Anda di halaman 1dari 7

JPE 5 (2) (2016)

Journal of Primary Education

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpe

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI SOSIAL DALAM MEMBENTUK


PERILAKU SOSIAL SISWA SD

Itsna Oktaviyanti 1) , Joko Sutarto2), Hamdan Tri Atmaja3)

1)
Prodi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
2)
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, FIP, Universitas Negeri Semarang
3)
Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang
Info Artikel Abstrak
________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Pengaruh globalisasi terus menggerus budaya timur yang dianut dan berpengaruh terhadap perilaku
Diterima 2 September sosial siswa. Nilai-nilai sosial perlu ditanamkan agar siswa tidak mudah terprovokasi pengaruh buruk.
2016 Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui latar belakang kultural siswa, implementasi nilai-nilai
Disetujui 2 Oktober sosial pada proses pembelajaran IPS, perilaku sosial siswa SD. Metode yang digunakan dalam
2016 penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi,
Dipublikasikan 2 dan studi dokumenter. Pengujian keabsahan data digunakan teknik triangulasi sumber, metode, dan
Desember 2016 teori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang kultural siswa tercermin dalam hal
berbahasa yang sopan, sistem mata pencaharian, sistem religi dan kesenian; implementasi nilai-nilai
________________ sosial dengan menanamkan nilai kemerdekaan, nilai toleransi, nilai kejujuran dan nilai menghormati
Keywords: kebenaran telah dilaksanakan dengan maksimal; perilaku sosial sebagian besar siswa sesuai nilai-nilai
Background of Cultural; sosial baik tercermin dari gaya berpakaian, cara berkomunikasi, pergaulan dan tata krama.
Social Values; Social Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa latar belakang kultural dan implementasi
Behavior. nilai-nilai sosial berpengaruh dalam membentuk perilaku sosial siswa. Perilaku siswa tidak hanya
____________________ dipengaruhi oleh arena sekolah, akan tetapi ada arena keluarga dan masyarakat yang berperan
penting. Saran yang dapat diberikan yaitu perlu diciptakan kegiatan siswa yang dapat menumbuhkan
budaya timur seperti ektrakurikuler di sekolah dan mengaji ketika di luar sekolah.

Abstract
___________________________________________________________________
This study aimed to determine the effectiveness of learning by PBL Ethnomathematicsmodels to improve the
ability of thinking creatively and to analize the profile and the students' creative thinking process. This type of
research is mixed methods, concurrent embedded design. Analysis of the data for the effectiveness is testing the
mastery learning, comparative tests by independent t-test, and increasing test by the gain. While the analysis
of the profile and creative thinking process using the model of Miles and Huberman. The results are (1) the
learning is effective because creative thinking abilities of students have achieved the mastery more than 75%;
the average increase of the ability to think creatively in experimental class is better than in the control class;
an increasing of students' ability to think creatively. (2) Students with a high interest in learning
mathematics are included in TKBK 3 (Creative Thinking Ability Level 3) or creative, they master all aspects
of creative thinking well, but still less meticulous in fluency aspect. Student with a middle interest are
included in TKBK 2 (quite creative), they master aspects of fluency, flexibility and elaboration but has flaws
in originality. Students with low learning interests are at TKBK 1 (less creative), mastering aspects of fluency
and elaboration but they are still diSP2iculties in mastering aspects of originality and flexibility. (3) Students
of high interest are able to pass through all the stages Wallas well, students in medium interest are in
illumination. Students with low interest are in incubation.

© 2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6404
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
e-ISSN 2502-4515
E-mail : itsna.okta29@gmail.com

113
Itsna Oktaviyanti, dkk / Journal of Primary Education 5 (2) (2016)

PENDAHULUAN didasarkan atas nilai yang dianut masyarakat.


Jika nilai sosial yang telah dianut masyarakat
Nilai merupakan suatu tipe kepercayaan tidak diamalkan, disintegrasi dalam masyarakat
yang berada dalam ruang lingkup sistem dapat terjadi. Seperti halnya pada anak usia
kepercayaan dimana seseorang bertindak atau sekolah dasar, ketika mereka tidak dapat
menghindari suatu tindakan, atau mengenai bertindak sesuai nilai sosial maka akan tercipta
suatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan perilaku sosial yang kurang baik, maka dari itu
(Rokeach dan Bank dalam Toha 1996: 119). perlu adanya penanaman nilai sosial sejak dini.
Mengenai kebenaran sebuah nilai tidak Penanaman nilai dapat dilakukan oleh
membutuhkan pembuktian empirik, namun berbagai lembaga seperti sekolah dan keluarga.
lebih terkait mengenai penghayatan dan apa Pada lembaga sekolah penanaman nilai dapat
yang dikehendaki atau tidak dikehendaki, dilakukan melalui berbagai kegiatan baik dalam
disenangi atau tidak disenangi oleh seseorang. bentuk peraturan maupun diselipkan pada
Ketika dihadapkan pada kondisi hidup proses pembelajaran di kelas. Penanaman nilai
bersama dalam suatu tatanan masyarakat melalui proses pembelajaran dapat disesuaikan
diperlukan sebuah nilai yang dapat menjadi dengan bidang kajian yang ada, dalam hal ini
acuan seseorang dalam berinteraksi dengan mata pelajaran IPS cocok untuk menjadi
orang lain yang disebut nilai sosial. Nilai sosial medium pentransferan nilai sosial dari guru ke
terbagi menjadi dua yaitu nilai substansif dan siswanya. Hal tersebut sesuai dengan tujuan IPS
nilai prosedural (Sapriya, 2015: 54). Nilai untuk membentuk siswa yang memiliki
substansif adalah keyakinan yang telah kemampuan dalam menjalin hubungan maupun
dipegang oleh seseorang dan umumnya hasil mengembangkan interaksi sosial berdasarkan
belajar, bukan sekedar menanamkan atau nilai-nilai, norma-norma, maupun konsep-
menyampaikan informasi semata. Setiap orang konsep ilmu sosial. Pramono (2013: 16)
memiliki keyakinan atau pendapat yang menyatakan untuk mencapai tujuan itu,
berbeda-beda, sesuai dengan keyakinannya pembelajaran IPS dilaksanakan dengan orientasi
tentang suatu hal. Selanjutnya nilai prosedural agar terjadi transfer of values, dan bukan
merupakan nilai-nilai yang perlu diajarkan semata-mata agar terjadi transfer of knowledge.
untuk menghadapi keberagaman individu agar Dengan demikian IPS memiliki andil penting
terhindar dari hal yang membahayakan dan dalam penanaman nilai-nilai sosial pada siswa.
menyimpang, nilai ini dianggap benar oleh Pembentukan manusia yang sesuai
kebanyakan orang. Dari kedua jenis nilai dengan nilai sosial tidak hanya menjadi
tersebut tentu perlu kajian mendalam jika harus tanggung jawab sekolah ataupun guru, namun
membudayakan nilai substansial karena tidak peran keluarga juga sangat penting karena
semua yang kita anggap benar adalah kebenaran keluarga merupakan lembaga pendidikan
bagi semua orang, berbeda halnya dengan nilai pertama bagi anak. Permasalahan yang
prosedural yang sudah barang tentu harus kemudian muncul yaitu apabila penanaman
diamalkan karena merupakan nilai yang telah nilai sosial berbenturan dengan latar belakang
dianggap benar oleh kebanyakan orang. kultural mereka. Ketika nilai sosial yang dianut
Nilai prosedural perlu diamalkan oleh kebanyakan masyarakat sama dengan latar
setiap orang agar dapat tercipta kehidupan yang belakang kultural keluarga, maka tidak akan ada
nyaman dan tentram. Karena pada dasarnya masalah, namun jika ada perbedaan maka perlu
hidup dalam lingkup masyarakat yang luas adanya bimbingan orangtua untuk meluruskan
dibutuhkan nilai yang dapat mengatur hal tersebut agar tidak terjadi kebingungan pada
kehidupan manusia sehingga setiap problema anak.
yang muncul akan ada jalan keluar yang

