Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PEMBENTUKAN NILAI KARAKTER DAN MORAL

Disusun oleh:
MEYSA NUR AFIFA, NIM P27220022027

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
DAFTAR ISI:

BAB I 1
PENDAHULUAN
BAB I 2
PEMBAHASAN
BAB III 3
PENUTUP
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami karunia
nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan terus dapat
menimba ilmu di Poltekkes Kemenkes Surakarta. Penulisan makalah ini merupakan sebuah
tugas dari dosen mata kuliah etika keperawatan . Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari, dan
menambah ilmu dalam bermoral dan memiliki nilai karakter sebagai perawat di Lembaga
Kesehatan dengan baik dan benar.

Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap perbaikan, kritik dan saran
yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi saya
sendiri umumnya para pembaca makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pendidikan moral bukanlah sebuah topik baru dalam pendidikan. Pada kenyataanya,
pendidikan moral ternyata sudah seumur pendidikan itu sendiri. Berdasarkan
penelitian sejarah dari seluruh negara yang ada di dunia ini, pada dasarnya pendidikan
memiliki dua tujuan, yaitu membimbing para generasi muda untuk menjadi cerdas
dan memiliki perilaku berbudi.Membimbing anak untuk menjadi cerdas merupakan
hal yang mudah tetapi membimbing anak untuk menjadi baik atau memiliki perilaku
berbudi bukanlah hal yang mudah. Masalah moral yang menjadi perhatian di
lingkungan mahasiswa yaitu masalah kenakalan dan kurangnya sopan santun dalam
berperilaku. Seperti masalah ketamakan, ketidakjujuran, tindak kekerasan,
penyalagunaan narkoba, tindakan bunuh diri, pemerkosaan, pencurian dan tawuran
antar pelajar. Maraknya berbagai tanyangan negatif yang bebas dikonsumsi para
pelajar makin kuat mempengaruhi pribadi mereka. Masalah moral inilah yang
kemudian menempatkan pentingnya penyelenggaraan pendidikan karakter. Karakter
merupakan cerminan kepribadian seseorang secara utuh atau kepribadian utama.

2. Tujuan Pembahasan
 Untuk memenuhi tugas mata kuliah etika keperawatan

3. Manfaat
1.) Menambah wawasan tentang moral dan nilai karakter
2.) Mendapat ilmu baru bagaimana sikap moral dan nilai karakter seorang perawat
yang baik
3.) Mengetahui cara-cara mendidik moral dan nilai karakter seseorang
BAB II
PEMBAHASAN

1. PEMBENTUKAN NILAI KARAKTER


Judul: "SASTRA DALAM PEMBENTUKAN NILAI KARAKTER"
Oleh: Ririn Ayu Wulandari
P= Siswa, SMA, 16 tahun, 10 siswa
I= Karya sastra
C= Tulisan tangan dan Tontonan hiburan
O= Nilai
ISI:
Bahasa Indonesia berperan penting untuk membentuk karakter dan kepribadian Indonesia
melalui penggunaannya bahasa Indonesia seperti keterampilan berbicara, menyimak,
membaca, dan menulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang benar. Terkait peran
sastra dalam pembelajaran bagi siswa, yang diungkapkan oleh Tarigan menyatakan bahwa
sastra sangat berperan dalam pendidikan anak,yaitu:
1.) Pengembangan bahasa
2.) Pengembangan kognitif
3.) Pengembangan kepribadian
4.) Pengembangan sosial
Karya sastra dapat berfungsi sebagai media katarisis (pembersih diri). Aristoteles seorang
filsuf dan ahli sastra menyatakan salah satu fungsi sastra adalah sebagai media katarisis atau
pembersih jiwa bagi penulis maupun pembacanya. Sastra sebagai media katarisis dalam
pembelajaran sastra dapat dimanfaatkan secara reseptif dan ekspresif.
Pandangan siswa ke dalam bentuk kreativitas menulis karya sastra dan bermain drama,teater,
atau film. Siswa dibimbing mengelola emosi, perasaan, pendapat, ide, gagasan, dan
pandangan untuk diinternalisasi dalam diri kemudian dituangkan ke dalam karya sastra yang
akan mereka hasilkan berupa puisi, pantun, drama, novel, dan cerpen. Perasaan emosi
ketidakmampuan terhadap suatu sistem yang berlaku, rasa marah yang ingin berdemonstrasi,
dan sejenisnya terhadap sesuatu hal dapat diaktualisasikan dalam karya sastra, seperti puisi,
drama, maupun prosa. Melalui karya sastra yang mengetengahkan berbagai tema, siswa dapat
diajak untuk mengenali dan memahami kualitas tingkatan watak atau karakternya sendiri.
Setelah siswa mengenali dan memahami kualitas tingkatan karakternya, maka guru harus
membimbing atau mengarahkan kualitas tingkatan karakter siswa tersebut ke arah yang lebih
baik, yakni mengajak siswa untuk "berdialog" dengan tokoh-tokoh dalam karya sastra yang
memiliki kualitas tingkatan karakter pada tataran "watak". Dengan demikian, pembentukan
karakter siswa terinternalisasi dalam diri siswa dan diaktualisasikan dalam perilaku sehari-
hari mereka.

