1 4
Naufal Alief Firmansyah , Rajwa Putri Nabila², Sherlina Yumna Septyani³, Zaini Fasya
1 2
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Kediri, Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
3 4
Tulungagung, Jombang, Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Nganjuk, Dosen pengampu Dasar-
Pendidikan merupakan proses yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir, sehingga dapat menghasilkan kualitas
yang berkesinambungan, yang ditujukan pada perwujudan sosok manusia masa depan, dan berakar pada nilai-nilai budaya
bangsa serta pancasila. Pendidikan harus menumbuhkembangkan nilai-nilai filososfis dan budaya bangsa secara utuh dan
menyeluruh. Sehingga perlu adanya kajian yang lebih mendalam terhadap pendidikan, maka dari itu pendidikan mulai dipandang
secara filsafat yang merajuk pada kejelasan atas landasan-landasan pendidikan itu sendiri.
Dalam usaha untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh baik dari lembaga pendidikan formal maupun
informal untuk memperoleh manusia yang berkualitas. Agar kualitas yang diharapkan dapat tercapai, diperlukannya penentuan
Tujuan pendidikan adalah salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari praktik pendidikan. Tujuan
pendidikan berisi nilai-nilai yang akan diwujudkan dalam proses atau kegiatan suatu pendidikan. Oleh karena itu perlu
dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan akhlak sebagai landasan yang sangat penting dalam setiap peradaban
bangsa.
Tujuan pendidikan nasional merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam pendidikan, karena tujuan
merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak dituju oleh pendidikan. Di dalam suatu pelaksanaan pendidikan tentu
saja tidak hanya mengedepankan penanaman semata, melainkan juga penanaman yang dimiliki karakter bangsa. Hal ini
dilakukan untuk membutikan arahan terhadap pelaksanaan dan perkembangan pendidikan di Indonesia.
Membicarakan tujuan pendidikan akan menyangkut sistem nilai dan norma-norma dalam suatu konteks
kebudayaan, baik dalam mitos, kepercayaan, religi, filsafat, ideology, dan sebagainya. Oleh karena pendidikan merupakan suatu
proses sengaja dari suatu generasi penerus yang lebih baik, maka tujuan pendidikan diarahkan oleh perseorangan atau kelompok
Di dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, telah diatur terkait arah dan
cara pendidikan nasional yang didalamnya memuat sejumlah nilai-nilai yang menjadi tujuan pendidikan nasional Indonesia.
Dengan tujuan pendidikan yang telah terurai di dalam undang-undang tersebut arah pendidikan dapat terlihat secara jelas bahwa
pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mempersiapkan generasi bangsa agar menjadi lebih baik.
B. Kajian Teori
` Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk memfasilitasi pengembangan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai pada individu melalui interaksi dengan lingkungan fisik dan sosialnya (Suryabrata, 2017).
Pendidikan juga dianggap sebagai suatu usaha untuk mengembangkan potensi manusia dan mempersiapkannya untuk menjadi
warga negara yang bertanggung jawab dan bermanfaat bagi masyarakat (Kemendikbud, 2013).
Terdapat beberapa teori dasar dalam pendidikan yang telah berkembang sejak lama. Menurut Kurniawan (2017),
1.Teori Humanistik
Teori Humanistik merupakan salah satu teori dasar dalam pendidikan yang menekankan pada pengembangan pribadi
yang optimal melalui pemberian kebebasan pada individu untuk mengekspresikan diri dan menentukan tujuan hidupnya sendiri
(Kurniawan, 2017). Teori Humanistik mengajarkan bahwa individu memiliki kecenderungan untuk bertumbuh dan berkembang
secara alami dan memperlihatkan kemampuan untuk belajar dengan sendirinya, serta kebutuhan akan penghargaan dan apresiasi
Menurut Rogers (dalam McLeod, 2017), pendekatan humanistik mem`andang individu sebagai makhluk yang penuh
potensi dan kreativitas, sehingga proses belajar dapat berlangsung secara optimal jika lingkungan pembelajaran dapat
menciptakan suasana yang mendukung dan memfasilitasi pengembangan potensi individu. Dalam konteks pendidikan,
pendekatan humanistik menekankan pada pentingnya interaksi antara guru dan siswa yang didasarkan pada saling percaya,
empati, dan penghargaan terhadap perbedaan individual dalam belajar (Suyanto, 2019).
2.Teori Behavioristik
Teori Behavioristik merupakan teori dasar pendidikan yang menekankan pada pengaruh lingkungan dan penguatan
(reward) terhadap perilaku individu, sehingga perilaku tersebut dapat ditingkatkan atau diubah (Kurniawan, 2017). Menurut
Skinner (dalam McLeod, 2019), perilaku individu dapat dipelajari melalui penguatan atau hukuman yang diberikan terhadap
perilaku tersebut, sehingga lingkungan pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar dapat memberikan penguatan yang
Dalam pendekatan behavioristik, guru bertanggung jawab untuk merancang lingkungan belajar yang dapat memberikan
penguatan positif pada perilaku siswa yang diinginkan, serta memberikan hukuman yang sesuai pada perilaku yang tidak
diinginkan (Suyanto, 2019). Pada dasarnya, teori behavioristik menempatkan siswa sebagai objek dalam proses belajar dan tidak
memberikan kebebasan pada siswa untuk mengekspresikan diri dan menentukan tujuan belajarnya sendiri.
3.Teori Kognitif
Teori Kognitif merupakan teori dasar pendidikan yang menekankan pada peran pemrosesan informasi dalam belajar dan
pengembangan kognitif individu (Kurniawan, 2017). Menurut Piaget (dalam McLeod, 2018), individu mengembangkan
pemahaman dan pengetahuan baru melalui proses penyesuaian kognitif yang melibatkan dua proses utama, yaitu asimilasi dan
akomodasi.
Proses asimilasi terjadi ketika individu menginterpretasikan informasi baru berdasarkan skema yang telah dimilikinya
sebelumnya, sedangkan proses akomodasi terjadi ketika individu memodifikasi skema yang telah dimilikinya untuk
mengakomodasi informasi baru yang diterimanya (Murdani, 2014). Dalam pendekatan kognitif, guru bertanggung jawab untuk
merancang lingkungan pembelajaran yang dapat memfasilitasi proses asimilasi dan akomodasi pada siswa sehingga terjadi
Teori-teori dasar dalam pendidikan tersebut memiliki perbedaan dalam pandangan mengenai peran individu, lingkungan,
dan proses belajar dalam pengembangan individu. Namun, ketiga teori tersebut juga memiliki kesamaan dalam mengakui bahwa
individu memiliki potensi untuk berkembang dan belajar, dan bahwa guru sebagai fasilitator harus menciptakan lingkungan
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bab 1 pasal 1
dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
1
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pengertian pendidikan di sini menegaskan bahwa dalam pendidikan hendaknya tercipta sebuah wadah di mana
peserta didik bisa secara aktif mempertajam dan memunculkan ke permukaan potensi-potensinya sehingga menjadi kemampuan-
kemampuan yang dimilikinya secara alamiah. Definisi ini juga memungkinkan sebuah keyakinan bahwa manusia secara alamiah
memiliki definisi jasad, kejiwaan, dan spiritualitas. Di samping itu, definisi yang sama memberikan ruang untuk berasumsi
bahwa manusia memiliki peluang untuk bersifat mandiri, aktif, rasional, sosial, dan spiritual.
1
Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan, (Bandung: PT Refika Aditama. 2007), 7.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan semua itu juga perlu disusun sistem pendidikan yang merupakan
satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya untuk
2
mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional tersebut.
Adapun pengertian sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan
aktifitas pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Dalam hal ini, sistem pendidikan nasional tersebut merupakan suatu suprasistem, yaitu suatu sistem yang besar dan kompleks,
Dalam sistem pendidikan nasional peserta didiknya adalah semua warga negara. Artinya, semua satuan pendidikan
yang ada harus memberikan kesempatan menjadi peserta didiknya kepada semua warga negara yang memenuhi persyaratan
tertentu sesuai dengan kekhususannya, tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, suku bangsa, dan sebagainya. Hal ini
3
sesuai dengan Undang-Undang 1945 pasal 31 ayat 1 berbunyi: "Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran".
Di dalam pendidikan nasional terdapat suatu dasar yang menjadi kekuatan bagi tetap tegaknya suatu bangunan atau
yang lainnya, seperti pada rumah atau gedung, maka pondasilah yang menjadi dasarnya. Begitu pula halnya dengan pendidikan,
dasar yang dimaksud adalah dasar pelaksanaannya, yang mempunyai peranan penting untuk dijadikan pegangan dalam
Sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, ada enam prinsip pendidikan nasional.
Ketentuan ini diatur pada Bab II Pasal 4 yang diuraikan dalam enam ayat. Berikut isi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Pasal 4:
a. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
b. Pendidikan diselengarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dengan sistem terbuka dan multimakna.
c. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
2
Syafril dan Zelhendri Zen, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: KENCANA. 2017), 126.
3
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005), 124-125
e. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi
4
segenap warga masyarakat.
Setiap kegiatan, apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak sadar, selalu dihadapkan pada tujuan yang ingin
dicapai. Bagaimanpun, segala usaha yang tidak mempunyai tujuan yang tidak akan mempunyai arti apa-apa. Dengan demikian,
tujuan merupakan faktor yang sangat penting dalam setiap kegiatan, termasuk kegiatan pendidikan. cita-cita atau tujuan yang
ingin dicapai harus dinyatakan secara jelas sehingga semua pelaksana dan sasaran pendidikan memahami atau mengetahui suatu
proses kegiatan seperti pendidikan, bila tidak mempunya tujuan yang jelas untuk dicapai, maka prosesnya akan menjadi kabur.
Tentang tujuan pendidikan, Langeveld membedakan tujuan pendidikan menjadi enam, yaitu:
a. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai di akhir proses pendidikan, yaitu tercapainya kedewasaan
jasmani dan rohani peserta didik. Maksud kedewasaan jasmani adalah jika pertumbuhan jasmani sudah
mencapai batas pertumbuhan maksimal, maka pertumbuhan jasmani tidak akan berlangsung lagi.
Kedewasaan rohani adalah peserta didik sudah mampu menolong dirinya sendiri, mampu berdiri sendiri,
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus adalah tujuan tertentu yang hendak docapai berdasarkan usia, jenis kelamin, sifat, bakat,
inteligensi, lingkungan sosial budaya, tahap-tahap perkembangan, tuntutan syarat pekerjaan, dan
sebagainya.
Tujuan tidak lengkap adalah tujuan yang menyangkut sebagian aspek manusia, misalnya tujuan khusus
pembentukan kecerdasan saja, tanpa memerhatikan yang lainnya. Jadi tujuan tidak lengkap ini bagian dari
d. Tujuan sementara
Proses untuk mencapai tujuan umum tidak dapat dicapai secara sekaligus, karenanya perlu ditempuh
setingkat demi setingkat. Tingkatan demi tingkatan diupayakan untuk mencapai tujuan akhir. Itulah yang
4
Syafril dan Zelhendri Zen, Op.Cit, hal 130.
dimaksud tujuan sementara, contohnya anak menyelesaikan pendidikan dijenjang pendidikan dasar
merupakan tujuan sementara untuk selanjutnya melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi seperti sekolah
e. Tujuan intermedier
Tujuan intermedier adalah tujuan perantara bagi tujuan lainnya yang pokok. Misalnya, anak dibiasakan
untuk menyapu halaman, maksudnya agar ia kelak mempunyai rasa tanggung jawab.
f. Tujuan incidental
Tujuan incidental adalah tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu yang sifatnya seketika dan spontan.
a. Domain kognitif
Domain kognitif meliputi kemampuan-kemampuan yang diharapkan dapat tercapai setelah dilakukannya
proses belajar mengajar. Kemampuan tersebut meliputi pengetahuan, pengertian, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Keenam kemampuan tersebut bersifat hierarkis. Artinya, untuk mencapai semuanya
b. Domain afektif
Domain afektif beruapa kemampuan untuk menerima, menjawab, menilai, membentuk , dan
mengkarakterisasi.
c. Domain psikomotor
5
Terdiri dari kemampuan persepsi, kesiapan, dan respons terpimpin.
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sekolah hanyalah
pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam
keluarga . Agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai maka dibutuhkan peran serta keluarga dan masyarakat dalam
pendidikan.
a. Peran Keluarga
5
Abdul Kadir et.al, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP. 2012), 81-83.
Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan satu kesatuan hidup (sistem sosial), dan keluarga menyediakan
situasi belajar. Sebagai satu kesatuan hidup bersama (sistem sosial), keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ikatan
kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih, hubungan antarpribadi, kerja sama,
Sementara itu, yang berkenaan dengan keluarga menyediakan situasi belajar, dapat dilihat bahwa bayi dan anak-
anak sangat bergantung kepada orang tua, baik karena keadaan jasmaniahnya maupun kemampuan intelektual, sosial,
dan moral. Bayi dan anak belajar menerima dan meniru apa yang diajarkan oleh orang tua.
Adanya kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara kontinu perlu dikembangkan kepada
setiap orang tua sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua,
tetapi telah didasari oleh teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman yang cenderung selalu
berubah.
Tugas utama keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan
hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang
lain. Di dalam UU Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional pasal 10 ayat (4) dinyatakan bahwa:
Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan
6
yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan.
Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang tuanya. Begitu juga sangat diperlukan
kepercayaan orang tua terhadap sekolah (pendidik) yang menggantikan tugasnya selama di ruangan sekolah. Hal ini sangat
penting untuk diperhatikan, mengingat akhir-akhir ini seringnya terjadi tindakan-tindakan kurang terpuji dilakukan anak didik,
7
sementara orang tua seolah tidak mau tahu, bahkan cenderung menimpakan kesalahan kepada sekolah.
Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan
menghargai segala usahanya. Begitu juga orang tua harus menunjukkan kerjasamanya dalam mengarahkan cara anak belajar di
rumah, membuat pekerjaan rumahnya , tidak disita waktu anak dengan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, orang tua harus
b. Peran masyarakat
6
M. Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2013), 87-89.
7
Ibid, hal 90.
Masyarakat merupakan lembaga ketiga sebagai lembaga pendidikan, dalam konteks penyelenggaraan pendidikan
itu sendiri besar sekali perannya. Bagaimanapun kemajuan dan keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan
oleh peran serta masyarakat yang ada. Tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat, jangan harapkan pendidikan dapat
Oleh karena itu, sebagai salah satu lingkungan terjadinya kegiatan pendidikan, masyarakat mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap berlangsungnya segala aktivitas yang menyangkut masalah pendidikan. Apalagi bila dilihat dari
materi yang digarap, jelas kegiatan pendidikan baik yang termasuk jalur pendidikan sekolah maupun yang jalur pendidikan luar
sekolah, berisikan generasi muda yang akan meneruskan kehidupan masyarakat itu sendiri. Untuk itu bahan apa yang akan
diberikan kepada anak didik sebagai generasi tadinharus disesuaikan dengan keadaan dan tuntutan masyarakat dimana kegiatan
pendidikan berlangsung. Berikut ini adalah beberapa peran dari masyarakat terhadap pendidikan:
2. Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu dan mendukung cita-cita dan kebu-
tuhan masyarakat.
3. Masyarakatlah yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung museum, perpustakaan, panggung-
4. Masyarakatlah yang menyediakan berbagai sumber untuk sekolah. Mereka dapat diundang ke sekolah untuk mem-
berikan keterangan-keterangan mengenai suatu masalah yang sedang dipelajari anak didik. Orang-orang yang punya
keahlian khusus banyak sekali terdapat di masyarakat, seperti petani, peternak, saudagar, polisi, dokter, dan sebagainya.
5. Masyarakatlah sebagai sumber pelajaran atau laboratorium tempat belajar. Di samping buku pelajaran , masyarakat
memberi bahan pelajaran yang banyak sekali, antara lain seperti aspek alami industri, perumahan, transportasi, perke-
8
bunan, pertambangan, dan sebagainya.
Pendidikan sebagai sebuah aktivitas tidak lepas dari fungsi dan tujuan. Mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional fungsi pendidikan yaitu Pasal 3 yang menyatakan bahwa "Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi warga yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara
8
Ibid, hal 100.
yang demokratis serta bertanggung jawab". Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari
kebodohan dan ketertinggalan serta fungsi pendidikan di Indonesia menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
9
kehidupan bangsa.
Fungsi utama pendidikan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, kepribadian serta peradaban yang
bermartabat dalam hidup dan kehidupan atau dengan kata lain pendidikan berfungsi memanusiakan manusia agar menjadi
10
manusia yang benar sesuai dengan norma yang dijadikan landasannya.
E. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
9
Adi Widya, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Indonesia, Jurnal Pendidikan Dasar 4 (2019): 30
10
Abdul Kadi et.al, Op.Cit, hal 82.