Nama kelompok: Mike Aprilia Oktri Stella Renza Nabil Ramadan Nasution
SMP NEGERI 1 REJANG LEBONG
TAHUN 2023 Keberadaan Belanda di Indonesia memang tergolong cukup lama. Tak heran jika banyak kebijakan dan peristiwa penting yang melibatkan interaksi rakyat Nusantara dan pemerint Belanda, Salah satu peristiwa yang tak mungkin dilupakan oleh para sejarawan adalah keb pemerintah Belanda menerapkan sistem tanam paksa Pada masa tersebut sebenarnya sebutan tanam paksa tidak dikenal oleh masyarakat pribum H ini karena pemerintahan Belanda menyebutnya dengan sebutan cultuurstelsel atau sistem kultiva a. Latar belakang terjadinya sistem tanam paksa di Indonesia Latar belakang tanam paksa adalah adanya goncangan ekonomi di pihak pemerintahan Belanda khususnya yang ada di Hidia-Belanda Hal ini, karena pemerintahan Belanda mengeluarkan banyak dana dalam melawan perjuangan Kaum Paderi yang disebut Perang Paderi, perlawanan Pangeran Diponegoro yang disebut Perang Jawa Meskipun kenyataannya Belanda menang perang. tidak dapat dimungkiri bahwa dang yang dihabiskan semasa peperangan tersebut sangat banyak. Di sisi lain, pihak Belanda juga banyak kenyataannya mengeluarkan dana dalam perang Napoleon dan kekalahannya dalam menaklukkan Belgia, Guna menutup defisit inilah kemudian pemerintahan Belanda melalui Jenderal Gubernur Johannes van den Bosch memberlakukan cultuurstelsel atau sistem tanam paksa terhadap wilayah jajahan Hindia- Belanda. b. Aturan-aturan tanam paksa Sistem tanam paksa yang diajukan oleh Van den Bosch pada dasamya merupakan gabungan dari sistem tanam wajib (VOC) dan sistem pajak tanah (Raffles). 1. Pelaksanaan tanam paksa Melihat aturan-aturannya, sistem tan pelaksanaannya sangat menekan dan termenteraan tapi Adanya cultuur procenten menyangkut upah yang diberikan kepada penguk pribumit sarkan besar kecilnya tetoran sangat memberatkan beban rakyat. Guna mempertinggupah yang diterima, para penguata pribumi berusaha memperbesar setoran Akibatnya, timbulah penyelewengan-penyelewen antara lain sebagai berikut: 1) Tanah yang disediakan lebih bahkan petani harus menyerahkan semua tanahnya yang karena dianggap subur untuk tanaman wajib 2) Kegagalan panen menjadi tanggung jawab petar 3) Tenaga kerja yang semestinya dibayar cien pemerintah tidak dibayar 4) Waktu yang dibutuhkan tenyata melebihi waktu penanaman padi 5) Pekerjaan di perkebunan atau di pabrik ternyata lebih berat daripada dish 6) Kelebihan hasil yang seharusnya dikembalikan kepada petani ternyata tidak dikembalikan 2. Akibat tanam paksa Pelaksanaan sistem tanam paksa banyak menyimpang dan aturan pokoknya dan cenderung terjadi eksploitasi agraris, Oleh karena u sistem tanam paksa menimbulkan akibat sebagai berikut : 1) Bagi Indonesia (khususnya Jawa) Akibat tanam paksa bagi Indonesia sebagai berikut a) Sawah ladang menjadi terbengkalai karena rakyat diwajibkan kerja rodi yang berkepanjangan sehingga penghasilan menurun drastis b) Beban rakyat makin berat karena harus menyerahkan sebagian tanah dan hasil panennya, membayar pajak mengikuti kerja rod, dan menanggung risiko apabila gagal panen c) Akibat bermacam-macam beban menimbulkan tekanan fisik dan mental yang berkepanjangan d) Timbulnya kemiskinan yang makin berat e) Timbulity kataparan dan wabah penyakit sehingga angka kematian meningkat tagam 2) Bagi Belanda Sistem tanam paksa telah menimbulkan malapetaka bagi bangsa Indonesia, tetapi bagi bangsa Belanda tanam paksa menguntungkan Keuntungan tanam paksa, bagi Belanda sebagai berikut : a) Keuntungan dan kemakmuran rakyat Belanda b) Utang-utang Belanda terlunasi c) Penerimaan pendapatan melebihi anggaran belanja d) Kas negen Belanda yang semula kosong dapat terpenuhi ej Amsterdam berhasil dibangun menjadi kota pusat perdagangan dunia 1) Perdagangan berkembang pesat
3. Akhir tanam paksa Sistem tanam paksa
Sistem tanam paksa yang mengakibatkan kemelaratan bagi bangsa Indonesia, khususnya Jawa, akhirnya menimbulkan reaksi dari berbagai pihak sebagai berikut. 1) Eduard Douwes Dekker Douwes Dekker seorang asisten presiden Lebak menggunakan nama samaran Multatuli. la menulis buku berjudul Max Havelaar atau lelang kopi persekutuan dagang belanda (1859) yang menceritakan kesengsaraan rakyat Indonesia akibat Sistem Tanam Paksa.