Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL KE 2

PROGRAM STUDI PG PAUD

NAMA: FRIDOLINA JELITA JEMAMU

NIM:859261868

SMSTR:(6)

KODE/NAMA MK:PAUD4102 METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI AGAMA PAUD

1.Perkembangan moral dan proses perkembangannya pada AUD menurut Thomas Lickona:Lickona
(1991) menyatakan bahwa untuk mendidik moral anak sampai pada tataran moral action,diperlukan
tiga proses pembinaan yang berkelanjutan,yaitu:(1) mulai dari proses moral knowing, (2) moral
felling,hingga (3) moral action.Ketiganya harus dikembangkan secara terpadu dan seimbang.Dengan
demikian,diharapkan potensi peserta didik dapat berkembang secara optimal,baik pada aspek
kecerdasan intelektual,kemampuan membedakan yang baik dan buruk,benar dan salah,maupun
menentukan mana yang bermanfaat.

2.Perbedaan pengertian disonansi dan resonansi:istilah disonansi dipakai dalam dunia


pendidikan,khususnya yang terkait dengan pendidikan nilai,norma,dan moral.Selain istilah tersebut
kita akan mengenal istilah resonansi.Kedua istilah tersebut secara sepintas terlihat
kontradiktif.Namun,kedua istilah tersebut sebenarnya merupakan pasangan istilah yang saling
melengkapi.Disonansi menekankan pada pengurangan atau penurunan gema atau getar ajaran
nilai,norma,dan moral yang ada pada diri seseorang.Sementara itu,resonansi justru
mengukuhkan/menekankan adanya gema atau getar nilai,norma,dan moral yang telah diketahui
seseorang dari proses pendidikan sebelumnya.

3.Strategi pengembangan moral pada anak usia 5-6 tahun:Secara prinsip,tahapan perkembangan
moral anak usia 5-6 tahun tidak terlalu berbeda dengan anak usia 3-4.Pada usia 5-6
tahun,perkembangan yang ada cendrung lebih bersifat matang dan meningkat.Seluruh aspek
perkembangan yang muncul dari setiap anak akan memberi prestasi pada dirinya.Hal ini seiring
dengan aktivitas diri dan lingkungannya, termasuk pengaruh positif dari sosialisasi anak beserta
orang disekelilingnya.Seperti halnya anak dibelahan dunia lainnya,anak Indonesia pun memiliki
perkembangan moral yang tidak jauh berbeda dengan dunia luas.Namun,hanya beberapa catatan
kecil yang membedakannya,seperti iklim sosial,latar belakang falsafah hidup orang tuanya,dan
keadaan alamnya.

Indonesia memiliki latar belakang sosial,adat istiadat, agama,dan berbagai macam


keanekaragaman unsur sosial.Hal-hal inilah yang patut kita cermati pada saat kita menghadapi anak
dalam konteks pendidikan moral.Kita memang keluarga besar dan bangsa yang memiliki perbedaan
yang sangat tinggi.Perbedaan itu dapat kita perlihatkan kepada anak sebagai suatu materi
pendidikan untuk dipahami dan disikapi dengan dewasa dan penu penghayatan.

4.Kompetensi perkembangan moral dan nilai-nilai Agama untuk AUD:

1.Anak 3-4 tahun

Anak mampu meniru dan mengucapkan bacaan doa/lagu-lagu keagamaan, gerakan beribadah
secara sederhana serta mulai berprilaku baik atau sopan.

2.Anak 5-6 tahun


Anak mampu mengucapkan bacaan doa/lagu-lagu keagamaan,menirukan gerakan
beribadah,mengikuti aturan,serta mampu belajar berperilaku baik dan sopan bila diingatkan.

3.Indikator

Anak 3-4 tahun

a.Mengikuti bacaan doa/berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan.

b.Menirukan lagu-lagu keagamaan.

c.Menirukan sikap berdoa.

d.Meniru gerakan ibadah yang sederhana.

e.Menyebut contoh ciptaan Tuhan secara sederhana, seperti kucing atau anjing.

f.Menyayangi ciptaan Tuhan, seperti memberi makanan binatang peliharaan.

g.Mau menolong teman.

h.Menunjukan empati dan perhatian terhadap orang lain (teman sebaya).

i.Mengucapkan salam, terimakasih,minta tolong,dan minta maaf secara sederhana.

j.Mau menyapa dan menjawab sapaan dengan ramah.

Anak 5-6 tahun

a.Berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan.

b.Memimpin doa.

c.Menyanyikan lagu-lagu keagamaan yang sederhana.

d.Menyebutkan tempat-tempat ibadah.

e.Melaksanakan gerakan ibadah secara sederhana,tetapi masih perlu bimbingan.

f.Menyebutkan hari-hari besar agama.

g.Menyebutkan ciptaan-ciptaan Tuhan misalnya manusia, bumi,langit,tanaman,dan hewan.

h.Menyiram tanaman dan memberi makan binatang.

i.Mau menolong teman.

j.Menghargai teman.

k.Mau membagi miliknya,misalnya makanan,mainan,dan sebagainya.

l.Meminjamkan miliknya dengan senang hati.

m.Bersikap ramah

n.Meminta tolong dengan baik.

o.Mengucapkan salam.

p.Berterimah kasih jika memperoleh sesuatu.


q.Berbahasa sopan dalam berbicara

r.Mau menyapa dan menjawab sapaan dengan ramah.

s.Mau mengalah.

t.Mendengarkan orang tua/teman berbicara.

u.Tidak mengganggu teman.

5.lima pendekatan pembelajaran dalam upaya menumbuhkan pengalaman belajar menyenangkan:

1.Bermain peran

Pendekatan/metode bermain peran adalah suatu kegiatan permainan untuk memerankan


toko-toko atau benda-benda disekitar anak sehingga dapat diperagakan/di pakai oleh anak untuk
mengembangkan daya khayal atau imajinasinya.Dengan mengikuti kegiatan tersebut,pada akhirnya
anak diharapkan dapat menghayati tujuan dari kegiatan tersebut.

Melalui kegiatan bermain peran anak akan mengekspresikan tuntutan dan


kebutuhannya.Melalui bermain peran pula,ia mengekspresikan jiwanya.Dengan demikian,kegiatan
bermain peran dapat menumbuhkan dan mengembangkan potensi tersembunyi (hidden potential)
anak sehingga akan muncul dalam kenyataan.

Guru hendaknya mampu meramu pendekatan ini agar menjadi alat untuk mengembangkan
aspek koknitif,motorik,nilai kepribadian,nilai agama,bahasa,emosi,dan kreativitasnya.

Bermain peran juga dapat digunakan sebagai alat untuk Mengembangkan nilai-nilai agama.

2.Karyawisata

Karyawisata merupakan kunjungan langsung ke objek-objek wisata yang sesuai dengan


kebutuhan pengembangan yang sedang dibahas di lingkungan belajar anak.Bagi anak TK,kegiatan
karya wisata tidak selamanya harus mengunjungi tempat-tempat wisata umum yang jauh dan
mahal.Kegiatan keluar kelas yang bertujuan untuk mendapatkan suasana baru dan bertujuan
menghubungkan konsep pengetahuan awal anak dengan kenyataan di lapangan dapat juga
dikategorikan sebagai kegiatan karyawisata.

Dalam pengembangan nilai-nilai agama, karyawisata dapat dijadikan alat untuk mengenalkan
kebesaran Tuhan,mengenalkan tempat ibadah, tempat bersejarah keagamaan dan sebagainya.Jika
guru memiliki kemampuan membahas dan mengomunikasikan berbagai jenis benda langit atau
benda-benda alam semesta yang dapat dilihat secara kasat mata,seperti
bulan,bintang,gunung,pohon, binatang,dan sebagainya;dengan kemahirannya guru akan sampai
pada pengenalan penciptanya dan pengaturannya,yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan karyawisata,guru juga dapat membawa anak ke tempat-tempat ibadah agar mereka
terbiasa mengetahui aturan sikap ketika berada di tempat ibadah dan mereka terpacu untuk
melakukan praktik ibadah di tempat dan suasana suasana yang sesungguhnya.Mereka biasanya akan
memiliki semangat dan rasa senang bila mendatangi dan melakukan suatu bentuk peribadatan bila
dilakukan di tempat yang mereka belum kenal sebelumnya.

3.Bercakap-cakap

Bercakap-cakap adalah kegiatan percakapan antara guru dan anak atau anak dan anak
tetangga suatu tema tertentu untuk mengembangkan kemampuan mendengar,memahami,dan
kemampuan berbicara anak.Di samping menunjang program pengembangan bahasa secara
verbal,kegiatan ini juga dapat meningkatkan kemampuan anak-anak dalam mengomunikasikan
berbagai pikiran,gagasan,perasaan,ataupun kebutuhannya.Pendekatan ini pun dapat membantu
anak-anak belajar mendengarkan dan menyimak pembicaraan guru atau
temannya.Jelasnya,kegiatan bercakap-cakap dapat dijadikan alat yang berfungsi untuk
mengembangkan/kemampuan koknitif,bahasa,sosial,konsep diri, dan pengembangan nilai-nilai
agama.

Contohnya, bercakap-cakap dalam kegiatan pengembangan nilai-nilai agama dengan


mengambil tema kehidupan di pesisir pantai.Berkaitan dengan tema tersebut,guru dapat
menciptakan suasana bercakap-cakap tentang keindahan laut, manfaat,dan kehidupan orang-orang
di sekitar pantai yang mungkin jarang dialami anak.

4.Demonstrasi

Demonstrasi adalah pendekatan yang dilakukan guru dengan cara mempertunjukan atau
memperagakan suatu objek,benda,atau suatu proses dari suatu kejadian.Pendekatan demonstrasi
dilakukan untuk memperjelas informasi atau materi pelajaran kepada anak-anak.Dalam hal ini, anak-
anak menyaksikan peragaan langsung tentang hal-hal yang sulit dijelaskan dengan pendekatan biasa.

Jika dilihat kaitannya dengan pengembangan nilai-nilai agama bagi anak-anak,pendekatan ini
biasa dilakukan guru pada saat menerangkan etika makan,sopan santun dalam berbicara,etika
berpakaian,etika beribadah,dan sebagainya.

Pendekatan demonstrasi sangat efektif digunakan dalam pengembangan nilai-nilai agama


karena anak dapat mendengar,melihat,dan meniru cara-cara tertentu yang disajikan dari materi
yang sedang diajarkan guru.Demonstrasi dapat juga dipergunakan untuk memenuhi dua fungsi
pembelajaran berikut.

a.Memberikan ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak.Anak melihat bagaimana suatu
peristiwa itu berlangsung,lebih menarik, dan merangsang perhatian serta lebih manantang daripada
hanya mendengar penjelasan guru.Misalnya,dalam penjelasan konsep-konsep yang berkaitan
dengan nilai-nilai sosial,moral,atau keagamaan akan lebih efektif apabila penerapan nilai-nilai
tersebut diwujudkan dalam bentuk ilustrasi.

b.Pendekatan demonstrasi dapat membantu meningkatkan daya pikir anak dalam peningkatan
kemampuan mengenal,meningkat,berpikir,konvergen,dan berpikir evaluatif.

5.Pendekatan Proyek

Pendekatan proyek adalah suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada anak untuk
menggunakan lingkungan dan alam sekitar serta kegiatan sehari-hari sebagai bahan pembahasan
melalui serangkaian kegiatan.

Pendekatan proyek dapat diterapkan kepada anak-anak untuk memberikan pengalaman belajar
yang berhubungan dengan berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari.Melalui pendekatan ini,
anak secara tim atau berkelompok dihadapkan pada salah satu persoalan untuk dipecahkan dan
dikerjakan bersama dengan beberapa pembagian tugas.

Pengembangan nilai-nilai agama dapat diwujudkan dalam kegiatan berikut.Misalnya, anak-anak


dihadapkan untuk mempersiapkan peringatan hari besar keagamaan.Pada kesempatan itu, guru
bertindak sebagai fasilitator yang mengarahkan kegiatan tersebut dan untuk menghias ruangan
kelas.Kegiatan ini dapat memberikan pengalaman langsung kepada anak tentang bagaimana mereka
membina hubungan sosial untuk bekerja sama,mengatur persahabatan dan mengatur diri sendiri,
serta mencapai tujuan bersama dan bertanggung jawab pada tugasnya masing-masing.

Kegiatan yang diciptakan guru dalam penerapan pendekatan proyek hendaknya lebih
berorientasi pada minat dan kebutuhan anak.

Melalui pendekatan proyek, anak-anak dihadapkan pada proses kehidupan yang ada di
lingkungan masyarakat sehingga memungkinkan anak dapat belajar menjalani kehidupan yang
sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai