Anda di halaman 1dari 24

Oleh : Ir. Alhidayati Aziz, M.

Si

DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN NONFORMAL


Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan Nasional
Prinsip-prinsip

 Menghargai anak sebagai individu yang unik


 Absorbent Mind (daya serap pikiran)
 Sensitive periods (masa peka)
 Lingkungan yang disiapkan
 Pendidikan berpusat pada anak (pedosentris)
 Mengajarkan praktek keterampilan hidup
 Absorbent Mind (daya serap pikiran)
Anak belajar secara tidak sadar dari lingkungannya. Di dalam diri anak
sebetulnya sudah memiliki kemampuan, langkah dan rhytm pembelajaran sendiri-
sendiri. Anak mampu mengembangkan konsentrasi dan disiplin diri, dan
memerlukan lingkungan yang dapat mendukungnya. Pada masa perkembangan
awal, anak berkembang bukan karena imajinasinya, tetapi pada pengalaman
sensorial.
 Lingkungan yang disiapkan
Lingkungan dipersiapkan dengan materi-materi yang telah terstruktur misalnya
berupa :
1. Materi sensorial
Anak dapat berlatih untuk memperluas dan memperhalus persepsi
sensorinya. Materi yang digunakan adalah alat-alat yang mengandung konsep
tentang ukuran, bentuk, warna, suara, tekstur, bau, berat ringan, dll.
2. Materi konseptual
Materi ini merupakan bahan-bahan konkret untuk melatih anak membaca,
menulis, matematika dan pengetahuan sosial.
3. Materi kehidupan praktis (sehari-hari)
Pembelajaran yang diberikan banyak ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya menyapu lantai, mencuci piring, menyiram
tanaman, mengancingkan baju, dll. Kegiatan tersebut dimaksudkan
untuk menumbuhkan karakter anak dalam hal kemandirian.
 Sensitive periods (masa peka)
Ada masa tertentu dalam kehidupan anak yang sangat mudah menerima
rangsangan. Dia menyebutkan 4 tahap perkembangan yaitu :
1. Lahir – 6 tahun : masa eksplorasi sensoris.
Masa ini anak akan menciptakan pengetahuannya melalui
pengalaman-pengalaman sensoris.
2. Usia 6-12 tahun : eksplorasi konsep
Anak mengembangkan kekuatan berpikir abstrak dan imajinasinya
3. Usia 12-18 tahun : eksplorasi humanistik
Anak memahami posisinya di masyarakat dan tahu cara berkontribusi
pada dunianya.
4. Usia 18-24 tahun : eksplorasi khusus
Menemukan keberadaan dirinya bagian dari dunianya. Montessori
percaya bahwa setiap orang memiliki kebutuhan untuk menemukan
karya yang bermakna.
High Scope memiliki komponen penting, yaitu :
1. Anak sebagai pembelajar aktif yang menggunakan sebagian besar
waktunya di dalam learning center (area) yang beragam.
2. Merencanakan-melakukan-mengulang (plan – do – review).

Pendidik membantu anak untuk memilih apa yang akan mereka


lakukan setiap hari, melaksanakan rencana mereka dan mengingat
serta merefleksikan kembali apa yang telah mereka pelajari.
3. Pengalaman kunci (key experience). Pengalaman-pengalaman

penting anak dipakai untuk pembelajaran .


4. Penggunaan catatan anekdot untuk mencatat kemajuan yang
diperoleh anak
Kurikulum High Scope memilki 5 unsur yang mendukung
pembelajaran aktif anak, yaitu :
1.Benda-benda yang dapat dieksplor anak

