Sistem
Tanam Paksa
IPS KELAS 8 BAB IV
Anggota Kelompok:
1. Maziyya Lulu Fakhira
2. Shania Aisha Rasyid Pangemanan
3. Amanda Zafira Djohari
4. Raisya Azalia Nurvida
Pada masa penjajahan abad XIX, tanaman
seperti teh, kopi, dan kakao merupakan
komoditas utama ekspor Indonesia, karena
itu Belanda berusaha menaikkan ekspor
tanaman, dan apalagi ketika awal abad XX
Belanda menghadapi perang di Eropa yang
menyebabkan kerugian yang sangat besar,
selain itu Belanda juga menghadapi
perlawanan rakyat Indonesia di berbagai
daerah. Salah satu cara Belanda untuk
menutup kerugian adalah meningkatkan
ekspor untuk mempercepat pundi-pundi
keuangan negara
Cultuurstelsel
Pada tahun 1830, Johannes van den Bosch menerapkan sistem tanam paksa
(cultuurstelsel). Kebijakan ini diberlakukan karena Belanda menghadapi
kesulitan keuangan akibat perang Jawa atau Perang Diponegoro (1825-1830)
dan Perang Belgia (1830-1831)
Cultuurstelsel
Rakyat Hindia-Belanda dipaksa untuk menanam tanaman yang diperintahkan
Belanda. Rakyat dipaksa untuk menanamkan berbagai tanaman atau
komoditas yang laku di pasaran Eropa.
Alasan Diterapkan Sistem Tanam Paksa
1. Aturan:
Tanah yang digunakan untuk
menanam tanaman wajib, hanya ⅕
atau 20% dari tanah yang dimiliki
rakyat.
Penyimpangan:
Belanda memaksa rakyat
menggunakan lebih dari 20%
tanahnya untuk ditanami tanaman
wajib atau ekspor.
Aturan dan Penyimpangan Sistem Tanam Paksa
2. Aturan:
Hasil panen tanaman wajib yang
berlebihan, akan dikembalikan
kepada rakyat.
Penyimpangan:
Kelebihan hasil panen tanaman
wajib tidak dibayarkan.
Aturan dan Penyimpangan Sistem Tanam Paksa
3. Aturan:
Tanah yang ditanami tanaman
wajib harus bebas dari pajak.
Penyimpangan:
Tanah yang digunakan untuk
tanaman wajib tetap dikenakan
pajak.
Aturan dan Penyimpangan Sistem Tanam Paksa
4. Aturan:
Rakyat yang tidak mempunyai
tanah, diwajibkan bekerja di
perkebunan selama 66 hari dalam
setahun dan mendapatkan upah.
Penyimpangan:
Waktu untuk kerja wajib melebihi
dari 66 hari, dan tanpa imbalan
yang memadai.
Akibat Tanam Paksa
Akibat tanam paksa rakyat Indonesia menderita dan
dapat dilihat dari jumlah angka kematian rakyat
Indonesia yang tinggi akibat kelaparan dan
kekurangan gizi. Sistem ini membuat banyak pihak
bersimpati dan mengecam praktik tanam paksa,
tetapi kecaman ini tidak hanya datang dari bangsa
Indonesia, tetapi juga dari bangsa Belanda. Mereka
menuntut untuk tanam paksa dihapuskan. Pada
tahun 1870 sistem tanam paksa berhasil dihapuskan.
3 orang Belanda yang ikut menentang
adanya tanam paksa yaitu adalah: