Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

1 4
Naufal Alief Firmansyah , Rajwa Putri Nabila², Sherlina Yumna Septyani³, Zaini Fasya

1 2
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Kediri, Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah

3 4
Tulungagung, Jombang, Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Nganjuk, Dosen pengampu Dasar-

Dasar Pendidikan, kaprodi S2 PGMI pascasarjana, naufalalief194@gmail.com1,


rajwaputrinabila24@gmail.com2, sherlinalina4@gmail.com3,
zainifasya045@gmail.com4
Abstrak:
A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan proses yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir, sehingga dapat menghasilkan kualitas

yang berkesinambungan, yang ditujukan pada perwujudan sosok manusia masa depan, dan berakar pada nilai-nilai budaya

bangsa serta pancasila. Pendidikan harus menumbuhkembangkan nilai-nilai filososfis dan budaya bangsa secara utuh dan

menyeluruh. Sehingga perlu adanya kajian yang lebih mendalam terhadap pendidikan, maka dari itu pendidikan mulai dipandang

secara filsafat yang merajuk pada kejelasan atas landasan-landasan pendidikan itu sendiri.

Dalam usaha untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh baik dari lembaga pendidikan formal maupun

informal untuk memperoleh manusia yang berkualitas. Agar kualitas yang diharapkan dapat tercapai, diperlukannya penentuan

tujuan pendidikan yang tepat.

Tujuan pendidikan adalah salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari praktik pendidikan. Tujuan

pendidikan berisi nilai-nilai yang akan diwujudkan dalam proses atau kegiatan suatu pendidikan. Oleh karena itu perlu

dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan akhlak sebagai landasan yang sangat penting dalam setiap peradaban

bangsa.

Tujuan pendidikan nasional merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam pendidikan, karena tujuan

merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak dituju oleh pendidikan. Di dalam suatu pelaksanaan pendidikan tentu

saja tidak hanya mengedepankan penanaman semata, melainkan juga penanaman yang dimiliki karakter bangsa. Hal ini

dilakukan untuk membutikan arahan terhadap pelaksanaan dan perkembangan pendidikan di Indonesia.

Membicarakan tujuan pendidikan akan menyangkut sistem nilai dan norma-norma dalam suatu konteks

kebudayaan, baik dalam mitos, kepercayaan, religi, filsafat, ideology, dan sebagainya. Oleh karena pendidikan merupakan suatu

proses sengaja dari suatu generasi penerus yang lebih baik, maka tujuan pendidikan diarahkan oleh perseorangan atau kelompok

suatu generasi yang telah dipikirkan atau disepakati bersama.

Di dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, telah diatur terkait arah dan

cara pendidikan nasional yang didalamnya memuat sejumlah nilai-nilai yang menjadi tujuan pendidikan nasional Indonesia.

Dengan tujuan pendidikan yang telah terurai di dalam undang-undang tersebut arah pendidikan dapat terlihat secara jelas bahwa

pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mempersiapkan generasi bangsa agar menjadi lebih baik.
B. Kajian Teori

` Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk memfasilitasi pengembangan pengetahuan,

keterampilan, sikap, dan nilai-nilai pada individu melalui interaksi dengan lingkungan fisik dan sosialnya (Suryabrata, 2017).

Pendidikan juga dianggap sebagai suatu usaha untuk mengembangkan potensi manusia dan mempersiapkannya untuk menjadi

warga negara yang bertanggung jawab dan bermanfaat bagi masyarakat (Kemendikbud, 2013).

Terdapat beberapa teori dasar dalam pendidikan yang telah berkembang sejak lama. Menurut Kurniawan (2017),

teori-teori tersebut dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

1.Teori Humanistik

Teori Humanistik merupakan salah satu teori dasar dalam pendidikan yang menekankan pada pengembangan pribadi

yang optimal melalui pemberian kebebasan pada individu untuk mengekspresikan diri dan menentukan tujuan hidupnya sendiri

(Kurniawan, 2017). Teori Humanistik mengajarkan bahwa individu memiliki kecenderungan untuk bertumbuh dan berkembang

secara alami dan memperlihatkan kemampuan untuk belajar dengan sendirinya, serta kebutuhan akan penghargaan dan apresiasi

atas pencapaiannya (Murdani, 2014).

Menurut Rogers (dalam McLeod, 2017), pendekatan humanistik mem`andang individu sebagai makhluk yang penuh

potensi dan kreativitas, sehingga proses belajar dapat berlangsung secara optimal jika lingkungan pembelajaran dapat

menciptakan suasana yang mendukung dan memfasilitasi pengembangan potensi individu. Dalam konteks pendidikan,

pendekatan humanistik menekankan pada pentingnya interaksi antara guru dan siswa yang didasarkan pada saling percaya,

empati, dan penghargaan terhadap perbedaan individual dalam belajar (Suyanto, 2019).

2.Teori Behavioristik

Teori Behavioristik merupakan teori dasar pendidikan yang menekankan pada pengaruh lingkungan dan penguatan

(reward) terhadap perilaku individu, sehingga perilaku tersebut dapat ditingkatkan atau diubah (Kurniawan, 2017). Menurut

Skinner (dalam McLeod, 2019), perilaku individu dapat dipelajari melalui penguatan atau hukuman yang diberikan terhadap

perilaku tersebut, sehingga lingkungan pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar dapat memberikan penguatan yang

tepat pada perilaku yang diinginkan.

Dalam pendekatan behavioristik, guru bertanggung jawab untuk merancang lingkungan belajar yang dapat memberikan

penguatan positif pada perilaku siswa yang diinginkan, serta memberikan hukuman yang sesuai pada perilaku yang tidak
diinginkan (Suyanto, 2019). Pada dasarnya, teori behavioristik menempatkan siswa sebagai objek dalam proses belajar dan tidak

memberikan kebebasan pada siswa untuk mengekspresikan diri dan menentukan tujuan belajarnya sendiri.

3.Teori Kognitif

Teori Kognitif merupakan teori dasar pendidikan yang menekankan pada peran pemrosesan informasi dalam belajar dan

pengembangan kognitif individu (Kurniawan, 2017). Menurut Piaget (dalam McLeod, 2018), individu mengembangkan

pemahaman dan pengetahuan baru melalui proses penyesuaian kognitif yang melibatkan dua proses utama, yaitu asimilasi dan

akomodasi.

Proses asimilasi terjadi ketika individu menginterpretasikan informasi baru berdasarkan skema yang telah dimilikinya

sebelumnya, sedangkan proses akomodasi terjadi ketika individu memodifikasi skema yang telah dimilikinya untuk

mengakomodasi informasi baru yang diterimanya (Murdani, 2014). Dalam pendekatan kognitif, guru bertanggung jawab untuk

merancang lingkungan pembelajaran yang dapat memfasilitasi proses asimilasi dan akomodasi pada siswa sehingga terjadi

pemrosesan informasi yang optimal (Suyanto, 2019).

Teori-teori dasar dalam pendidikan tersebut memiliki perbedaan dalam pandangan mengenai peran individu, lingkungan,

dan proses belajar dalam pengembangan individu. Namun, ketiga teori tersebut juga memiliki kesamaan dalam mengakui bahwa

individu memiliki potensi untuk berkembang dan belajar, dan bahwa guru sebagai fasilitator harus menciptakan lingkungan

pembelajaran yang mendukung dan memfasilitasi pengembangan individu.

C. Pengertian Pendidikan Nasional

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bab 1 pasal 1

dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

1
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pengertian pendidikan di sini menegaskan bahwa dalam pendidikan hendaknya tercipta sebuah wadah di mana

peserta didik bisa secara aktif mempertajam dan memunculkan ke permukaan potensi-potensinya sehingga menjadi kemampuan-

kemampuan yang dimilikinya secara alamiah. Definisi ini juga memungkinkan sebuah keyakinan bahwa manusia secara alamiah

memiliki definisi jasad, kejiwaan, dan spiritualitas. Di samping itu, definisi yang sama memberikan ruang untuk berasumsi

bahwa manusia memiliki peluang untuk bersifat mandiri, aktif, rasional, sosial, dan spiritual.

1
Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan, (Bandung: PT Refika Aditama. 2007), 7.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan semua itu juga perlu disusun sistem pendidikan yang merupakan

satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya untuk

2
mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional tersebut.

Adapun pengertian sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan

aktifitas pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Dalam hal ini, sistem pendidikan nasional tersebut merupakan suatu suprasistem, yaitu suatu sistem yang besar dan kompleks,

yang didalamnya tercakup beberapa bagian yang juga merupakan sistem-sistem.

Dalam sistem pendidikan nasional peserta didiknya adalah semua warga negara. Artinya, semua satuan pendidikan

yang ada harus memberikan kesempatan menjadi peserta didiknya kepada semua warga negara yang memenuhi persyaratan

tertentu sesuai dengan kekhususannya, tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, suku bangsa, dan sebagainya. Hal ini

3
sesuai dengan Undang-Undang 1945 pasal 31 ayat 1 berbunyi: "Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran".

Di dalam pendidikan nasional terdapat suatu dasar yang menjadi kekuatan bagi tetap tegaknya suatu bangunan atau

yang lainnya, seperti pada rumah atau gedung, maka pondasilah yang menjadi dasarnya. Begitu pula halnya dengan pendidikan,

dasar yang dimaksud adalah dasar pelaksanaannya, yang mempunyai peranan penting untuk dijadikan pegangan dalam

melaksanakan pendidikan di sekolah-sekolah atau dilembaga-lembaga pendidikan lainnya.

Sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, ada enam prinsip pendidikan nasional.

Ketentuan ini diatur pada Bab II Pasal 4 yang diuraikan dalam enam ayat. Berikut isi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

Pasal 4:

a. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan

menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

b. Pendidikan diselengarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dengan sistem terbuka dan multimakna.

c. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang

berlangsung sepanjang hayat.

d. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan

kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

2
Syafril dan Zelhendri Zen, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: KENCANA. 2017), 126.
3
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005), 124-125
e. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi

4
segenap warga masyarakat.

D. Tujuan Pendidikan Nasional

Setiap kegiatan, apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak sadar, selalu dihadapkan pada tujuan yang ingin

dicapai. Bagaimanpun, segala usaha yang tidak mempunyai tujuan yang tidak akan mempunyai arti apa-apa. Dengan demikian,

tujuan merupakan faktor yang sangat penting dalam setiap kegiatan, termasuk kegiatan pendidikan. cita-cita atau tujuan yang

ingin dicapai harus dinyatakan secara jelas sehingga semua pelaksana dan sasaran pendidikan memahami atau mengetahui suatu

proses kegiatan seperti pendidikan, bila tidak mempunya tujuan yang jelas untuk dicapai, maka prosesnya akan menjadi kabur.

Tentang tujuan pendidikan, Langeveld membedakan tujuan pendidikan menjadi enam, yaitu:

a. Tujuan Umum

Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai di akhir proses pendidikan, yaitu tercapainya kedewasaan

jasmani dan rohani peserta didik. Maksud kedewasaan jasmani adalah jika pertumbuhan jasmani sudah

mencapai batas pertumbuhan maksimal, maka pertumbuhan jasmani tidak akan berlangsung lagi.

Kedewasaan rohani adalah peserta didik sudah mampu menolong dirinya sendiri, mampu berdiri sendiri,

dan mampu bertanggung jawab akan semua perbuatannya.

b. Tujuan khusus

Tujuan khusus adalah tujuan tertentu yang hendak docapai berdasarkan usia, jenis kelamin, sifat, bakat,

inteligensi, lingkungan sosial budaya, tahap-tahap perkembangan, tuntutan syarat pekerjaan, dan

sebagainya.

c. Tujuan tidak lengkap

Tujuan tidak lengkap adalah tujuan yang menyangkut sebagian aspek manusia, misalnya tujuan khusus

pembentukan kecerdasan saja, tanpa memerhatikan yang lainnya. Jadi tujuan tidak lengkap ini bagian dari

tujuan umum yang melengkapi perkembangan seluruh aspek kepribadian.

d. Tujuan sementara

Proses untuk mencapai tujuan umum tidak dapat dicapai secara sekaligus, karenanya perlu ditempuh

setingkat demi setingkat. Tingkatan demi tingkatan diupayakan untuk mencapai tujuan akhir. Itulah yang

4
Syafril dan Zelhendri Zen, Op.Cit, hal 130.
dimaksud tujuan sementara, contohnya anak menyelesaikan pendidikan dijenjang pendidikan dasar

merupakan tujuan sementara untuk selanjutnya melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi seperti sekolah

menengah dan perguruan tinggi.

e. Tujuan intermedier

Tujuan intermedier adalah tujuan perantara bagi tujuan lainnya yang pokok. Misalnya, anak dibiasakan

untuk menyapu halaman, maksudnya agar ia kelak mempunyai rasa tanggung jawab.

f. Tujuan incidental

Tujuan incidental adalah tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu yang sifatnya seketika dan spontan.

Misalnya, orang tua menegur anaknya agar berbicara sopan.

Menurut Bloom, tujuan pendidikan dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Domain kognitif

Domain kognitif meliputi kemampuan-kemampuan yang diharapkan dapat tercapai setelah dilakukannya

proses belajar mengajar. Kemampuan tersebut meliputi pengetahuan, pengertian, penerapan, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Keenam kemampuan tersebut bersifat hierarkis. Artinya, untuk mencapai semuanya

harus sudah memiliki kemampuan sebelumnya.

b. Domain afektif

Domain afektif beruapa kemampuan untuk menerima, menjawab, menilai, membentuk , dan

mengkarakterisasi.

c. Domain psikomotor

5
Terdiri dari kemampuan persepsi, kesiapan, dan respons terpimpin.

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sekolah hanyalah

pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam

keluarga . Agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai maka dibutuhkan peran serta keluarga dan masyarakat dalam

pendidikan.

a. Peran Keluarga

5
Abdul Kadir et.al, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP. 2012), 81-83.
Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan satu kesatuan hidup (sistem sosial), dan keluarga menyediakan

situasi belajar. Sebagai satu kesatuan hidup bersama (sistem sosial), keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ikatan

kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih, hubungan antarpribadi, kerja sama,

disiplin, tingkah laku yang baik, serta pengakuan akan kewibawaan.

Sementara itu, yang berkenaan dengan keluarga menyediakan situasi belajar, dapat dilihat bahwa bayi dan anak-

anak sangat bergantung kepada orang tua, baik karena keadaan jasmaniahnya maupun kemampuan intelektual, sosial,

dan moral. Bayi dan anak belajar menerima dan meniru apa yang diajarkan oleh orang tua.

Adanya kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara kontinu perlu dikembangkan kepada

setiap orang tua sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua,

tetapi telah didasari oleh teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman yang cenderung selalu

berubah.

Tugas utama keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan

hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang

lain. Di dalam UU Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional pasal 10 ayat (4) dinyatakan bahwa:

Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan

6
yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan.

Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang tuanya. Begitu juga sangat diperlukan

kepercayaan orang tua terhadap sekolah (pendidik) yang menggantikan tugasnya selama di ruangan sekolah. Hal ini sangat

penting untuk diperhatikan, mengingat akhir-akhir ini seringnya terjadi tindakan-tindakan kurang terpuji dilakukan anak didik,

7
sementara orang tua seolah tidak mau tahu, bahkan cenderung menimpakan kesalahan kepada sekolah.

Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan

menghargai segala usahanya. Begitu juga orang tua harus menunjukkan kerjasamanya dalam mengarahkan cara anak belajar di

rumah, membuat pekerjaan rumahnya , tidak disita waktu anak dengan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, orang tua harus

berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar.

b. Peran masyarakat

6
M. Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2013), 87-89.
7
Ibid, hal 90.
Masyarakat merupakan lembaga ketiga sebagai lembaga pendidikan, dalam konteks penyelenggaraan pendidikan

itu sendiri besar sekali perannya. Bagaimanapun kemajuan dan keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan

oleh peran serta masyarakat yang ada. Tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat, jangan harapkan pendidikan dapat

berkembang dan tumbuh sebagaimana yang diharapkan.

Oleh karena itu, sebagai salah satu lingkungan terjadinya kegiatan pendidikan, masyarakat mempunyai pengaruh

yang sangat besar terhadap berlangsungnya segala aktivitas yang menyangkut masalah pendidikan. Apalagi bila dilihat dari

materi yang digarap, jelas kegiatan pendidikan baik yang termasuk jalur pendidikan sekolah maupun yang jalur pendidikan luar

sekolah, berisikan generasi muda yang akan meneruskan kehidupan masyarakat itu sendiri. Untuk itu bahan apa yang akan

diberikan kepada anak didik sebagai generasi tadinharus disesuaikan dengan keadaan dan tuntutan masyarakat dimana kegiatan

pendidikan berlangsung. Berikut ini adalah beberapa peran dari masyarakat terhadap pendidikan:

1. Masyarakat berperan serta dalam mendirikan dan membiayai sekolah.

2. Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu dan mendukung cita-cita dan kebu-

tuhan masyarakat.

3. Masyarakatlah yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung museum, perpustakaan, panggung-

panggung kesenian, kebun binatang, dan sebagainya.

4. Masyarakatlah yang menyediakan berbagai sumber untuk sekolah. Mereka dapat diundang ke sekolah untuk mem-

berikan keterangan-keterangan mengenai suatu masalah yang sedang dipelajari anak didik. Orang-orang yang punya

keahlian khusus banyak sekali terdapat di masyarakat, seperti petani, peternak, saudagar, polisi, dokter, dan sebagainya.

5. Masyarakatlah sebagai sumber pelajaran atau laboratorium tempat belajar. Di samping buku pelajaran , masyarakat

memberi bahan pelajaran yang banyak sekali, antara lain seperti aspek alami industri, perumahan, transportasi, perke-

8
bunan, pertambangan, dan sebagainya.

Pendidikan sebagai sebuah aktivitas tidak lepas dari fungsi dan tujuan. Mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun

2003 tentang sistem pendidikan nasional fungsi pendidikan yaitu Pasal 3 yang menyatakan bahwa "Pendidikan Nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi warga yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara

8
Ibid, hal 100.
yang demokratis serta bertanggung jawab". Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari

kebodohan dan ketertinggalan serta fungsi pendidikan di Indonesia menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

9
kehidupan bangsa.

Fungsi utama pendidikan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, kepribadian serta peradaban yang

bermartabat dalam hidup dan kehidupan atau dengan kata lain pendidikan berfungsi memanusiakan manusia agar menjadi

10
manusia yang benar sesuai dengan norma yang dijadikan landasannya.

E. Simpulan

DAFTAR PUSTAKA

Latif, Abdul, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan, PT Refika Aditama,2007.


Syafril dan Zelhendri Zen, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, KENCANA,2017.
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada,2005.
Kadir, Abdul et.al, Dasar-Dasar Pendidikan, PRENADAMEDIA GROUP,2012.
Sukardjo, M dan Ukim Khomarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, PT Raja Grafindo Persada,
2013.
Widya, Adi. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Indonesia. Jurnal Pendidikan Dasar 4 (2019): 30

9
Adi Widya, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Indonesia, Jurnal Pendidikan Dasar 4 (2019): 30
10
Abdul Kadi et.al, Op.Cit, hal 82.

Anda mungkin juga menyukai