Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KELOMPOK 2

“HUBUNGAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN AKHLAK,


MORAL DAN MENTAL BLOCK”

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Karakter


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Nilawati Tadjuddin, M. Si

Kelas/Semester : B/5

Oleh :

1. Anisa Dwi Dayanti (2011070158)


2. Tarisa Septanida (2011070119)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
2021/2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin
mendapatkan pengakuan dari masyarakat indonesia saat ini. Terlebih dengan
dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan
pendidikan formal saat ini, semisal korupsi, perkembangan seks bebas pada kalangan
remaja, narkoba, tawuran, pembunuhan, dan perampokan oleh pelajar (kesuma, 2011:4).
Dalam pendidikan karakter kita mengenal istilah akhlak yang tidak jarang lagi
terdengar di tengah kehidupan masyarakat. Mungkin hampir semua orang sudah
mengetahui arti kata akhlak tersebut, karena akhlak selalu dikaitkan dengan tingkah laku
manusia. Akan tetapi agar lebih meyakinkan pembaca sehingga mudah untuk dipahami
maka kata akhlak perlu diartikan secara bahasa maupun istilah. Dengan demikian,
pemahaman terhadap akhlak akan lebih jelas substansinya.

Etika merupakan cabang falsafah dan sekaligus suatu cabang dari ilmu-ilmu
kemanusiaan (humaniora). Dilihat dari cabang falsafah, etika membahas sistem-sistem
pemikiran yang mendasar mengenai ajaran dan pandangan moral. Sebagai cabang ilmu,
etika membahas bagaimana dan mengapa seseorang mengikuti suatu ajaran tertentu.1
Moral merupakan aturan-aturan normatif yang berlaku dalam suatu masyarakat
tertentu yang terbatas oleh ruang dan waktu. Bisa dikatakan bahwa moral ini memiliki
kemiripan dengan akhlak, penerapan tata nilai moral dalam kehidupan sehari-hari dalam
masyarakat tertentu merupakan bidang kajian antropologi, sedangkan etika merupakan
bidang kajian filsafat. Realitas moral dalam masyarakat dijelaskan melalui studi kritis
yang dibidangi oleh etika. Jadi, studi kritis terhadap moralitas merupakan bidang etika,
sehingga moral adalah objek material dari etika.

Pada masa ini sering terdengar kasus tentang mental block biasanya terjadikarena
adanya kepercayaan (belief) dannilai-nilai (value) yang salingbertentangan di dalam diri
kita danmenjadi belenggu pikiran kita. Jikamental block ini tidak di release total,tidak
mungkin remaja akan bisa berhasildalam hidupnya. Semua emosi negatif ini menjadi
excess baggage atau beban yangselalu dibawa dalam hidupnya. Umumnya,konflik ini
terjadi di antara pikiran sadar(conscious) dengan pikiran bawah sadar (unconcious) yang
telah tertanam sekianlama. Yang perlu diketahui bahwa, saatpikiran sadar dan bawah
sadar mulaibertentangan, biasanya pikiran bawah sadarlah yang menjadi pemenang.

1
Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2012), 24

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Pendidikan Karakter, Akhlak ,Moral dan Mental Block


Menurut winnie (dalam gunawan, 2012: 2) mengemukakan bahwa istilah karakter
memiliki dua pengertian tentang karakter. pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang
bertingkah laku. kedua, istilah karakter yang erat kaitannya dengan “personality”.
seseorang baru bisa disebut “orang yang berkarakter” (a person of character) apabila
tingkah lakunya sesuai kaidah moral. ditambahkan oleh jamal ma’mur asmani (2012: 35),
pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara
sistematis dalam rangka penanaman nilai-nilai perilaku manusia yang berkaitan dengan
tuhan yang maha esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan. T. Ramil
(dalam narwanti, 2011: 14-15) berpendapat bahwa pendidikan karakter mempunyai esensi
dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. tujuannya yaitu
pendidikan pribadi anak hingga menjadikan manusia yang baik, warga mayarakat dan
menjadi warga negara yang baik.
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa latin, bentuk
jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat. dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1989: 592), moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila.
Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian moral, yang dari segi
substantif materiilnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya berbeda.
Widjaja (1985: 154) menyatakan bahwa moral adalah ajaran baik dan buruk tentang
perbuatan dan kelakuan (akhlak)
Jadi, akhlak atau moralitas merupakan seperangkat tata nilai yang sudah jadi dan
siap pakai tanpa dibarengi dan bahkan terkesan menjauhi kritis. Sedangkan, etika
bertugas untuk mempertanyakan secara kritis rumusan-rumusan masa lalu yang sudah
baku dalam masyarakt. studi filsafat (etika) bukan tertuju pada karakter, tetapi pada isi
karakter atau ajaran karakter.2
Hurlock, dalam bukunya, personality Development, secara tidak langsung
mengungkapkan bahwa karakter terdapat pada kepribadian. Karakter melibatkan sebuah
standar moral dan melibatkan sebuah pertimbangan nilai. Karakter berkaitan dengan
tingkah laku yang diatur oleh upaya dan keinginan. Hati nurani sebuah unsur terpenting
dari karakter, adalah sebuah pola kebiasaan perlarangan yang mengontrol tingkah laku
seseorang, membuatnya menjadi selaras dengan pola-pola kelompok yang diterima secara
sosial.3

2
Gunawan , Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung : Alfabeta
3
Jamal Ma’ruf Asmani. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogjakarta : Diva
Press

3
Menurut Joy Philabella seorang hipnoterapis, mental block adalah penekanan atau
pengekangan terhadap memori atau pikiran dalam diri seseorang. Mental block bekerja
sebagai sebuah hambatan psikologis yang ada dalam diri seseorang yang menghalangi
untuk meraih apa yang diinginkan atau dibutuhkannya. Selanjutnya Prof. Dr. Firdaus,
L.N., M.Si mengemukakan sejumlah contoh mental block, yakni: takut gagal, tidak berani
mencoba hal baru, malas, suka menunda, ragu, perasaan tidak mampu, tidak percaya diri,
perasaan tidak berharga.

2.2 Hubungan Pendidikan Karakter, Akhlak, Moral dan Mental Block

a) Hubungan pendidikan karakter dan akhlak


Dalam penyelenggaraan sistem pendidikan salah satu unsur pendidikan yang
penting dan berperan adalah seorang guru. Dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar peran guru dalam mengarahkan dan membentuk situasi belajar siswa sangat
menentukan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. hal tersebut karena guru
berfungsi sebagai motivator peserta didik untuk mendorong siswa agar belajar lebih
rajin dan berhasil atas kesadarannya sendiri.
Proses pendidikan tersebut terjadi di lingkungan sekolah peserta didik tidak
berhasil dalam prestasi belajarnya namun juga harus memiliki karakter yang tangguh
untuk mencapai cita-cita menjadi manusia sukses yang bermanfaat untuk dirinya dan
orang lain serta memiliki kesadaran menghargai orang lain. Pendidikan sejatinya
pertama-tama adalah proses untuk menanamkan sikap menghargai perbedaan warna
kulit, suku, ras yang mana perbedaan tersebut harus diterima sebagai suatu hal yang
taken for granted.
Pendidikan juga bertujuan untuk membentuk nilai budaya yang menyangkut
cara berpikir bebas (freedom of thought), tanpa ada tekanan dan paksaan dari berbagai
pihak dan kreatif untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru dalam mendekati suatu
realitas, inovatif dalam mencari solusi per-masalahan. disini, pembentukan
masyarakat yang kritis terhadap perkembangan zaman, korektif terhadap
penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat dan yang lebih penting adalah sikap
konstruktif yang mencoba memperbaiki keadaan sebagai suatu konsekuensi dari sikap
yang kritis dan korektif. secara umum, proses perbaikan tentunya harus bisa
direalisasikan dalam jangka waktu yang singkat. Tentunya perbaikan dilakukan dalam
setiap aspek kehidupan secara menyeluruh lewat tahapan-tahapan yang dibuat.4
Dalam jangka waktu perbaikan ini, aktualisasi terhadap kondisi-kondisi
terbaru harus dijadikan sebagai aspek operasional dalam bergerak sehingga tidak ada
ketimpangan pemikiran atau pun gerak antara perbaikan dan aktualisasi. Oleh karena
itu, pendidikan karakter sangat diperlukan dalam mewujudkan peserta didik memiliki
prinsip-prisip kebenaran yang saling menghargai dan kasih sayang antara sesama.
seperti uraian di atas, pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan secara
holistik yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan
peserta didik sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang
4
Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter. Yogyakarta : Familia

4
mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Dalil tentang akhlak mulia al-qur’an surat al-baqarah ayat:83

‫هّٰللا‬ َ ‫َواِ ۡذ اَ َخ ۡذنَا ِم ۡيثَا‬


ِ ‫سانًا َّو ِذى ۡالقُ ۡر ٰبى َو ۡاليَ ٰتمٰ ى َو ۡال َم ٰس‬
‫ک ۡي ِن‬ َ ‫ق بَنِ ۡ ٓى اِ ۡس َرٓا ِء ۡي َل اَل ت َۡعبُد ُۡونَ اِاَّل َ َوبِ ۡال َوالِد َۡي ِن اِ ۡح‬
َ‫ص ٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰکوة‬
َّ ‫س ُح ۡسنًا َّواَقِ ۡي ُموا ال‬ ِ ‫ؕ  َوقُ ۡولُ ۡوا لِلنَّا‬

“Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji dari bani israil, janganlah kamu
menyembah selain allah, dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-
anak yatim, dan orang-orang miskin. dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia,
laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat.”

Adapun karakter-karakter yang harus dikembangkan adalah cinta kepada allah dan
alam semesta beserta isinya, tanggung jawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan
santun, kasih sayang, peduli, dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan
pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, dan toleransi,
cinta damai dan persatuan. karakter tersebut ditanamkan kepada peserta didik melalui
proses pendidikan dalam setiap mata pela jaran. Artinya pendidika karakter tidak
perlu berdiri sendiri namun dalam setiap mata pelajaran mengandung unsur-unsur
karakter yang mulia yang harus dipahami dan diamalkan oleh setiap peserta didik.

b) Hubungan pendidikan karakter dengan moral


Imam Ghozali (dalam Gunawan), menganggap bahwa karakter lebih dekat
dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan
yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu di
pikirkan lagi.

Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang


membedakan seseorang dengan orang lain, tabiat, watak. Karakter merupakan nilai
dasar yang membentuk pribadi seseorang yang membedakannya dengan orang lain,
yang terbentuk baik dari diri seseorang itu sendiri melalui faktor genetik maupun
pengaruh lingkungan, yang diwujudkan dalam bentuk perilaku sehari-hari. Menurut
Jack Corley (dalam Muchlas dan Harianto), karakter adalah: “sikap dan kebiasaan
seseorang yang memungkinkan dan mempermudah tindakan moral.”

Dirjen pendidikan agama islam, kementrian agama Republik Indonesia (2010)


mengemukakan bahwa karakter dapat diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang
melekat dan dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik, sehingga
dapat membedakan antara satu individu dengan yang lainnya. Meskipun karakter
setiap individu ini bersifat unik, karakteristik umum yang bersifat stereotip dari
sekelompok masyarakat dan bangsa dapat diidentifikasi sebagai karakter suatu

5
komunitas tertentu atau dapat pula dipandang sebagai karakter suatu bangsa. Dengan
demikian istilah karakter berkaitan erat dengan kepribadian seseorang, sehingga ia
bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) jika perilakunya sesuai
dengan etika atau kaidah moral.5
Rasulullah SAW bersabda :

‫اسنَ ُك ْم َأ ْخاَل قًا‬


ِ ‫سا يَ ْو َم القِيَا َم ِة َأ َح‬
ً ِ‫ِإنَّ ِمنْ َأ َحبِّ ُك ْم ِإلَ َّي َوَأ ْق َربِ ُك ْم ِمنِّي َم ْجل‬

Artinya: “Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat
tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus
akhlaknya di antara kalian.” (HR Tirmidzi)

c) Hubungan pendidikan karakter dengan mental block


Sebagai seorang insan yang berpikir tentu saja kita akan berusaha keluar dari
mental block tersebut. karena dari apa yang dicontohkan tersebut mental block
sesungguhny adalah perasaan dan sikap negatif yang melekat pada diri seseorang, dan
itu jika tetap dipertahankan tentu saja akan berdampak tidak baik bagi dirinya dan
juga bagi orang lain.
Karena itu ketika seseorang sudah dijangkiti oleh mental block tersebut, maka
idealnya seseorang harus berusaha keluar dari zona mental block tersebut. Bagaimana
caranya? tentu itu menjadi pertanyaan mendasar. ada banyak cara yang dapat
dijadikan solusi agar seseorang bisa keluar dari mental block tersebut, diantaranya
adalah seseorang harus punya konsep diri positif terlebih dahulu. Ia harus meyakini
bahwa dirinya bisa. ia harus yakin bahwa ia sudah diberikan oleh sang pencipta allah
Subhanahu Wa Ta`ala potensi yang luar biasa. Ini penting kiranya, karena dengan
meyakini dirinya bahwa ia bisa, maka ia secara sadar akan membuka tirai dari block
yang selama ini ada dalam dirinya.

Tentu saja ini bukanlah persoalan yang gampang dan mudah, apatah lagi jika
penyakit mental block ini sudah lama menjangkit di dalam sanubarinya. langkah
berikutnya ia harus keluar dari zona selama ini, misalnya rajin mengikuti seminar-
seminar motivasi, atau pelatihan-pelatihan yang mengarah kepada pengembangan diri.
Ini penting dilakukan agar seseorang bisa menjadi bergairah dan semangat lagi. Ibarat
hp apabila dipakai maka batterynya akan low, untuk meningkatkan lagi kapasitas
battery hp tersebut maka perlu dicas lagi. Begitupun dengan motivasi seseorang,
ketika sudah mulai melemah perlu dibangkitkan lagi.

Saat ini tidak sedikiti motivator-motivator handal mulai tingkatan lokal,


nasional bahkan internasional menyelenggarakan seminar, training motivasi dan lain
sebagainya. Tinggal lagi itikad dan kemauan seseorang untuk mengikuti kegiatan ini.

5
Raharjo, Sabar budi. Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak MuliaJurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010.

6
Bahkan kalaupun tidak mampu mengikuti kegiatan tersebut secara langsung akibat
dari faktor biaya, waktu dan lain sebaginya, sekarang ini kita bisa manfaatkan media
youtube atau youtube go yang saat ini sudah tidak asing lagi masyarakat. Tinggal
buka, dengarkan dan pahami. tinggal pilih siapa motivator yang diinginkan, tersedia
luar biasa. Sekali lagi jika ada kemauan pasti ada jalan. tetapi ketika kemauan itu
tidak ada, terus dan selalu dijangkiti rasa malas, maka ini tentu akan kembali lagi
kepada mental block. Ujung-ujungnya prestasi akan sulit diraih, kompetensi akan
jalan ditempat.

Sesungguhnya kehidupan di dunia ini sekali lagi idealnya setiap saat harus
berubah ke arah yang lebih baik. bahkan agama islam mengajarkan orang yang
kehidupannya sama saja dengan kemarin maka ia adalah orang yang merugi. Orang
yang kehidupannya lebih buruk dari kemarin maka itulah orang yang celaka, dan
orang yang kehidupannya hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka itulah orang
yang beruntung. Oleh karena itu, tentu kita berharap termasuk pilihan kita yang
ketiga yakni orang yang beruntung untuk sampai ke arah tersebut, maka usahakan
harus keluar dan meninggalkan mental block tersebut.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin
mendapatkan pengakuan dari masyarakat indonesia saat ini. terlebih dengan dirasakannya
berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal
saat ini, semisal korupsi, perkembangan seks bebas pada kalangan remaja, narkoba,
tawuran, pembunuhan, dan perampokan oleh pelajar.
Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan orang lain, tabiat, watak. Karakter merupakan nilai dasar yang
membentuk pribadi seseorang yang membedakannya dengan orang lain, yang terbentuk
baik dari diri seseorang itu sendiri melalui faktor genetik maupun pengaruh lingkungan,
yang diwujudkan dalam bentuk perilaku sehari-hari. Menurut Jack Corley (dalam
Muchlas dan Harianto), karakter adalah: “sikap dan kebiasaan seseorang yang
memungkinkan dan mempermudah tindakan moral.”
Pendidikann juga bertujuan untuk membentuk nilai budaya yang menyangkut cara
berpikir bebas (freedom of thought), tanpa ada tekanan dan paksaan dari berbagai pihak
dan kreatif untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru dalam mendekati suatu realitas,
inovatif dalam mencari solusi per-masalahan. Pembentukan masyarakat yang kritis
terhadap perkembangan zaman, korektif terhadap penyimpangan yang terjadi dalam
masyarakat dan yang lebih penting adalah sikap konstruktif yang mencoba memperbaiki
keadaan sebagai suatu konsekuensi dari sikap yang kritis dan korektif. Secara umum,
proses perbaikan tentunya harus bisa direalisasikan dalam jangka waktu yang singkat.
Tentunya perbaikan dilakukan dalam setiap aspek kehidupan secara menyeluruh lewat
tahapan-tahapan yang dibuat.
Sesungguhnya kehidupan di dunia ini sekali lagi idealnya setiap saat harus
berubah ke arah yang lebih baik. Bahkan agama islam mengajarkan orang yang
kehidupannya sama saja dengan kemarin maka ia adalah orang yang merugi. Orang yang
kehidupannya lebih buruk dari kemarin maka itulah orang yang celaka, dan orang yang
kehidupannya hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka itulah orang yang beruntung.

8
DAFTAR PUSTAKA

Darma Kesuma. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya

Abdullah Idi dan Safarina, Etika Pendidikan Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2015), 18-19.19-20.

Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah,
(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2012), 24

Gunawan , Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung : Alfabeta

Jamal Ma’ruf Asmani. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter diSekolah.
Yogjakarta : Diva Press

Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter. Yogyakarta : Familia

Raharjo, Sabar budi. Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak MuliaJurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010.

Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi (Bandung: Alfabeta, 2012), 3.

Nana Syaodih, (2004), Landasan Psikologi Preses Pendidikan, Bandung: RemajaRosdakarya,


hal. 164.

Syamsu Yusuf, (2001), Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT.
RemajaRosdakarya, hal. 43.

Anda mungkin juga menyukai