II. PEMBENTUKAN MORAL


Judul: "URGENSI PENDIDIKAN MORAL DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN
ANAK"
Oleh: Hadi Machmud
P= Siswa, Kelas 3, 9 tahun, 20 siswa
I= Ilustrasi gambar
C= Papan flannel, boneka,dan bermain peran dalam suatu cerita
O= Moral
ISI:
Pembentukan moral anak tidak terlepas dari proses pendidikan oleh orang tua dan orang yang
bertanggung jawab atas keberlangsungan hidup seorang anak. Pembentukan kepribadian
moral dilakukan agar karakter psikologi seseorang yang berkaitan dengan kecenderungan
untuk berhubungan sosial dengan orang lain, khususnya yang berkaitan dengan: kemarahan,
pengendalian diri, keaktifan, kegembiraan, dan kegairahan.
Pendekatan pendidikan diharapkan sesuai dengan karakteristik anak, untuk kepentingan
pengembangan dan pembelajaran moral dan agama anak diantaranya: bercerita, karyawisata,
bernyanyi, mengucapkan sajak, dan sebagainya. Ada beberapa macam cara bercerita yang
dapat dipergunakan antara lain guru dapat membacakan langsung dari buku(story' reading),
menggunakan ilustrasi buku gambar( story' telling), menggunakan papan flanel,
menggunakan boneka, dan bermain peran dalam suatu cerita.
Progam pembentukan moral merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus dan
ada dalam kehidupan sehari-hari anak. Melalui kegiatan tersebut diharapkan anak dapat
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang
dimaksud meliputi pembentukan moral agama, perasaan/emosi, kemampuan bermasyarakat
dan disiplin.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Moral merupakan perilaku terpuji yang hendaknya dimiliki seorang siswa, untuk itu peran
dan upaya guru dalam hal ini sangat dipentingkan demi membangun siswa yang bermoral.
Dalam hal ini upaya yang dilakukan oleh guru upaya merupakan suatu proses, cara
perbuatan membina, usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif
untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Karya seni sastra juga dapat mengembangkan
karakter peserta didik untuk berperilaku baik mampu menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa upaya guru dalam
pembinaan moral siswa sebagai media pengembangan karakter anak, dalam hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan media apapun kita dapat melakukan
pengembangan karakter. Moral dan nilai karakter dapat tercermin dari berbagai upaya
tersebut.

2. Saran
Sehubungan dengan hasil temuan penelitian diatas, maka yang menjadi saran yang bisa
peneliti sampaikan dalam penelitian ini adalah Guru harus lebih berhasil dalam
meningkatkan upaya-upaya dalam pembinaan moral siswa sebagai media pengembangan
karakter siswa,, supaya guru dapat menempatkan dirinya sebagai panutan dan teladan
kepada setiap siswa baik itu di lingkungan sekolah, maupun dimasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
https://osf.io/ktv9w/download

https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/kultura/article/view/5181

https://ejournal.iainkendari.ac.id/al-tadib/article/view/318

Anda mungkin juga menyukai