Anda di halaman 1dari 3

KOLONIALISME

BELANDA DI INDONESIA

MASA PEMERINTAHAN KOMISARIS JENDERAL

 Dimulai sejak 1816, pasca Konvensi London yang mengembalikan kekuasaan


Belanda di daerah jajahannya, termasuk Indonesia
 Belanda kemudian membentuk komisi yang bertugas menerima kembali
Indonesia dari Inggris yang dinamakan Komisaris Jenderal
 Komisaris Jenderal memutuskan bahwa negara jajahan dikelola oleh
pemerintyah, tetapi pihak swasta diberi kebebasan untuk menanaml\kan
modalnya di tanah jajahan

MASA PEMERINTAHAN VAN der CAPELLEN

a. Komisaris Jenderal mengalami kegagalan dalam mengelola negara jajahan


b. Pemerintah Belanda mengambil kebijakan dengan menggantikan Komisaris
Jenderal oleh Gubernur Jendral Van der Capellen

Kebijakan Van der Capellen

 Memberikan kebebasan kepada kelompok swasta untuk menanamkan modalnya di Hindia- Belanda,
tetapi pengelolaan sumber daya alam tetap dilakukan oleh pemerintah Hindia- Belanda
 Menghapus peran pejabat local
 Menetapkan pajak untuk penduduk pribumi
 Kebijakan Capellen ternyata mengalami kegagalan karena beban pajak
rakyat dan perlawanan-perlawanan daerah
 Belanda diambang kebangkrutan dan kas kerajaan Belanda yang semakin
menipis
 Van der Capellen digantikan oleh Hendrik Markus de Kock namun tetap
mengalami kegagalan

MASA PEMERINTAHAN VAN den BOSCH

Pada masa kepemimpinan Johanes Van Den Bosch Belanda memperkenalkan culturstelsel
atau caltivitaion system (tanam paksa). Sistem tanan paksa pertama kali diperkenalkan di
Jawa dandikembangkan di daerah-daerah lain di luar Jawa. Tujuan Sistem Tanam Paksa
adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Tujuannya untuk mengisi
kekosongan kas Belanda yang pada saat itu terkuras habis akibat perang

Aturan sistem tanam paksa


Setiap penduduk wajib menyerahkan seperlima dari lahangarapannya untuk ditanami tanaman
wajib yang berkualitas ekspor.

 Tanah yang disediakan untuk tanah wajib dibebaskan dari pembayaran pajak tanah.
 Hasil panen tanaman wajib harus diserahkan kepada pemerintah kolonial. Setiap
kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang harus dibayarkan kembali kepada rakyat.
 Tenaga dan waktu yang diperlukan untuk menggarap tanaman wajib tidak boleh melebihi
tenaga dan waktu yang diperlukan untuk menanam padi atau kurang lebih 3 bulan.
 Mereka yang tidak memiliki tanah, wajib bekerja selama 66 hari atau seperlima tahun di
perkebunan pemerintah.
 Jika terjadi kerusakan atau kegagalan panen menjadi tanggung jawab pemerintah ( jika
bukan akibat kesala
 han petani) .
Pelaksanaan tanam paksa

Dalam kenyataannya, pelaksanaan cultur stelsel banyak terjadi penyimpangan, karena


berorientasi pada kepentingan imperialis, di antaranya:

 Jatah tanah untuk tanaman ekspor melebihi seperlima tanah garapan, apalagi tanahnya
subur.
 Rakyat lebih banyak mencurahkan perhatian, tenaga, dan waktunya untuk tanaman
ekspor, sehingga banyak tidak sempat mengerjakan sawah dan ladang sendiri.
 Rakyat tidak memiliki tanah harus bekerja melebihi 1/5 tahun
 Waktu pelaksanaan tanaman ternyata melebihi waktutanam padi (tiga bulan) sebab
tanaman-tanaman perkebunan memerlukan perawatan yang terus-menerus.
 Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang harus dibayarkan kembali kepada
rakyat ternyata tidak dikembalikan kepada rakyat.
 Kegagalan panen tanaman wajib menjadi tanggung jawab rakyat/petani.

Dampak tanam paksa

Bagi Belanda tanam paksa membawa keuntungan melimpah, di antaranya: (a) Kas Belanda
menjadi surplus (berlebihan). Dan (b) Belanda bebas dari kesulitan keuangan.

Dampak tanam paksa bagi Indonesia

Akibat adanya penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan tanam paksa, maka membawa akibat


yang memberatkan rakyat Indonesia, yaitu:

 Banyak tanah yang terbengkalai, sehingga panen gagal.


 Rakyat makin menderita.
 Wabah penyakit merajalela.
 Bahaya kelaparan yang melanda Cirebon memaksa rakyat mengungsi ke daerah lain
untuk menyelamatkan diri
 Kelaparan hebat di Grobogan, sehingga banyak yang mengalami kematian dan
menyebabkan jumlah penduduk menurun tajam.

Anda mungkin juga menyukai