Nim : 200101101
2021/2022
1. A. Langkah- Langkah yang digunakan untuk membangun karakter siswa
1. Menentukan karakter: penentuan karakter dilakukan berdasarkan tujuan karakter
yang diharapkan dalam artian setelah mengikuti seluruh proses pembelajaran,
maka karakter yang terbentuk merupakan karakter yang sudah ditentukan.
2. Melaksanakan penanaman karakter: pelaksanaan penanaman karakter dilakukan
melalui pembelajaran dengan cara mengintegrasikan karakter yang sudah
ditentukan kedalam pembelajaran.
3. Pembiasaan perilaku karakter: pembiasaan perilaku karakter akan membentuk
karakter siswa seperti yang ditemukan bahwa dalam pembentukan karakter, perlu
adanya pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang dan
konsisten. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa dalam membentuk
peserta didik yang berkarakter pribadi yang baik maka dalam karakter yang
ditanamkan harus dilakukan secara berulang-ulang.1
1. Teori Behaviorisme
Teori belajar behaviorisme merupakan teori yang pertama kali di cetuskan oleh
Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai dari hasil dari
pengalaman. Teori berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah perkembangan teori praktik pendidikan serta perbelajaran yang
dikenal dengan aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behaviorisme adalah teori yang
salah satu menggagas perubahan karakter siswa melalui stimulus dan respon.
Menurut teori behaviorisme yang penting adalah input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respons. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada
siswa, sedangkan respon adalah berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Peroses yang terjadi antara stimulus
dan respons tidak penting untuk diperhatikan karna tidak dapat diamati dan tidak
dapat diukur. Namun yang dapat diamati adalah stimulus dan respons dalam artian
1
M. I. Kurniawan. “MENDIDIK UNTUK MEMBENTUK KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR: Studi Analisis
Tugas guru Dalam Mendidik Siswa berkarakter Pribadi yang Baik”, JURNAL PEDAGOGIA ISSN 2089-3833
Volume. 4 No. 2. 2015 https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/download/614/518
apa yang berikan oleh guru dan apa yang diterima oleh murid. Sebagaimana yang
dikatan Agus Sujanto yang mengungkapkan bahwa menurut teori behaviorisme
obyek ilmu jiwa harus sesuatu yang tampak, yang dapat diindra, yang dapat
diobservasi. Metode yang dipakai yaitu mengamati kemudian menyimpulkan.2
2. Teori teori neurosains tidak hanya menggagas perilaku siswa yang tampak saja
akan tetapi neurosains mampu menjawab permasalahan-permasalahan dalam
penanaman karakter siswa baik yang tampak maupun yang tidak tampak.
neurosains menganggap bahwa seluruh perilaku (Karakter) manusia didasari atas
kerja otak dan saraf.
C. Nilai- nilai yang dikembangkan bagi karakter siswa madrasah atau siswa di SDIT,
siswa di lingkungaan sekolah pesantren.
Gambar 1.1 Hasil Wawancara dengan guru di SDI. MIN Hajussalam NW. Manggong
bapak Syamsul Rizal M,A dan bapak Zam Zuri,QH
2
Zulhammi. “Teori Behaviorisme dan Humanistik Dalam Perspektif Pendidikan Islam”. Jurnal Darul Ilmi, vol.03,
no. 01. 2015 https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/Psikoislam/article/download/6199/4786
Nilai-nilai yang dikembangkan bagi karakter siswa di SDI. MIN Hajussalam NW.
Manggong yaitu :3
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain, juga dalam memberi motivasi dan membimbing seseorang
untuk melakukan perbuatan yang baik.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, misalnya jujur
dalam menjawab ujian tidak menyontek, tidak bertanya kepada teman dll
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Contohnya menghormati
teman agama lain yang berdoa atau beribadah.
4. Disiplin.
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
dan peraturan, Misalnya tidak membuang sampah sembarangan di sekitar
lingkungan sekolah.
5. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki. Siswa merasa senang dan nyaman belajar di sekolah
tanpa ada yang membebani.
6. Mandiri.
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas, dan selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan di dengar.
7. Demokratis
3
Hasil wawancara dengan bapak Syamsul Rizal M.A, “Nilai-nilai yang dikembangkan bagi karakter siswa di SDI.
MIN Hajussalam NW. Manggong”, 11 Desember 2021
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain. Menurutnya, susasana yang demokratis suasana yang
terbuka dan mendorong siswa untuk berani mempunyai pendapat. Hal ini terjadi
di semua mata pelajaran.
8. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
9. Tanggung Jawab. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.4
Banyaknya kata yang memuat makna studi tersebut menandakan bahwa kata dalam
tradisi keilmuan Islam belum di temukan istilah sepesifik yeng menjelaskan makna
tentang studi. Banyak para ahli dan pakar perguruan tinggi yang berusaha mendefinisikan
mengenai apa yang dimaksud dengan studi Islam terutama di ranah Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam (PTKI), mengingat lembaga pendidikan PTKI lahir dalam rahim
sejarah pendidikan yang masih diwarnai dengan dominasi pendidikan masjid, sehingga
tidak heran jika Satiman dan Hatta mendefinisikan Studi Islam adalah perpaduan antara
pendidikan masjid yang bersifat religius dan pendidikan umum yang inklusif, kritis,
sosiologis, historis, serta filosofis.
Awal mula definisi studi Islam memiliki pengertian yang sangat apologis terhadap
Islam, disinyalir dari H.M. Arifin bahwa yang dimaksud studi Islam adalah proses
pendidikan yang didasari pada nilai-nilai filososfis berdasarkan al-Qur’an dan Hadis Nabi
Muhammad SAW. kemudian dirasa kurang Ahmad Tafsir juga menandaskan studi Islam
adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Namun pendapat itu disanggah oleh pendapat
lain yaitu seorang pemikir intelektual perguruan tinggi agama Islam, juga salah satu
sosok yang berpengaruh di Indonesia yaitu A. Mukti Ali memberikan definisi bahwa
studi Islam adalah cara memahami agama terutama Islam dengan rasional, objektif,
4
Sri Narwanti, “ Pendidikan Karakter”, (Yogyakarta : Familia, 2011)
sistematis, dan holistik baik dipandang dari sudut ajaran (normatif), sejarah (historis),
maupun peradaban (sosiologis-antopologis).5 juga memberikan catatan penting bahwa
studi Islam adalah studi yang mampu mendialogkan antara teks keagamaan dan konteks
problematika umat meliputi berbagai macam aspek yang beragam meliputi sosial,
ekonomi, politik, dan konsep-konsep yang ada di dunia Barat dan pandangan dunia
secara luas.
A. Perguruan Tinggi
1. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Latar belakang, visi, misi, dan tujuan studi islam penting di perguruan tinggi
Studi Islam (PSI), merupakan sebuah mata kuliah yang berupaya mengkaji
keislaman dengan wilayah telaah materi ajaran agama dan fenomena kehidupan
beragama. Pendekatan yang dilakukan biasanya melalui berbagai disiplin keilmuan,
baik yang bersifat doktrinal-normatif maupun historis-empiris. Dari disiplin ini
kemudian bermunculan berbagai cabang keilmuan seperti ilmu fikih, ilmu akidah,
ilmu tafsir, ilmu Hadits, sejarah Islam, psikologi Islam, antropologi Islam, sosiologi
Islam, dan lain-lain. Pembagian studi tentang Islam yang bersifat doktrinalnormatif
dan historis-empiris memang harus dilakukan, karena dalam kenyataan, seperti yang
dikatakan oleh Jacques Waardenburg, harus dibedakan antara data dan informasi
5
A. Singgih Basuki, “Pemikiran Keagamaan”, (Yogyakarta: SUKA-Press, 2013), hal. 80
tentang Islam yang dilakukan oleh masyarakat Islam dengan data dan informasi
tentang Islam yang bersifat doktrinalnormatif.
Apabila studi Islam yang dikembangkan di UIN, IAIN, STAIN dan STAI
swasta selama ini masih bersifat doktrinalnormatif, maka mata kuliah ini mencoba
untuk memperluas wilayah kajian tersebut dengan melibatkan kajian yang bersifat
historis-empiris.
Dengan demikian mata kuliah ini menjadi penting dan wajib diambil oleh
seluruh mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya karena sebagai dasar untuk
menganalisis segala permasalahan terkait dengan Islam secara baik. dan Mahasiswa
mampu memahami, menganalisis dan menjelaskan beberapa hal terkait dengan Islam
dan permasalahan yang ada di masyarakat muslim secara baik dan menjadikan islam
sebagai sasaran akademik.6
Visi, misi, dan tujuan
Visi :
“Terwujudnya Program Studi Sistem Informasi yang unggul, berdaya saing,
danmenghasilkan lulusan yang mampu mengintegrasikan sains dan keislaman
dalammenjawab kebutuhan masyarakat”
Misi :
1. Menyelenggarakan program studi sistem informasi yang unggul dalam pendidikan,
riset, dan pengabdian masyarakat.
2. Menyelenggarakan Prodi Sistem Informasi yang memiliki standar mutu nasional di
bidang tata kelola dan keilmuan
3. Menyelenggarakan Prodi Sistem Informasi yang berbasis nilai-nilai keislaman dan
sejalan dengan budaya dan kearifan lokal
Tujuan :
1. Menghasilkan lulusan yang unggul dalam bidang Sistem Informasi yang mampu
memberikan kontribusi bagi masyarakat.
2. Menghasilkan lulusan yang profesional dalam bidang sistem informasi dan
memiliki daya saing di tingkat nasional, regional, dan internasional.
6
Affandi Mochtar, “Tradisi Kajian Islam Modern, Survey Akademik Studi Islam”, (Yogyakarta: SUKA Press,
2011), hlm 15.
3. Menghasilkan lulusan sistem informasi yang memiliki akhlakul karimah,
ketajaman analisis, jiwa kepemimpinan, jiwa technopreneur, kreatif dan
komunikatif serta berkontribusi dalam pemanfaatan sistem informasi untuk
pemberdayaan masyarakat sesuai kearifan lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, M.I. 2015. MENDIDIK UNTUK MEMBENTUK KARAKTER SISWA SEKOLAH
DASAR: Studi Analisis Tugas guru Dalam Mendidik Siswa berkarakter Pribadi yang Baik,
JURNAL PEDAGOGIA ISSN 2089-3833 Volume. 4 No. 2.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/download/614/518
Zulhammi. 2015. Teori Behaviorisme dan Humanistik Dalam Perspektif Pendidikan Islam.
Jurnal Darul Ilmi, vol. 03, no. 01.
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/Psikoislam/article/download/6199/4786
Hasil wawancara dengan bapak Syamsul Rizal M.A. Nilai-nilai yang dikembangkan bagi
karakter siswa di SDI. MIN Hajussalam NW. Manggong”, 11 Desember 2021
Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter, Yogyakarta : Familia.
Singgih Basuki A. 2013. Pemikiran Keagamaan, Yogyakarta: SUKA-Press, hal. 80
Mochtar, Affandi. 2011. Tradisi Kajian Islam Modern, Survey Akademik Studi Islam,
Yogyakarta: SUKA Press, hlm 15.
Panitia OPAK 2015, Orientasi Pengenalan Akademik kemahasiswaan, Yogyakarta: OPAK UIN
Sunan Kalijaga, hal. 55