Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Publikasi Pendidikan Submitted : 04/05/2017

http://ojs.unm.ac.id/index.php/pubpend Reviewed : 27/05/2017


Volume 7 Nomor 2, Juni 2017 Accepted : 04/06/2017
p-ISSN 2088-2092 e-ISSN 2548-6721 Published : 06/06/2017

Model Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


Sebagai Pendidikan Nilai Moral di Sekolah Dasar

Nurfaizah A.P.
Studi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar
a.p_nurfaizah@yahoo.com

ABSTRACT
Seeing the condition of many moral values, so the role of teachers / educators and designers in
the field of values and moral education is necessary. The problem that arises is how can values and
moral education be communicated to the students and which learning model is appropriate?
Citizenship Education is one form of values education, which in the delivery of learning needs to show
some models. Some models of values and education will help us understand moral education and help
students practice practicing the moral values they learn in school.

Keyword: Citizenship Education, values education

PENDAHULUAN Kenyataan menunjukkan bahwa akhir-


Era globalisasi yang ditandai dengan akhir ini makin marak tindakan yang
kecanggihan teknologi dan komunikasi dewasa mencerminkan kemerosotan moral bangsa.
ini, dimana hubungan antar bangsa sudah Merebaknya isu-isu moral dikalangan anak-
demikian erat maka konsekuensinya adalah anak dan remaja seperti penggunaan narkoba,
setiap bangsa harus membuka diri jika tidak tawuran, pornografi, pemerkosaan, perjudian,
ingin ditinggal oleh kemajuan bangsa-bangsa pembunuhan, geng motor dan sebagainya,
lain, demikian pula halnya dengan Indonesia. sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat
Usaha untuk meletakkan dasar-dasar ini belum dapat diatasi secara tuntas. Akibat
masyarakat modern Indonesia tidak saja yang ditimbulkannya cukup serius dan tidak
menyerap modal, teknologi, ilmu pengetahuan dapat dianggap sebagai suatu persoalan
dan keterampilan dari luar, akan tetapi terbawa sederhana, karena tindakan-tindakan tersebut
pula nilai-nilai sosial politik yang berasal dari sudah menjurus kepada tindakan kriminal
kebudayaan lain, makin deras mengalir sejalan (Budiningsih: 2004).Kondisi ini sangat
dengan kebebasan yang dengan sadar kita buka. memprihatinkan masyarakat khususnya para
Hal tersebut merupakan tantangan bagi orang tua, para guru (pendidik) dan
pembinaan kelestarian kepribadian bangsa masyarakat sebab pelaku-pelaku beserta
yang berlandaskan nilai moral dan norma korbannya adalah kaum remaja, terutama
spiritual, afektual dan metafisis. Stok dan mahasiswa, pelajar bahkan murid-murid SD.
kualifikasi kepribadian bangsa terancam erosi Melihat kondisi banyaknya
dan menuju pada proses dehumanisasi yang penyimpangan dikalangan anak-anak dan
kian menipis dan terlapisi oleh konsep nilai remaja merupakan salah satu dampak dari
dan moral serta norma lain atau norma baru. rendahnya pemahaman terhadap nilai-nilai
Kenyataan tersebut di atas akan moral Pancasila, sehingga peranan guru/
mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat pendidik dan perancang dibidang pendidikan
khususnya remaja dan anak-anak. Mereka moral, sangatlah diperlukan. Persoalan yang
tidak tahu membedakan mana nilai moral yang muncul adalah bagaimana pendidikan nilai
merupakan kepribadian bangsa yang patut moral disampaikan kepada murid dan model
untuk dianut dan mana yang tidak patut dianut. pembelajaran mana yang tepat digunakan?
Nilai moral seperti rela berkorban, berani dan Pendidikan nilai dan moral merupakan
jujur membela kebenaran, menggunakan pondasi yang kokoh dan sangat penting
bahasa Indonesia yang baik dan benar, cinta keberadaannya, dan jika hal itu telah tertanam
produksi dalam negeri menjadi kabur oleh serta terpatri dengan baik dalam setiap insan
konsep nilai, moral dan norma lain atau norma sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang
baru (Nurfaizah: 2004). baik bagi pendidikan anak bangsa untuk
menjalani pendidikan selanjutnya. Bangsa
102
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume 7 Nomor 2, Juni 2017 | 103

Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai bernilai moral (Suseno: 1987). Setiap orang
moral . Nilai-nilai luhur ini pun dikehendaki pasti mempunyai moral, tetapi belum tentu
menjadi motivasi spiritual bagi bangsa ini setiuap orang berpikiran kritis tentang
dalam rangka melaksanakan sila-sila lainnya moralnya. Pemikiran yang kritis tentang moral
dalam pancasila (Hidayat: 2007 ). inilah yang disebut etika
(Darmodihardjo:1996). Menurut Setiadi (2003)
KAJIAN PUSTAKA moral adalah ajaran tentang baik dan buruk
Pengertian nilai dan Pendidikan Nilai perbuatan dan kelakuan (akhlak). Jadi moral
Nilai menurut Djahiri (1999), adalah adalah tingkah laku manusia yang dilakukan
harga, makna, isi dan pesan, semangat atau dengan sadar, dipandang dari sudut baik dan
jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, buruknya dalam kehidupan bermasyarakat,
konsep dan teori sehingga bermakna secara berbangsa dan bernegara.
fungsional. Nilai berfungsi unuk mengarahkan, Sedangkan pendidikan moral adalah
mengendalikan dan menentukan kelakuan pendidikan untuk menjadikan anak manusia
seseorang, karena nilai dijadikan standar bermoral baik dan manusiawi. Sedangkan
perilaku. Menurut Diktionary (Winataputra: menurut Ouska dan Whellan (1997), moral
1989), nilai adalah harga atau kualitas sesuatu, adalah prinsip baik buruk yang ada dan
artinya sesuatu dianggap memiliki nilai apabila melekat dalam diri individu / seseorang.
secara intrinsik memang berharga. Selanjutnya Walaupun moral itu berada dalam diri individu,
pendidikan nilai adalah pendidikan yang tetapi moral berada dalam suatu system yang
mensosialisasikan dan menginternalisasikan berwujud aturan. Moral dan moralitas
nilai-nilai kedalam diri anak didik. memiliki sedikit perbedaan, karena moral
Pelaksanaan pendidikan nilai selain dapat adalah prinsip baik buruk , sedangkan
melalui taksonomi Bloom dkk, dapat juga moralitas merupakan kualitas pertimbangan
menggunakan jenjang afektif (Kratzwohl:1967) baik buruk. Dengan demikian hakikat dan
berupa penerimaan (Receiving), penanggapan makna moralitas bisa dilihat dari cara individu
(responding), penghargaan (Valuing), yang memiliki moral dalam mematuhi maupun
pengorganisasian (organization), karakterisasi menjalankan aturan.
(characteri-zation). Dalam pembelajaran PKn Berkaitan dengan beberapa pengertian
SD, nilai sangat penting untuk ditanamkan tentang moral tersebut di atas, Winataputra
secara dini karena nilai bermanfaat sebagai (1987) mengemukakan bahwa pendidikan
standar pegangan hidup. moral berkaitan dengan pertanyaan-
pertanyaan benar dan salah dalam hubungan
Pengertian Moral dan Pendidikan Moral interpersonal yang melibatkan konsep-konsep.
Menurut Lillie, moral berasal dari kata Konsep yang dimaksud adalah tentang hak
mores (bahasa latin) yang berarti tata cara Asasi manusia,harkat dan martabat manusia,
dalam kehidupan atau adat istiadat. Dewey keadilan, pertimbangan, persamaan dan
mengatakan bahwa moral sebagai hal-hal yang hubungan timbal balik. Selanjutnya dijelaskan
berhubungan dengan nilai-nilai susila, pula tentang tujuan pendidikan moral, adalah
sedangkan Baron dkk (1980) mengatakan sebagai proses membantu murid untuk lebih
bahwa moral adalah hal-hal yang berhubungan meningkatkan tanggung jawab, adil, dan
dengan larangan dan tindakan yang pertimbangan yang matang terhadap dan
membicarakan salah atau benar. Oleh Suseno tentang orang lain.
(1987) dikatakan bahwa moral selalu mengacu
pada baik buruknya manusia, sehingga bidang Unsur-Unsur Pembelajaran Moral
moral adalah bidang kehidupan manusia Ruminiati (2007) menyatakan bahwa ada
dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. beberapa pakar yang mengembangkan
Selanjutnya Suseno mengemukakan sikap pembelajaran nilai moral dengan tujuan
moral yang sebenarnya disebut moralitas. Ia membentuk watak atau karakteristik anak.
mengartikan moralitas sebagai sikap hati orang Pakar-pakar tersebut diantaranya adalah
yang terungkap dalam indakan lahiriah. Newman, Simon, Howe, Dan Lickona. Dari
Moralitas terjadi apabila orang mengambil beberapa pakar tersebut, pendapat lickona
yang terbaik karena ia sadar akan kewajiban yang lebih cocok untuk membentuk watak atau
dan tanggung jawabnya bukan karena ia karakter anak. Pandangan lickona (1992)
mencari keuntungan. Jadi moralitas adalah tersebut dikenal dengan educating for
sikap dan perbuatan baik yang betul-betul character atau pendidikan karakter/watak
tanpa pamrih. Hanya moralitaslah yang untuk membangun karakter atau watak anak.