114
Itsna Oktaviyanti, dkk / Journal of Primary Education 5 (2) (2016)

Kebingungan yang dialami anak terjadi menolong diantara sesama. Selain itu,
karena kebanyakan orang tua terlalu idealis mengikisnya nilai toleransi mengakibatkan
mengenai nilai yang sudah dianut oleh keluarga kurang baiknya hubungan antar teman, mereka
dan telah mendarah daging menjadi suatu selalu merasa paling benar diantara lainnya.
budaya bagi kehidupan mereka. Ketika perilaku Tidak hanya dalam hubungannya dengan
anak tidak sesuai dengan nilai yang telah teman, globalisasi juga melunturkan nilai sopan
membudaya maka akan terjadi disintegrasi santun kepada orang yang lebih tua. Hal
dalam keluarga. Dengan demikian, mau tak tersebut tercermin dalam kehidupan sehari-hari
mau nilai-nilai yang membudaya dalam ketika sang anak sudah sangat sulit memenuhi
keluarga akan mempengaruhi perilaku sosial perintah orang tua dengan perkataan yang
siswa dalam kehidupan sehari-hari baik di kurang baik ataupun bernada tinggi. Tak sampai
lingkungan masyarakat maupun sekolah. Hal disitu, dalam lingkungan sekolahpun sikap
tersebut tidaklah buruk karena pada dasarnya sopan santun sudah berkurang. Hal tersebut
nilai-nilai yang dianut oleh berbagai macam dibuktikan dengan maraknya kasus kekerasan
suku/ras ataupun kepercayaan yang diyakini yang dilakukan oleh guru kepada siswanya, hal
tidaklah jauh berbeda, kalaupun ada hal yang tersebut dilakukan guru karena sudah tidak bisa
berbeda diperlukan toleransi yang tinggi. Hanya mengendalikan emosi dalam menghadapi
saja ego menjadi penghambat pentingnya siswanya yang semakin tidak sopan dan
toleransi dalam pergaulan. berperilaku seenaknya sendiri.
Ego yang dimiliki anak tidak lain Berbagai permasalahan sebenarnya dapat
dipengaruhi oleh dampak negatif globalisasi dihindarkan atau diselesaikan dengan perbaikan
yang membawa banyak kebudayaan dari luar. perilaku dengan penanaman nilai-nilai sosial di
Walaupun globalisasi banyak membawa sekolah dan bantuan dari pihak orang tua.
pengaruh positif bagi perkembangan anak, Penanaman nilai-nilai sosial di sekolah termasuk
namun tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh dalam aspek afektif, namun pada kenyataannya
negatif juga mengiringi. Pengaruh negatif pembelajaran di sekolah lebih menekankan
globalisasi membuat anak memiliki kebiasaan aspek kognitif dibandingkan afektif. Sekolah
yang tidak sesuai dengan budaya timur dan masih menganggap bahwasanya pembelajaran
cenderung melupakan nilai-nilai sosial yang yang berhasil adalah mencetak manusia yang
dianut oleh masyarakat Indonesia. Seperti yang pintar dalam ilmu pengetahuan umum, padahal
kita ketahui bahwa siswa sekolah dasar berada lebih dari itu yang terpenting adalah
pada usia 6-12 tahun dan pada tahap ini anak pembentukan sikap yang terpuji seperti yang
memiliki keingintahuan yang tinggi sehingga diamanatkan undang-undang.
sangat mudah menerima dan terdoktrin berbagai SD Negeri 1 Serang Kecamatan Mrebet
budaya yang masuk. Kemampuan filtrasi yang merupakan salah satu sekolah yang memiliki
kurang baik membuat anak tidak bisa memilah keunikan cukup menonjol di Kabupaten
mana yang baik dan mana yang buruk, Purbalingga. Letak sekolah yang berada di
akibatnya anak berperilaku tidak sesuai dengan bawah kaki gunung Slamet ini membuat akses
nilai-nilai sosial yang berlaku. menuju sekolah sulit dijangkau dengan jalan
Pengaruh negatif dari globalisasi yang menanjak dan berliku. Sebagai salah satu
diantaranya menggerus budaya lokal berupa desa yang terletak di kaki gunung, Serang
gotong royong, toleransi dan sikap sopan memiliki kebudayaan unik yang rutin dilakukan
santun. Anak jaman sekarang lebih setiap tahun yaitu sedekah gunung, hal ini
individualistik, mereka merasa dengan teknologi dipercayai akan menghidarkan masyarakat dari
yang ada sekarang ini dapat membuat mereka bencana dan rezeki akan terus mengalir.
melakukan segalanya sendiri sehingga tidak Walaupun memiliki kebudayaan khusus yang
perlu membudayakan hidup saling tolong berbeda dengan daerah lain, masyarakat yang

115
Itsna Oktaviyanti, dkk / Journal of Primary Education 5 (2) (2016)

tinggal di desa Serang tidaklah homogen, siswa dalam membentuk perilaku sosial siswa.
terdapat beberapa keragaman diantaranya dari Latar belakang kultural di sini mencakup
segi agama yang dianut, mata pencaharian, kebudayaan dilihat dilihat dari unsur budaya
hingga status sosial masyarakat dan hal tersebut seperti dari unsur bahasa, sistem mata
tercermin dari siswa yang bersekolah di SD pencaharian hidup, sistem religi dan kesenian.
Negeri 1 Serang. Jika dilihat dari mata Sedangkan nilai-nilai sosial yang ditanamkan
pencaharian, sebagian besar orang tua siswa merupakan kelompok nilai prosedural berupa
bekerja sebagai petani dengan berkebun karena nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran, dan
sesuai dengan letaknya yang berada di daerah menghormati kebenaran pada pembelajaran IPS
pegunungan, namun tak hanya itu, banyak dari oleh guru. Kemudian perilaku siswa dilihat dari
orangtua siswa yang bekerja sebagai pedagang, gaya berpakaian, cara berkomunikasi, pergaulan
montir dan karyawan swasta. Dari segi status dan tata krama kepada orang yang lebih tua.
sosial, seperti halnya di kota terdapat banyak Data dikumpulkan peneliti menggunakan
perbedaan yang terdiri dari kalangan keluarga metode wawancara mendalam, observasi dan
biasa dan keluarga terhormat atau berada dari studi dokumenter. Sumber data dalam penelitian
segi finansial. Namun jika dilihat dari agama, ini adalah siswa, guru, orang tua, dan
siswa SD Negeri 1 Serang hanya menganut satu masyarakat sekitar, sedangkan penentuan
kepercayaan yaitu Islam, adapun perbedaan informan menggunakan purposive sampling
yaitu salah satu guru ada yang beragama sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian dan
Kristen. Beberapa keragaman itu menyebabkan menggunakan snowball sampling karena dirasa
keragaman culture/budaya yang dianut oleh perlu sampel tambahan data agar menjadi valid.
siswa sehingga perlu adanya integrasi budaya Teknik pemeriksaan kebasahan data untuk
dalam bentuk penanaman nilai-nilai sosial pada penelitian ini adalah menggunakan teknik
proses pembelajaran di sekolah sehingga triangulasi. Sugiyono (2010: 330)
menghasilkan perilaku sosial yang baik. mengemukakan bahwa dalam teknik
Keunikan wilayah dan keragaman budaya yang pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai
ada di desa Serang inilah yang mendorong teknik pengumpulan data yang bersifat
peneliti untuk melakukan penelitian mengenai menggabungkan dari berbagai teknik
implementasi nilai-nilai sosial dalam pengumpulan data dan sumber daya yang telah
membentuk perilaku siswa SD Negeri 1 Serang. ada. Jika peneliti melakukan pengumpulan data
Tujuan penelitian untuk mendiskripsikan dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti
budaya siswa SD Negeri 1 Serang, menganalisis mengumpulkan data yang sekaligus menguji
nilai-nilai sosial siswa selama proses kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas
pembelajaran IPS, dan menganalisis perilaku data dengan berbagai teknik pengumpulan data
sosial siswa SD. dan sumber data.
Langkah selanjutnya yaitu menganalisis
METODE PENELITIAN data. Teknik menganalisis data dimulai dari
mereduksi data, menyajikan data, dan penarikan
Penelitian ini merupakan penelitian kesimpulan atau verifikasi.
kualitatif dengan pendekatan interpretatif untuk
mendiskripsikan latar belakang kultural siswa HASIL DAN PEMBAHASAN
SD Negeri 1 Serang, mengetahui implementasi
nilai-nilai sosial pada proses pembelajaran IPS Latar Belakang Kultural Siswa
dan menganalisis mengenai perilaku sosial siswa Latar belakang kultural siswa yang diteliti
SD. meliputi bahasa, sistem mata pencaharian,
Penelitian ini berfokus pada implementasi sistem religi dan kesenian. Bahasa yang
nilai-nilai sosial dan latar belakang kultural digunakan oleh sebagian besar siswa SD Negeri

116
Itsna Oktaviyanti, dkk / Journal of Primary Education 5 (2) (2016)

1 Serang adalah bahasa Jawa, dengan ketentuan kejujuran pada diri masing-masing siswa. Nilai
kepada orang tua maupun guru menggunakan menghormati kebenaran diimplementasikan
bahsa Jawa krama dan kepada teman seusianya melalui proses pembelajaran dengan guru mau
menggunakan bahasa Jawa ngoko atau pada menerima masukan dari siswa saat guru salah
masyarakat Purbalingga disebut bahasa Ngapak. dalam menerangkan, guru menegur siswa yang
Hasil temuan di lapangan menunjukkan mata tidak memperhatikan saat proses pembelajaran
pencaharian di desa Serang diantaranya sebagai berlangsung, dan menegur atau menghukum
petani, pedagang, buruh tani, kuli bangunan, siswa yang telat masuk ke kelas. Hal tersebut
montir, karyawan swasta dan lainnya. Sistem dimaksudkan agar siswa menghormati peraturan
religi di desa Serang tercermin dari adanya dua yang sudah ada dan melaksanakannya sebagai
agama yang dianut yaitu Islam dan Kristen. bentuk menghormati nilai kebenaran.
Dalam mewujudkan ketaatan kepada Tuhan Perilaku sosial merupakan tingkah laku
pada umat muslim terwujud dalam bentuk solat sosial yang kaitannya dengan nilai-nilai sosial
dan mengaji sedangkan umat nasrani terwujud seperti bertatakrama, bersopan santun,
dalam bentuk kebaktian di Gereja setiap hari mematuhi aturan-aturan baik di sekolah, di
minggu. Untuk kesenian yang ada di desa masyarakat, maupun di lingkungan keluarga
Serang diantaranya kuda lumping, tek-tek, (Yudhistiani 2012: 10). Dalam menilai perilaku
rebana dan karawitan. Kesenian tersebut sosial yang berkaitan dengan tata krama, sopan
ditampilkan saat acara penyambutan tamu, santun dan menaati aturan dapat tercermin dari
perayaan hari besar agama dan nasional serta kebiasaan siswa.
dalam acara tradisi sedekah gunung. Bourdieu merumuskan konsep habitus
sebagai analisis sosiologis dan filsafati atas
Implementasi Nilai-nilai Sosial dalam perilaku manusia. Habitus merupakan nilai
Pembelajaran sosial yang dihayati manusia dan tercipta
Perilaku Sosial Guru melalui proses sosialisasi nilai-nilai yang
Nilai kemerdekaan diimplementasikan berlangsung lama, sehingga mengendap menjadi
oleh guru di SD Negeri 1 Serang yaitu dengan cara berpikir dan pola perilaku yang
cara guru memberikan kesempatan dan menjadikannya suatu kebiasaan dalam diri
kebebasan bagi siswa untuk bertanya kepada manusia tersebut. Habitus merupakan produk
guru saat ada hal yang perlu dipertanyakan dan sejarah yang terbentuk setelah manusia lahir dan
kebebasan siswa untuk memberikan argumen berinteraksi dengan masyarakat dalam ruang
ketika guru memberikan umpan. Nilai toleransi dan waktu tertentu. Sesuai dengan konsep
diimplementasikan oleh guru di melalui guru Bourdieu mengenai eksternalisasi yang
yang memberikan penjelasan mengenai terinternalisasikan maksudnya pengaruh luar
pentingnya toleransi dengan menghargai orang ikut andil dalam membentuk perilaku siswa.
lain, saling menolong antar sesama, tidak Sesuai apa yang menjadi pemikiran
membeda-bedakan teman dalam bergaul dan Bourdieu, bahwa perilaku sosial siswa di SD
menghormati pendapat orang lain. Nilai Negeri 1 Serang tidak hanya muncul dari diri
kejujuran diimplementasikan oleh guru di SD siswa melainkan tercipta dari kondisi yang
Negeri 1 Serang dengan cara guru pada saat berada di luar dirinya, dalam hal ini keluarga,
proses pembelajaran menyuruh siswa sekolah dan masyarakat desa Serang. Peran
mengumpulkan buku saat ulangan, serta keluarga, sekolah dan masyarakat sangat
mengingatkan siswa agar tidak membenarkan diperlukan, karena faktor dari luar ini sangat
jawaban saat sedang proses penilaian, dan penting bagi siswa untuk menciptakan habitus
dibiasakan agar siswa selalu mengakui yang baik bagi siswa dan menciptakan perilaku
kesalahan. Semua yang diberlakukan guru sosial yang positif pula. Jika hal ini terwujud
tersebut dalam rangka menanamkan nilai maka siswa akan kuat dalam menghadapi

117
Itsna Oktaviyanti, dkk / Journal of Primary Education 5 (2) (2016)

pengaruh dari luar. Habitus SD di Serang Hasil temuan di lapangan sebenarnya


terlihat dari beberapa aspek diantaranya gaya hasil pengacuhan atau pembuktian dari institusi-
berpakaian siswa, cara berkomunikasi, institusi yang ada di luar dirinya. Sekolah
pergaulan dan tata krama. sebagai institusi formal telah melaksanakan
Secara teoritik temuan penelitian ini perannya dengan maksimal, semua siswa
mengukuhkan pandangan Pierre Bourdieu diperlakukan sama dan mendapatkan
mengenai konsep habitus dan arena, meskipun pembelajaran yang sama baik dari segi kognitif,
tidak secara mutlak. Dalam konteks kehidupan afektif maupun psikomotorik, namun
sehari-hari siswa, sebagaimana dalam pemikiran keluarannya akan berbeda antara satu siswa
Bourdieu bahwa habitus dan arena dengan siswa lainnya terutama dari sikap afektif.
menghasilkan praktek, adalah pola yang Dari hasil penelitian, hampir semua orang tua
dilakukan siswa. Pola ini membentuk suatu pro aktif dalam membentuk perilaku siswa,
kebiasaan yang menjadi perilaku sosial siswa namun untuk beberapa keluarga belum
sehari-hari. Habitus yang demikian jika melaksanakan perannya secara maksimal
ditunjang dengan arena yang baik maka akan dengan alasan yang diyakini mereka benar.
memperoleh hasil yang maksimal dan sesuai Kemudian ketika terjun di masyarakat
dengan harapan. Tapi yang terjadi justru dalam dihadapkan pada situasi tertentu, dalam hal ini
usaha membentuk perilaku sosial ada beberapa pegaulan siswa sangat menentukan. Jika siswa
siswa ini tidak ada perjuangan dari diri dan mendapat lingkungan baru yang baik maka
kurang maksimalnya perjuangan pihak lain tidak akan ada masalah, namun jika mendapat
sebagai arena. Sushanta (2014) menyatakan lingkungan yang tidak baik siswa akan mudah
bahwa penelitian menggunakan media audio terbawa arus. Kaptan, et al. (2011) menyatakan
visual berpengaruh positif terhadap perilaku temuan penelitian pembelajaran IPS efektif
sosial bekerjasama dan menghargai pendapat mengembangkan keterampilan dasar dalam
teman serta perkembangan bahasa dalam menginformasikan kepada siswa tentang
komunikasi. lingkungan sosial. Perlengkapan media dalam
Temuan penelitian ini menunjukkan pembelajaran IPS memainkan peranan penting
bahwa sebagian besar meskipun tidak semuanya dalam mengajar yang bersifat abstrak dengan
perilaku sosial siswa dibangun berdasarkan mengubah menjadi konkrit.
kebiasaan sehari-hari yang dilakukan dan arena Dari kesembilan siswa yang diteliti,
yang mendukung, sebagian kecil lainnya hasilnya enam siswa masuk kategori siswa yang
dorongan dari diri siswa. berperilaku sesuai dengan nilai-nilai sosial yang
Perilaku sosial siswa pada umumnya ditanamkan, kecenderungan perilaku baik yang
sudah sesuai nilai-nilai sosial, dengan ditunjukkan siswa merupakan peran keluarga
berpakaian sopan, cara berkomunikasi baik yang memberi perhatian lebih dan membatasi
dengan memanfaatkan gadget sesuai siswa untuk bergaul dan mendorong siswa
batasannya, lebih fokus belajar dari pada melaksanakan kegiatan-kegiatan yang positif.
pacaran dan menyibukkan diri dengan kegiatan Selanjutnya tiga siswa yang tidak sepenuhnya
yang bermanfaat seperti mengaji. Kebiasaan mengamalkan nilai-nilai sosial yang telah
seperti itu sebenarnya sudah terintenalisasikan ditanamkan, salah satu penyebabnya adalah
sejak mereka kecil, mereka meniru apa yang orang tua dari kedua siswa terlalu memanjakan
diajarkan lingkungannya. Dalam pandangan siswa, namun minim perhatian karena lebih
Bourdieu kebiasaan yang selama ini berkembang sibuk bekerja, sedangkan satu lainnya
di keluarga, masyarakat dan sekolah ditiru siswa sebenarnya mendapat perhatian lebih, namun
akhirnya sudah menjadi habitus dari siswa dorongan dari dalam dirinya yang begitu kuat
tersebut. dan pergaulannya dengan orang yang lebih

118
Itsna Oktaviyanti, dkk / Journal of Primary Education 5 (2) (2016)

dewasa memberi pengaruh negatif yang Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu


berdampak pada perilaku sosial siswa tersebut. Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Miles, M. B & A. Michael H.1992. Analisis
SIMPULAN Data Kualitatif (Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru). Terjemahan
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Tjejep Rohendi. Jakarta: UI Press
(1) latar belakang kultural siswa dapat dilihat Moleong, L. J. 2005. Metodologi Penelitian
dari segi bahasa, sistem peralatan dan teknologi, Kualitatif. Bandung: PT Remaja
sistem mata pencaharian, sistem religi dan Rosdakarya
kesenian yang masih lestari; (2) guru telah Pramono, S. E. 2013. Hakikat Pendidikan Ilmu
mengimplementasikan nilai-nilai sosial dalam Pengetahuan Sosial. Semarang: Widya
proses pembelajaran, namun untuk output Karya
berupa perilaku siswa tentu berbeda satu dan Prastowo, A. 2012. Metode Penelitian Kualitatif
lainnya, karena perilaku siswa tidak hanya dalam Perspektif Rancangan Penelitian.
dipengaruhi oleh arena sekolah, akan tetapi ada Ar-Ruzz Media: Yogyakarta
arena keluarga dan masyarakat yang berperan Sushanta, K.R. 2014. Language Development of
penting; (3) sebagian besar perilaku siswa dalam the Preschool Children: The Effects of an
garis positif dengan habitus yang sesuai dengan Audio-Visual Intervention Program in
nilai-nilai sosial dan sebagian kecil lainnya Delhi. International Journal of
berperilaku negatif dengan habitus yang tidak Instruction, 7(1), 1308-1470 : www.e-
sesuai dengan nilai-nilai sosial. iji.net.
Berdasarkan simpulan di atas, disarankan Sapriya. 2015. Pendidikan IPS : Konsep dan
perlu adanya pendekatan secara personal Pembelajaran. Bandung : Rosda
dengan siswa bermasalah, selain itu siswa perlu Thoha, C. 1996. Kapita Selekta Pendidikan
disibukkan dengan kegiatan yang positif seperti Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
ektrakurikuler di sekolah dan mengaji ketika di
luar sekolah sehingga dapat terhindar dari
pergaulan yang negatif.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu


Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka
Cipta
Bourdieu, P. 2015. Arena Produksi Kultural :
Sebuah Kajian Sosiologi Budaya. Bantul:
Kreasi Wacana
Harker, M. & Wilkes. 2009. (Habitus x Modal)
+ Ranah = Praktik : Pengantar Paling
Komprehensif kepada Pemikiran Pierre
Bourdieu. Yogyakarta: Jalasutra
Kaptan, YR. 2011. Elementary Students’
Opinions of Learning Objects: A Social
Studies Course Case. Journal of
Educational Sciences Reserch
International E-Journal,1(2), 119-
132.http://ebad-jesr.com/

119

Anda mungkin juga menyukai