Disusun oleh:
Nama : RESTRI HENDAYANITA
NIM : 826243544
Dosen pembimbing : WELDAH NIYAH, M.Pd
A. LATAR BELAKANG
Taman penitipan anak (Child care center) adalah Wahana asuhan
kesejahteraan sosial yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk
waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya berhalangan atau tidak punya
waktu untuk memberikan pelayanan kebutuhan kepada anaknya Selain itu
Taman penitipan anak juga disebut sebagai Wahana pendidikan dan
pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai keluarga untuk
jangka waktu tertentu selama orang tuanya berhalangan atau tidak
memiliki waktu yang cukup dalam mengasuh anak karena bekerja atau
sebab lainnya.
Menurut luluk Asmawati,dkk 2010:1.37 adalah anak usia dini
memiliki potensi besar dengan mengoptimalkan segala aspek
perkembangan yaitu salah satu perkembangan sosial emosional.
Perkembangan sosial emosional pada taman penitipan anak akan
berkembang secara optimal jika mendapatkan stimulasi yang tepat. Semua
anak memiliki berbagai kecerdasan dalam tingkat dan indikator yang
berbeda -beda. Hal ini menunjukkkan bahwa semua anak pada hakekatnya
adalah cerdas.
Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan salah satu bentuk PAUD
pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program
pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan sosial terhadap
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun.
Tujuan layanan Program Taman Penitipan Anak adalah:
a. Memberikan layanan kepada anak usia 0 – 6 tahun yang terpaksa
ditinggal orang tua karena pekerjaan atau halangan lainnya.
b. Memberikan layanan yang terkait dengan pemenuhan hak-hak
anak untuk tumbuh dan berkembang, mendapatkan perlindungan
dan kasih sayang, serta hak untuk berpartisipasi dalam lingkungan
sosialnya.
Dengan cara untuk meningkatkan pengembangan sosial emosional di
taman penitipan anak pada usia 0-6 tahun adalah dengan berbagai
melakukan kegiatan yang selalu eksploratif dan menyenangkan yaitu
dengan melakukan kegiatan metode bercerita,doa sebelum dan sesudah
belajar,saling berbagi,memasang sepatu,merapikan alat bermain. Maka
dari itu penulis memilih penyesuaian diri melalui pengenalan lingkungan
yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan pengembangan
sosial emosional
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah
1. Mengumpulkan data mengenai:
a. Alasan ppengasuh melakukan kegiatan bermain boneka untuk
Mengetahui perkembangan social emosional anak pada layanan TPA di
PAUD Pembina Negeri 1 Kota Bengkulu.
b. Tujuan pengasuh melakukan kegiatan berman boneka.
2. Kebijakan yang mendukung pengasuh melakukan kegiatan bermain
boneka serta mengevaluasi hasil belajar anak TPA di PAUD Pembina 1
melalui kegiatan bermain Boneka.
3. Membuat Analisis kritis(critical analysis) mengenai kegiatan tersebut
D. MANFAAT PENELITIAN
a. Penulis
1. Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis
suatu kegiatan di lembaga PAUD
2. Melatih mahasiswa melakukan penelitian kelas
b. Guru
1. Membntu guru menemukn strategi mengajar yang tepat, dan
dengan suasana kelas yang tidak pasif karena adanya media boneka
jari
2. Melalui boneka jari guru dapat memperbaiki system pembelajaran
yang masih belum tepat dalam kegiatan pengembangan social
emosional anak dengan kegiatan bermain boneka.
c. Lembaga
1. Melalui boneka jari,memberikan gambaran kepada pihak sekolah
untuk menyiapkan fasilitas-fasilitas yang cukup untuk membantu
kelangsungan proses pembelajaran
2. Melalui media boneka jari, pihak sekolah bias menyiapkan media-
media yang lebih emnarik dan bermakna untuk anak.
3. Meningkatkan prestasi sekolah melalui prestasi belajar anak dan
prestasi kinerja guru yang kreatif, terhadap kegiatan anak di Taman
Penitipan Anak kepada PAUD Pembina Negeri 1 Kota Bengkulu
itu sendiri secara langsung.
d. Orang tua
Memberikan pengetahuan kepada orang tua tentang perkembangan
social emosional anak.