Nurfaizah A.P.. Model Pembelajaran Pendidikan… , halaman 102-107


Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume 7 Nomor 2, Juni 2017 | 104

Dalam hal ini, lickona mengacu pada Tindakan moral yaitu kemampuan untuk
pemikiran filosof Michael Novak yang melakukan keputusan dan perasaan moral ke
berpendapat bahwa watak atau karakter dalam perilaku-perilaku nyata. Tindakan moral
seseorang dibentuk melalui 3 aspek yaitu, ini perlu difasilitasi agar muncul dan
moral knowing, moral feeling, dan moral berkembang dalam pergaulan sehari-hari.
behavior, yang satu sama lain saling Lingkungan sosial yang kondusif untuk
berhubungan dan terkait. memunculkan tindakan moral sangat
Lickona menggaris bawahi pemikiran diperlukan dalam pembelajaran moral.
Novak. Ia berpendapat bahwa pembentukan Kohlberg (1977) menyatakan bahwa penalaran
karakter atau watak anak dapat dilakukan atau pemikiran moral merupakan faktor
melalui 3 kerangka pikir, yaitu konsep moral penentu yang melahirkan perilaku moral. Oleh
(moral knowing), sikap moral (moral feeling), karena itu untuk menemukan perilaku moral
dan perilaku (moral behavior). Dengan yang sebenarnya dapat ditelusuri melalui
demikian, hasil pembentukan sikap karakter penalarannya, artinya pengukuran moral yang
anak pun dapat dilhat dari 3 aspek,yaitu benar tidak sekadar mengamati perilaku moral
konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral. yang tampak, tetapi harus melihat pada
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat penalaran moral yang mendasari keputusan
disimpulkan bahwa pengertian moral/moralitas perilaku moral tersebut.
adalah suatu tuntunan perilaku yang baik yang Selanjutnya untuk mengembangkan
dimiliki oleh individu sebagai moralitas, yang pendidikan moral bagi murid, diperlukan
tercermin dalam pemikiran/konsep, sikap dan modifikasi unsur-unsur moral dengan faktor-
tingkah laku. Dalam pembelajaran PKn , moral faktor budaya dimana anak tinggal. Program
sangat penting untuk ditanamkan pada anak pembelajaran moral seharusnya disesuaikan
usia SD, karena proses pembelajaran PKn SD dengan karakteristik murid tersebut, kaitannya
memang bertujuan untuk membentuk moral dengan penalaran moral, perasaan moral dan
anak, yaitu moral yang sesuai dengan nilai tindakan / perilaku moral.
falsafah hidupnya. Wahab (1997) mengemukakan bahwa
Lickona (Suparno,dkk:2002) menekankan untuk memudahkan guru dalam melaksanakan
pentingnya memperhatikan tiga unsur dalam pembelajaran moral di SD, beberapa
menanamkan nilai moral, yaitu pengertian atau karakteristik murid SD yang penting diketahui
pemahaman moral, perasaan dan tindakan guru dalam kaitannya dengan model dan media
moral. Ketiga unsur ini saling berkaitan, oleh pembelajaran di SD yaitu: a) Satuan
karena itu guru perlu memperhatikan ketiga pendidikan di SD dapat dibagi kedalam dua
unsur tersebut agar nilai moral yang bagian besar yaitu kelas rendah dan kelas
ditanamkan tidak sekadar sebagai pengetahuan tinggi, b) Murid SD cenderung untuk bermain
saja tetapi benar-benar menjadi tindakan- sambil belajar, c) pengetahuan yang perlu
tindakan yang moral. dimiliki adalah pengetahuan dan pengertian
Pengertian dan pemahaman moral adalah yang sederhana, d)Pengajaran lebih
kesadaran moral, rasionalitas moral atau alasan menekankan pada pengalaman dan pembiasaan,
mengapa seseorang harus melakukan hal itu, dan e) Pengalaman belajar yang baik adalah
suatu pengambilan keputusan berdasarkan yang sarat dengan nilai.
nilai-nilai moral. Pengertian dan pemahaman
moral seringkali disebut sebagai penalaran PEMBAHASAN
moral atau pemikiran moral atau pertimbangan Model Pembelajaran Nilai- Moral Di SD
moral, yang merupakan segi kognitif dari nilai Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
moral. Segi kognitif ini perlu diajarkan kepada adalah salah satu bentuk pendidikan nilai dan
murid agar dapat mengerti mengapa suatu nilai moral yang dalam penyampaiannya perlu
perlu dilakukan. ditampilkan beberapa model pendidikan moral.
Perasaan moral, lebih kepada kesadaran Beberapa model pendidikan moral akan
akan hal-hal yang baik dan tidak baik. membantu kita memahami pendidikan moral
Perasaan mencintai kebaikan dan sikap empai dan sekaligus membantu murid berlatih
kepada orang lain merupakan ekspresi dari mengamalkan nilai-nilai moral Pancasila yang
perasaan moral. Perasaan moral ini sangat dipelajarinya di sekolah. Winataputra (1987)
mempengaruhi seseorang untuk berbuat baik. mengemukakan bahwa untuk membantu
Oleh sebab itu perasaan moral perlu diajarkan pemahaman umum tentang perspektif model
dan dikembangkan dengan memupuk pendidikan moral maka terlebih dahulu harus
perkembangan hari nurani dan sikap empati. dipahami hubungan antara perhatian
Nurfaizah A.P.. Model Pembelajaran Pendidikan… , halaman 102-107
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume 7 Nomor 2, Juni 2017 | 105

/kepedulian(Carring),menilai/mempertimbang dan bangga dan menyatakan pada orang


kan (Judging), dan tindakan (acting). lain,memilih kepercayaan dan perilaku yang
Perhatian/kepedulian (carring) menunjuk- memilih dari berbagai alternatif, memilih
kan perilaku seseorang untuk menolong atau setelah menguji dan mempertimbangkannya,
memperhatikan orang lain yang didorong oleh memilih dengan leluasa dan bebas, bertindak
suatu tingkat perasaan tertentu. atas dasar kepercayaan itu dan berindak atas
Menilai/mempertimbangkan (judging) dasar suatu pola secara berulang-ulang dengan
memperhatikan atau menolong orang lain tidak tetap konsisten. (e) Model Klarifikasi Nilai
terlepas dari nalar. Dengan nalar atau yang diintegrasikan ke dalam esensi mata
pertimbangan suatu masalah moral sering pelajaran. Cara ini mengaitkan proses
menempatkan kesejahteraan orang lain klarifikasi nilai dengan strategi mempelajari isi
menjadi taruhan. sedangkan tindakan (acting) mata pelajaran dan keterampilan dalam rangka
sebagai moral adalah kualias perhatian atau meningkatkan kemampuan membangun
pertimbangan yang memandunya. Walaupun pengetahuan, membangun nilai dan sistem
tindakan bukan suatu kategori moral , namun nilai.
tanpa kesempatan untuk bertindak, akan Berdasarkan alternatif model sebagaimana
menghambat proses perkembangan moral. dikemukakan di atas, Winataputra (1989)
Selanjutnya Winataputra (1987) mengelompokkan model-model itu menjadi:
mengemukakan bahwa dengan memahami 1. Model yang berorientasi pada penalaran
ketiga model proses di atas (carring,jodging moral.
acting) akan membantu pemahaman kita Esensi tujuan pendidikan moral ialah
tentang perspektif masing-masing model pemahaman dan penghayatan terhadap nilai
pendidikan moral. moral. Dimensi pemahaman yang merupakan
Khusus mengenai pendidikan moral, bagian integral dari proses penalaran atau
Simon,dkk (1972) mengajukan lima model proses kognitif merupakan salah satu prasyarat
umum yakni:(a) Model Penanaman Moral atau bagi tumbuhnya proses penghayatan
Moral Inculcation dengan asumsi bahwa nilai/moral, yang pada akhirnya akan
dalam setiap masyarakat terdapat suatu paket melandasi perilaku moral sebagaimana yang
nilai atau moral yang secara terus menerus diposulatkan oleh Piaget dan Kohlberg.Yang
telah diperaktekkan dan di tes melalui termasuk ke dalam kelompok ini ialah model-
pengalaman. Atas asumsi itu maka murid model pengelolaan informasi Joice dan Weil
harus dibekali dengan paket nilai moral (1986) dengan menekankan pada konsep dan
melalui proses transper secara langsung bagi nilai moral Pancasila. Model klarifikasi ini
setiap orang. (b) Model Transmisi menitik beratkan pada proses penalaran
nilai.Melalui sikap bebas bahwa tidak ada mengenai isu moral dalam kehidupan sehari-
sistem nilai, moral yang baik bagi setiap orang. hari. Model ini bertujuan meningkatkan taraf
atas dasar itu maka seyogiaya diberi kebebasan moralitas, dan kemampuan penalaran tingkat
untuk berpikir dan menetapkan sendiri apa tinggi yang diharapkan dapat memberikan
yang akan dilakukannya tanpa campur tangan rujukan dasar bagi perilaku moral individu.
dari orang dewasa. Namun salah satu Model ini dirancang untuk membantu murid
kelemahan model ini adalah terlalu bebas dan mempelajari konsep-konsep yang dapat
melupakan kenyataan bahwa dalam setiap dipakai untuk mengorganisasikan informasi
masyarakat terdapat sistem nilai yang diterima (pencapaian konsep nilai/moral), dirancang
dan dijunjung tinggi bersama. (c) Model untuk melibatkan para murid dalam proses
Tauladan atau Modeling dengan asumsi yang penalaran mengenai hubungan sebab akibat
penting bagi seorang guru seharusnya dan mengajukan pertanyaan, membangun
menampilkan dirinya sendiri sebagai tauladan. konsep dan mengetes hipotesisis serta
Murid akan melihat sendiri perilaku dan nilai membantu para guru menyesuaikan proses
yang dijunjung tinggi oleh guru dan pada belajar mengajar terhadap taraf kematangan
akhirnya akan mengadopsi nilai dan perilaku murid dan untuk merancang cara-cara
itu melalui proses imitasi secara sadar. (d) meningkatkan kecepatan perkembangan
Model Klarifikasi Nilai yang berolak pada kognitif murid.
Valuing dimana murid memegang
kepercayaan dan membangun perilaku atas
kepercayaan itu. Model itu memiliki tujuh
proses yaitu Bangga atas kepercayaan dan
perilaku yang menunjukkan perasaan senang

Nurfaizah A.P.. Model Pembelajaran Pendidikan… , halaman 102-107


Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume 7 Nomor 2, Juni 2017 | 106

2. Model yang berorientasi pada interaksi kognisi dan sikap. Pada model ini murid diberi
sosial. kemudahan untuk belajar bagaimana
Titik berat model ini pada proses latihan bertanggung jawab secara moral atas
menghayati hakikat nilai/moral melalui proses lingkungan personal dan social dan memahami
pelibatan langsung dalam proses simulatif atau dirinya secara utuh. Model ini digunakan
situasi sebenarnya. Model ini dirancang untuk untuk menciptakan lingkungan belajar yang
membimbing murid mendefinisikan masalah, produktif. Disamping itu banyak dipakai pada
mengumpulkan data yang relevan latihan keterampilan, misalnya bersimulasi
mengembangkan dan mengetes hipotesis. Pada sebagai pengendara yang mematuhi aturan lalu
model ini murid dibimbing untuk memecahkan lintas sebagai salah satu bentuk perilaku moral.
berbagai konflik, belajar mengambil peran Keempat kelompok model belajar
orang lain dan mengamati perilaku sosial mengajar tersebut di atas dapat dipilih oleh
termasuk isu-isu kebijaksanaan umum atau guru mana yang paling sesuai dan paling layak
konflik moral dalam kehidupan sehari-hari. dipakai, disamping itu guru harus menguasai
esensi tujuan pendidikan moral serta mengenal
3. Model yang berorientasi pada secara utuh karakteristik dari model yang
pembinaan pribadi. dipilih. Termasuk didalamnya guru harus
Esensi tujuan pendidikan moral yang mengenal kekuatan Dan kelemahan dari setiap
didukung oleh model yang berorientasi pada model dalam kaitannya dengan teori
pembinaan pribadi ialah penghayatan dan perkembangan moral.
pengamalan nilai-nilai Pancasila. Proses
penghayatan ini tidak terlepas dari proses KESIMPULAN
penalaran karena itu penerapan model ini PKn sebagai salah satu bentuk pendidikan
merupakan salah satu sarana bagi terbinanya nilai/moral Pancasila di SD dapat
pribadi murid yang mencerminkan esensi nilai menggunakan beberapa model belajar agar
moral. Pada model ini harus ditumbuhkan nilai-nilai moral yang ditanamkan kepada
dalam diri murid kualitas pribadi yakni murid tidak sekadar sebagai pengetahuan saja
komitmen individu terhadap nilai-nilai moral. tetapi benar-benar menjadi tindakan moral.
Para guru mencurahkan perhatian dan Untuk mengembangkan pendidikan moral
tenaganya untuk membantu murid memahami disekolah dasar (SD) guru harus
peranan utama dirinya, membantu memperhatikan unsur-unsur moral yakni
memecahkan masalah yang dihadapi. Model pengertian atau pemahaman moral, perasaan
ini dirancang untuk memberikan ransangan moral, tindakan moral. Disamping itu program
kreativitas, mendorong kerjasama dan pembelajaran moral seharusnya disesuaikan
memperkuat nilai sosial. Model ini berisi dengan karakteristik dan budaya murid. Dari
serangkaian kegiatan yang dapat mendorong beberapa model yang ditampilkan ada yang
timbulnya refleksi hubungan antar individu, benar-benar eksklusif, ada yang saling
citra diri, eksperimentasi dan penampilan diri. melengkapi dan ada yang tidak bersesuaian,
Model ini dirancang untuk membantu murid namun kesemuanya dapat menjadi pustaka
memikul tanggung jawab atas perilakunya dan model yang dapat dipilih dalam
lingkungan sosialnya sehingga dapat dilakukan menyelenggarakan pembelajaran moral.
di lingkungan kelasnya. Pemilihan model-model tersebut akan banyak
ditentukan oleh esensi moral dalam tujuan
4. Model yang berorientasi pada sistem belajar yang ingin dicapai untuk setiap nilai
perilaku. Pancasila. Model yang satu mungkin lebih
Esensi tujuan pendidikan moral yang sesuai dengan butir nilai tertentu, sedangkan
didukung oleh model-model yang berorientasi model lainnya hanya bisa dipakai untuk
pada sistem perilaku ialah pengamalan nilai- mencapai tujuan belajar butir tertentu juga.
nilai moral Pancasila yang tentunya dilandasi
oleh pemahaman dan penghayatan atas nilai- DAFTAR PUSTAKA
nilai moral Pancasila. Walaupun Piaget dan BudiningsihAsri.C.2004. Pembelajaran Moral
Kohlberg (1975) menyatakan bahwa perilaku Berpijak pada Karakteristik Siswa dan
tidaklah konstan karena bersifat kontekstual, Budayanya.Jakarta:Rineka Cipta.
akan tetapi perilaku yang dilandasi Djahiri,Ahmad Kosasih.1992. Dunia Afektif,
pemahaman dan penghayatan tentu dapat lebih Nilai dan Moral. Bandung:Lab.PPMP-
utuh oleh karenanya pembinaan perilaku FPIPS.
dianggap sama pentingnya dengan pembinaan

Nurfaizah A.P.. Model Pembelajaran Pendidikan… , halaman 102-107


Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume 7 Nomor 2, Juni 2017 | 107

Joice dan Weil.1986. Model of Teaching. New


York:Helt Rincart & Winson
Kholberg.1977. The Cognitive Developmental
Approach to Moral Education.
Curriculum Planning: A New
Approach.Boston:Allyn and Bacon,Inc
Lickona,T.1992.Educating for Character.New
York: Bantam Books.
Nurfaizah.2004. Peranan Pendidikan
Pancasila dalam Membentuk Kepribadian
Bangsa pada Era Globalisasi. Makalah.
Makassar: seminar Nasional.
Ruminiati.2007.Pengembangan Pendidikan
kewarganegaraan SD.
Setiadi M,Elly.2003. Panduan kuliah
Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan
Tinggi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Simon,dkk.1972.Values Clarivication, New
York: Hart Publishing Co
Wahab Abdul Azis.1997.Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek
Pengembangan Guru SD.
Winataputra,Udin S.1986.Konsep dan Strategi
Pendidikan Moral Pancasila di Sekolah
Menengah. Jakarta:Depdikbud. LPTK
Winataputra,Udin S.1990.Konsep dan Strategi
Pendidikan Moral Pancasila (Suatu
Penelitian Kepustakaan). Jakarta:
Universitas Terbuka

Nurfaizah A.P.. Model Pembelajaran Pendidikan… , halaman 102-107

Anda mungkin juga menyukai