2.Manipulasi benda-benda oleh anak

3.Pilihan bagi anak tentang apa yang harus dilakukan anak

4.Bahasa anak

5.Dukungan dari orang dewasa

High Scope menggambarkan 58 pengalaman kunci yang dapat


memandu kegiatan, yang dikategorikan ke dalam 10 kategori,
yaitu representasi kreatif, bahasa dan keaksaraan, inisiatif dan
hubungan sosial, gerakan, musik, klasifikasi, seriasi,
bilangan, ruang, dan waktu.
1. Konsep :
Gambaran dari anak:
a. Anak dianggap sebagai individu yang kompeten, kuat, suka menemukan, dan penuh
ide.
b. Lingkungan sebagai pendidik ketiga perlu dirancang dengan baik.
Lingkungan pembelajaran disiapkan dengan cermat untuk memfasilitasi
hubungan sosial dan pemahaman untuk menumbuhkan nilai-nilai
keindahan.
c. Adanya hubungan di antara anak, pendidik, dan orangtua
Adanya kolaborasi antar pendidik, anak dan pendidik, anak dan anak,
anak dan orangtua, dan komunitas yang lebih besar.
d. Dokumentasi
Memberikan penguatan terhadap pengalaman anak melalui proses
dokumentasi yang berkesinambungan.
e. Progettazione
Perencanaan yang fleksibel agar anak dapat menginvestigasi lebih
jauh melalui kolaborasi dengan anak, orangtua, dan komunitas yang
lebih besar.
f. Provokasi
Pendidik perlu memperhatikan minat anak dan mendorong/mengem-
bangkan lebih jauh pemikiran dan tindakan anak.
g. Seratus bahasa dari anak
Mendorong anak untuk membuat representasi simbolik dari ide-ide
mereka dan memberikan mereka banyak media untuk merepresentasi-
kan ide-ide tersebut.
2. Struktur program
a. Anak bisa bekerja sendiri, di dalam kelompok kecil, di
dalam atau di luar ruangan, bisa di learning center, atau
studio. Kegiatan ini dapat berlangsung selama berjam-jam,
berhari-hari atau berbulan-bulan.
b. Anak berada di dalam kelas dengan 25 anak dengan 2
pendidik.
c. Anak, pendidik, dan keluarga bersama-sama selama 3 tahun
d. Ketika sedang membuat suatu proyek, anak berada di dalam
kelompok kecil dengan jumlah maksimal 5 anak.
e. Konflik yang terjadi di dalam interaksi sosial termasuk
negosiasi, pertentangan, dll bukan dipandang sebagai
pembelajaran sosial, tetapi bagian yang penting dari proses
kognisi.
3. Lingkungan sebagai pendidik ketiga
a. Ruang/tempat yang digunakan untuk pembelajaran harus bisa
menarik dan mengundang minat anak untuk bermain di situ.
b. Segala sesuatu dan setiap tempat harus mengandung unsur
pendidikan. Dari warna, cahaya, tanaman, kamar mandi, dapur, pintu
gerbang dan penataan bahan-bahan main ditata dengan nilai-nilai
keindahan.
c. Setiap sentra dan sekolah memiliki area pusat piazza, yang memancarkan
budaya dari kota tersebut di mana orang berkumpul
dan berkomunikasi. Disediakan kursi untuk orangtua, area untuk berdandan
dengan aneka kostum, dan hal-hal lain yang menarik.
Anak dari kelompok yang berbeda dapat bermain dan bekerja di
dalam proyek itu.
d. Menekankan pada berbagai macam media seperti studio seni, bahan- bahan
alam, bahan limbah, dll. Bahan-bahan main disimpan di dalam kontainer yang
transparant.
e. Anak dan orangtua membantu untuk mengumpulkan dan mengelola bahan-
bahan main yang digunakan.
Beyond Centers and Circle Times (BCCT) berakar pada
Kurikulum Kreatif yang merupakan penggabungan dari berbagai
pendekatan lain. Setelah dicoba diterapkan di Indonesia, PAUD
di beberapa wilayah di Indonesia mulai mengalami perubahan
yang lebih baik, dari semula menggunakan cara-cara
konvensional, kini mulai menuju ke arah pendekatan konstruktif.
Meskipun penerapan BCCT di Indonesia belum maksimal,
namun setidaknya mulai dirasakan manfaatnya oleh sebagian
anak, pendidik, dan orangtua.
BCCT
 Berpusat pada anak.
 Anak membangun pengetahuan sendiri dengan
dukungan pendidik.
 Pengetahuan didapat anak melalui interaksi dengan
guru, teman, alat main dan lingkungannya
(lingkungan main).
 Aktivitas anak dilakukan dalam sentra.
 Sentra sebagai pusat pengembangan potensi anak
(Integrated learning).
 Pendidik sebagai fasilitator yang memberi pijakan
pada anak.
Pengajaran merupakan
bagian dari pendidikan
Pengajaran
 Cara memberi ilmu pengetahuan

dan kecakapan kepada anak-anak


sehingga berguna bagi kehidupan
lahir dan bathin.

Pendidikan
 Tuntunan hidup bagi anak-anak.
 Menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-
anak sebagai manusia dan
anggota masyarakat sehingga
dapat mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.
 Memberi contoh
 Pembiasaan
 Pengajaran
 Perintah, paksaan dan
hukuman
 Perilaku (disiplin diri)
 Pengalaman lahir dan
bathin
Masa kanak-anak/kinder
period usia 1 – 7 tahun
Masa pertumbuhan jiwa dan
pikiran usia 7 – 14 tahun
Masa sosial period atau
terbentuknya budi pekerti
usia 14 – 21 tahun
 Yogjakarta, 3 Juli 1922
 Taman Anak/Taman Indria untuk anak
di bawah 7 tahun
 Taman Anak  kelas I – III (7-9 thn)
 Taman Muda kelas IV-VI (10-12 thn)
 Semboyan ”tut wuri handayani”
Memberi kebebasan yang luas selama tidak
membahayakan anak.
 Sistem ”among’’
Memberi kemerdekaan, kesukarelaan,
demokrasi, toleransi, ketertiban, kedamaian,
kesesuaian dengan keadaan dan menghindari
perintah dan paksaan.
TEORI PENDIDIKAN
1. Howard Gardner (1943 - )
- Teori Multiple-Intellegence
- Anak memiliki kecerdasan jamak
2. John Bowlby (1907 – 1990)
- Teori Attachment
3. Jean Piaget (1907 – 1980)
- Sensorimotor
- Pra Operasional
4. Vygotsky (1896 – 1934)
- ZPD
- Scaffolding
IMPLEMENTASI FILOSOFI, TEORI DAN
PENDEKATAN DALAM PELAKSANAAN PAUD

 BERKAITAN DENGAN ANAK


 Anak akan belajar dengan baik ketika mereka
menggunakan sensori
 Semua anak dapat dididik
 Setiap anak harus dioptimalkan potensinya
 Pendidikan harus dimulai sejak dini
 Anak tidak dapat dipaksa belajar jika belum siap belajar
 Mempersiapkan anak bagi perkembangan selanjutnya
dalam belajar
 Kegiatan pembelajaran harus menarik dan bermakna
 Interaksi sosial dengan guru dan kelompok usia penting
bagi perkembangannya
 BERKAITAN DENGAN GURU
 Guru harus menyayangi dan menghargai semua anak
 Guru harus memiliki dedikasi untuk mengajar secara
profesional
 Pengajaran yang baik harus berdasarkan teori, filosofi,
tujuan dan sasaran
 Mengajar anak menggunakan materi sebenarnya
 Pengajaran dimulai dari yang konkret sampai abstrak
 Observasi penting guna mengetahui proses belajar anak
 Pengajaran harus berpusat pada anak bukan berpusat
pada guru
BERKAITAN DENGAN ORANG TUA
* Keluarga merupakan lembaga yang paling penting
dalam pendidikan dan pengembangan anak
* Orang tua adalah pendidik utama dan pertama
bagi anak
Ya Allah,
Sehatkan tubuhku
Cerdaskan otakku
Bersihkan hatiku
Indahkan akhlakku

Anda mungkin juga menyukai