Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ALIRAN FILSAFAT

PROGRESIVISME

MAULINDA SRI FAUZIAH MACHMUD

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PGRI KANJURUHAN MALANG

molinpcy@gmail.com

Abstrak :

Tujuan penulisan artikel ini yakni untuk mengetahui pemahaman tentang pengimplementasian
pendidikan karakter berbasis aliran filsafat progresivisme. Metode penelitian yang digunakan
oleh penulis dalam menyusun artikel ilmiah ini adalah studi kepustakaan. Dalam metode
tersebut penulis menggunakan buku-buku dan berbagai artikel ilmiah sebagai referensi untuk
membedah lebih lanjut tentang judul artikel ini dan yang berkaitan dengan pendidikan
karakter, aliran filsafat progresivisme serta pengimplementasian aliran filsafat progresivisme
dalam pendidikan karakter. Dengan artikel ini pembaca diharapkan dapat memahami
pengertian pendidikan, pendidikan berkarakter, filsafat, filsafat progresivisme, pembaca juga
dapat mengetahui bentuk-bentuk peranan filsafat progresivisme terhadap pendidikan karakter
serta mampu menerapkan aliran progresivisme dalam pendidikan berkarakter dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik melalui lingkungan yang ada disekitarnya seperti sekolah,
guru, orang tua, dan masyarakat.

Kata kunci : Pendidikan, pendidikan karakter, filsafat pendidikan, filsafat progresivisme,


peranan filsafat progresivisme

A. PENDAHULUAN

Pendidikan didefinisikan sebagai suatu sistem kegiatan mendidik dan mengajar


menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pendidikan menurut Firman dan
Marisyah (2019) adalah suatu proses yang memanusiakan manusia. Nilai dan karakter
setiap orang berubah sebagai hasil dari pendidikan dan pengajaran dan dapat
menentukan tingkat kedewasaan mereka.

Pendidikan karakter membantu menanamkan moral yang kuat pada generasi


muda, menciptakan generasi yang bermanfaat bagi bangsa (Sofyan.dkk, 2018).
Pendidikan karakter berupaya memaksimalkan kapasitas setiap orang untuk
mewujudkan kebajikan dalam kehidupannya (Koesoema, 2007). Seseorang dapat
mengetahui banyak hal tentang suatu individu dengan melihat asosiasi, pemikiran, dan
kepribadian mereka.
Cabang etimologi mengklaim bahwa kata karakter dalam bahasa Yunani
charassein (toengrave), yang juga berarti memahat, menggambarkan, atau menandai.
Dalam KBBI, karakter disebut sebagai sifat kejiwaan, tingkah laku, dan akhlak
seseorang. Perilaku yang baik atau terpuji dan menjadi sebuah keteladanan di
lingkungan bangsa merupakan wujud dari karakter yang baik.

Pembelajaran dan pendidikan tentang perkembangan peradaban manusia


merupakan aspek penting yang tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan dengan
kehidupan manusia dan kualitas sumber dayanya. Peningkatan kualitas sumber daya
manusia membutuhkan peranan dari pendidikan untuk dapat mencerdaskan peserta
didik yang sesuai dengan cita-cita yang diharapkan bangsa Indonesia. Kualitas
pendidikan tiap warga negara menjadi penentu kemajuan negaranya. Pendidikan
memungkinkan orang untuk menjadi pribadi yang memiliki pemikiran logis dan sapat
meningkatkan kemampuan yang dimilikinya.

Ada begitu banyak kasus yang berkaitan dengan karakter di bidang pendidikan
yang seakan-akan standar aturan atau norma mulai dilanggar. Fakta saat ini
menunjukkan bahwa moral atau karakter bangsa Indonesia kini mulai mengalami
kelunturan. Indonesia telah mengalami beberapa permasalahan dan bencana nasional
sebagai akibat dari kemerosotan moral atau karakter pada masyarakatnya, yang telah
mempengaruhi berbagai dalam bidang kehidupan sosial, agama, hukum serta
politiknya.

