lebih positif. Subjek yang ditanamkan nilai- Siak, dengan berfokus pada metode kuali-
nilai tersebut sejak dini akan mampu mem- tatif fenomenologis atau etnografi sehingga
pengaruhi bagaimana mereka meregulasi diharapkan akan lebih memperkaya temuan
emosinya. Nilai adalah perasaan yang men- lapangan mengenai regulasi emosi pada

6
Regulasi Emosi pada Mahasiswa Melayu ......Ahyani Radhiani Fitri, Ikhwanisifa

mahasiswa Suku Melayu. and well-being. Journal of Personality


and Social Psychology, 85, (2), 348 -
Daftar Pustaka 362.
Johari, S., P., & Akhyar, K. 2014. Pembinaan
Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan Interen Suku Melayu di Kota Dumai.
Validitas. Yogyakarta: Pustaka Laporan Penelitian. Pekanbaru: UIN
Pelajar. Suska Riau.
Barrett, L.F., Gross, J., Christensen, T.C. Kerlinger, N. F. (2002). Azas-Azas Penelitian
(2001). Knowing what you are feeling Behavioral (Edisi 3). Yogyakarta:
and knowing what to do about it: Gajah Mada University Press.
Mapping the relation between emotion Langdridge, D. (2004). Introduction to
differentiation and emotion regulation. Research Methods and Analysis in
Cognition and Emotion, 15. Psychology. England: Pearson
Coon, D. (2005). Psychology a journey (2nd Prentice Hall.
ed.). USA: Thomson Wadsworth. Lazarus, R.S. 1991. Emotion and Regulation.
Dayakisni, T. (2004). Psikologi Lintas Budaya. Oxford: Oxfprd University Press.
Malang: Universitas Muhammadiyah Martin, A. D. (2003). Emotional Quality
Malang. Management. Jakarta: Arga.
Doverspike, W.F. (2001). How To Forgive Rahman, E., Marni, T,, & Zulkarnain. (2003). A
Others: A Key To Emotional Health. lam Melayu, Sejumlah Gagasan Men
Effendi, T. (2005). Tunjuk Ajar Melayu. jemput Keagungan. Pekanbaru: UNRI
Yogyakarta: Adicita Press.
http://www.kompasiana.com/mulyadi.usu/ Thamrin, H. 2003. Problematika Masyarakat
konsep-malu-dalam-masyarakat- Melayu di Asia Tenggara dalam Alam
melayu_54f3f4157455139d2b6c8255, Melayu, Eksumtion Rahma, dkk.
tanggal 13 Juli 2015). Pekanbaru: UNRI Press.
Goleman, D. (1996). Emotional Intelligence. Vingershoots, Ad., Nyklicek, I., & Denollet, J.
Alih Bahasa: T. Hermaya. Jakarta: PT. (2008). Emotion Regulation:
Gramedia Pustaka Utama. Conceptual and Clinical Issues.
Gross & John, (2003). Individual differences Netherlands: Springer

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai