Anda di halaman 1dari 12

MODEL PEMBELAJARAN PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILA

PADA PELAJARAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PENDEKATAN


CONTECTUAL TEACHING AND LEARNING

Irwan Satria
Dosen IAIN Bengkulu
Email: satriairwan1974@gmail.com

Abstract : Contextual learning, enabling the learner to be active, evolves according to its potential. In the learning pro-
cess, the main thing is to link all these aspects. To relate it can be done in various ways, such as material that is studied
directly related to the factual conditions associated with real life experience. CTL approach is the relationship of matter
or topic with real life. So in the contextual learning is how to have the learning experience owned by students always
associated with actual problems that occur in the environment. Thus learning in civic education based on Pancasila
values through contextual learning emphasizes the introduction, love and application of Pancasila values to learners.
Learners are led to adaptation to the values of Pancasila so that it becomes a prophetic man, a human that is useful both
for life itself and society, nation and state.
Keywords: Learning, Pancasila, approach

Abstrak: Pembelajaran kontekstual, memungkinkan peserta didik aktif, berkembang sesuai dengan potensinya. Dida-
lam proses pembelajaran, yang utama adalah perlu mengaitkan seluruh aspek tersebut. Untuk mengaitkannya bisa
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya materi yang dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi faktual yang
terkait dengan pengalaman hidup yang nyata. Pendekatan CTL adalah keterkaitan materi atau topik dengan kehidupan
nyata. Jadi di dalam pembelajaran kontekstual adalah bagaimana agar pengalaman belajar yang dimiliki siswa senan-
tiasa terkait dengan permasalahan-permasalahan aktual yang terjadi di lingkungannya. Dengan demikian pembelaja-
ran dalam pendidikan kewargaanegara berdasarkan nilai-nilai pancasila melalui pembelajaran kontekstual meneka-
nkan pada pengenalan, mencintai dan penerapan nilai-nilai pancasila terhadap peserta didik. Peserta didik digiring
pada adaptasi terhadap nilai-nilai pancasila sehingga menjadi manusia profetik, manusia yang berguna baik untuk
kehidupan diri sendiri maupun masyarakat, bangsa dan negara.
Kata Kunci: Pembelajaran, Pancasila, pendekatan

Pendahuluan pek kognitif peserta didik harus dihindari. Metode


Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata yang dibutuhkan adalah metode yang menghidup-
pelajaran yang berbeda dengan mata pelajaran lain kan ketiga aspek yakninya kognitif, affektif dan
yang lebih menonjolkan kemampuan kognitif dan psikomotor serta membawa peserta didik ke dalam
afektif peserta didik. Oleh karena itu agar pemben- pengalaman nyata kehidupan berdasarkan nilai-
tukan dan pengembangan karakter berdasarkan nilai pancasila.
nilai kebangsaan peserta didik efektif dan efisien, Kesesuaian metode dan materi yang berbasis
diperlukan pemilihan metode dan materi yang se- nilai-nilai pancasila dalam pembelajaran meng-
suai. hasilkan perubahan perilaku. Pemerintah telah
Meskipun demikian apapun metode yang dipi- mengeluarkan Permendiknas 23/2006 tentang stan-
lih, hal yang harus digaris bawahi adalah perlunya dar keberhasilan pendidikan yang juga sebagai
pelibatan seluruh aspek dan perilaku peserta didik standar hasil pendidikan karakter. Standar secara
secara simultan. Dalam hal ini pembelajaran yang umum ini berhubungan dengan perilaku sesuai
cenderung doktriner dan hanya menghidupkan as- karakter yang diinginkan yaitu : Berperilaku sesuai

Vol. X, No. 2, Desember 2017 153


Irwa n S atri a| Model Pembelajaran Penanaman Nilai-Nilai Pancasila 154

dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan liki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang
perkembangan remaja, Mengembangkan diri secara diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan
optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta warisan tersebut ke arah yang sesuai untuk kehidu-
memperbaiki kekurangannya, Menunjukkan sikap pan masa kini dan masa mendatang. Sedangkan
percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, menurut Qomari Anwar (2010), pendidikan ada-
perbuatan, dan pekerjaannya, Berpartisipasi dalam lah proses internalisasi nilai-nilai budaya ke dalam
penegakan aturan-aturan sosial, Menghargai ke- diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat
beragaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bu-
sosial ekonomi dalam lingkup global, Membangun kan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan
dan menerapkan informasi dan pengetahuan se- saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana pem-
cara logis, kritis, kreatif, dan inovatif, Menunjukkan budayaan dan penyaluran nilai (enkulturisasi dan
kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan ino- sosialisasi).
vatif dalam pengambilan keputusan, Menunjukkan Dari penjelasan di atas maka pendidikan pada
kemampuan mengembangkan budaya belajar un- dasarnya merupakan aktivitas atau proses sosial
tuk pemberdayaan diri, Menunjukkan sikap kom- budaya masyarakat. Pada perspektif ini pendidikan
petitif & sportif untuk mendapatkan hasil yang ter- adalah proses transmisi kebudayaan. Menurut Man-
baik, Menunjukkan kemampuan menganalisis dan an (1989:9), pendidikan mencakup setiap proses,
memecahkan masalah kompleks, Menunjukkan kecuali yang bersifat genetis, yang menolong mem-
kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial, bentuk fikiran, karakter atau kapasitas fisik sese-
Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dia- orang. Proses tersebut berlangsung seumur hidup.
nut sesuai dengan perkembangan remaja, Mengem- Sejumlah nilai-nilai budaya ditransmisikan kepada
bangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan peserta didik. Menurut Mansyur Ramly (2010: 3-4),
kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya, pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan
Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung sistematis dalam mengembangkan potensi peserta
jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya, didik. Pendidikan adalah suatu usaha masyarakat
Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mu-
sosial, Menghargai keberagaman agama, bangsa, danya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat
suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam ling- dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keber-
kup global, Membangun dan menerapkan informa- langsungan itu ditandai oleh pewarisan nilai buda-
si dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan ya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan
inovatif, Menunjukkan kemampuan berpikir logis, bangsa. Esensi pendidikan menurut Daud Joesoef
kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan kepu- (Kompas, 3 Sept 2008), adalah proses yang membia-
tusan, Menunjukkan kemampuan mengembangkan sakan manusia sedini mungkin untuk mempelajari,
budaya belajar untuk pemberdayaan diri, Menun- memahami, menguasai dan menerapkan nilai-nilai
jukkan sikap kompetitif & sportif untuk mendapat- yang disepakati bersama sehingga berguna bagi in-
kan hasil yang terbaik, Menunjukkan kemampuan dividu, masyarakat, bangsa dan negara.
menganalisis dan memecahkan masalah kompleks Dengan demikian dari perspektif budaya
dan menunjukkan kemampuan menganalisis gejala hakekat pendidikan merupakan pewarisan nilai-
alam dan sosial. nilai budaya berupa sejumlah pengetahuan, keter-
Berdasarkan penjelasan di atas maka perlu pe- ampilan, nilai-nilai moral. Nilai-nilai tersebut mer-
nanaman nilai-nilai pancasila dalam pembelajaran upakan nilai-nilai kehidupan yang berguna bagi
pendidikan kewarganegaraan melalui pendekatan peserta didik dalam kehidupannya baik untuk diri
CTL. sendiri maupun didalam kehidupan bermasyarakat.
Nilai-nilai itu mengisi atau mewarnai dari karakter
Pembahasan seseorang, seperti nilai taqwa, cerdas, bertanggung-
Carter V. Good dalam Jalaluddin dan Abdullah jawab, menghargai kemanusiaan, kebangsaan (na-
(1999:40) menyatakan bahwa pendidikan merupa- sionalis), mandiri, jujur, kerjasama dan demokratis
kan proses perkembangan kecakapan seseorang yang tercermin pada tingkah laku kehidupan sehai-
dalam bentuk sikap dan tingkah laku seseorang. hari.
Menurut Mansyur Ramly (2010:9), pendidikan Dalam konsep pendidikan tidak lepas dari be-
merupakan upaya terencana dalam mengembang- berapa pandangan aliran. Aliran Essensialisnme
kan potensi peserta didik, sehingga mereka memi- berpandangan bahwa pendidikan harus bersendi-
Irwa n S atri a| Model Pembelajaran Penanaman Nilai-Nilai Pancasila 155

kan nilai-nilai yang dapat mendatangkan manfaat pun bagi orang lain.
dan kestabilan dalam masyarakat. Dalam aliran ini Salah satu mata pelajaran yang berhubun-
yang paling utama dalam pendidikan adalah pe- gan erat sekali dengan tujuan pembentukan dan
warisan nilai-nilai yang bermanfaat dalam kehidu- pengembangan karakter peserta didik berdasarkan
pan umat manusia. Menurut Suwarno (2006:55- nilai-nilai pancasila adalah pendidikan kewargane-
56), belajar merupakan proses pewarisan nilai-nilai garaan. Menurut Malik Fajar (dalam Zubaedi, 2011:
budaya ke generasi berikutnya. Nilai-nilai tersebut 277-278), pendidikan kewarganegaraan memiliki
menjadi penuntun dalam bersikap dan berperilaku peranan penting sebagai wahana untuk mengem-
anggota masyarakat. Nilai-nilai menjadi tatanan bangkan kemampuan, watak dan karakter warga
dan pedoman hidup, sehingga dapat mencapai negara yang bertangungjawab. Artinya pendidikan
kebahagian. Nilai-nilai berasal dari filsafat dan ke- kewarganegaraan bertujuan untuk mendidik gen-
budayaan suatu masyarakat. Oleh karena itu dalam erasi muda menjadi warga negara yang nasionalis,
pandangan ini pendidikan merupakan aktivitas be- baik, jujur, demokratis, partisipatif dan lainya.
lajar dalam rangka pewarisan nilai-nilai sosal bu- Sebagai mata pelajaran yang tujuan utamanya
daya. pembentukan karakter warga negara maka pendidi-
Nilai-nilai yang diwarisi dalam pembelajaran kan kewarganegaraan pada dasarnya merupakan
akan mendasari setiap perilaku manusia. Karena pendidikan yang menonjolkan sisi afektif atau sikap.
menyangkut perilaku, maka belajar juga dapat dili- Oleh karena itu agar pendidikan kewarganegaraan
hat dalam perspektif bihavioristik. Menurut paham itu efektif, ada beberapa aspek yang tidak boleh dia-
ini, pendidikan adalah untuk membentuk sikap pe- baikan.
rilaku anggota masyarakat. Oleh karena itu menu- Aspek tersebut seperti tujuan, materi, proses
rut aliran bihaviorisme, belajar adalah merubah pe- pembelajaranya dan evaluasinya harus sejalan den-
rilaku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak gan tujuan spesifik pendidikan kewarganegaraan
mengerti menjadi mengerti dan berperilaku sesuai yaitu untuk membentuk dan membangun karak-
dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. ter peserta didik berdasarkan nilai-nilai pancasila.
Disamping itu, belajar juga dapat dilihat ber- Menurut Kirschenbaum (dalam Zuhcdi 2008, 40),
dasarkan aliran konstruktivisme. Menurut Kauchak aspek-spek utama pendidikan kewarganegaraan
(dalam Rosyada, 2007:94), aliran contructivisme meliputi pengetahuan untuk menjadi warga negara
menekankan tentang belajar pada empat kom- yang baik, apresiasi terhadap sistem demokrasi dan
ponen kunci yaitu: (a) Siswa membangun pema- nilai-nilai kewargaan, keterampilan berpikir kritis,
hamanya sendiri dari hasil mereka belajar bukan keterampilan berkomunikasi, keterampilan bekerja
karena disampaikan pada mereka. (b) Pelajaran sama dan keterampilan mengatasi konflik.
baru sangat tergantung pada pelajaran sebelumnya. Mengingat tujuan utama ini maka materi pen-
(c) Belajar dapat diintegrasikan dengan interaksi so- didikan kewarganegaraan sangat beragam. Menu-
sial. (d) Penugasan-penugasan dalam belajar dapat rut Dede Rosada (2003: xii- xiii.), pendidikan ke-
meningkatkan kebermaknaan proses pembelaja- warganengaraan yang efektif, materinya mencakup
ran. empat hal yaitu : pertama, pemahaman dasar ten-
tang cara kerja demokrasi dan lembaga-lembag-
Pendidikan Kewarganegaraan anya, kedua, pemahaman tentang rule of law dan
a. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan human rights seperti tercermin dalam rumusan-
Pada dasarnya pembentukan dan pengemban- rumusan, perjanjian dan kesepakatan internasional
gan karakter berdasarkan nilai-nilai pancasila dapat dan lokal. Ketiga, penguatan keterampilan partisi-
dilakukan melalui berbagai mata pelajaran di seko- patif untuk memberdayakan peserta didik dalam
lah. Dasarnya menurut Noor Syam (1988:56), tiap- merespon dan memecahkan masalah-masalah
tiap materi pelajaran selalu mengandung nilai-nilai masyarakat mereka secara demokratis, keempat,
baik nilai formal, nilai material maupun nilai prak- pengembangan budaya demokrasi dan perdama-
tis. Nilai formal adalah nilai-nilai yang membina ian pada lembaga-lembaga pendidikan dan seluruh
atau membentuk kepribadian. Nilai material ialah aspek kehidupan masyarakat. Selanjutnya, menurut
pengetahuan atau penguasaan atas ilmu itu send- Numan Sumantri (2001:8-11), materi pendidikan
iri, baik berupa teori–teori asas-asas, maupun seluk kewargaanegara secara umum seperti politik atau
beluk ilmu itu. Nilai praktis ialah nilai guna atau demokrasi, ham, negara, hukum, dan masyarakat
aspek praktis daripada pengetahuan yang dipelajari madani. Kesemua materi tersebut merupakan ma-
itu didalam kehidupan, baik bagi diri sendiri mau- teri pokok yang harus di perkenalkan dan diajarkan
Irwa n S atri a| Model Pembelajaran Penanaman Nilai-Nilai Pancasila 156

serta disosialisasikan pada peserta didik. membantu masyarakat atau seseorang untuk dapat
Mengingat begitu besarnya tujuan pendidikan memahami tentang nilai-nilai etika.
kewarganegaraan dalam rangka pembentukan dan Selanjutnya Lickona, menyatakan bahwa pen-
pengembangan karakter peserta didik berdasarkan didikan karakter adalah pendidikan untuk mem-
nilai-nilai pancasila maka pendidikan kewargane- bentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan
garaan perlu dituangkan dalam bentuk standar budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan
nasional, standar materi serta model-model pem- nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, ju-
belajaran yang efektif, dengan memperhatikan jur, bertanggung jawab, menghormati orang lain,
empat hal yaitu : Pertama, pendidikan kewargane- kerja keras, dan sebagainya. Russel William (dalam
garaan perlu mengembangkan kemampuan dasar Q-Aness dan Hambali, 2008:99) mengilustrasikan
terkait dengan kemampuan intelektual, sosial (ber- pendidikan karakter ibarat otot, dimana otot-otot
pikir, bersikap, bertindak serta berpartisipasi dalam karakter akan menjadi lembek apabila tidak pernah
hidup masyarakat). Kedua, pendidikan kewargane- dilatih, dan akan kuat serta kokoh kalau sering di-
garaan perlu mengembangkan daya nalar (state of pakai. Ini berarti, hakikat dasar pendidikan karak-
mind) peserta didik/ pengembangan kecerdasan ter adalah apa yang menjadi potensi manusia harus
(civic intelegence), tanggungjawab (civic respon- dikembangkan. Pada diri manusia terdapat bibit
sibility), dan partisipasi (civic participation) warga potensi kebenaran dan kebaikan yang harus didor-
negara sebagai landasan pengembangan nilai dan ong melalui pendidikan aktual.
perilaku. Ketiga, pendidikan kewarganegaraan perlu Menurut Zaim, (2008: 103), membangun kara-
mengembangkan pendekatan pembelajaran yang kter adalah proses mengukir atau memahat jiwa
lebih imperatif dengan menekankan pada pelatihan sedemikian rupa sehingga berbentuk unik, menarik
penggunaan logika dan penalaran. Keempat, kelas dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang
pendidikan kewarganegaraan sebagai laboratori- lain. Peserta didik dilatih untuk mengembangkan
um. Artinya kelas merupakan media untuk melaku- karakter baik dalam berbagai kegiatan sekolah mau-
kan proses ujicoba penanaman, pembentukan dan pun melalui proses pembelajaran. Didalam proses
pengembangan nilai-nilai peserta didik. pembelajaran, sejumlah nilai dimasukan kedalam
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa jiwa peserta didik sehingga mewarnai jiwa peserta
pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidi- didik dan nampak dalam perilaku sehari-hari.
kan yang mengutamakan pembentukan afektif atau Menurut Forester (dalam Zaim Elmubarok
sikap perilaku peserta didik. Dalam arti luas, pen- (2008:104), ada empat ciri dasar dalam pendidikan
didikan kewarganegaraan merupakan pendidikan karakter yaitu: (1) keteraturan interior diantara set-
untuk membentuk karakter peserta didik berdasar- iap tindakan diukur berdasarkan nilai. Nilai menja-
kan nilai-nilai pancasila. di pedoman normatif setiap tindakan. (2) Koherensi
yang memberi keberanian, membuat seseorang
b. P.Kwn sebagai pendidikan karakter berbasis teguh pada prinsip, tidak terombang ambing pada
nilai-nilai pancasila situasi atau takut resiko. Koherensi merupakan
Secara filosofis, pendidikan adalah suatu upaya dasar membangun rasa percaya satu sama lain.
yang dilakukan dalam dunia pendidikan sehingga Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas
peserta didik diharapkan berguna bagi kehidu- seseorang. (3) Otonomi yaitu menginternalisasikan
pan dalam kedudukannya sebagai pribadi, ang- aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi
gota masyarakat dan sekaligus warga negara suatu pribadi. (4) Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan
negara. Oleh karena itu secara substantif dan ber- merupakan daya tahan seseorang guna mengingini
dasarkan pada tujuan utama pendidikan kewar- apa yang dipandang baik dan kesetiaan merupa-
ganegaraan maka pendidikan kewarganegaraan kan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang
merupakan ekual dengan pendidikan karakter yang dipilih .
menyangkut sosialisasi, aktualisasi dan implemen- Menurut Djaali, anak yang mula-mula kurang
tasi konsep, sistem, nilai-nilai dan praktiknya mela- terlatih dan membentuk proyeksi terhadap dirinya
lui pendidikan. sebagai individu yang tadinya kurang terkontrol
Lickona (1992) mendefinisikan pendidikan dalam memasuki alam manusia yang berfungsi ak-
karakter sebagai “deliberate effort to help people tif, akhirnya akan menjadi lebih terkontrol dalam
understand, care about, and act upon core ethical hal: 1) penggunaan kata-kata yang lebih ramah dan
values”. Dari pandangan tersebut dapat dikatakan bersahabat, 2) tingkah laku sosialnya akan lebih
bahwa pendidikan karakter pada intinya adalah dapat dikendalikan sesuai aturan yang berlaku, 3)
Irwa n S atri a| Model Pembelajaran Penanaman Nilai-Nilai Pancasila 157

adanya penghargaan terhadap orang lain dan, 4) karakter. Pendidikan karakter tidak meyakini adan-
tanggung jawab sebagai anggota dari suatu kelom- ya pemisahan antara roh, jiwa dan badan. Karakter
pok dan masyarakat. dibangun oleh peran roh, juga badan, yaitu melalui
Pendidikan karakter mengembangkan semua perkataan, keyakinan, dan tindakan. Tanpa tinda-
potensi anak sehingga menjadi manusia seutuhnya. kan, semua yang diucapkan dan diyakini bukanlah
Dengan arti, pendidikan karakter sangat penting apa-apa. Tanpa kenyataan sesuai perkataan, tinda-
untuk perkembangan peserta didik secara holistik kan dan keyakinan tidak akan terhubung.
karena perkembangan anak harus seimbang, baik Ketiga, pendidikan karakter mengutamakan
dari segi akademik maupun segi sosial dan emosi. munculnya kesadaran pribadi peserta didik untuk
Menurut Mansyur Ramly (2010:8), tujuan pen- secara ikhlas mengutamakan pembangunan kara-
didikan karakter adalah, mengembangkan potensi kter positif. Setiap manusia memiliki modal dasar
kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia sebagai potensi dan kapasitasnya yang khas, yang
dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya membedakan dirinya dengan orang lain. Aktualisa-
dan karakter bangsa, mengembangkan kebiasaan si dari kesadaran ini dalam dunia pendidikan ada-
dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan lah pemupukan karakter posisitf seperti keandalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bang- khusus seseorang yang memungkinkannya memi-
sa yang religius, menanamkan jiwa kepemimpinan liki daya tahan dan daya saing dalam perjuangan
dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi hidup.
penerus bangsa, mengembangkan kemampuan Keempat, pendidikan karakter mengarahkan
peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kre- peserta didik untuk menjadi manusia ulul albab
atif, berwawasan kebangsaan dan mengembangkan yang tidak hanya memiliki kesadaran diri, tetapi
lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan juga kesadaran untuk terus mengembangkan diri,
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan per- sesuai dengan pengetahuan dan karakter yang
sahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang ting- dimilikinya. Manusia ulul albab adalah manusia
gi dan penuh kekuatan (dignity). yang dapat diandalkan untuk semua aspek, baik as-
Dengan demikian pendidikan karakter bertu- pek intelektual, afektif, maupun spiritual.
juan untuk pengembangan kehidupan manusia Kelima, karakter seseorang ditentukan oleh
baik pengembangan pengetahuan, mental maupun apa yang dilakukannya berdasarkan pilihan. Setiap
spiritual melalu proses pembelajaran berdasarkan keputusan yang diambil menentukan akan kualitas
nilai-nilai sosial budaya sehingga menjadi manusia seseorang di mata orang lain. Seorang individu den-
yang bertaqwa, cerdas, mandiri, dan menghargai gan karakter yang baik bisa mengubah dunia secara
nilai-nilai kemanusiaan. Hakekatnya, muara dari perlahan-lahan. Berdasarkan penjelasan di atas
pendidikan terletak pada hasil proses pembelajaran maka pendidikan karakter intinya adalah pendidi-
yaitu dengan terbentuknya kepribadian atau karak- kan nilai.
ter peserta didik berdasarkan nilai-nilai karakter. Dengan demikian, pendidikan kewargane-
Untuk itu di dalam pendidikan karakter ada be- garaan erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan
berapa prinsip yang sangat penting. Menurut Man- yang terus menerus dipraktekkan dan dilakukan.
syur Ramly (2010:11), pertama, manusia adalah Hal ini sejalan dengan pandangan bahwa pendidi-
makhluk yang dipengaruhi dua aspek, pada dirinya kan karakter yang baik, harus melibatkan bukan
memiliki sumber kebenaran dan dari luar dirinya saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing),
ada juga dorongan atau kondisi yang mempen- tetapi juga merasakan dengan baik atau loving the
garuhi kesadarannya. Atas dasar prinsip ini, pen- good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral
didikan karakter tidaklah bersifat teoritis (meya- action) berdasarkan nilai-nilai pancasila.
kini telah ada konsep yang akan dijadikan rujukan
karakter), tetapi melibatkan penciptaan situasi yang c. Nilai dan Nilai-Nilai Pancasila
mengondisikan peserta didik mencapai pemenu- Nilai adalah sesuatu yang dijadikan pedoman
han karakter utamanya. Penciptaan konteks (ko- dalam berperilaku. Nilai pada umumnya bersifat
munitas belajar),terutama pembelajaran yang baik, universal artinya berlaku dan diakui oleh anggota
dan pemahaman akan konteks peserta didik (latar masyarakat. Seluruh agama, tradisi, dan budaya
belakang dan perkembangan psikologi) menjadi menjunjung tinggi nilai. Nilai universal menjadi
bagian dari pendidikan karakter. perekat bagi seluruh anggota masyarakat walaupun
Kedua, menganggap bahwa perilaku yang berbeda latar belakang budaya, suku, dan agama.
dibimbing oleh nilai-nilai utama sebagai bukti dari Nilai sangat banyak, tergantung dari keyakinan,
Irwa n S atri a| Model Pembelajaran Penanaman Nilai-Nilai Pancasila 158

tradisi atau budaya suatu masyarakat. Oleh karena yak perbedaan di dunia. Akan tetapi, mampu
itu identifikasi nilai-nilai merupakan hal yang mut- mengambil kesamaan untuk menumbuhkan
lak. Tanpa identifikasi nilai maka pendidikan ke- kekuatan.
warganegaraan hanya akan menjadi sebuah usaha 4. Liberasi: Pembebasan atas penindasan sesama
hampa, perjalanan tanpa ujung, petualangan tanpa manusia. Oleh sebab itu tidak dibenarkan adan-
peta dan berakhir sia-sia. Yang perlu diingat ada- ya penjajahan manusia oleh manusia.
lah ketika mengidentifikasi nilai-nilai, selalu terkait 5. Keadilan: Keadilan merupakan kunci kese-
dengan sumber-sumber nilai. jahteraan. Adil tidak berarti sama, tetapi propor-
Sebagai sumber nilai-nilai di Indonesia adalah sional.
dari nilai-nilai sosial budaya Indonesia. Menurut Sehubungan dengan nilai, Thomas Lickona
Mansyur Ramly (2010:9-10), nilai-nilai yang dikem- mengemukakan beberapa nilai dalam pendidikan
bangkan berasal dari identifikasi sumber-sumber : karakter yang disosialisasikan dalam pendidikan
1. Agama: masyarakat Indonesia adalah yaitu
masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidu- kepercayaan, respek, tanggungjawab, keadilan,
pan individu, masyarakat, dan bangsa selalu di- perawatan, kejujuran, keberanian, ketekunan, in-
dasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. tegritas dan kewarganegaraan. Kemendiknas juga
Secara politis, kehidupan kenegaraan pun di- mengidentifikasi 18 nilai dalam pendidikan karak-
dasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. ter : yaitu :
Atas dasar pertimbangan itu, nilai-nilai pen- 1. Religius. Sikap dan perilaku yang patuh dalam
didikan karakter harus didasarkan pada nilai- melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
nilai dan kaidah yang berasal dari agama. toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
2. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
ada manusia yang hidup bermasyarakat yang lain.
tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang di- 2. Jujur. Perilaku yang didasarkan pada upaya
akui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu di- menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
jadikan dasar dalam pemberian makna terh- dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
adap suatu konsep dan arti dalam komunikasi dan pekerjaan.
antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang 3. Toleransi. Sikap dan tindakan yang menghargai
demikian penting dalam kehidupan masyarakat perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap,
mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dan tindakan orang lain yang berbeda dari di-
dalam pendidikan karakter. rinya.
3. Tujuan Pendidikan Nasional: Tujuan pendidi- 4. Disiplin. Tindakan yang menunjukkan perilaku
kan nasional memuat berbagai nilai kemanu- tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
siaan yang harus dimiliki warga negara Indone- peraturan.
sia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional 5. Kerja Keras. Tindakan yang menunjukkan peri-
adalah sumber yang paling operasional dalam laku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
pengembangan pendidikan karakter. Pendidi- dan peraturan.
kan karakter dikembangkan oleh berbagai sat- 6 Kreatif. Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
uan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu
Pada dasarnya, nilai-nilai sebagai dasar pembentu- yang telah dimiliki.
kan karakter selaras dengan 5 pilar karakteris- 7 Mandiri.Sikap dan perilaku yang tidak mudah
tik manusia : tergantung pada orang lain dalam menyelesai-
1. Transendensi: Menyadari bahwa manusia mer- kan tugas-tugas.
upakan ciptaan Tuhan yang maha Esa. Darinya 8 Demokratis. Cara berfikir, bersikap, dan ber-
akan memunculkan penghambaan semata-ma- tindak yang menilai sama hak dan kewajiban
ta pada Tuhannya yang Esa. Kesadaran ini juga dirinya dan orang lain.
berarti memahami keberadaan diri dan alam 9 Rasa Ingin Tahu. Sikap dan tindakan yang se-
sekitar sehingga mampu memakmurkannya. lalu berupaya untuk mengetahui lebih menda-
2. Humanisasi: Setiap manusia pada hakekatnya lam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarin-
setara di mata Tuhan kecuali ilmu dan ketak- ya, dilihat, dan didengar.
waan yang membedakannya. Manusia dicipta- 10. Semangat Kebangsaan. Cara berpikir, bertin-
kan sebagai subjek yang memiliki potensi. dak, dan berwawasan yang menempatkan ke-
3. Kebinekaan: Kesadaran akan ada sekian ban- pentingan bangsa dan negara di atas kepentin-
Irwa n S atri a| Model Pembelajaran Penanaman Nilai-Nilai Pancasila 159

gan diri dan kelompoknya. Nilai-nilai Pancasila


11. Cinta Tanah Air. Cara berpikir, bertindak, dan Inti dari nilai dalam kehidupan berbangsa dan
berwawasan yang menempatkan kepentingan bernegara di Indonesia adalah pancasila. Pancasila
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan merupakan nilai dasar yang menjadi pedoman da-
kelompoknya. lam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di dalam
12. Menghargai Prestasi. Sikap dan tindakan yang pendidikan kewarganegaraan, nilai yang ditonjol-
mendorong dirinya untuk menghasilkan ses- kan adalah nilai-nilai pancasila. Dasar pertimban-
uatu yang berguna bagi masyarakat, dan men- gannya adalah pendidikan berdasarkan nilai-nilai
gakui, serta menghormati keberhasilan orang pancasila sangat berfungsi dalam membentuk kara-
lain. kter bangsa. Melalui pendidikan kewarganegaraan
13. Bersahabat/Komunikatif. Sikap dan tindakan berbasis nilai-nilai pancasila menjadikan warga
yang mendorong dirinya untuk menghasilkan negara berkarakter pancasila.
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan Menurut Notonagoro (1983:26-28), pancasila
mengakui, serta menghormati keberhasilan merupakan inti dari nilai-nilai kehidupan sosial
orang lain. masyarakat yang berasal dari kebudayaan, kebi-
14.Cinta Damai. Sikap dan tindakan yang mendor- asaan dan agama-agama bangsa Indonesia. Hal
ong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang yang sama juga diungkapkan oleh Adnan (2003:146)
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta dan Kaelan (1999:65-67), bahwa pancasila mempu-
menghormati keberhasilan orang lain. nyai nilai-nilai dasar yaitu nilai ketuhanan, kema-
15.Gemar Membaca. Kebiasaan menyediakan nusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan.
waktu untuk membaca berbagai bacaan yang Lebih jauh menurut Kaelan (1999:65), di da-
memberikan kebajikan bagi dirinya. lam pancasila terdapat beberapa nilai dasar yaitu
16. Peduli Lingkungan. Sikap dan tindakan yang nilai-nilai yang mendasari kehidupan manusia, nilai
selalu berupaya mencegah kerusakan pada instrumental yang merupakan arahan, kebijakan,
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengem- strategi, sasaran serta lembaga pelaksananya dan
bangkan upaya-upaya untuk memperbaiki nilai praksis yaitu realisasi nilai-nilai instrumen-
kerusakan alam yang sudah terjadi. tal dalam suatu relasiasi pengamalan nyata dalam
17. Peduli Sosial. Sikap dan tindakan yang selalu kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, bangsa
ingin memberi bantuan pada orang lain dan dan negara. Lima (5) nilai dasar inilah yang menjadi
masyarakat yang membutuhkan. dasar pembentukan karakter peserta didik.
18. Tanggungjawab. Sikap dan perilaku seseorang Didalam pelaksanaan, 5 nilai dasar dijadikan
untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, sebagai pedoman dalam bersikap dan berperilaku
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri yang ditetapkan dalam Tap MPR No II tahu 1978 ter-
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial diri dari :
dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha 1. Sila ketuhanan :
Esa. a. Percaya dan taqwa kepada Tuhan YME se-
Megawangi (2001) juga merumuskan sembilan suai dengan agama dan kepercayaan mas-
nilai dasar yang akan menjadi karakter dasar dalam ing-masing menurut dasar kemanusiaan
pendidikan yaitu : Cinta kepada Tuhan dan segenap yang adil dan beradab.
ciptaannya (love Allah, trust, reverence, loyalty), b. Hormat menghormati dan bekerja sama
kemandirian dan tanggung jawab (responsibility, antar pemeluk agama dan penganut-pen-
excellence, self reliance, discipline, orderness), Ke- ganut kepercayaan yang berbeda-beda, se-
jujuran/amanah, bijaksana (trustworthiness, reli- hingga terbina kerukunan hidup.
ability, honesy), Hormat dan santun (respect, cour- c. Saling menghormati kebebasan menjalank-
tesy, obedience), Dermawan, suka menolong dan an ibadah sesuai dengan agama dan keper-
gotong royong (love, compassion, caring, emphaty, cayaan.
generousity, moderation, cooperation), Percaya diri, d. Tidak memaksakan agama dan kepercayaan
kreatif dan pekerja keras (confidience, assertive- kepada orang lain.
ness, creativity, resourcefutness, courage, determi- 2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab :
nation and enthusiasm), Kepemimpinan dan keadi- a. Mengakui persamaan derajat , persamaan
lan (kindness, friendliness, humility, modesty), Baik hak, dan persamaan kewajiban antar sesama
dan rendah hati (tolerance, flexibility, peacefulness, manusia.
unity). b. Saling mencintai sesama manusia.
Irwa n S atri a| Model Pembelajaran Penanaman Nilai-Nilai Pancasila 160

c. Mengembangkan sikap tenggang rasa. i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan


d. Tidak semena-mena terhadap orang lain. kepentingan umum.
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. j. Suka bekerja keras.
f. Gemar melakukan melakukan kegiatan ke- k. Menghargai hasil karya orang lain.
manusiaan. l. Bersama-sama berusaha mewujudkan kem-
g. Berani membela kebenaran dan keadilan. ajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
3. Sila Persatuan Indonesia.
a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepent- Pembelajaran Kontekstual
ingan dan keselamatan bangsa dan negara a. Pengertian dan Hekakat Pembelajaran Kontek-
di atas kepentingan pribadi dan golongan. stual
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa Salah satu dari model pembelajaran adalah
dan negara. pembelajaran kontekstual atau contextual learn-
c. Cinta tanah air dan bangsa. ing (CTL). Menurut Rusman (2011:187), pembela-
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan ber- jaran kontekstual adalah sistem yang merangsang
tanah air Indonesia. otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan makna. Menurut E. B. Johnson (2006), pembelaja-
kesatuan bangsa yang berbhinneka tunggal ran kontekstual merupakan usaha untuk membuat
ika. siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tan-
4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat ke- pa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha
bijaksanaan dalam permusyawaratan/perwaki- mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan
lan : mengaitkannya dengan dunia nyata.
a. Mengutamakan kepentingan negara dan Hal ini menyebabkan pembelajaran kontekstual
masyarakat. berbeda dengan pembelajaran konvensional. Pem-
b. Tidak memaksakan kehendak pada orang belajaran konvensional hanya berfokus pada materi
lain. yang bisa untuk dihafal. Konsep pembelajaran ini,
c. Mengutamakan musyawarah dalam hanya memfokuskan pada pemberian pembekalan
mengambil keputusan untuk kepentingan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis.
bersama. Konsep ini dikenal dengan datang, duduk, dengar,
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat dili- catat dan hafal (DDDCH). Padahal, pembelajaran
puti oleh semangat kekeluargaan. merupakan suatu aktivitas yang komplek dimana
e. Dengan itikat baik dan rasa tangung jawab melibatkan keseluruhan aspek yaitu kognitif, afektif
menerima dan melaksanakan hasil keputu- dan psikomotorik peserta didik.
san musyawarah. Pada pembelajaran kontekstual, memungkink-
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat an peserta didik aktif, berkembang sesuai dengan
dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. potensinya. Didalam proses pembelajaran, yang
g. Keputusan yang diambil harus dapat diper- utama adalah perlu mengaitkan seluruh aspek
tanggungjawabkan secara moral kepada tersebut. Untuk mengaitkannya bisa dilakukan
tuhan YME, menjunjung tinggi harkat dan dengan berbagai cara, misalnya materi yang dipela-
martabat manusia serta nilai-nilai kebe- jari secara langsung terkait dengan kondisi faktual
naran dan keadilan. yang terkait dengan pengalaman hidup yang nyata.
5. Sila keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurut Rusman (2011:187), inti dari pendekatan
a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang CTL adalah keterkaitan materi atau topik dengan
luhur yang mencerminkan sikap dan suasa- kehidupan nyata. Jadi di dalam pembelajaran kon-
na kekeluargaan dan kegotongroyongan. tekstual adalah bagaimana agar pengalaman bela-
b. Bersikap adil. jar yang dimiliki siswa senantiasa terkait dengan
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan ke- permasalahan–permasalahan aktual yang terjadi
wajiban. di lingkungannya.
d. Menghormati hak-hak orang lain. Menurut Nurhadi dalam Rusman (2011:189),
e. Suka memberi pertolongan kepada orang pembelajaran kontekstual (contextual taching and
lain. learning atau CTL) merupakan konsep belajar yang
f. Menjauhi sikap pemerasan pada orang lain. dapat membantu guru mengaitkan antara materi
g. Tidak bersifat boros. yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
h. Tidak bergaya hidup mewah. dan mendorong siswa membuat hubungan antara
Irwa n S atri a| Model Pembelajaran Penanaman Nilai-Nilai Pancasila 161

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan- dilakukan.


nya dalam kehidupan mereka sebagai anggota ke- 7) Melakukan penilaian secara objektif, yaitu
luarga dan masyarakat. Selanjutnya menurut Rus- melalui kemampuan yang sebenarnya pada se-
man (2011: 189), melalui pembelajaran kontekstual, tiap siswa.
mengajar bukan transformasi pengetahuan dari
guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah c. Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual
konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari ke- Model pembelajaran kontekstual mempu-
hidupan, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya nyai prinsip-prinsip. Menurut Elaine B, Johnson
memfasilitasi siswa untuk mencapai kemampuan (2006:68-72), tiga prinsip utama ilmiah dalam CTL
untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang dipela- yaitu: pertama, prinsip kesaling-bergantungan.
jarinya. Pada prinsip ini siswa diajak memahami bahwa da-
Menurut Howey R, Keneth dalam (Rusman lam kehidupan terdapat saling bergantung antara
2011), CTL adalah pembelajaran yang memung- yang satu dengan yang lainnya. Prinsip saling ber-
kinkan terjadinya proses belajar pengalaman siswa gantungan ada dalam segala kehidupan sehingga
menggunakan pemahaman dan kemampuan aka- memungkinkan siswa untuk membuat hubungan
demiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar yang bermakna. Prinsip ini membawa pada beber-
sekolah untuk memecahkan masalah yang bersi- apa efek yaitu : mendukung kerjasama dan mend-
fat simulative ataupun nyata, baik sendiri-sendiri engarkan.
maupun bersama-sama. Dengan demikian pem- Selanjutnya menurut Elaine B. Johnson
belajaran kontekstual memberi kesempatan kepada (2006:74), dalam proses pembelajaran, kesaling
peserta didik berpartisipasi secara luas dalam pem- bergantungan memerlukan penghubungan, peng-
belajaran. gabungan, berpikir kritis dan kreatif, merumuskan
b. Langkah-langkah pembelajaran kontekstual tujuan yang jelas, menetapkan standar yang tinggi
Pembelajaran CTL mempunyai ciri yang berbe- melakukan tugas-tugas yang berarti untuk semua,
da dengan pendekatan lainnya. Menurut Johnson menghargai setiap orang dan menggunakan me-
(2006), ciri khas CTL ditandai oleh tujuh komponen tode penilaian yang menghubungkan pembelajaran
utama, yaitu: (1) constructivism, (2) inquiry, (3) dengan dunia nyata. Jadi praktik kesaling bergan-
questioning, (4) learning community, (5) modeling, tungan menumbuhkan hubungan yang bermakna.
(6) reflection dan, (7) authentic assessment. Kedua,prinsipdiferensiensi.MenurutB.Johnson
Selanjutnya menurut Rusman (2011:191), (2006:79), prinsip diferensiensi juga mengajak ker-
Pengembangan setiap komponen CTL dalam pem- jasama sehingga memungkinkan dua entitas yang
belajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah berbeda untuk bersatu dan bekerja sama dalam
sebagai berikut : pencarian makna berupa nilai-nilai kebangsaan.
1) Mengembangkan pemikiran siswa untuk Diferensiensi merupakan suatu anugerah tuhan
melakukan kegiatan belajar lebih bermakna, yang tak ternilai. Tuhan yang menciptakan alam
apakah dengan bekerja sendiri, menemukan tidak pernah membuat hal yang sama. Oleh karena
sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengeta- itu keberagaman merupakan sesuatu yang given
huan dan keterampilan baru yang akan dimi- adanya. Dalam konsep ini, proses pembelajaran
likinya. Artinya siswa mengetahui arti makna yang menantang bagi siswa untuk terus menerus
yang dipelajarinya. aktif. Para siswa diajak berpikir kreatif berdasarkan
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inqui- pengetahuan akademiknya dalam rangka untuk
ry untuk semua topik yang diajarkan. mencari sebuah makna dari apa yang dipelajarinya.
3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa mela- Mungkin saja ada perbedaan makna yang di peroleh
lui memunculkan pertanyaan-pertanyaan atau oleh siswa akan tetapi itulah diferensiasi yang unik.
kegiatan lain. Ketiga, Prinsip pengaturan diri. Pada prinsip ini
4) Menciptakan masyarakat belajar, seperti mela- meminta para pendidik untuk mendorong siswa un-
lui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab tuk mengeluarkan seluruh potensinya. Sasaran uta-
dan lain sebagainya. ma CTL adalah mendorong siswa untuk mencapai
5) Menghadirkan model sebagai contoh pembe- keunggulan akademik, memperoleh keterampilan
lajaran, bisa melalui ilustrasi, model bahkan karier, dan mengembangkan karakter dengan cara
media yang sebenarnya. menghubungkan tugas sekolah dengan pengala-
6) Membiasakan anak untuk melakukan refleksi man serta pengetahuan pribadinya. Ketika proses
dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah ini berlangsung mereka terlibat dalam proses pen-
Irwa n S atri a| Model Pembelajaran Penanaman Nilai-Nilai Pancasila 162

gaturan diri. CTL membantu para siswa menemu- dan moral loving yang berbentuk tabiat reflektif da-
kan makna dalam pelajaran mereka dengan cara lam perilaku keseharian.
menghubungkan materi akademik dengan konteks Secara terperinci tahapan-tahapan pendidi-
kehidupan keseharian mereka. Mereka membuat kan karakter dalam diri setiap peserta didik yaitu :
hubungan-hubungan penting yang menghasilkan 1) Moral Knowing.
makna dengan melaksanakan pembelajaran yang Tahapan ini merupakan langkah pertama da-
diatur sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan lam pendidikan berdasarkan nilai-nilai pancasila.
kreatif, menghargai orang lain, mencapai standar Dalam tahapan ini tujuan pembelajaran adalah:
yang tinggi dan berperan serta dalam tugas-tugas • Peserta didik mampu mengklasifikasi nilai-nilai
penilaian otentik. pancasila.
Dengan demikian, pendekatan pembelajaran • Peserta didik memahami secara logis dan ra-
kontekstual pada mata pelajaran pendidikan ke- sional (bukan secara dogmatis dan doktriner)
wargaanegara khususnya berdasarkan nilai-nilai pentingnya nilai-nila pancasila.
pancasila menjadikan proses pembelajaran lebih • Peserta didik mengenal sosok pahlawan bangsa
bermakna, karena pembelajaran lebih dekat den- sebagai figur teladan dalam kehidupannya.
gan lingkungan masyarakat (bukan dekat dari segi Dalam tahap Moral Knowing, guru mengajukan
fisik), akan tetapi secara fungsional apa yang dipela- pertanyaan tentang arti nilai pancasila ? perilaku
jari senantiasa bersentuhan dengan situasi dan per- bertentangan dengan nilai-nilai pancasila ?. Peserta
masalahan kehidupan yang terjadi di lingkungan didik diminta mendiskusikan dalam kelompok ke-
keluarga, masyarakat bangsa dan negara. cil tentang bentuk-bentuk nyata dari perkataan,
Berdasarkan penjelasan di atas dan untuk men- perbuatan yang baik sesuai dengan nilai pancasila,
capai tujuan tersebut, perlu penanaman nilai-nilai manfaat yang diperoleh dan dampak negatifnya.
pancasila dalam pembelajaran pendidikan kewar- Dalam tahapan ini akal pemikiran anak diajak ber-
ganegaraan melalui pendekatan CTL. Di dalam fikir tentang pentingnya berperilaku sesuai nilai-
pendekatan CTL, peserta didik diajak untuk men- nilai pancasila.
cari makna dari fakta-fakta yang terjadi dalam ke- 2) Moral Loving
hidupan sehari-hari. Pendidik memberi stimulus Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuh-
dengan berbagai kasus atau fakta-fakta sosial yang kan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai
terjadi di masyarakat dan siswa akan memberikan pancasila. Dalam tahapan ini yang menjadi sasaran
respon. Dari hasil respon tergambar sikap peserta adalah dimensi emosional peserta didik, hati, atau
didik. Dengan stimulus respon yang berulang- jiwa, bukan lagi akal, rasio dan logika. Guru me-
ulang, nilai-nilai pancasila akan tertanam dalam nyentuh emosi peserta didik sehingga tumbuh ke-
diri peserta didik. sadaran, keingintahuan. Untuk mencapai tahapan
ini bisa memulai atau memasukinya dengan kisah-
Pendekatan Contextual teaching and learning da- kisah yang menyentuh hati, modeling, atau kontem-
lam Penanaman nilai-nilai Pancasila pelasi. Melalui tahap ini, peserta didik diharapkan
Berdasarkan Renstra pendidikan karakter yang mampu menilai dirinya sendiri.
dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebu- Dalam tahap Moral Loving, untuk menyentuh
dayaan, secara umum ada tahapan pendekatan sisi emosional peserta didik guru dapat melakukan
yaitu pengenalan nilai dan pembiasaan perilaku alternatif berikut :
sesuai dengan nilai-nilai. Tahapan pertama ada- 1. Menyampaikan kisah yang menarik dan meny-
lah berkenaan dengan moral knowing, moral loving entuh yang berkaitan dengan perjuangan para
dan moral doing (acting). Moral knowing berke- pahlawan
naan dengan kesadaran (awareness), nilai-nilai 2. Bermain peran atau sosiodrama. Peserta didik
(values), sudut pandang (perspective taking), logika dibawa pada situasi bagaimana perasaannya.
(reasoning), menentukan sikap (decision making), Dengan cara ini diharapkan peserta didik send-
dan pengenalan diri (self knowledge). Kedua ada- iri yang menyimpulkan pentingnya menjaga
lah Moral loving berkenaan dengan kepercayaan nilai-nilai panasila.
diri (self esteem), kepekaan terhadap orang lain 3. Kontempelasi atau perenungan dengan men-
(emphaty), mencintai kebenaran (loving the good), gajak peserta didik merenungkan tentang peri-
pengendalian diri (self control), dan kerendahan laku yang telah dilakukan sesuai dengan nilai-
hati (humility). Dan ketiga adalah Moral doing nilai pancasila.
berkenaan dengan perwujudan dari moral knowing 4. Sharing pengalaman sesama peserta didik ten-
Irwa n S atri a| Model Pembelajaran Penanaman Nilai-Nilai Pancasila 163

tang nilai-nilai pancasila. hal tersebut. Selanjutnya Sinurat (dalam Slamet


3) Moral Doing. Soewandi 109-110), penekanan dan pendekatan
Moral Doing merupakan tahapan puncak pros- dalam pendidikan yang berhubungan dengan nilai-
es pendidikan. Peserta didik mempraktekkan nilai- nilai pancasila sebagai berikut :
nilai pancasila itu dalam perilakunya sehari-hari. a. Memoralisasi (moralizing). Pendidik secara
Peserta didik sopan, menaati aturan ramah, pe- langsung mengajarkan sejumlah nilai yang
nyayang, jujur, disiplin, dan seterusnya. Dalam ta- harus menjadi pegangan hidup peserta didik.
hap Moral Doing, sebagai target puncak, guru perlu Pendekatan ini merupakan indoktrinasi dalam
melakukan pengamatan terhadap perubahan peri- bentuk pemberian nasehat, kotbah, pidato, ce-
laku peserta didik. Untuk ini, guru perlu menyiap- ramah, dsb.
kan format pengamatan termasuk meminta laporan b. Bersikap membiarkan (a laissez-fair attitude),
dari sesama /guru atau dari peserta didik yang lain. yaitu membiarkan peserta didik menentukan
Hal ini menjadi lebih baik bila peserta didik diberi diri sendiri apa yang dimauinya, anak dibiarkan
tugas rumah (PR) mempraktekkan nilai-nilai pan- tumbuh dan berkembang secara alamiah den-
casila yang telah dipelajari dengan cara setiap pe- gan jatuh bangun dari penalarannya sendiri.
serta didik memiliki buku catatan harian yang berisi c. Menjadi model. Pendidik berusaha menampil-
pengalaman mereka dalam upaya menerapkan nilai kan diri sebagai model hidup menurut nilai-
tersebut apa adanya. nilai tertentu
Pembelajaran yang berkenaan dengan moral d. Pendekatan klarifikasi nilai. Peserta didik di-
knowing akan lebih banyak belajar melalui sum- latih untuk menemukan dan mengembang-
ber belajar dan nara sumber. Pembelajaran yang kan sendiri nilai-nilai hidup yang ingin diper-
berkenaan dengan moral loving akan terjadi pola juankgkan untuk menjadi dasar hidupnya.
saling membelajarkan secara seimbang di antara Sehubungan dengan ini maka pendekatan yang
siswa. Sedangkan pembelajaran yang berkenaan paling memungkinkan adalah klarifikasi nilai kar-
dengan moral doing akan lebih banyak menggu- ena peserta didik secara langsung merumuskan
nakan pendekatan individual melalui pendamp- sendiri tentang arti nilai dan merasakan manfaat-
ingan pemanfaatan potensi dan peluang yang se- nya dalam kehidupan.
suai dengan kondisi lingkungan siswa. Ketiga pola
pembelajaran tersebut dirancang dengan sistematis Kesimpulan
agar para siswa dan guru/tutor/pendamping dapat Dengan demikian pembelajaran dalam pen-
memanfaatkan segenap nilai-nilai dan moral yang didikan kewargaanegara berdasarkan nilai-nilai
sesuai dengan potensi dan peluang yang tersedia di pancasila melalui pembelajaran kontekstual me-
lingkungannya. nekankan pada pengenalan, mencintai dan pen-
Dalam pendidikan berdasarkan nilai-nilai pan- erapan nilai-nilai pancasila terhadap peserta didik.
casila perlu penekanan-penekanan tertentu. Menu- Peserta didik digiring pada adaptasi terhadap nilai-
rut Qomari Anwar (2010), yang mendapat peneka- nilai pancasila sehingga menjadi manusia profetik,
nan lebih dalam adalah Knowing the good. Untuk manusia yang berguna baik untuk kehidupan diri
membentuk karakter, anak tidak hanya sekedar sendiri maupun masyarakat, bangsa dan negara.
tahu mengenai hal-hal yang baik, namun mereka
harus dapat memahami kenapa perlu melakukan
Irwa n S atri a| Model Pembelajaran Penanaman Nilai-Nilai Pancasila 164

Anda mungkin juga menyukai