Data KPAI menunjukkan terdapat 161 kasus di bidang pendidikan hingga akhir
Mei 2018 yang didapat oleh peneliti pada 10 Juli 2018, dengan informasi korban
tawuran sebanyak 23 kasus, pelaku tawuran 31 kasus, anak-anak korban kekerasan
atau perundungan sebanyak 36 kasus, anak yang menjadi pelaku kekerasan atau
perundungan sejumlah 41 kasus, dan peserta didik yang dikeluarkan dari sekolah
dilatar belakangi oleh kebijakan sekolah sejumlah 30 kasus. Hal tersebut terjadi terjadi
sebab dalam pengembangan karakter dalam konteks lingkungan hidupnya kurang
optimal. Jika dilihat dari jumlah kejadiannya, peserta didik yang terlibat dalam sejumlah
perilaku tersebut menunjukkan bahwa terjadi kemerosotan karakter seseorang yang
serius. Hal lain yang menjadi permasalahan atau tantangan bagi Indonesia yakni
kurangnya pemahaman tentang etika, ancaman daya saing antar bangsa yang
rendah, kurangnya kegiatan berolahraga menyebabkan melemahnya fisik anak
Indonesia.

Gerakan Pendidikan Karakter menjadi penguat identitas bangsa Indonesia


untuk meningkatkan sumber daya manusia dan mewujudkan persaingan yang unggul
dengan keterampilan yang dimiliki anak bangsa. Untuk memulihkan moral yang hampir
runtuh, maka pendidikan sangat berperan penting dalam pembentukakn karakter para
peserta didik. Sekolah merupakan salah satu sumber daya bagi sistem pendidikan.
Penanaman karakter siswa dapat dikembangkan di lingkungan sekolah yang bertujuan
untuk menciptakan individu yang berintelektual dan bermoral. Sekolah memiliki peran
penting dalam pendidikan karakter untuk seluruh siswanya. Dengan munculnya
program gerakan pendidikan karakter, kegiatan pembiasaan atau adaptasi dan
pembelajaran bisa dipadukan untuk proses pembentukan karakter. Secara tidak
langsung pembiasaan maupun penanaman pendidikan karakter yang di lakukan di
sekolah dapat membentuk kultur di suatu lembaga pendidikan yaitu sekolah (Pusat
Kurikulum, 2010).

Agar pola pikir individu berubah menjadi rasional yang berdampak pada
pengembangkan karakter yang baik dan sesuai dengan karakter bangsa Indonesia,
diperlukan juga peranan filosofi atau filsafat pendidikan. Menurut Effendi (2021),
filsafat adalah pengetahuan tentang keberadaan dan penerapan akal untuk menjalani
kehidupan dan menemukan kebenaran. Adapun filsafat pendidikan terdiri dari aliran
progresivisme, perenialisme, rekontruksionisme, dan esensialisme.

Salah satu filsuf bernama John Dewey yang memelopori aliran filsafat
progresivisme. Proses pendidikan filsafat progresivisme berpusat pada siswa, guru
hanya berperan menjadi fasilitator. Siswa perlu dipersiapkan untuk mampu
menghadapi dan mengatasi masalah (Fadlillah, 2017). Sementara ada beberapa nilai
pendidikan karakter yang dapat diaplikasikan dalam aliran filsafat progresivisme. Hal
tersebut diharapkan pada siswa untuk mampu menyelesaikan permasalahan serta
potensi yang dimilikinya dapat berkembang.

Dengan banyaknya permasalahan penyimpangan perilaku dengan moral


peserta didik menjadi penyebab menurunnya akhlak dan moral pada peserta didik.
Akibatnya peranan sekolah banyak dipertanyakan tentang pengoptimalan dalam
mendidik dan membentuk karakter peserta didik. Permasalahan tersebut menjadi daya
tarik bagi penulis untuk mengupas dan menganalisis lebih lanjut mengenai peranan
aliran filsafat progresivisme dalam membangun pendidikan karakter. Sehingga penulis
mengambil judul Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Aliran Filsafat
Progresivisme.