BAB II
LANDASAN TEORI
2. Boneka Tangan
Kalau boneka Jari tangan dari setiap jari kita dapat memainkan satu
tokoh, lain dengan .boneka tangan. Pada boneka tangan ini satu tangan kita
hanya dapat memainkan satu boneka.di sebut boneka tngan, karena boneka
ini hanya terdiri dari kepala dan dua tangan saja,sedangkan badan dan
kakinya hanya merupakan baju yang akan menutup lengan orang yang
memainkannya dsiamping cara memain kannya juga hanya memakai
tangan (tanpa menggunakan alat bantu yang lain)
Cara memainkannya adalah jari telunjuk untuk memainkan atau
menggerakkan kepala, ibu Jari dan tangan untuk menggerakkan tangan. Di
Indonesia penggunaan boneka tangan sebagai media
pendidkkan/pembelajaran disekolah-sekolah sudah dilaksanakan,bahkan
dipakai diluar sekolah yaitu pada acara siaran TVRI dengan film seri
boneka “Si Unyil”
3. Boneka Tongkat
Disebut boneka Tongkat karena cara memainkannya dengan
menggunakan tongkat. Tongkat-tomgkat ini dihubungkan dengan tangan
dan tubuh boneka. Wayang Golek di jawa Barat misalnya adalah termasuk
boneka jenis ini. Untuk keperluan penggunaan boneka tongkat sebagai
memdia pendidikan dan media pebelajaran disekolah, maka tokoh-tokoh
dibuat sesuai dengan keadaans ekarang,misalnya dibuat tokoh tengtara,
pedagang, lurah, nelayan dan sebagainya. Boneka tongkat dapat dibuat dari
kayu yang lunak seeperti kayu kemiri, randu,dan sebagainya.
4. Boneka Tali
Boneka Talia tau “Marionet” bnyak dipakai dinegara barat. Perbedaan
yang menyolok antara boneka tali dengan boneka lainnya adalah, boneka
talin bagian kepala, tangan, dan kaki dapat digerak-gerakkan menuirut
kehendak kita/dalangnya. Cara menggerakkan dengan tali. Dengan
demikian maka kedudukan tangan orang yang memainkannya berada di
ayas boneka yang dimainkannya. Untuk memainkan boneka tali diperlulan
latihan-latihan yang teratur, sebab memainkan boneka tali memerlukan
keterampilan yang lebih sulit dibandingkan boneka lainnya. Adakan tetapi
memiliki kelebihan lebih hidup dari pada boneka yang lain, karena
mendekati gerak manusia atau tokoh yang sebenarnya.
5. Boneka Bayang-Bayang
Boneka baying-bayang(shadow puppet) adalah jenis boneka yang cara
memainkannya dengan mempertontonkan gerak baying-bayang dari boneka
tersebut. Di Indonesia khususnya Jawa dikenal dengan “Wayang Kulit”.
Namun untuk keperluan sekolah, wayang semacam ini ndi rasakan kurang
efektif, karena untuk emmainkan boneka ini diperlukan ruangan
gelap/tertutup. Lagipula diperlukn lampu untuk membuat baying-bayang
layar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. SUBJEK PENELITIAN
1. Hari /Tanggal Penelitian : Jum’at/28 Mei 2021
2. Waktu pelaksanaan : 08.00 s/d 10.00 WIB
3. Tempat : PAUD PEMBINA Negeri 1 Kota Bengkulu
4. Subjek penelitian ini :
a. Peserta didik : 8 orang
b. Pendidik : 4 orang
c. Kepala Sekolah : 1 orang
d. Layanan pendidkan : Taman Pentitipan Anak (TPA)
B. METODE PENELITIAN
Penelitian interpretative dilakukan untuk menjelaskan dan menganilsa
fenomena, peristiwa,dinamika social,sikap,kepercayaan, dan persepsi seseorang
atau kelompok terhadap sesuatu. Maka,proses penelitian dimulai dengan
menyusun asumsi dasar dan aturan berfikir yang akan digunakan dalam
penelitian. Data yang dikumpulkan dalam riset kemudian ditafsirkan. (PAUD
Pembina Negeri 1 Kota Bengkulu)
Penelitian ini menggunakan metode interpretative, yaitu
menginterpretasikan data mengenai fenomena/gejala yang diteliti dilapangan.
C. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi,
Observasi, menggunakan ceklist di tabulasi data saja.,fenomena yang
unik/menarik oada PAUD Pembina Negeri 1 Kota Bengkulu. untuk dijadikan
focus penelitian.
2. Wawancara,
Yaitu Tanya jawab dengan seseorang untuk menggali informasi lebih
mendalam mengenai focus penelitian.
3. Dokumentasi
Subjek penelitian ini adalah anak TPA Negeri Pembina 1 dengan jumlah 8
orang anak dan 4 tenaga pemdidik disetiap kelas, dan pimpinan TK Negeri
Pembina 1. Dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 28 Mei 2021 pukul 08.00 –
10.00 WIB.
D. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode interpretative, yaitu
menginterpretasikan data mengenai fenomena/gejala yang diteliti dilapangan.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi, yaitu untuk melihat fenomena yang unik/menarik untuk
dijadikan focus penelitian.
2. Wawancara, untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai focus
penelitian.
3. Dokumentasi yaitu untuk mengumpulkan bukti-bukti dan penjelasan yang
lebih luas mengenai focus penelitian
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Tabulasi Data
Untuk memudahkan analisi data, maka data hasil penelitian dibuat tabulasi sebagai berikut:
Wawancara dengan
Observasi Wawancara dengan guru Dokumentasi
pimpinan TPA
Social emosional melalui kegiatan bermain peran dengan boneka Jari, TPA Pembina
Negeri 1 merupakan suatu kegiatan yang bermaksud untuk melatih pengembangan
penyesuaian diri. Hal tersebut dapat menunjang persiapan anak memasuki jenjang
pendidikan selajutnya yaitu kelompok bermain. Pelaksanaan kegiatan anak di TPA
Pembina Negeri 1 dilaksanakan dalam berbagai bentuk kegiatan bermain Boneka Jari
yang menarik minat anak menggunakan metode yang dikemas seperti metode bermain
peran agar pembelajaran dapat berlangsung dengan menyenangkan.
Pengembangan penyesuaian diri melalui kegiatan bermain Boneka Jari TPA
Pembina Negeri 1 ini sesuai dengan pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No 20/2003 ayat 1, yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia
0-6 tahun. Pada masa ini otak anak berkembang sangat pesat hingga mencapai 80%, milyaran
sel pada otak anak akan saling berhubungan membentuk jaringan yang semakin kompleks
jika mendapat stimulasi yang tepat dari lingkungan sekitarnya (Hasan, 2009:41). Bahwa
dalam proses di TPA hendaknya pengasuh memberikan kesempatan seluas – luasnya pada
semua anak untuk mendapat stimulasi yang tepat oleh lingkungannya.
Pengenalan lingkungan TPA Pembina Negeri 1 bermaksud untuk mengembangkan
penyesuaian diri anak dimana melalui pengumpulan data dapat dilihat tingkat kemampuan
anak dalam penyesuaian diri ada 2 anak dari 8 anak yang masih memerlukan bantuan dan
bimbingan dari pengasuh.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan pengembangan penyesuaian diri
melalui kegiatan pengenalan lingkungan TPA Pembina Negeri 1 untuk mengembangkan
penyesuaian diri anak sesuai dengan teori – teori tersebut di atas sehingga dalam mencapai
hasil yang diharapkan dapat tercapai.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari tabulasi dan analisis data dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut :
1. TPA Negeri Pembina 1 mempunyai program pengembangan social emosional melalui
boneka sejak dini yaitu meletakkan dasar – dasar yang kuat bagi anak untuk belajar
ketrampilan social ketik bermain, mengembangkan imajinasi anak, melatih tanggung
jawab, serta memiliki empati dan kasih sayang dan dapat memahami orang lain, serta
program pemenuhan gizi yang tepat bagi anak dapat meningkatkan tumbuhkembang
anak secara optimal.
2. Kegiatan pengembangan kemampuan social emosional anak d taman penitipan anak paud Pembina
negeri 1 kota Bengkulu mengarah pada kegiayan bermain bpneka
3. Lingkungan pengasuhan (ruangan kgsusus bermain dan ruangan ksussus istirahat ) di taman penitipn
anak paud Pembina negeri 1 kota Bengkulu, juga disiapkan dan di tata sedemikian rupan
sehinggamendukung pencapaian pengembangan social emosional amak
boneka, sebaiknya taman penitipan anak paud Pembina negeri 1 kota Bengkulu TPA
Negeri Pembina 1 memberikan boneka yang beragam/bervariasi, dan jumlah nya
sesuai dengan jumlah anak atau lebih, agar banak dapat memilih sendiri boneka
kesukaannyadan tidak berebut dengan temannya.
2. Pengembangan kemmapuan social emosional anak melalui kegiatan bermain
bonekadi Taman Penitipan Anak PAUD Pembina Negeri 1 Kota Bengkulu,
hendaknya pengasuh memberi motivasi, pengarahan, dan memberi bantuan pada anak
yang menglami putus asa.
3. Pengasuh hendaknya lebih kreatif lagi dalam menciptakan kegiatan-kegiatan yang
inovatif
4. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan sangat menyenangkan harus didukung
oleh sikap dan perilaku guru yang lebih tanggap terhadap respon dan reaksi anak
DAFTAR PUSTAKA