Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan Makalah ini. Tanpa pertolongannya mungkin kami
tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Sholawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad Saw.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas dari ibu Dr. Rini puspita sari, MA pada mata kuliah. METODE
PENGEMBAGAN EMOSI DAN SEPERITUAL Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan mengenai pengenalan aksara anak usia dini.
Makalah ini berjudul “MENDESAIN DAN DITERAPKAN SETIMULASI
NILAI-NILAI AGAMA” yang kami susun tepat waktu. Melalui kata pengantar ini
kami minta maaf dan mohon dimaklumi jika ada kekurangan dan tulisan yang kurang
tepat atau menyinggung perasaan pembaca. kami juga mengucapkan terimakasih
kepada ibu Dr. Rini puspita sari, MA yang telah memberi tugas ini.
Semoga Makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Oleh karna itu kami membutuhkan kritik dan saran dari pembaca.
membangun demi tercapai nya tujuan.
Curup , Juni 2023
Pemakalah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah model pembelajaran difokuskan agar pendidik
mampu memahami perkembangan sosial dan emosi anak usia dini.
C. Tujuan
Dalam penulisan makalah ini, bertujuan untuk mampu menjelaskan
tentang perkembangan emosi dan sosial anak usia dini.
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Setimulus Niali -nilai agama
B. Pengembangan
C. Nilia-nilai Moral dan Agama
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II
PEMBAHASAN
Putaran pertama lagu belum habis sehingga belum ada anak yang
tertangkap dan tengah- tengah putaran kedua lagu habis sehingga
tertangkap satu anak untuk menggantikan anak lain menjadi terowongan
merupakan stimulasi nilai moral tanggung jawab, kerjasama, kepedulian
kepada anak yang tidak beruntung, dan kedisiplinan sesuai dan terhadap
masing-masing peran dalam bermain ular naga. Ada satu anak yang
berperan sebagai meja. Anak-anak lain menjulurkan tangan masing-
masing secara terbuka di atas meja dari punggung salah satu anak.
Kemudian sebuah permen diletakkan di salah satu tangan terbuka untuk
dipindahkan ke tangan di sampingnya sambil diiringi nyanyian. Apabila
nyanyian habis, dan anak yang memegang permen maupun anak lain harus
mengepalkan tangan, dan anak yang bermain peran sebagai meja harus
menebak di tangan siapa permen itu berada. Apabila berhasil ditebak,
maka anak yang pegang permen akan berganti peran menjadi meja dari
semula peserta. Kegiatan bermain ini merupakan stimulasi nilai tanggung
jawab, disiplin, peduli, dan bekerjasama dengan anak lain. Secara
kuantitatif deskriptif pada siklus pertama, rerata skor gerak estetika
sebesar 5,88 dengan simpangan baku 0,78 dan rerata skor perkembangan
moral sebesar 7,11 dengan simpangan baku 0,78. Kesimpulannya gerak
estetika permainan tradisional ular naga dan cublak-cublak suweng
berpengaruh positif terhadap perkembangan moral anak sebesar 64% pada
siklus pertama. Pada siklus kedua, proses permainan tradisional suk-suk
pariambruk dan jamuran menstimulasi perkembangan moral anak seperti
tanggung jawab, kepedulian, kerjasama, dan kedisiplinan. Contoh kegiatan
bermain berikut ini merupakan proses stimulasi perkembangan moral
tanggung jawab, peduli, kerjasama, dan disiplin. Pendidik dan anak-anak
saling berpegangan tangan membentuk lingkaran besar, kemudian
lingkaran kecil, lingkaran besar lagi, lingkaran kecil lagi, lingkaran besar
lagi, dan terakhir membentuk lingkaran kecil sambil bernyanyi. Kemudian
tiga orang pendidik memberi contoh permainan suk-suk pariambruk
dengan cara berbaris lurus mengikuti urutan pola lantai keramik secara
horizontal. Masing-masing pendidik menirukan pohon padi yang tertiup
angin ambruk ke kanan kemudian ambruk lagi ke kiri sambil
menyanyikan 8 lagu.
1. Metode bercerita
Metode Bercerita dapat dijadikan metode untuk menyampaikan
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dalam cerita atau dongeng
dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai
sosial, nilai budaya, dan sebagainya. Ketikabercerita seorang guru juga
dapat menggunakan alat peraga untuk mengatasi keterbatasan anak
yang belum mampu berpikir secara abstrak.
1
JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN, Volume 8, Nomor 2, September 2015
2. Metode bernyanyi
Metode Bernyanyi adalah suatu pendekatan pembelajaran
secara nyata yang mampu membuat anak senang dan bergembira.
Anak diarahkan pada situasi dan kondisi psikis untuk membangun
jiwa yang bahagia, senang menikmati keindahan, mengembangkan
rasa melalui ungkapan kata dan nada. Pesan-pesan pendidikan berupa
nilai dan moral yang dikenal- kan kepada anak tentunya tidak mudah
untuk diterima dan dipahami secara baik. Anak tidak dapat disamakan
dengan orang dewasa.
3. Metode bersyair
Pendekatan pembelajaran melalui kegiatan membaca sajak
merupakan salah satu kegiatan yang akan menimbulkan rasa senang,
gembira, dan bahagia pada diri anak.Secara psikologis anak Taman
Kanak-kanak sangat haus dengan dorongan rasa ingin tahu, ingin
mencoba segala sesuatu, dan ingin melaku- kan sesuatu yang belum
pernah dialami atau dilakukannya. Melalui metode sajak guru bisa
menanamkan nilai-nilai moral kepada anak. Sajak merupakan metode
yang juga dapat membuat anak merasa senang, gembira dan bahagia.
4. Metode karyawsata
Metode ini bertujuan untuk mengembangkan aspek
perkembangan anak Taman Kanak-kanak yang sesuai dengan
kebutuhannya. Tujuan berkarya wisata ini perlu dihubungkan dengan
tema-tema yang sesuai dengan pengembangan aspek perkembangan
anak Taman Kanak- kanak. Tema yang sesuai seperti: binatang,
pekerjaan, kehidupan kota atau desa, pesisir, dan pegunungan.
5. Metode pembiasaan
Metode Pembiasaan terkait dengan penanaman moral, lebih
banyak dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan tingkah laku dalam
proses pembelajaran. Ini dapat dilihat misalnya, pada berdoa sebelum
dan sesudah belajar, berdoa sebelum makandan minum, mengucap
salam kepada guru dan teman, merapikan mainan setelah belajar,
berbaris sebelum masuk kelas dan sebagainya.
6. Metode bermain
Metode Bermain ternyata banyak sekali terkandung nilai
moral, diantaranya mau mengalah, kerjasama, tolong menolong,
budaya antri dan menghormati teman. Nilai moral mau mengalah
terjadi manakala siswa mau mengalah terhadap teman lainnya yang
lebih membutuhkan untuk satu jenis mainan. Pengertian dan
pemahaman terhadap nilai moral mau menerima kekalahan atau
mengalah adalah salah satu hal yang harus ditanamkan sejak dini.
7. Metode outbond
Metode Outbond merupakan suatu kegiatan yang me-
mungkinkan anak untuk bersatu dengan alam. Melalui kegiatan
outbond siswa akan dengan leluasa menikmati segala bentuk tanaman,
hewan, dan mahluk ciptaan Allah yang lain. Cara ini dilakukan agar
anak tidak hanya memahami apa yang diceritakan atau dituturkan oleh
guru atau pendidik di dalam kelas. Melainkan mereka diajak langsung
melihat atau memperhatikan sesuatu yang sebelumnya pernah
diceritakan di dalam kelas, sehingga apa yang terjadi di kelas akan ada
sinkronisasi dengan apa yang tampak di lapangan atau alam terbuka.
BAB III
PENUTUP
2
Wardah Anggraini, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Indonesia,
Pengembangan Nilai-Nilai Moral dan Agama pada Anak Usia Dini,hal 4-6
A. Kesimpulan
stimulasi perkembangan moral anak melalui estetika gerak permainan
tradisional. Pada siklus pertama, proses permainan tradisional ular naga
dan cublak-cublak suweng menstimulasi perkembangan moral anak
seperti tanggung jawab, kepedulian, kerjasama, dan kedisiplinan. Anak-
anak diajak membentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil sebagai
kegiatan apersepsi sebelum masuk ke permainan ular naga merupakan
stimulasi nilai moral kerjasama. Pendidik memberi contoh membuat
terowongan kereta dengan mempertemukan dua tangan pendidik, contoh
membuat rangkaian kereta yang terdiri dari beberapa anak sebagai
gerbongnya, dan contoh menangkap anak ketika lagu habis merupakan
stimulasi nilai tanggung jawab, kepedulian, dan kedisiplinan. Anak-anak
diminta ada yang menjadi terowongan dua orang, dan sisanya membentuk
rangkaian gerbong kereta api.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini di harapkan para pembaca bisa tau apa
pengertian setimulasi dan pengembagan nilai -nilai agama dan moral
seperti yang ada di makalah.
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN, Volume 8, Nomor 2,
September 2015