Untuk mengupas dan membahas lebih lanjut mengenai judul diatas, penulis
memecahnya menjadi beberapa sub tema. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
pembaca dalam memahami isi artikel. Sub tema yang akan dibahas adalah sebagai
berikut: 1) Pengertian pendidikan karakter; 2) Pengertian filsafat pendidikan; 3) Aliran
filsafat progresivisme; 4) Peranan filsafat progresivisme dalam pembentukan karakter.

B. METODE
Dalam penulisan artikel ini penulis menggunakan metode studi kepustakaan.
Dalam metode ini penulis menggunakan buku-buku serta artikel-artikel ilmiah ataupun
jurnal sebagai referensi untuk membedah lebih lanjut tentang judul artikel yang
digarap. Penggunaan studi kepustakaan dilakukan dengan cara memahami,
menganalisis, menggali dan mengevaluasi dari berbagai sumber-sumber kajian yang
digunakan.
Penggunaan metode studi kepustakaan atau tinjauan literatur memiliki
manfaat untuk menghasilkan ide-ide yang akan menjadi landasan untuk penelitian.
Pendekatan ini memiliki keuntungan yang memungkinkan penulis untuk
mengklarifikasi dan membahas topik yang diteliti. Sementara sumber yang digunakan
penulis sebagian berasal dari buku, artikel, jurnal ilmiah, dan berasal dari hasil
penelitian. Yang kemudian akan dibuat kesimpulan dengan menggabungkan pokok-
pokok pembahasan yang merupakan hasil dari sejumlah sumber yang dikutip oleh
penulis dan dituangkan dalam artikel.

C. PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan Karakter


Konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yang juga dikenal sebagai
Bapak Pendidikan Nasional Indonesia yaitu upaya membina kelangsungan hidup
yang ideal pada anak di lingkungannya dengan membina watak, sikap, dan
pertumbuhannya (Taman Siswa, 1977). Dalam sistem pendidikan yang
dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara “ing ngarsa sang tuladha, ing madya
mangun karsa, dan tut wuri handayani” yang menjadi pedoman dalam
pengembangan pendidikan. Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa pendidikan
harus bersifat nasional yang berarti pendidikan harus konsisten secara nasional
dengan tetap menghormati adat istiadat di daerahnya. Tatanan bangsa Indonesia
yang terdiri dari beberapa suku, etnis, dan kepercayaan, harus dididik dengan cara
yang sama dalam hal pembangunan pendidikan karakter.

Pendidikan adalah suatu usaha yang diselenggarakan secara sistematis dalam


perwujudan dari proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan kemampuannya untuk memperkuat kepribadian, penguasaan
diri, kecerdasan, agama yang dianutnya. Dalam potensi atau bakat yang
diperlukan dirinya maupun dalam masyarakat dan lingkungannya, maka
pendidikan adalah suatu usaha yang diselenggarakan secara sistematis dalam
perwujudan dari proses pembelajaran. Hal ini tertuang dalam UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan.

Pendidikan utamanya memiliki tujuan untuk mendukung manusia menjadi


individu yang lebih cerdas dan berperilaku yang baik. Dalam menciptakan individu
yang cerdas mungkin prosesnya sederhana, tetapi menjadikan individu yang
bermoral tampaknya jauh lebih menantang. Oleh sebab itu, tidak heran jika
disebutkan bahwa permasalahan moral merupakan persoalan yang serius dalam
kehidupan manusia dimanapun berada. Faktanya bagaimanapun seriusnya
persoalan moral ini membuat implementasi pendidikan karakter menjadi sesuatu
sangat penting (Depiyanti, 2012).

Karakter dalam bahasa Yunani berarti “menandai” serta menitikberatkan pada


penerapan nilai-nilai moral berupa tingkah perilaku seseorang. Seorang individu
dianggap memiliki karakter yang buruk apabila orang tersebut bertingkah laku
kasar, berbohong, egois maupun perbuatan negatif lainnya. Selain itu karakter
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan akhlak dan budi pekerti, watak,
sifat individu yang dapat membedakan tiap-tiap individu dengan yang lainnya.

Menurut Simon Philips, karakter adalah sekumpulan prinsip dan nilai yang
membentuk kerangka keyakinan, sikap, dan tindakan seseorang (Muslich, 2011).
Karakter merupakan suatu kepribadian yang dapat dinilai dari sudut pandang etika
atau moral. Karakter identik dengan moral, moralitas yaitu cara berpikir, perasan,
perkataan, dan tindakan (Asmani, 2011). Selain itu menurut Koesoema (2007)
kepribadian adalah suatu sifat yang dimiliki seseorang baik yang bersifat intrinsik
maupun ekstrinsik yang dibentuk oleh lingkungannya.

Seseorang akan dibimbing dan diarahkan dengan karakter guna memutuskan


apakah sesuatu yang dilakukan itu baik atau buruk. Karakter suatu individu akan
berkembang dengan sendirinya dengan adanya bantuan dan motivasi dari faktor
lingkungannya. Keluarga, pendidikan, dan masyarakat memiliki peranan sebagai
pendukung yang utama dalam pembangun pembentukan karakter. Karakter di
setiap masing-masing individu dipengaruhi oleh aspek keturunan dan lingkungan.
Menurut beberapa psikolog mengklaim bahwa setiap perkembangan manusia
memiliki potensi dari keturunan atau bawaan dari lahir, termasuk potensi yang
terkait dengan sifat-sifat atau cita-cita yang berhubungan dengan moral.

Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terancang untuk


menanamkan nilai-nilai pada peserta didik sehingga mereka memahami perilaku
atau sikap yang positif. Pendidikan karakter lebih berpusat pada kegiatan atau
aktivitas bukan hanya pada materi saja. Aktivitas dalam bentuk mengiringi,
mencerminkan, dan melingkupi pada proses pembelajaran sebagai pembiasaan
perilaku dan sikap positif (Baginda, 2018).

Menurut Halim (2017), pendidikan karakter adalah suatu cara untuk


mengembangkan dan menanamkan karakter pada peserta didik supaya mereka
berkembang menjadi manusia yang mampu berinteraksi dan mewujudkan
kedamaian bersama makhluk hidup lainnya. Sementara itu, pendidikan karakter
menurut Yudi Latif (2009) yaitu suatu hal yang mengacu pada berbagai aspek
pengajaran dan pembelajaran untuk pertumbuhan pribadi seseorang. Pendidikan
karakter juga bisa dikatakan sebagai strategi pendekatan yang menghubungkan
kehidupan sosial dengan perkembangan moralnya.

Pada akhirnya pendidikan karakter juga mengarah pada pembentukan tingkah


laku dan pola pikir anak bangsa. Ramli (2003) juga mengutarakan pendidikan
karakter merupakan suatu ajaran pendidikan yang mengutamakan makna
mengenai akhlak dan moral yang bertujuan dalam proses pembentukan pada
kepribadian baik pada peserta didik. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi mengemukakan yakni pendidikan karakter bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar mampu membentuk menjadi manusia
yang baik akal budi dan perilakunya dan mengembangkan kemampuan yang
dimiliki tiap-tiap warga negara sehingga dapat menciptakan perilaku percaya diri,
cinta sesama serta bangsa dan negara.

Tujuan dari pendidikan karakter yaitu untuk meningkatkan efektivitas kegiatan


belajar mengajar yang memfokuskan pada pembentukan karakter peserta didik
secara menyeluruh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan kriteria kompetensi
lulusan (Kurniasih dan Sani, 2017). Dengan menerapkan pendidikan karakter akan
berguna dalam penyelesaian masalah peserta didik serta mampu menjalani
kehidupan yang lebih baik. Tidak hanya itu, dapat juga membuat siswa selalu
Bahagia dalam menjalani sebuah kehidupan.

2. Filsafat Pendidikan

Philoshopia yakni kata yang berasal dari bahasa Yunani dan memiliki arti
filsafat. Dalam bahasa Yunani philo yang berarti cinta dan shopia yang berarti bijak
atau kebijakan. Oleh karena itu Poedjawijatna beranggapan bahwa arti kata
filsafat yaitu cinta terhadap kebijakan. Definisi filsafat menurut Hasan (2015),
filsafat merupakan usaha manusia yang bertujuan untuk memanifestasi kebenaran
dengan pola pikir yang terstruktur. Dapat dikemukakan dari beberapa pengertian
filsafat pendidikan diatas, filsafat pendidikan adalah suatu upaya penerapan yang
sistematis dari filsafat yang menjadi dasar untuk seseorang dalam meningkatkan
kualitas hidup mereka.

Bernadip mengemukakan bahwa filsafat dipandang secara terorganisir dan


menyeluruh (Jalaluddin & Idi,2013). Pandangan secara terorganisir atau sistematis
karena di dalam penerapannya menggunakan pola pemikiran yang kritis, logis, dan
tentunya sistematis. Sedangkan pada pandangan yang menyeluruh, karena
dalam mempelajari filsafat tidak hanya mencari pengetahuan saja tetapi juga
mendapatkan pemahaman tentang apa yang ada di dalam pengetahuan tersebut.
Dalam situasi ini, berpikir secara filosofis mengantarkan seseorang pada cara
berpikir yang radikal, sistematis, menyeluruh, dan mendasar untuk menganalisis
suatu persoalan yang kompleks.

Pendidikan dan filsafat adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dan saling
berkaitan. Hal tersebut dikarenakan pendidikan melibatkan kegiatan pewarisan
nilai-nilai filosofis yang tercipta untuk menjalani dan mencukupi kebutuhan di
kehidupan yang lebih ideal. Peradaban bangsa dibangun atas dasar cita-cita dan
tujuan filsafat untuk menghasilkan pendidikan. Filsafat pendidikan kemudian
muncul sebagai landasan bagi perkembangan pemikiran dan perilaku seseorang.
Hubungan filsafat dan pendidikan yang berlangsung bermula dari kultural atau
budaya yang menghasilkan filsafat pendidikan (Gandhi,2011).

3. Aliran Filsafat Progresivisme

Hadirnya aliran filsafat progresivisme ini dilatar belakangi oleh beberapa tokoh,
salah satu tokoh yang menjadi pelopor hadirnya aliran filsafat progresivisme
adalah John Dewey. Menurutnya aliran progresivisme ini lebih memprioritaskan
pada aspek manfaat pendidikan untuk keefektifan dalam hidup. Aliran
progresivisme didefinisikan oleh Isna (2017) yaitu aliran yang memberikan
perubahan dan memprioritaskan ilmu pengetahuan, kemampuan berpikir
seseorang dan pendidikan karakter pada peserta didik agar dapat menyelesaikan
masalah dengan pola pikir yang sistematis.
Salah satu aliran dalam aliran filsafat yakni aliran progresivisme merupakan
salah satu aliran yang dijadikan dasar atau landasan dalam proses
mengembangkan pendidikan karakter. Dalam aliran progresivisme pendidikan
dipandang sebagai proses realisasi perkembangan (Ma’ruf,dalam Fadlillah, 2017).
Tujuan dari filsafat progresivisme di dalam sebuah pendidikan harus fokus pada
pemberian pengalaman secara empiris kepada siswa, pada akhirnya dalam
membentuk karakter diri siswa harus dapat mempunyai kepribadian untuk terus
mencoba hal baru dan belajar. Selain itu, pendidikan juga dapat menjadi sumber
pengalaman dan upaya untuk memecahkan masalah di kehidupan serta dapat
menemukan solusi pada setiap masalahnya.

Menurut Muttaqin (2016), filsafat progresivisme berusaha mengidentifikasi dan


mencoba mengembangkan prinsip yang progresif di kehidupan untuk membantu
orang memecahkan semua permasalahan dalam hidup, dan sekolah mempercayai
bahwa lingkungan dapat mempengaruhi cara mengembangkan setiap kepribadian
masing-masing. Aliran progresivisme ini memandang metode atau bentuk
pemecahan masalah dalam pendidikan dengan masalah di dunia nyata yang
relevan secara kontekstual (Faiz dan Kurniawaty, 2020). Menurut Febriani (2021),
dari segi pendidikan proses dimana kehidupan manusia tumbuh dan berkembang
dipandang sebagai satu kesatuan. Hal ini dimaksudkan dengan konsep aliran
filsafat progresivisme, yaitu membawa perubahan, dapat mengembangkan potensi
dalam diri, dan membantu dalam menyeselesaikan permasalahan yang
selanjutnya dapat diimplementasikan pada pendidikan karakter di sekolah.

Aliran filsafat progresivisme ini mengedepankan adanya realitas perubahan


yang terjadi. Dengan harapan peserta didik mampu beradaptasi dalam kehidupan
dan mampu memecahkan berbagai permasalahan yang dialami. Kedudukan
peserta didik dalam proses pembelajaran bukan lagi menjadi objek melainkan
menjadi peserta didik yang selalu aktif dalam pembelajaran berlangsung.
Sedangkan guru dalam aliran progresivisme ini berperan sebagai fasilitator,
inovator, serta motivator bagi oeserta didik yang diajarnya. Aliran filsafat
progresivisme menjadi salah satu aliran yang digunakan sebagai landasan atau
pedoman dalam proses pengembangan pendidikan karakter.

4. Peranan Filsafat Progresivisme Dalam Pembentukan Karakter


Menurut Yudianto dan Fauzi (2021), aliran progresivisme ini berperan menjadi
landasan serta dasar dalam menerapkan pendidikan karakter. Aliran memberikan
penekanan pada proses pengembangan diri siswa untuk bagaimana berpikir
jernih, disiplin, berinteraksi dengan orang lain, dan bersikap demokratis yang
bertujuan mengembangkan kemampuan siswa dalam pemecahan dan proses
penanganan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Pembelajaran di kelas
harus berorientasi pada siswa bukan pada guru, guru dapat memberi siswa
kesempatan untuk belajar sendiri melalui pengalaman, menginspirasi mereka, dan
melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan yang memenuhi kebutuhan mendasar
mereka.
Penanaman pendidikan karakter harus berdasarkan dengan etika, moral, dan
nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter. Dalam pendidikan karakter
pasti ada nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Kusnoto (2017) membagi nilai-
nilai dasar pendidikan karakter menjadi 5 kategori :
a) Nilai religius yang memberlakukan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
b) Nilai nasionalis, dengan mengedepankan kepentingan bangsa dan negara
daripada kepentingan kelompok ataupun individu.
c) Nilai mandiri, sebuah perilaku yang tidak bergantung pada orang lain dalam
mewujudkan suatu hal.
d) Nilai gotong royong dengan cara menyelesesaikan suatu permasalahan secara
bersama-sama atau kerjasama.
e) Nilai integritas, melakukan sebuah tindakan baik perbuatan maupun perkataan
yang dapat dipercaya.

Nilai pendidikan karakter tersebut dapat dikembangkan pada peserta didik


sesuai dengan minat dan bakatnya.

Dalam mempelajari aliran progresivisme dapat dikaitkan dengan pendidikan


karakter, dengan cara guru menerapkan sikap yang teladan serta dapat
mencontohkan perilaku baik kepada siswanya. Seorang guru adalah panutan
utama dalam pembentukan karakter siswa dan sikap guru sebagai penentu karena
siswa akan mencontoh apa yang guru katakan dan lakukan (Febriani, 2021).
Seorang pendidik atau guru harus menjadi contoh yang baik sebab sebuah
kepribadian dan sikap guru menjadi cerminan diri bagi siswa. Tidak hanya itu,
implementasinya bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa metode.

Menurut penelitian yang telah dilakukan Yudianto, dkk (2021) beberapa


metode yang telah digunakan yaitu metode knowing the good, feeling the good,
dan acting the good.
a) Metode knowing the good yaitu memberikan siswa pemahaman dan
pengetahuan tentang hal-hal yang baik.
b) Metode feeling the good yaitu mendorong siswa untuk dapat merasakan
tentang suatu hal-hal yang baik.
c) Sedangkan, metode yang terakhir yakni acting the good adalah suatu
ketergantungan dari siswanya, ketika siswa merasakan suatu kebaikan
maka dia akan melakukan atau menerapkan hal baik juga.

Cara-cara tersebut bisa diterapkan agar peserta didik mampu melakukan


perilaku atau sikap yang positif dan memiliki tujuan agar berguna bagi orang
disekitarnya juga. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mar'atul (2018) bahwa
dalam mengembangkan karakter sopan dan santun siswa itu semua dari dorongan
sebuah model sikap yang teladan dari seorang guru. Oleh karena itu, guru sangat
berpengaruh moral setiap siswa yang berhubungan dengan mengembangkan tiap
karakter siswanya.
D. KESIMPULAN

Pendidikan merupakan salah satu hal yang diselenggarakan secara sistematis dalam
perwujudan dalam sebuah proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif
meningkatkan kemempuannya untuk memperkuat kepribadian diri, kecerdasan, serta
agama yang dianutnya. Sebuah potensi atau bakat yang diperlukan dirinya maupun dalam
masyarakat dan lingkungannya. Pendidikan memiliki tujuan untuk mendukung manusia
menjadi individu yang lebih cerdas dan berperilaku yang baik. Dalam membangun individu
yang cerdas mungkin prosesnya sederhana, tetapi menjadikan individu yang bermoral
tampaknya jauh lebih menantang. Hadirnya aliran filsafat progresivisme ini dilatar
belakangi oleh beberapa tokoh, salah satu tokoh yang menjadi pelopor hadirnya aliran
filsafat progresivisme adalah John Dewey. Menurutnya aliran progresivisme ini lebih
memprioritaskan pada aspek manfaat pendidikan untuk keefektifan dalam hidup. Aliran
progresivisme didefinisikan oleh Isna yaitu aliran yang memberikan perubahan dan
memprioritaskan ilmu pengetahuan, kemampuan berpikir seseorang serta pedidikan
karakter pada peserta didik agar dapat menyelesaikan masalah dengan pola pikir yang
sitematis. Salah satu aliran dalam aliran filsafat yakni aliran progresivisme merupakan
salah satu aliran yang dijadikan dasar atau landasan dalam proses mengembangkan
pendidikan karakter. Tujuan dari filsafat progresivisme di dalam sebuah pendidikan harus
fokus pada pemberian pengalaman secara empiris kepada siswa, pada akhirnya dalam
membentuk karakter diri siswa harus dapat mempunyai kepribadian untuk terus mencoba
hal baru dan belajar. 
DAFTAR RUJUKAN

Komara, E.(2018). PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN PEMBELAJARAN


ABAD 21. SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports &
Health Education, 4(1)
Yudianto dan Endang Fauziati.(2021). PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DALAM
PENDIDIKAN KARAKTER DITINJAU DARI ALIRAN PROGRESIVISME. Jurnal
Sosial dan Teknologi (SOSTECH) 1(8)
Siti Khomairroh, Muhammad Nurwahidin, Sudjarwo.(2022). IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN KARAKTER PADA LEMBAGA PENDIDIKAN FORMAL
MENURUT KAJIAN FILSAFAT PROGRESIVISME. Jurnal Pendidikan Dasar
Dan Sosial Humaniora 1(12)
Pristiwanti, dkk.(2022). PENGERTIAN PENDIDIKAN. Jurnal Pendidikan dan
Konseling, 4(6)
Mudana.(2019). MEMBANGUN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT
PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA. Jurnal Filsafat Indonesia 2(2)
Saadah, dkk.(2022). PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI
“TAMSISKU”(PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN PROGRESIVISME).
Jurnal Eduscience (JES) 9(2)
Umar, F.(2022). PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN SURAT LUQMAN
AYAT 12-19. Tafsir Tarbawi
Samrin. (2016). PENDIDIKAN KARAKTER (SEBUAH PENDEKATAN NILAI). Jurnal
Al-Ta’dib 9(1)
Djamaluddin, A.(2019). FILSAFAT PENDIDIKAN. Jurnal Pendidikan dan Pemikiran
Islam 1(2)
Effendi,Yulius.R. (2013) HUBUNGAN FILSAFAT, PENDIDIKAN, DAN KURIKULUM.
(DOC) HUBUNGAN FILSAFAT, PENDIDIKAN, DAN KURIKULUM | Yulius R U
S T A N Effendi - Academia.edu

Anda mungkin juga menyukai