Irwan Satria
Dosen IAIN Bengkulu
Email: satriairwan1974@gmail.com
Abstract : Contextual learning, enabling the learner to be active, evolves according to its potential. In the learning pro-
cess, the main thing is to link all these aspects. To relate it can be done in various ways, such as material that is studied
directly related to the factual conditions associated with real life experience. CTL approach is the relationship of matter
or topic with real life. So in the contextual learning is how to have the learning experience owned by students always
associated with actual problems that occur in the environment. Thus learning in civic education based on Pancasila
values through contextual learning emphasizes the introduction, love and application of Pancasila values to learners.
Learners are led to adaptation to the values of Pancasila so that it becomes a prophetic man, a human that is useful both
for life itself and society, nation and state.
Keywords: Learning, Pancasila, approach
Abstrak: Pembelajaran kontekstual, memungkinkan peserta didik aktif, berkembang sesuai dengan potensinya. Dida-
lam proses pembelajaran, yang utama adalah perlu mengaitkan seluruh aspek tersebut. Untuk mengaitkannya bisa
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya materi yang dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi faktual yang
terkait dengan pengalaman hidup yang nyata. Pendekatan CTL adalah keterkaitan materi atau topik dengan kehidupan
nyata. Jadi di dalam pembelajaran kontekstual adalah bagaimana agar pengalaman belajar yang dimiliki siswa senan-
tiasa terkait dengan permasalahan-permasalahan aktual yang terjadi di lingkungannya. Dengan demikian pembelaja-
ran dalam pendidikan kewargaanegara berdasarkan nilai-nilai pancasila melalui pembelajaran kontekstual meneka-
nkan pada pengenalan, mencintai dan penerapan nilai-nilai pancasila terhadap peserta didik. Peserta didik digiring
pada adaptasi terhadap nilai-nilai pancasila sehingga menjadi manusia profetik, manusia yang berguna baik untuk
kehidupan diri sendiri maupun masyarakat, bangsa dan negara.
Kata Kunci: Pembelajaran, Pancasila, pendekatan
dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan liki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang
perkembangan remaja, Mengembangkan diri secara diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan
optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta warisan tersebut ke arah yang sesuai untuk kehidu-
memperbaiki kekurangannya, Menunjukkan sikap pan masa kini dan masa mendatang. Sedangkan
percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, menurut Qomari Anwar (2010), pendidikan ada-
perbuatan, dan pekerjaannya, Berpartisipasi dalam lah proses internalisasi nilai-nilai budaya ke dalam
penegakan aturan-aturan sosial, Menghargai ke- diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat
beragaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bu-
sosial ekonomi dalam lingkup global, Membangun kan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan
dan menerapkan informasi dan pengetahuan se- saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana pem-
cara logis, kritis, kreatif, dan inovatif, Menunjukkan budayaan dan penyaluran nilai (enkulturisasi dan
kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan ino- sosialisasi).
vatif dalam pengambilan keputusan, Menunjukkan Dari penjelasan di atas maka pendidikan pada
kemampuan mengembangkan budaya belajar un- dasarnya merupakan aktivitas atau proses sosial
tuk pemberdayaan diri, Menunjukkan sikap kom- budaya masyarakat. Pada perspektif ini pendidikan
petitif & sportif untuk mendapatkan hasil yang ter- adalah proses transmisi kebudayaan. Menurut Man-
baik, Menunjukkan kemampuan menganalisis dan an (1989:9), pendidikan mencakup setiap proses,
memecahkan masalah kompleks, Menunjukkan kecuali yang bersifat genetis, yang menolong mem-
kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial, bentuk fikiran, karakter atau kapasitas fisik sese-
Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dia- orang. Proses tersebut berlangsung seumur hidup.
