Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Pendidikan NUsantara:

Kajian Ilmu Pendidikan dan Sosial Humaniora


Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020, p. 13-26

KONTRIBUSI PENDIDIKAN PESANTREN


BAGI PENDIDIKAN KARAKTER DI INDONESIA

Eko Eddya Supriyanto


Program Studi Pendidikan Informatika, STKIP NU Kabupaten Tegal
Jl. Jend. A. Yani No. 21 Slawi Kab. Tegal, Indonesia.
E-mail: ekoeddya@stkipnutegal.ac.id, Telp: +62283491576

Abstract
Pesantren is one of the oldest Educational Institutions in Indonesia, and is a boarding school
education that promotes moral and ethics which is the original attitude of the Indonesian
people so that character education in boarding schools is very well maintained. Islamic
boarding schools have a considerable role in efforts to educate the life of the nation which is
the mandate of our constitution. The methodology in this study uses a mix method
(qualitative and quantitative) focusing its attention on aspects of culture in Pesantren, the
patterns of life of the santri and the behavior of santri. We focused on the location of this
study in the Misbahul Huda Al-Amiriyah Kambangan Islamic Boarding School in Lebaksiu
District, Tegal Regency.

Keyword: Islamic Boarding School Education, Character Education, Islamic Boarding


School Curriculum

PENDAHULUAN moral generasi bangsa yang kian


Era millennial dengan berbagai memprihatinkan jika dilihat dari
aspek tantangan dan hambatannya aspek religiusitas, dari aspek ideologi
memerlukan pertahanan diri dari adalah berkembangnya gerakan-
bangsa Indonesia untuk melakukan gerakan transnasional yang semakin
counter-attack untuk menghadapi kental terutama sebagian umat islam
tantangan dan hambatan tersebut. yang cenderung ke kanan serta
Meskipun pengaruh global tersebut mempermasalahkan ideologi negara
tidak selamanya harus ditolak Pancasila yang dipertentangkan
mentah-mentah karena ada beberapa dengan agama yang dianutnya dalam
pengaruh positif bagi bangsa ini yang bentuk pengguliran isu khilafah
bisa diadopsi dengan catatan tidak islamiyah. Meskipun organisasi
mengikis habis budaya dan attitude keagamaan yang membawa misi
bangsa yang sudah ada. khilafiyah tersebut sudah dibubarkan
Aspek yang menjadikan oleh pemerintah melalui Kementerian
pelaksanaan Pendidikan karakter Hukum dan HAM dengan pembatalan
menjadi penting adalah persoalan badan hukum organisasi tersebut

13
14 Eko Eddya Supriyanto

dengan Surat Keputusan bernomor nilai-nilai budaya asli masyarakat


AHU-30.AH.01.08 tahun 2017. Indonesia diantaranya adalah pola
Pondok pesantren merupakan gotong royong yang mengendap
salah satu model Pendidikan tertua di dalam diri masyarakat dan elemen
Indonesia. Oleh sebab itu Pendidikan bangsa ini. Karakteristik gotong-
pesantren mewarnai dinamika royong merupakan kebersamaan
Pendidikan yang ada di Indonesia. bukan individu, yang kemudian
Pesantren juga mempunyai andil bagi ditularkan oleh Guru atau Kiai di
negara terutama amanat konstitusi pondok pesantren melalui sifat dan
dalam bidang pencerdasan anak keteladanannya.(Supriyanto, 2014)
bangsa dan penanaman nilai-nilai
karakter bangsa bagi generasi bangsa. METODE
Berkaitan dengan Pendidikan
Metodologi yang digunakan dalam
karakter, pemerintah sudah
penelitian ini adalah kualitatif serta
menerbitkan peraturan presiden
digabungkan dengan metode soft
nomer 87 tahun 2017 tentang
system methodology. Dalam ranah
penguatan Pendidikan karakter. Pada
pengembangan riset (Research and
PERPRES ini, penguatan pendidikan
Development) metodologi campuran
karakter merupakan gerakan dibawah
sering kali digunakan untuk
tanggung jawab satuan Pendidikan
menyeimbangkan metode penelitian
untuk memperkuat karakter peserta
dan saling menguatkan masing-
didik melalui harmonisasi olah hati,
masing metode jadi bukan bermaksud
olah rasa, olah piker, dan olah raga
untuk meragukan salah satu dari
dengan pelibatan dan kerja sama
metode yang ada.
antara satuan Pendidikan, keluarga,
Pesantren salafiyah dengan
dan masyarakat sebagai bagian dari
metode klasiknya membutuhkan
Gerakan Nasional Revolusi Mental
pendekatan secara komprehensif dan
(GNRM). (Peraturan Presiden No. 87
deskriptif sebagai sebuah institusi,
Tahun 2017)
namun juga membutuhkan metode
Pendidikan pesantren dalam
kuantitatif dari sisi jumlah santri dan
penguatan Pendidikan pesantren
jumlah lulusan yang kemudian penulis
masuk dalam Pendidikan informal
akan buat dalam bentuk rantai nilai
serta pada pasal 7 ayat (4 dan 5)
(value chain) mengenai input santri,
sebagaimana kegiatan keagamaan
proses pembelajaran di pondok
dapat dilaksanakan paling sedikit
pesantren Misbahul Huda Al-Amiriyah
melalui pesantren kilat, ceramah
Kambangan Lebaksiu sampai pada
keagamaan, karakteristik, retreat.
output berupa tracer study lulusan.
Dan/atau baca tulis Al Quran dan
Dari rantai nilai (value chain) tersebut
kitab suci lainnya.
akan diketahui pengaruh dari budaya
Pendidikan karakter pada
pendidikan pesantren bagi perilaku
pendidikan pesantren yang menyerap
santri di masyarakat.

Jurnal Pendidikan NUsantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


Kontribusi Pendidikan Pesantren 15

Untuk melihat transformasi peran kaidah moral dinamakan berkarakter


pondok pesantren dalam pendidikan mulia.(Zuhriy, 2011)
karakter, penulis meminjam bagian Alasan perlunya Pendidikan
dari Soft System Methodology (SSM) karakter menurut Lickona ada tujuh
untuk mengukur relevansi masalah alasan sebagaimana berikut: (Lickona,
dari Pendidikan karakter dengan 1991)
menggunakan analisis CATWOE yang (1) Cara terbaik untuk menjamin
kepanjangan dari Customers, Actors, anak-anak (siswa) memiliki
Transformation, Worldview, Owners, kepribadian yang baik dalam
dan Environmental. (Checkland, 2000) kehidupan;
(2) Cara untuk meningkatkan prestasi
akademik;
HASIL DAN PEMBAHASAN
(3) Sebagian siswa tidak dapat
Hasil membentuk karakter yang kuat
Pendidikan karakter dapat di
bagi dirinya ditempat lain;
katakan sebagai sebuah sistem yang
(4) Persiapan siswa untuk
menanamkan nilai-nilai karakter para
menghormati pihak atau orang lain
peserta didik, yang mengandung
dan dapat hidup dalam masyarakat
komponen pengetahuan, kesadaran
yang beragam;
individu, tekad, serta adanya kemauan
(5) Berangkat dari akar masalah yang
dan tindakan untuk melaksanakan
berkaitan dengan problem moral-
nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang
sosial, seperti ketidaksopanan,
Maha Esa, diri sendiri, sesame
ketidakjujuran, kekerasan,
manusia, lingkungan, maupun bangsa
pelanggaran kegiatan seksual, dan
sehingga akan terwujud insan kamil.
etos kerja (belajar) yang rendah;
(Isna, 2011)
(6) Persiapan terbaik untuk
Menurut Tadzkirotun Musfiroh
menyongsong perilaku ditempat
karakter mengacu pada serangkaian
kerja;
sikap (attitude), perilaku (behaviors),
(7) Pembelajaran nilai-nilai budaya
motivasi (motivations) dan
yang merupakan bagian dari kerja
keterampilan (skills). Makna karakter
peradaban.
itu sendiri sebenarnya berasal dari
bahasa Yunani yang berarti to mark Bahkan karena sangat pentingnya
atau menandai dan memfokuskan pendidikan karakter ini, pemerintah
pada aplikasi nilai kebaikan dalam menerbitkan Peraturan Presiden
bentuk tindakan atau tingkah laku, nomer 87 tahun 2017 tentang
sehingga orang yang tidak jujur, penguatan Pendidikan karakter yang
kejam, rakus dan berperilaku jelek mana dalam peraturan presiden
dikatakan sebagai orang yang tersebut dijelaskan siapa saja
berkarakter jelek. Sebaliknya orang pelaksana dan penanggungjawab dari
yang berperilaku sesuai dengan penguatan Pendidikan karakter di
Indonesia. Sebagaimana dijelaskan

Jurnal Pendidikan NUsantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


16 Eko Eddya Supriyanto

dalam Pasal 12 ayat (1 sampai 4) kalau Pancasila menjadi sumber nilai


pelaksanaan PPK ini dikoordinasikan dalam berkehidupan. Posisi budaya
oleh Kementerian Koordinator Bidang sebagai sumber nilai juga tidak dapat
Pembangunan Manusia (Kemenko diabaikan, demikian juga dengan
PMK) yang kemudian dilaksanakan tujuan Pendidikan nasional yang
oleh Kementerian Pendidikan dan didalamnya telah dirumuskan kualitas
Kebudayaan (satuan pendidikan jalur yang harus dimiliki warga negara
Pendidikan formal dan informal), Indonesia (Puskur, 2010)
Kementerian Agama (satuan Untuk menerapkan Pendidikan
pendidikan jalur formal dan secara tepat guna diperlukan strategi
nonformal), Kementerian Dalam pelaksanaan Pendidikan karakter
Negeri dan Pemerintah Daerah. yang dapat diterapkan pada sekolah
Penyelenggaraan PPK dilakukan atau pondok pesantren yaitu (1)
dengan menggunakan prinsip sebagai pembelajaran (teaching), (2)
berikut: keteladanan (modelling), (3)
1) Berorientasi pada berkembangnya penguatan (reinforcing), dan (4)
potensi peserta didik secara pembiasaan (habituating). (Sudrajat,
menyeluruh dan terpadu; 2011)
2) Keteladanan dalam penerapan Sangat pentingnya pendidikan
Pendidikan karakter pada masing- karakter ini, maka semua pihak harus
masing lingkungan Pendidikan; bahu-membahu untuk saling
3) Berlangsung melalui pembiasaan menjalankan perannya dalam
dan sepanjang waktu dalam menjalankan dan melaksanakan
kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter baik itu dari
Nilai-nilai yang dikembangkan keluarga, masyarakat, lembaga
dalam Pendidikan budaya dan pendidikan, dan pemerintah.
karakter bangsa Indonesia secara
khusus diidentifikasi dari empat Pembahasan
sumber: (1) Agama, (2) Pancasila, (3) Implementasi Pendidikan Karakter
Budaya, dan (4) Tujuan Pendidikan. di Indonesia
Empat nilai tersebut Apabila kita cermati, sebagai
mempresentasikan bahwa masyarakat tindak lanjut dari adanya amandemen
Indonesia adalah masyarakat yang terhadap pasal 31 UUD 1945,
beragama, oleh karena itu kehidupan kemudian diterbitkanlah Undang-
individu, masyarakat, dan bangsa Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
selalu dilandaskan pada ajaran agama. Sistem Pendidikan Nasional. Dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia pasal 3 Undang-Undang Sisdiknas
ditegakkan atas prinsip-prinsip dijelaskan bahwa Pendidikan nasional
kehidupan kebangsaan dan berfungsi mengembangkan
kenegaraan yang disebut Pancasila, kemampuan dan membentuk watak
oleh karena itu sudah semestinya serta peradaban bangsa yang

Jurnal Pendidikan NUsantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


Kontribusi Pendidikan Pesantren 17

bermartabat dalam rangka 2005-2025, dimana pendidikan


mencerdaskan kehidupan bangsa, karakter ditempatkan sebagai
tujuannya untuk mengembangkan landasan untuk mewujudkan visi
potensi peserta didik agar menjadi pembangunan nasional, yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa “Mewujudkan masyarakat berakhlak
kepada Tuhan Yang Maha Esa, mulia, bermoral, beretika, berbudaya,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, dan beradab berdasarkan falsafah
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi Pancasila.”
warga negara yang demokratis serta Secara konseptual sebenarnya
bertanggungjawab. sampai sekarang belum dapat
Pendidikan karakter merupakan dijumpai definisi Pendidikan karakter
upaya perwujudan amanat Pancasila yang lengkap dan komprehensif,
dan Pembukaan UUD 1945 yang karena setiap definisi lazimnya hanya
dilatarbelakangi oleh realitas menekankan pada pentingnya aspek
permasalahan bangsa yang tertentu dan mengabaikan aspek lain.
berkembang pada saat ini, seperti Menurut Kebijakan Nasional
disorientasi dan belum dihayatinya Pembangunan Karakter Bangsa
nilai-nilai Pancasila, keterbatasan (2010), Pendidikan karakter dapat
perangkat kebijakan terpadu dalam dimaknai sebagai Pendidikan nilai,
mewujudkan nilai-nilai Pancasila, Pendidikan budi pekerti, Pendidikan
bergesernya nilai etika dalam moral, Pendidikan watak, yang
kehidupan berbangsa dan bernegara, bertujuan mengembangkan
memudarnya kesadaran terhadap kemampuan peserta didik untuk
nilai-nilai budaya bangsa, ancaman memberikan keputusan baik buruk,
disintegrasi bangsa, ancaman paham- memelihara apa yang baik, dan
paham transnasional, dan mewujudkan kebaikan itu dalam
melemahnya kemandirian bangsa kehidupan sehari-hari dengan
(Buku Kebijakan Nasional sepenuh hati.
Pembangunan Karakter Bangsa 2010- Nilai-nilai karakter yang
2025). Untuk mewujudkan cita-cita dikembangkan dalam rangka
Pendidikan karakter sebagaimana memperkuat pelaksanaan Pendidikan
diamanatkan dalam Pancasila dan karakter di sekolah, telah
Pembukaan UUD 1945 serta teridentifikasi 18 nilai yang
mengatasi permasalahan bangsa bersumber dari agama, Pancasila,
tersebut, maka pemerintah perlu budaya dan tujuan Pendidikan
menjadikan Pendidikan karakter nasional, yaitu: (1) religious, (2) jujur,
sebagai salah satu program prioritas (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja
pembangunan nasional. Semangat itu keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8)
secara implisit ditegaskan dalam demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10)
Rencana Pembangunan Jangka semangat kebangsaan, (11) cinta
Panjang Nasional (RPJPN) tahun tanah air, (12) menghargai prestasi,

Jurnal Pendidikan NUsantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


18 Eko Eddya Supriyanto

(13) bersahabat/komunikatif, (14) kepribadian yang baik dalam


cinta damai, (15) gemar membaca, kehidupan;
(16) peduli lingkungan, (17) peduli (2) Cara untuk meningkatkan prestasi
sosial, dan (18) tanggung jawab. akademik;
(Hasan, 2010). (3) Sebagian siswa tidak dapat
Pendidikan karakter dapat di membentuk karakter yang kuat
katakan sebagai sebuah sistem yang bagi dirinya ditempat lain;
menanamkan nilai-nilai karakter para (4) Persiapan siswa untuk
peserta didik, yang mengandung menghormati pihak atau orang lain
komponen pengetahuan, kesadaran dan dapat hidup dalam masyarakat
individu, tekad, serta adanya kemauan yang beragam;
dan tindakan untuk melaksanakan (5) Berangkat dari akar masalah yang
nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang berkaitan dengan problem moral-
Maha Esa, diri sendiri, sesame sosial, seperti ketidaksopanan,
manusia, lingkungan, maupun bangsa ketidakjujuran, kekerasan,
sehingga akan terwujud insan kamil. pelanggaran kegiatan seksual, dan
(Isna, 2011) etos kerja (belajar) yang rendah;
Menurut Tadzkirotun Musfiroh (6) Persiapan terbaik untuk
karakter mengacu pada serangkaian menyongsong perilaku ditempat
sikap (attitude), perilaku (behaviors), kerja;
motivasi (motivations) dan (7) Pembelajaran nilai-nilai budaya
keterampilan (skills) Makna karakter yang merupakan bagian dari kerja
itu sendiri sebenarnya berasal dari peradaban.
bahasa Yunani yang berarti to mark Bahkan karena sangat pentingnya
atau menandai dan memfokuskan pendidikan karakter ini, pemerintah
pada aplikasi nilai kebaikan dalam menerbitkan Peraturan Presiden
bentuk tindakan atau tingkah laku, nomer 87 tahun 2017 tentang
sehingga orang yang tidak jujur, penguatan Pendidikan karakter yang
kejam, rakus dan berperilaku jelek mana dalam peraturan presiden
dikatakan sebagai orang yang tersebut dijelaskan siapa saja
berkarakter jelek. Sebaliknya orang pelaksana dan penanggungjawab dari
yang berperilaku sesuai dengan penguatan Pendidikan karakter di
kaidah moral dinamakan berkarakter Indonesia. Sebagaimana dijelaskan
mulia.(Zuhriy, 2011) dalam Pasal 12 ayat (1 sampai 4)
Alasan perlunya Pendidikan pelaksanaan PPK ini dikoordinasikan
karakter menurut Lickona ada tujuh oleh Kementerian Koordinator Bidang
alasan sebagaimana berikut: (Lickona, Pembangunan Manusia (Kemenko
1991) PMK) yang kemudian dilaksanakan
(1) Cara terbaik untuk menjamin oleh Kementerian Pendidikan dan
anak-anak (siswa) memiliki Kebudayaan (satuan pendidikan jalur
Pendidikan formal dan informal),

Jurnal Pendidikan NUsantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


Kontribusi Pendidikan Pesantren 19

Kementerian Agama (satuan Untuk menerapkan Pendidikan


pendidikan jalur formal dan secara tepat guna diperlukan strategi
nonformal), Kementerian Dalam pelaksanaan Pendidikan karakter
Negeri dan Pemerintah Daerah. yang dapat diterapkan pada sekolah
Penyelenggaraan PPK dilakukan atau pondok pesantren yaitu (1)
dengan menggunakan prinsip sebagai pembelajaran (teaching), (2)
berikut: keteladanan (modelling), (3)
1) Berorientasi pada berkembangnya penguatan (reinforcing), dan (4)
potensi peserta didik secara pembiasaan (habituating). (Sudrajat,
menyeluruh dan terpadu; 2011)
2) Keteladanan dalam penerapan Sangat pentingnya pendidikan
Pendidikan karakter pada masing- karakter ini, maka semua pihak harus
masing lingkungan Pendidikan; bahu-membahu untuk saling
3) Berlangsung melalui pembiasaan menjalankan perannya dalam
dan sepanjang waktu dalam menjalankan dan melaksanakan
kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter baik itu dari
Nilai-nilai yang dikembangkan keluarga, masyarakat, lembaga
dalam Pendidikan budaya dan pendidikan, dan pemerintah.
karakter bangsa Indonesia secara Implementasi Pendidikan
khusus diidentifikasi dari empat karakter di Indonesia sangat
sumber: (1) Agama, (2) Pancasila, (3) kompleks variabelnya namun tidak
Budaya, dan (4) Tujuan Pendidikan. ada yang tidak mungkin bergantung
Empat nilai tersebut pada komitmen dari pemerintah,
mempresentasikan bahwa masyarakat apalagi sudah didukung oleh
Indonesia adalah masyarakat yang pemerintah melalui Perpres nomor 87
beragama, oleh karena itu kehidupan tahun 2017 tentang penguatan
individu, masyarakat, dan bangsa Pendidikan karakter. Tentu
selalu dilandaskan pada ajaran agama. Pendidikan karakter ini memerlukan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dukungan dari kementerian terkait,
ditegakkan atas prinsip-prinsip pemerintah provinsi dan pemerintah
kehidupan kebangsaan dan daerah agar berjalan sebagaimana
kenegaraan yang disebut Pancasila, harapan dan tujuan dari Pendidikan
oleh karena itu sudah semestinya karakter itu sendiri.
kalau Pancasila menjadi sumber nilai Dengan demikian, pelaksanaan
dalam berkehidupan. Posisi budaya Pendidikan karakter tentu tidak
sebagai sumber nilai juga tidak dapat sekedar mengajarkan perihal benar
diabaikan, demikian juga dengan dan salah. Akan tetapi lebih dari itu,
tujuan Pendidikan nasional yang Pendidikan karakter memerlukan
didalamnya telah dirumuskan kualitas usaha sadar dan sengaja untuk
yang harus dimiliki warga negara menanamkan berbagai
Indonesia (Puskur, 2010)

Jurnal Pendidikan NUsantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


20 Eko Eddya Supriyanto

Pengaruh Budaya Pondok Pesantren biasanya disebut kitab kuning.


Terhadap Perilaku Santri Pesantren juga dapat diklasifikasikan
Menurut para santri Pendidikan di dari jumlah santri. Pesantren yang
Pondok Pesantren adalah penjara suci, santrinya kurang dari 1000 dan
meskipun harus jauh dari orang tua, pengaruhnya hanya pada tingkat
belajar hidup mandiri penuh dengan kabupaten, disebut sebagai pesantren
tangis air mata. Namun Pendidikan kecil; santri antara 1000-2000 santri
dengan pola pondok pesantren akan dan pengaruhnya pada beberapa
memberikan pelajaran hidup yang kabupaten disebut sebagai pesantren
sangat berharga bagi pribadi santri itu menengah; bila santrinya lebih dari
sendiri. 2000 dan pengaruhnya tersebar pada
Budaya pesantren mempunyai tingkat beberapa kabupaten dan
keunikan dan kekhasan tersendiri, propinsi dapat digolongkan sebagai
seperti masa Pendidikan yang tidak pesantren besar. (Zamakhsari, 2011)
tertentu yaitu sesuai dengan Dalam struktur Pendidikan
keinginan santri atau keputusan sang nasional, pesantren merupakan mata
Kiai, apabila dipandang santri telah rantai yang sangat penting. Hal ini
cukup menempuh studi padanya tidak hanya karena sejarah
biasanya sang Kiai menganjurkan kemunculannya yang relative lama,
santri tersebut untuk nyantri di akan tetapi juga pesantren
tempat lain atau mengamalkan mempunyai andil yang lumayan besar
ilmunya di daerah masing-masing. dalam upaya mencerdaskan
Para santri yang tekun biasanya diberi kehidupan bangsa. Jika merunut
“ijazah” dari sang Kiai. sejarah, pesantren merupakan
Keberadaan pesantren pada lembaga pendidikan yang berbasis
zaman dahulu tidaklah seperti yang pada masyarakat.
ada saat ini. Pesantren dahulu lebih Pesantren yang merupakan bagian
menyatu dengan masyarakat tidak dari Pendidikan Islam di Indonesia,
dibatasi pagar (komplek) dan para didirikan karena adanya tuntutan dan
santri berbaur dengan masyarakat kebutuhan zaman. Hal ini bisa dilihat
sekitar. Bentuk ini masih banyak dari perjalanan sejarah yang mana
ditemui pada pesantren-pesantren pesantren hadir karena kebutuhan
kecil di desa-desa Banten, Madura, dan kewajiban dakwah Islamiyah yang
dan sebagian Jawa Tengah dan Jawa sekaligus sebagai kawah untuk
Timur. mencetak kader-kader ulama dan dai
Sementara itu menurut yang mumpuni sebagai harapan bagi
Zamakhsari, pesantren itu harus bangsa Indonesia.
memiliki 5 (lima) unsur, yaitu ada Kelebihan sistem Pendidikan
pondok atau tempat santri dan kiai pesantren dibandingkan dengan
menginap, masjid, kiai, santri dan sekolah biasa yang tanpa asrama
pengajian kitab Islam klasik yang adalah santri/siswa berada dalam

Jurnal Pendidikan NUsantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


Kontribusi Pendidikan Pesantren 21

lingkungan kultur Pendidikan yang profan dan dunia religious. Titik temu
intens dan tidak terputus. tersebut ada pada tujuan dari
Ciri pendidikan dalam pondok pesantren yang bermuara pada
pesantren antara lain adalah adanya tafaqquh fi’i-din atau mempelajari
hubungan yang akrab antara kiai-kiai, ilmu agama secara mendalam.
tunduknya santri kepada kiai, hidup Meskipun di pesantren Al-Amiriyah
hemat dan sederhana, semangat sendiri tetap mengadopsi
menolong antar sesama santri, jiwa pembelajaran ilmu umum dengan
tolong-menolong dan persaudaraan adanya Madrasah Ibtidaiyah (MI),
sangat mewarnai pergaulan di pondok Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan
pesantren, Pendidikan disiplin sangat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
di tekankan dalam kehidupan di Aspek lain yang memuat moral
pondok pesantren, berani menderita, sufistik juga terintegrasi dalam bentuk
dan kehidupan agama yang baik kajian fiqh sebagai ilmu pokok yang
karena pesantren adalah tempat dipelajari pada pondok, ilmu fiqh ini
pendidikan dan pengajaran agama. diwarnai oleh pikiran-pikiran sufisme
(Ghazali, 2003) atau fiqh sufistik. Oleh sebab itu,
Pengaruh budaya santri terhadap integrasi ilmu-ilmu tersebut
perilaku santri sangatlah kental, merupakan proyeksi dari
dimana budaya lingkungan pembentukan karakter terhadap para
masyarakat dan kebiasaan dapat santri yang harapannya dapat
membentuk karakter seorang anak. mengarahkan pada kesuksesan hidup
Ketika di pondok pesantren para lulusannya. Pola tersebut
pembentukan karakter santri diyakini akan memunculkan sikap
mempunyai kualifikasi unggul dengan mental positif pada diri santri
adanya materi fiqh, aqidah maupun sehingga membentuk sikap
akhlaq akan memberikan wawasan kolektivitas yang menjadi dasar
pengetahuan santri tidak hanya pada terwujudnya culture value system
ranah kognitif semata. Melainkan juga (system nilai budaya) yaitu suatu
dalam konteks sikap dan perbuatan rangkaian dari konsepsi-konsepsi
sehari-hari. Pondok pesantren abstrak yang hidup dalam alam
mempunyai otoritas tersendiri dalam pikiran sebagian besar dari seluruh
membentuk budayanya, mengadakan santri, mengenai tidak hanya apa yang
proses belajar dan mengajar secara dianggap penting dan berharga, tetapi
integrative serta komprehensif. juga mengenai apa yang dianggap
Kondisi di Pondok Pesantren remeh dan tidak berharga dalam
Misbahul Huda Al-Amiriyah hidup. Dengan demikian, system nilai
Kambangan tidak jauh beda dengan budaya tidak saja berfungsi sebagai
pondok salaf lain dalam hal majelis. suatu pedoman tetapi juga suatu
Posisi Kyai Syamsul sebagai pemimpin pendorong perilaku santri dalam
tertinggi sangat vital dalam dunia kehidupannya, sehingga berfungsi

Jurnal Pendidikan NUsantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


22 Eko Eddya Supriyanto

juga sebagai suatu sistem tata perilaku pada Forum Group Discussion (FGD)
santri. (Zuhriy, 2011) dengan pakar untuk adaptasi skema
Mengadopsi rantai nilai pada rantai nilai (value chain) ini apabila
model proses bisnis pendidikan diterapkan pada institusi pondok
karakter pada pendidikan tinggi, pesantren. Untuk lebih jelasnya bisa
penulis mencoba membuat skema dilihat gambar 1.1 dibawah ini.
yang kemudian sudah didiskusikan

Aktifitas Pra Proses Pelayanan Pelayanan


Pelayanan di Pendidikan di
Pelayanan Alumni
Pondok Pesantren

Pesantren
Pesantren

Aktifitas Pengelolaan Penyediaan Kemandirian


Mutu Pesantren yang sarana dan
Pendukung prasarana organisasi Manfaat
Pendidi efisien dan
produktif: SDM, yang dan jarungan yang
kan keuangan mendukung
mutu
kerjasama didapat
pengguna
Struktur Organisasi

Budaya Organisasi
Berbagai unit dan satuan kerja di Pesantren

Gambar 1.1 Rantai Nilai Proses Pendidikan Karakter Pondok Pesantren

Proses Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren

Industri
Manajemen Pondok Pesantren

Output Tafaqquh fiddin


Lulusan
Knowledge Berkarakter
Input Calon Santri

Materi keagamaan
Feedback Regulasi Life Skill Pemerintah
Pemerintah pembentukan moral
Gambar 1.2 Proses Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren

Jurnal Pendidikan NUsantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


Kontribusi Pendidikan Pesantren 23

Pada gambar diatas lebih fokus pada penulis melakukan pembatasan dalam
aspek mutu lulusan dari pondok yang pembahasan serta menempatkan
sudah mendapatkan proses pelayanan CATWOE analysis ini dalam rangka
Pendidikan di Pesantren yang akan mengetahui transformasi peran
muncul output atau lulusan yang pondok pesantren dalam Pendidikan
mempunyai karakter dan moralitas karakter.
yang lebih baik. Dari gambar diatas Penjelasan dari analisis CATWOE
tersebut jika diaplikasikan dalam diatas adalah sebagai berikut:
sebuah gambar, proses Pendidikan 1) Customers
karakter di pondok pesantren. Penerima manfaat atau customer
Namun setidaknya ada beberapa dari berhasilnya Pendidikan
hal yang sebenarnya menarik karakter di pesantren adalah
manakala proses pembentukan pemerintah, masyarakat dan dunia
karakter santri melalui proses budaya usaha/kerja. Dengan keberhasilan
pendidikan pesantren salaf pada penerapan Pendidikan karakter
Pesantren Misbahul Huda Al-Amiriyah bagi santri/siswa tentu
Kambangan, penulis mencoba memberikan manfaat yang luas
mentransformasikan peran pondok bagi pemerintah, masyarakat dan
pesantren dalam Pendidikan karakter dunia kerja.
generasi bangsa dalam bentuk analisis 2) Actors
CATWOE yang dijabarkan sebagai Penentu keberhasilan dari
berikut: kegiatan pembentukan karakter
Customers Pemerintah, Masyarakat siswa/santri adalah pengurus
dan dunia kerja pondok pesantren dan dewan guru
Actors Pengurus Pondok
Pesantren dan Dewan 3) Transformation Process
Guru Sebuah program dan kebijakan
Transformation Materi Pembentukan tentu membutuhkan materi yang
Process Karakter Santri/Siswa
Worldview Terbentuknya Santri yang mempunyai capaian-capaian dan
berkarakter target. Maka dalam proses
Owner Masyarakat dan bangsa pelaksanaan Pendidikan karakter
Indonesia
Environmental Kebijakan pendidikan di pesantren membutuhkan materi
Constraints karakter, tata tertib, pembentukan karakter
budaya pesantren
santri/siswa yang disusun dengan
Sekedar pengetahuan, dalam Soft melihat kemampuan siswa dan
System Methodology (SSM) CATWOE disesuaikan dengan kurikulum
analysis ini digunakan untuk menguji yang sudah ditetapkan.
root definition atau masalah terhadap 4) Worldview
sistem yang ada dalam pola Sebuah program Pendidikan
pelaksanaan pendidikan karakter. karakter tentu tujuannya adalah
Namun jika dirunut terlalu jauh maka terbentuknya santri/siswa yang

Jurnal Pendidikan NUsantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


24 Eko Eddya Supriyanto

mempunyai karakter baik secara SIMPULAN DAN SARAN


akademis, non-akademis serta Kesadaran moral merupakan
mempunyai moral dan sopan sesuatu yang penting disamping
santun. dengan adanya kemampuan
5) Owner intelektual (IQ) juga perlu adanya
Pemilik dari keberhasilan kemampuan mengendalikan emosi
Pendidikan karakter adalah (EQ). Untuk mengembalikan
pemerintah, keluarga santri/siswa, kesadaran moral pada manusia
masyarakat dan bangsa Indonesia tersebut diperlukan adanya
6) Environmental Constraints Pendidikan karakter sebagai jalan
Agar program Pendidikan karakter yang muaranya pada kemaslahatan
berhasil maka dibutuhkan sesama manusia, agama, bangsa dan
instrumen yang tepat seperti negara. Kewajiban menerapkan
paying hukum dari pemerintah, Pendidikan karakter tidak hanya ada
komitmen dari pengurus untuk pada pemerintah dan Lembaga
menerapkan tata tertib pesantren Pendidikan saja, pada sekup terkecil
serta budaya pesantren melalui lingkungan keluarga merupakan
keteladanan dari Kiai dan guru. bagian terpenting dari terbentuknya
Sebenarnya untuk dapat karakter manusia, masyarakat juga
mengetahui peran pondok pesantren harus menjadi pelopor Pendidikan
dalam menjalankan Pendidikan karakter bagi generasi mudanya,
pesantren perlu pendalaman media massa juga mempunyai andil
penelitian yang lebih seksama, karena yang sangat penting dalam
tipikal pesantren salaf itu juga membentuk karakter bangsa. Oleh
berbeda-beda masing-masing sebab itu, semua elemen bangsa ini
pesantren mempunyai kekhasannya harus bahu-membahu bekerjasama
tersendiri untuk dapat melihat lebih dalam tanggung jawab ini.
detail perlu kita rinci masing-masing Pondok pesantren sebagai
pesantren namun tentu membutuhkan lembaga pendidikan keagamaan asli
waktu yang tidak sebentar untuk produk Indonesia juga sangat
melakukan penelitian tersebut. Akan berkepentingan untuk membangun
tetapi, pola ini sedikitnya memberikan moral bangsa melalui Pendidikan
gambaran mikro bentuk peran agama dan kebudayaan Indonesia
Pendidikan karakter pada pondok yang dikemas melalui Pendidikan
pesantren terutama pesantren salaf yang khas pada pondok pesantren.
yang sudah barang tentu ada beberapa Sebesar apapun pengaruh globalisasi
kesamaan penerapannya di pesantren pada Pendidikan pesantren, pondok
salaf yang lain. pesantren harus tetap teguh untuk
tetap memberikan khazanah budaya
bangsa yang sudah dijalankan turun
temurun oleh para kiai di pesantren.

Jurnal Pendidikan NUsantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


Kontribusi Pendidikan Pesantren 25

DAFTAR PUSTAKA Kebijakan Nasional Pembangunan


Karakter Bangsa Tahun 2010-
Abdullah, M. Amin. 2010. “Pendidikan 2025. Jakarta: Pemerintah
Karakter: Mengasah Kepekaan Republik Indonesia.
Hati Nurani. Materi Sarasehan
Nasional Pendidikan Karakter Koentjaraningrat. 1976. Kebudayaan,
Ditjen Dikti Kemendiknas”. Mentalitet dan Pembangunan.
Yogyakarta. 15 April 2010. Jakarta: Gramedia.
Albertus, Doni Koesoema. 2010. Lickona, Thomas. 1991. “Educating for
Pendidikan Karakter: Strategi Character: How Our School Can
Mendidik Anak di Zaman Global. Teach Respect and Responsibility”.
Jakarta: Grasindo. New York: Bantam Books.
Aunillah, Nurla Isna. 2011 Panduan Ma’arif, Syamsul. 2012.
Menerapkan Pendidikan Karakter “Transformative Learning Dalam
di Sekolah, Yogyakarta: Laksana Membangun Pesantren Berbasis
Multikultural.” Jurnal
Bakhtiar, W., 1990. Laporan Penelitian Pembangunan Pendidikan:
Perkembangan Pesantren di Jawa Fondasi dan Aplikasi 1: 58–71.
Barat. Bandung: Balai Penelitian
IAIN Sunan Gunung Jati. Peraturan Presiden Nomor 87 tahun
2017 Tentang Penguatan
Balitbang Puskur. 2010. Pendidikan Karakter.
Pengembangan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa: Sjarkawi. 2006. Pembentukan
Pedoman Sekolah. Jakarta: Kepribadian Anak: Peran Moral,
Kemdiknas Balitbang Puskur. Intelektual, Emosional dan Sosial
sebagai Wujud Integritas
Checkland, Peter. 2000. “Soft System Membangun Jatidiri. Jakarta:
Methodology: A ThirtyYear Aksara.
Retrospective”. System Research
and Behavioral Science: John Sukemi, M. Buchory. 2012.
Wiley & Sons, Ltd. Implementasi Pendidikan
Karakter di Indonesia Dalam
Dhofier, Z., 2011. Tradisi pesantren: Seting Sekolah. Yogyakarta:
studi pandangan hidup kyai dan Seminar Ikatan Alumni (IKA)
visinya mengenai masa depan Universitas Negeri Yogyakarta,
Indonesia. LP3ES. “Implementasi Pendidikan
Ghazali, M. Bahri. 2003. Pesantren Karakter dalam Membangun
Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Bangsa”.
CV. Prasasti. Sumardi, Kamin (FPTK Universitas
Hasan, Said Hamid, dkk. 2010. Pendidikan Indonesia Bandung).
Pengembangan Pendidikan 2012. “Portrait of Character
Budaya dan Karakter Bangsa. Education in Salafiah Boarding
Jakarta: Pusat Kurikulum dan School.” Jurnal Pendidikan
Perbukuan Balitbang Kemdiknas. Karakter 3.

Jurnal Pendidikan NUsantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


26 Eko Eddya Supriyanto

Sunyoto, Agus. 2015. Atlas Walisongo Pendidikan Karakter Pada


Buku Pertama yang Mengunkap Pondok Pesantren Salaf”
Wali Songo sebagai Fakta Sejarah. Walisongo 19.
Malang: Pustaka Iman.
Bransford, J. D., Brown, A. L., &
SUPRIYANTO, E. E. S. E. E. Cocking, R. R. 2005. How people
PENERAPAN NILAI-NILAI learn: Brain, mind, experience and
PANCASILA DALAM KEBIJAKAN school. from
EKONOMI DI KABUPATEN TEGAL https://www.nap.edu/catalog/9
2009-2014. Politika: Jurnal Ilmu 853/how-people-learn-brain-
Politik, 4(1), 80-88. mind-experience-and-school-
expanded-edition.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional PROFIL SINGKAT
Eko Eddya Supriyanto, S.IP, M.SI
Zuhriy, M Syaifuddien (UIN Sunan Lahir di Tegal pada tahun 1988. Saat ini
Kalijaga Yogyakarta). 2011. sebagai dosen tetap pada STKIP NU
“Budaya Pesantren Dan Kabupaten Tegal

Jurnal Pendidikan NUsantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020


Kontribusi Pendidikan Pesantren 27

NAMA : FERDY NUR ADHIANSYAH


NIM : 220641087
KELAS : SD22D

REVIEW JURNAL

Judul Kontribusi Pendidikan Pesantren Bagi Pendidikan Karakter


Di Indonesia
Nama Jurnal Jurnal Pendidikan NUsantara
Volume dan Halaman Volume 1 Nomor 1, Halaman 13-26
Tahun 2020
Penulis Eko Eddya Supriyatno
Reviewer Ferdy Nur Adhiansyah
Tanggal Reviewer 23 Desember 2022
Latar Belakang Pondok pesantren merupakan salah satu model Pendidikan
tertua di Indonesia. Oleh sebab itu Pendidikan pesantren
mewarnai dinamika Pendidikan yang ada di Indonesia.
Pesantren juga mempunyai andil bagi negara terutama
amanat konstitusi dalam bidang pencerdasan anak bangsa
dan penanaman nilai-nilai karakter bangsa bagi generasi
bangsa.
Tujuan Permasalahan Pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk
mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “Mewujudkan
masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,
dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.”
Permasalahan Permasalahan bangsa yang berkembang pada saat ini, dan
belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila yaitu, bergesernya
nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa,
dan melemahnya kemandirian bangsa
Metodologi penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif serta digabungkan dengan metode soft system
methodology.
Hasil Penelitian Pendidikan dalam pondok pesantren antara lain adalah
adanya hubungan yang akrab antara kiai-kiai, tunduknya
santri kepada kiai, hidup hemat dan sederhana, semangat
menolong antar sesama santri, jiwa tolong-menolong dan
persaudaraan sangat mewarnai pergaulan di pondok
pesantren, Pendidikan disiplin sangat di tekankan dalam
kehidupan di pondok pesantren, berani menderita, dan
kehidupan agama yang baik karena pesantren adalah tempat
pendidikan dan pengajaran agama.
Kelebihan Pemodelan penelitian ini terlihat, singkat padat dan jelas, dan
tidak berbelit belit
Kekurangan Literatur dalam penelitian masih amat tergolong sedikit
Jurnal Pendidikan NUsantara – Volume 1 Nomor 1, Agustus 2020

Anda mungkin juga menyukai