nut sesuai dengan perkembangan remaja, Mengem- Sejumlah nilai-nilai budaya ditransmisikan kepada
bangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan peserta didik. Menurut Mansyur Ramly (2010: 3-4),
kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya, pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan
Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung sistematis dalam mengembangkan potensi peserta
jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya, didik. Pendidikan adalah suatu usaha masyarakat
Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mu-
sosial, Menghargai keberagaman agama, bangsa, danya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat
suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam ling- dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keber-
kup global, Membangun dan menerapkan informa- langsungan itu ditandai oleh pewarisan nilai buda-
si dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan ya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan
inovatif, Menunjukkan kemampuan berpikir logis, bangsa. Esensi pendidikan menurut Daud Joesoef
kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan kepu- (Kompas, 3 Sept 2008), adalah proses yang membia-
tusan, Menunjukkan kemampuan mengembangkan sakan manusia sedini mungkin untuk mempelajari,
budaya belajar untuk pemberdayaan diri, Menun- memahami, menguasai dan menerapkan nilai-nilai
jukkan sikap kompetitif & sportif untuk mendapat- yang disepakati bersama sehingga berguna bagi in-
kan hasil yang terbaik, Menunjukkan kemampuan dividu, masyarakat, bangsa dan negara.
menganalisis dan memecahkan masalah kompleks Dengan demikian dari perspektif budaya
dan menunjukkan kemampuan menganalisis gejala hakekat pendidikan merupakan pewarisan nilai-
alam dan sosial. nilai budaya berupa sejumlah pengetahuan, keter-
Berdasarkan penjelasan di atas maka perlu pe- ampilan, nilai-nilai moral. Nilai-nilai tersebut mer-
nanaman nilai-nilai pancasila dalam pembelajaran upakan nilai-nilai kehidupan yang berguna bagi
pendidikan kewarganegaraan melalui pendekatan peserta didik dalam kehidupannya baik untuk diri
CTL. sendiri maupun didalam kehidupan bermasyarakat.
Nilai-nilai itu mengisi atau mewarnai dari karakter
Pembahasan seseorang, seperti nilai taqwa, cerdas, bertanggung-
Carter V. Good dalam Jalaluddin dan Abdullah jawab, menghargai kemanusiaan, kebangsaan (na-
(1999:40) menyatakan bahwa pendidikan merupa- sionalis), mandiri, jujur, kerjasama dan demokratis
kan proses perkembangan kecakapan seseorang yang tercermin pada tingkah laku kehidupan sehai-
dalam bentuk sikap dan tingkah laku seseorang. hari.
Menurut Mansyur Ramly (2010:9), pendidikan Dalam konsep pendidikan tidak lepas dari be-
merupakan upaya terencana dalam mengembang- berapa pandangan aliran. Aliran Essensialisnme
kan potensi peserta didik, sehingga mereka memi- berpandangan bahwa pendidikan harus bersendi-
Irwa n S atri a| Model Pembelajaran Penanaman Nilai-Nilai Pancasila 155
kan nilai-nilai yang dapat mendatangkan manfaat pun bagi orang lain.
dan kestabilan dalam masyarakat. Dalam aliran ini Salah satu mata pelajaran yang berhubun-
yang paling utama dalam pendidikan adalah pe- gan erat sekali dengan tujuan pembentukan dan
warisan nilai-nilai yang bermanfaat dalam kehidu- pengembangan karakter peserta didik berdasarkan
pan umat manusia. Menurut Suwarno (2006:55- nilai-nilai pancasila adalah pendidikan kewargane-
56), belajar merupakan proses pewarisan nilai-nilai garaan. Menurut Malik Fajar (dalam Zubaedi, 2011:
budaya ke generasi berikutnya. Nilai-nilai tersebut 277-278), pendidikan kewarganegaraan memiliki
menjadi penuntun dalam bersikap dan berperilaku peranan penting sebagai wahana untuk mengem-
anggota masyarakat. Nilai-nilai menjadi tatanan bangkan kemampuan, watak dan karakter warga
dan pedoman hidup, sehingga dapat mencapai negara yang bertangungjawab. Artinya pendidikan
kebahagian. Nilai-nilai berasal dari filsafat dan ke- kewarganegaraan bertujuan untuk mendidik gen-
budayaan suatu masyarakat. Oleh karena itu dalam erasi muda menjadi warga negara yang nasionalis,
pandangan ini pendidikan merupakan aktivitas be- baik, jujur, demokratis, partisipatif dan lainya.
lajar dalam rangka pewarisan nilai-nilai sosal bu- Sebagai mata pelajaran yang tujuan utamanya
daya. pembentukan karakter warga negara maka pendidi-
Nilai-nilai yang diwarisi dalam pembelajaran kan kewarganegaraan pada dasarnya merupakan
akan mendasari setiap perilaku manusia. Karena pendidikan yang menonjolkan sisi afektif atau sikap.
menyangkut perilaku, maka belajar juga dapat dili- Oleh karena itu agar pendidikan kewarganegaraan
hat dalam perspektif bihavioristik. Menurut paham itu efektif, ada beberapa aspek yang tidak boleh dia-
ini, pendidikan adalah untuk membentuk sikap pe- baikan.
rilaku anggota masyarakat. Oleh karena itu menu- Aspek tersebut seperti tujuan, materi, proses
rut aliran bihaviorisme, belajar adalah merubah pe- pembelajaranya dan evaluasinya harus sejalan den-
rilaku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak gan tujuan spesifik pendidikan kewarganegaraan
mengerti menjadi mengerti dan berperilaku sesuai yaitu untuk membentuk dan membangun karak-
dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. ter peserta didik berdasarkan nilai-nilai pancasila.
Disamping itu, belajar juga dapat dilihat ber- Menurut Kirschenbaum (dalam Zuhcdi 2008, 40),
dasarkan aliran konstruktivisme. Menurut Kauchak aspek-spek utama pendidikan kewarganegaraan
(dalam Rosyada, 2007:94), aliran contructivisme meliputi pengetahuan untuk menjadi warga negara
menekankan tentang belajar pada empat kom- yang baik, apresiasi terhadap sistem demokrasi dan
ponen kunci yaitu: (a) Siswa membangun pema- nilai-nilai kewargaan, keterampilan berpikir kritis,
hamanya sendiri dari hasil mereka belajar bukan keterampilan berkomunikasi, keterampilan bekerja
karena disampaikan pada mereka. (b) Pelajaran sama dan keterampilan mengatasi konflik.
baru sangat tergantung pada pelajaran sebelumnya. Mengingat tujuan utama ini maka materi pen-
(c) Belajar dapat diintegrasikan dengan interaksi so- didikan kewarganegaraan sangat beragam. Menu-
sial. (d) Penugasan-penugasan dalam belajar dapat rut Dede Rosada (2003: xii- xiii.), pendidikan ke-
meningkatkan kebermaknaan proses pembelaja- warganengaraan yang efektif, materinya mencakup
ran. empat hal yaitu : pertama, pemahaman dasar ten-
tang cara kerja demokrasi dan lembaga-lembag-
Pendidikan Kewarganegaraan anya, kedua, pemahaman tentang rule of law dan
a. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan human rights seperti tercermin dalam rumusan-
Pada dasarnya pembentukan dan pengemban- rumusan, perjanjian dan kesepakatan internasional
gan karakter berdasarkan nilai-nilai pancasila dapat dan lokal. Ketiga, penguatan keterampilan partisi-
dilakukan melalui berbagai mata pelajaran di seko- patif untuk memberdayakan peserta didik dalam
lah. Dasarnya menurut Noor Syam (1988:56), tiap- merespon dan memecahkan masalah-masalah
tiap materi pelajaran selalu mengandung nilai-nilai masyarakat mereka secara demokratis, keempat,
baik nilai formal, nilai material maupun nilai prak- pengembangan budaya demokrasi dan perdama-
tis. Nilai formal adalah nilai-nilai yang membina ian pada lembaga-lembaga pendidikan dan seluruh
atau membentuk kepribadian. Nilai material ialah aspek kehidupan masyarakat. Selanjutnya, menurut
pengetahuan atau penguasaan atas ilmu itu send- Numan Sumantri (2001:8-11), materi pendidikan
iri, baik berupa teori–teori asas-asas, maupun seluk kewargaanegara secara umum seperti politik atau
beluk ilmu itu. Nilai praktis ialah nilai guna atau demokrasi, ham, negara, hukum, dan masyarakat
aspek praktis daripada pengetahuan yang dipelajari madani. Kesemua materi tersebut merupakan ma-
itu didalam kehidupan, baik bagi diri sendiri mau- teri pokok yang harus di perkenalkan dan diajarkan
Irwa n S atri a| Model Pembelajaran Penanaman Nilai-Nilai Pancasila 156
serta disosialisasikan pada peserta didik. membantu masyarakat atau seseorang untuk dapat
Mengingat begitu besarnya tujuan pendidikan memahami tentang nilai-nilai etika.
kewarganegaraan dalam rangka pembentukan dan Selanjutnya Lickona, menyatakan bahwa pen-
pengembangan karakter peserta didik berdasarkan didikan karakter adalah pendidikan untuk mem-
nilai-nilai pancasila maka pendidikan kewargane- bentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan
garaan perlu dituangkan dalam bentuk standar budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan
nasional, standar materi serta model-model pem- nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, ju-
belajaran yang efektif, dengan memperhatikan jur, bertanggung jawab, menghormati orang lain,
empat hal yaitu : Pertama, pendidikan kewargane- kerja keras, dan sebagainya. Russel William (dalam
garaan perlu mengembangkan kemampuan dasar Q-Aness dan Hambali, 2008:99) mengilustrasikan
terkait dengan kemampuan intelektual, sosial (ber- pendidikan karakter ibarat otot, dimana otot-otot
pikir, bersikap, bertindak serta berpartisipasi dalam karakter akan menjadi lembek apabila tidak pernah
hidup masyarakat). Kedua, pendidikan kewargane- dilatih, dan akan kuat serta kokoh kalau sering di-
garaan perlu mengembangkan daya nalar (state of pakai. Ini berarti, hakikat dasar pendidikan karak-
mind) peserta didik/ pengembangan kecerdasan ter adalah apa yang menjadi potensi manusia harus
(civic intelegence), tanggungjawab (civic respon- dikembangkan. Pada diri manusia terdapat bibit
sibility), dan partisipasi (civic participation) warga potensi kebenaran dan kebaikan yang harus didor-
negara sebagai landasan pengembangan nilai dan ong melalui pendidikan aktual.
perilaku. Ketiga, pendidikan kewarganegaraan perlu Menurut Zaim, (2008: 103), membangun kara-
mengembangkan pendekatan pembelajaran yang kter adalah proses mengukir atau memahat jiwa
lebih imperatif dengan menekankan pada pelatihan sedemikian rupa sehingga berbentuk unik, menarik
penggunaan logika dan penalaran. Keempat, kelas dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang
pendidikan kewarganegaraan sebagai laboratori- lain. Peserta didik dilatih untuk mengembangkan
um. Artinya kelas merupakan media untuk melaku- karakter baik dalam berbagai kegiatan sekolah mau-
kan proses ujicoba penanaman, pembentukan dan pun melalui proses pembelajaran. Didalam proses
pengembangan nilai-nilai peserta didik. pembelajaran, sejumlah nilai dimasukan kedalam
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa jiwa peserta didik sehingga mewarnai jiwa peserta
pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidi- didik dan nampak dalam perilaku sehari-hari.
kan yang mengutamakan pembentukan afektif atau Menurut Forester (dalam Zaim Elmubarok
sikap perilaku peserta didik. Dalam arti luas, pen- (2008:104), ada empat ciri dasar dalam pendidikan
didikan kewarganegaraan merupakan pendidikan karakter yaitu: (1) keteraturan interior diantara set-
untuk membentuk karakter peserta didik berdasar- iap tindakan diukur berdasarkan nilai. Nilai menja-
kan nilai-nilai pancasila. di pedoman normatif setiap tindakan. (2) Koherensi
yang memberi keberanian, membuat seseorang
b. P.Kwn sebagai pendidikan karakter berbasis teguh pada prinsip, tidak terombang ambing pada
nilai-nilai pancasila situasi atau takut resiko. Koherensi merupakan
Secara filosofis, pendidikan adalah suatu upaya dasar membangun rasa percaya satu sama lain.
yang dilakukan dalam dunia pendidikan sehingga Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas
peserta didik diharapkan berguna bagi kehidu- seseorang. (3) Otonomi yaitu menginternalisasikan
pan dalam kedudukannya sebagai pribadi, ang- aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi
gota masyarakat dan sekaligus warga negara suatu pribadi. (4) Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan
negara. Oleh karena itu secara substantif dan ber- merupakan daya tahan seseorang guna mengingini
dasarkan pada tujuan utama pendidikan kewar- apa yang dipandang baik dan kesetiaan merupa-
ganegaraan maka pendidikan kewarganegaraan kan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang
merupakan ekual dengan pendidikan karakter yang dipilih .
menyangkut sosialisasi, aktualisasi dan implemen- Menurut Djaali, anak yang mula-mula kurang
tasi konsep, sistem, nilai-nilai dan praktiknya mela- terlatih dan membentuk proyeksi terhadap dirinya
lui pendidikan. sebagai individu yang tadinya kurang terkontrol
Lickona (1992) mendefinisikan pendidikan dalam memasuki alam manusia yang berfungsi ak-
karakter sebagai “deliberate effort to help people tif, akhirnya akan menjadi lebih terkontrol dalam
understand, care about, and act upon core ethical hal: 1) penggunaan kata-kata yang lebih ramah dan
values”. Dari pandangan tersebut dapat dikatakan bersahabat, 2) tingkah laku sosialnya akan lebih
bahwa pendidikan karakter pada intinya adalah dapat dikendalikan sesuai aturan yang berlaku, 3)
Irwa n S atri a| Model Pembelajaran Penanaman Nilai-Nilai Pancasila 157
adanya penghargaan terhadap orang lain dan, 4) karakter. Pendidikan karakter tidak meyakini adan-
tanggung jawab sebagai anggota dari suatu kelom- ya pemisahan antara roh, jiwa dan badan. Karakter
pok dan masyarakat. dibangun oleh peran roh, juga badan, yaitu melalui
Pendidikan karakter mengembangkan semua perkataan, keyakinan, dan tindakan. Tanpa tinda-
potensi anak sehingga menjadi manusia seutuhnya. kan, semua yang diucapkan dan diyakini bukanlah
Dengan arti, pendidikan karakter sangat penting apa-apa. Tanpa kenyataan sesuai perkataan, tinda-
untuk perkembangan peserta didik secara holistik kan dan keyakinan tidak akan terhubung.
karena perkembangan anak harus seimbang, baik Ketiga, pendidikan karakter mengutamakan
dari segi akademik maupun segi sosial dan emosi. munculnya kesadaran pribadi peserta didik untuk
Menurut Mansyur Ramly (2010:8), tujuan pen- secara ikhlas mengutamakan pembangunan kara-
didikan karakter adalah, mengembangkan potensi kter positif. Setiap manusia memiliki modal dasar
kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia sebagai potensi dan kapasitasnya yang khas, yang
dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya membedakan dirinya dengan orang lain. Aktualisa-
dan karakter bangsa, mengembangkan kebiasaan si dari kesadaran ini dalam dunia pendidikan ada-
dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan lah pemupukan karakter posisitf seperti keandalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bang- khusus seseorang yang memungkinkannya memi-
sa yang religius, menanamkan jiwa kepemimpinan liki daya tahan dan daya saing dalam perjuangan
dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi hidup.
penerus bangsa, mengembangkan kemampuan Keempat, pendidikan karakter mengarahkan
peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kre- peserta didik untuk menjadi manusia ulul albab
atif, berwawasan kebangsaan dan mengembangkan yang tidak hanya memiliki kesadaran diri, tetapi
lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan juga kesadaran untuk terus mengembangkan diri,
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan per- sesuai dengan pengetahuan dan karakter yang
sahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang ting- dimilikinya. Manusia ulul albab adalah manusia
gi dan penuh kekuatan (dignity). yang dapat diandalkan untuk semua aspek, baik as-
Dengan demikian pendidikan karakter bertu- pek intelektual, afektif, maupun spiritual.
juan untuk pengembangan kehidupan manusia Kelima, karakter seseorang ditentukan oleh
baik pengembangan pengetahuan, mental maupun apa yang dilakukannya berdasarkan pilihan. Setiap
spiritual melalu proses pembelajaran berdasarkan keputusan yang diambil menentukan akan kualitas
nilai-nilai sosial budaya sehingga menjadi manusia seseorang di mata orang lain. Seorang individu den-
yang bertaqwa, cerdas, mandiri, dan menghargai gan karakter yang baik bisa mengubah dunia secara
nilai-nilai kemanusiaan. Hakekatnya, muara dari perlahan-lahan. Berdasarkan penjelasan di atas
pendidikan terletak pada hasil proses pembelajaran maka pendidikan karakter intinya adalah pendidi-
yaitu dengan terbentuknya kepribadian atau karak- kan nilai.
ter peserta didik berdasarkan nilai-nilai karakter. Dengan demikian, pendidikan kewargane-
Untuk itu di dalam pendidikan karakter ada be- garaan erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan
berapa prinsip yang sangat penting. Menurut Man- yang terus menerus dipraktekkan dan dilakukan.
syur Ramly (2010:11), pertama, manusia adalah Hal ini sejalan dengan pandangan bahwa pendidi-
makhluk yang dipengaruhi dua aspek, pada dirinya kan karakter yang baik, harus melibatkan bukan
memiliki sumber kebenaran dan dari luar dirinya saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing),
ada juga dorongan atau kondisi yang mempen- tetapi juga merasakan dengan baik atau loving the
garuhi kesadarannya. Atas dasar prinsip ini, pen- good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral
didikan karakter tidaklah bersifat teoritis (meya- action) berdasarkan nilai-nilai pancasila.
kini telah ada konsep yang akan dijadikan rujukan
karakter), tetapi melibatkan penciptaan situasi yang c. Nilai dan Nilai-Nilai Pancasila
mengondisikan peserta didik mencapai pemenu- Nilai adalah sesuatu yang dijadikan pedoman
han karakter utamanya. Penciptaan konteks (ko- dalam berperilaku. Nilai pada umumnya bersifat
munitas belajar),terutama pembelajaran yang baik, universal artinya berlaku dan diakui oleh anggota
dan pemahaman akan konteks peserta didik (latar masyarakat. Seluruh agama, tradisi, dan budaya
belakang dan perkembangan psikologi) menjadi menjunjung tinggi nilai. Nilai universal menjadi
bagian dari pendidikan karakter. perekat bagi seluruh anggota masyarakat walaupun
Kedua, menganggap bahwa perilaku yang berbeda latar belakang budaya, suku, dan agama.
dibimbing oleh nilai-nilai utama sebagai bukti dari Nilai sangat banyak, tergantung dari keyakinan,
Irwa n S atri a| Model Pembelajaran Penanaman Nilai-Nilai Pancasila 158
tradisi atau budaya suatu masyarakat. Oleh karena yak perbedaan di dunia. Akan tetapi, mampu
itu identifikasi nilai-nilai merupakan hal yang mut- mengambil kesamaan untuk menumbuhkan
lak. Tanpa identifikasi nilai maka pendidikan ke- kekuatan.
warganegaraan hanya akan menjadi sebuah usaha 4. Liberasi: Pembebasan atas penindasan sesama
hampa, perjalanan tanpa ujung, petualangan tanpa manusia. Oleh sebab itu tidak dibenarkan adan-
peta dan berakhir sia-sia. Yang perlu diingat ada- ya penjajahan manusia oleh manusia.
lah ketika mengidentifikasi nilai-nilai, selalu terkait 5. Keadilan: Keadilan merupakan kunci kese-
dengan sumber-sumber nilai. jahteraan. Adil tidak berarti sama, tetapi propor-
Sebagai sumber nilai-nilai di Indonesia adalah sional.
dari nilai-nilai sosial budaya Indonesia. Menurut Sehubungan dengan nilai, Thomas Lickona
Mansyur Ramly (2010:9-10), nilai-nilai yang dikem- mengemukakan beberapa nilai dalam pendidikan
bangkan berasal dari identifikasi sumber-sumber : karakter yang disosialisasikan dalam pendidikan
1. Agama: masyarakat Indonesia adalah yaitu
masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidu- kepercayaan, respek, tanggungjawab, keadilan,
pan individu, masyarakat, dan bangsa selalu di- perawatan, kejujuran, keberanian, ketekunan, in-
dasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. tegritas dan kewarganegaraan. Kemendiknas juga
Secara politis, kehidupan kenegaraan pun di- mengidentifikasi 18 nilai dalam pendidikan karak-
dasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. ter : yaitu :
Atas dasar pertimbangan itu, nilai-nilai pen- 1. Religius. Sikap dan perilaku yang patuh dalam
didikan karakter harus didasarkan pada nilai- melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
nilai dan kaidah yang berasal dari agama. toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
2. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
ada manusia yang hidup bermasyarakat yang lain.
tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang di- 2. Jujur. Perilaku yang didasarkan pada upaya
akui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu di- menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
jadikan dasar dalam pemberian makna terh- dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
adap suatu konsep dan arti dalam komunikasi dan pekerjaan.
antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang 3. Toleransi. Sikap dan tindakan yang menghargai
demikian penting dalam kehidupan masyarakat perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap,
mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dan tindakan orang lain yang berbeda dari di-
dalam pendidikan karakter. rinya.
3. Tujuan Pendidikan Nasional: Tujuan pendidi- 4. Disiplin. Tindakan yang menunjukkan perilaku
kan nasional memuat berbagai nilai kemanu- tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
siaan yang harus dimiliki warga negara Indone- peraturan.
sia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional 5. Kerja Keras. Tindakan yang menunjukkan peri-
adalah sumber yang paling operasional dalam laku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
pengembangan pendidikan karakter. Pendidi- dan peraturan.
kan karakter dikembangkan oleh berbagai sat- 6 Kreatif. Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
uan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu
Pada dasarnya, nilai-nilai sebagai dasar pembentu- yang telah dimiliki.
kan karakter selaras dengan 5 pilar karakteris- 7 Mandiri.Sikap dan perilaku yang tidak mudah
tik manusia : tergantung pada orang lain dalam menyelesai-
1. Transendensi: Menyadari bahwa manusia mer- kan tugas-tugas.
upakan ciptaan Tuhan yang maha Esa. Darinya 8 Demokratis. Cara berfikir, bersikap, dan ber-
akan memunculkan penghambaan semata-ma- tindak yang menilai sama hak dan kewajiban
ta pada Tuhannya yang Esa. Kesadaran ini juga dirinya dan orang lain.
berarti memahami keberadaan diri dan alam 9 Rasa Ingin Tahu. Sikap dan tindakan yang se-
sekitar sehingga mampu memakmurkannya. lalu berupaya untuk mengetahui lebih menda-
2. Humanisasi: Setiap manusia pada hakekatnya lam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarin-
setara di mata Tuhan kecuali ilmu dan ketak- ya, dilihat, dan didengar.
waan yang membedakannya. Manusia dicipta- 10. Semangat Kebangsaan. Cara berpikir, bertin-
kan sebagai subjek yang memiliki potensi. dak, dan berwawasan yang menempatkan ke-
3. Kebinekaan: Kesadaran akan ada sekian ban- pentingan bangsa dan negara di atas kepentin-
Irwa n S atri a| Model Pembelajaran Penanaman Nilai-Nilai Pancasila 159
gaturan diri. CTL membantu para siswa menemu- dan moral loving yang berbentuk tabiat reflektif da-
kan makna dalam pelajaran mereka dengan cara lam perilaku keseharian.
menghubungkan materi akademik dengan konteks Secara terperinci tahapan-tahapan pendidi-
kehidupan keseharian mereka. Mereka membuat kan karakter dalam diri setiap peserta didik yaitu :
hubungan-hubungan penting yang menghasilkan 1) Moral Knowing.
makna dengan melaksanakan pembelajaran yang Tahapan ini merupakan langkah pertama da-
diatur sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan lam pendidikan berdasarkan nilai-nilai pancasila.
kreatif, menghargai orang lain, mencapai standar Dalam tahapan ini tujuan pembelajaran adalah:
yang tinggi dan berperan serta dalam tugas-tugas • Peserta didik mampu mengklasifikasi nilai-nilai
penilaian otentik. pancasila.
Dengan demikian, pendekatan pembelajaran • Peserta didik memahami secara logis dan ra-
kontekstual pada mata pelajaran pendidikan ke- sional (bukan secara dogmatis dan doktriner)
wargaanegara khususnya berdasarkan nilai-nilai pentingnya nilai-nila pancasila.
pancasila menjadikan proses pembelajaran lebih • Peserta didik mengenal sosok pahlawan bangsa
bermakna, karena pembelajaran lebih dekat den- sebagai figur teladan dalam kehidupannya.
gan lingkungan masyarakat (bukan dekat dari segi Dalam tahap Moral Knowing, guru mengajukan
fisik), akan tetapi secara fungsional apa yang dipela- pertanyaan tentang arti nilai pancasila ? perilaku
jari senantiasa bersentuhan dengan situasi dan per- bertentangan dengan nilai-nilai pancasila ?. Peserta
masalahan kehidupan yang terjadi di lingkungan didik diminta mendiskusikan dalam kelompok ke-
keluarga, masyarakat bangsa dan negara. cil tentang bentuk-bentuk nyata dari perkataan,
Berdasarkan penjelasan di atas dan untuk men- perbuatan yang baik sesuai dengan nilai pancasila,
capai tujuan tersebut, perlu penanaman nilai-nilai manfaat yang diperoleh dan dampak negatifnya.
pancasila dalam pembelajaran pendidikan kewar- Dalam tahapan ini akal pemikiran anak diajak ber-
ganegaraan melalui pendekatan CTL. Di dalam fikir tentang pentingnya berperilaku sesuai nilai-
pendekatan CTL, peserta didik diajak untuk men- nilai pancasila.
cari makna dari fakta-fakta yang terjadi dalam ke- 2) Moral Loving
hidupan sehari-hari. Pendidik memberi stimulus Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuh-
dengan berbagai kasus atau fakta-fakta sosial yang kan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai
terjadi di masyarakat dan siswa akan memberikan pancasila. Dalam tahapan ini yang menjadi sasaran
respon. Dari hasil respon tergambar sikap peserta adalah dimensi emosional peserta didik, hati, atau
didik. Dengan stimulus respon yang berulang- jiwa, bukan lagi akal, rasio dan logika. Guru me-
ulang, nilai-nilai pancasila akan tertanam dalam nyentuh emosi peserta didik sehingga tumbuh ke-
diri peserta didik. sadaran, keingintahuan. Untuk mencapai tahapan
ini bisa memulai atau memasukinya dengan kisah-
Pendekatan Contextual teaching and learning da- kisah yang menyentuh hati, modeling, atau kontem-
lam Penanaman nilai-nilai Pancasila pelasi. Melalui tahap ini, peserta didik diharapkan
Berdasarkan Renstra pendidikan karakter yang mampu menilai dirinya sendiri.
dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebu- Dalam tahap Moral Loving, untuk menyentuh
dayaan, secara umum ada tahapan pendekatan sisi emosional peserta didik guru dapat melakukan
yaitu pengenalan nilai dan pembiasaan perilaku alternatif berikut :
sesuai dengan nilai-nilai. Tahapan pertama ada- 1. Menyampaikan kisah yang menarik dan meny-
lah berkenaan dengan moral knowing, moral loving entuh yang berkaitan dengan perjuangan para
dan moral doing (acting). Moral knowing berke- pahlawan
naan dengan kesadaran (awareness), nilai-nilai 2. Bermain peran atau sosiodrama. Peserta didik
(values), sudut pandang (perspective taking), logika dibawa pada situasi bagaimana perasaannya.
(reasoning), menentukan sikap (decision making), Dengan cara ini diharapkan peserta didik send-
dan pengenalan diri (self knowledge). Kedua ada- iri yang menyimpulkan pentingnya menjaga
lah Moral loving berkenaan dengan kepercayaan nilai-nilai panasila.
diri (self esteem), kepekaan terhadap orang lain 3. Kontempelasi atau perenungan dengan men-
(emphaty), mencintai kebenaran (loving the good), gajak peserta didik merenungkan tentang peri-
pengendalian diri (self control), dan kerendahan laku yang telah dilakukan sesuai dengan nilai-
hati (humility). Dan ketiga adalah Moral doing nilai pancasila.
berkenaan dengan perwujudan dari moral knowing 4. Sharing pengalaman sesama peserta didik ten-
Irwa n S atri a| Model Pembelajaran Penanaman Nilai-Nilai Pancasila 163