Anda di halaman 1dari 43

PENDEKATAN PAUD

A. PENDEKATAN MONTESSORI
1. Sejarah dan fi losofi
Filosofi dan kurikulum dari metode Montessori dikembangkan oleh dokter dari
Italia yang bernama Maria Montessori. Metode Montessori muncul menjadi model
kurikulum untuk anak-anak usia prasekolah yang disebarkan dan direplikasi secara
luas. Lewat pengamatannya bertahun-tahun, dia menemukan keunikan
setiap anak sebagai berikut :
a. Masa peka (sensitive period)
Ada masa tertentu dalam kehidupan anak yang sangat mudah menerima
rangsangan. Dia menyebutkan 4 tahap perkembangan yaitu :
1) Lahir – 6 th : masa eksplorasi sensoris.
Masa ini anak akan menciptakan pengetahuannya melalui
pengalaman-pengalaman sensoris.
2) Usia 6-12 tahun : eksplorasi konsep
Anak mengembangkan kekuatan berpikir abstrak dan imajinasinya
3) Usia 12-18 tahun : eksplorasi humanistik
Anak memahami posisinya di masyarakat dan tahu cara berkontribusi
pada dunianya.
4) Usia 18-24 tahun : eksplorasi khusus
Menemukan keberadaan dirinya bagian dari dunianya. Montessori
percaya bahwa setiap orang memiliki kebutuhan untuk menemukan
karya yang bermakna.

b. Daya serap pikiran (absorbent mind)


Anak belajar secara tidak sadar dari lingkungannya. Di dalam diri anak
sebetulnya sudah memiliki kemampuan, langkah dan ritme pembelajaran
sendiri-sendiri. Anak mampu mengembangkan konsentrasi dan disiplin
diri, dan memerlukan lingkungan yang dapat mendukungnya. Pada masa
perkembangan awal, anak berkembang bukan karena imajinasinya,
tetapi pada pengalaman sensorial.
2. Komponen kunci penerapan Montessori
Sekolah Montessori menggunakan metode, bahan-bahan dan pelatihan
pendidik yang unik. Unsur penting yang harus ada dalam pendidikan
Montessori adalah :
a. Para pendidik dilatih secara khusus tentang fi losofi dan metode
Montessori.
b. Terjalin kemitraan dengan orangtua.
c. Kelas merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari beragam usia.
d. Bermacam-macam bahan dan pengalaman pembelajaran Montessori
diberikan kepada anak secara cermat dan berurutan sesuai kebutuhan
anak.
e. Penjadwalan yang teratur yang memberikan kesempatan pada anak
untuk terlibat dalam pemecahan masalah dan terlibat secara mendalam
dalam pembelajaran.
f. Suasana kelas mendorong interaksi sosial yang mendukung pembelajaran
kooperatif.
g. Berdasarkan pada ide bahwa anak belajar melalui pengalamannya sendiri.
h. Menyediakan persiapan yang sebaik-baiknya dan lingkungan yang teratur.
i. Termasuk lingkungan yang didaktik dan berurutan untuk menunjang melalui
pendidikan anak di 4 area perkembangan yaitu perkembangan motorik sensorial,
konsep akademik, latihan kehidupan sehari-hari, dan perkembangan karakter.
j. Material dari yang simpel menjadi kompleks dan dari yang konkret menjadi
abstrak.
k. 63% dari kegiatan di kelas dilakukan secara independen.

3. Kurikulum dan kegiatan


Tujuan pendidikan Montessori adalah mengoptimalkan seluruh kemampuan
anak melalui stimulasi yang dipersiapkan. Untuk dapat memberikan
stimulasi yang maksimal maka pendidik harus mempersiapkan perencanaan
secara rinci dan mempersiapkan lingkungan pembelajaran yang tenang dan
teratur. Kelas yang terdiri dari bermacam-macam usia membuat anak dapat
belajar dari anak yang lebih tua usianya selain juga belajar dari pendidik.
Walaupun anak belajar secara individual, namun anak dilatih mandiri.

2
Lingkungan dipersiapkan dengan materi-materi yang telah terstruktur
misalnya berupa:
a. Materi sensorial
Anak dapat berlatih untuk memperluas dan memperhalus persepsi
sensorinya. Materi yang digunakan adalah alat-alat yang mengandung
konsep tentang ukuran, bentuk, warna, suara, tekstur, bau, berat ringan,
dll.
b. Materi konseptual
Materi ini merupakan bahan-bahan konkret untuk melatih anak
membaca, menulis, matematika dan pengetahuan sosial.
c. Materi kehidupan praktis (sehari-hari)
Pembelajaran yang diberikan banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari, misalnya menyapu lantai, mencuci piring, menyiram tanaman,
mengancingkan baju, dll. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk
menumbuhkan karakter anak dalam hal kemandirian.

4. Montessori dan DAP


Pendekatan Montessori menggunakan bahan-bahan yang dapat dimainkan
anak, namun di dalam pendekatan ini tidak memberikan anak di bawah 6
tahun untuk berfantasi. Padahal jika seorang anak bermain, maka salah satu
unsur bermain adalah berfantasi (berpura-pura). Dengan demikian di dalam
pendekatan ini anak tidak bisa bermain secara bebas, tetapi sangat
terstruktur sehingga imajinasinya tidak berkembang. Pengaruh pendidik
untuk memberikan mainan yang sudah terpola dan berurutan secara ketat
membatasi kreativitas anak dalam mengeksplorasi mainannya. Dengan anak
belajar secara mandiri, maka kesempatan anak untuk berinteraksi dengan
teman sangat terbatas.

3
PENDEKATAN HIGH/SCOPE

1. Sejarah dan filosofi


Kurikulum ini dikembangkan oleh David Weikart yang pada awalnya bekerja
pada Perry Project yang dikenal pada tahun 1960-an di Ypsilanti, Michigan.
High/Scope mulai digunakan pada tahun 1962. Dilakukan studi longitudinal
sampai seseorang berusia 40 tahun. Studi ini menyebutkan bahwa anak akan
memiliki hubungan sosial dan emosional yang baik. Program ini melibatkan anak
sebagai pembelajar aktif yang memberikan kesempatan pada anak untuk
memilih sendiri aktivitas bermainnya.
High/Scope memiliki komponen penting, yaitu :
a. Anak sebagai pembelajar aktif yang menggunakan sebagian besar waktunya
di dalam learning center (area) yang beragam.
b. Merencanakan-melakukan-mengulang (plan – do – review). Pendidik
membantu anak untuk memilih apa yang akan mereka lakukan setiap hari,
melaksanakan rencana mereka dan mengingat serta merefleksikan kembali
apa yang telah mereka pelajari.
c. Pengalaman kunci (key experience). Pengalaman-pengalaman penting anak
dipakai untuk pembelajaran .
d. Penggunaan catatan anekdot untuk mencatat kemajuan yang diperoleh
anak
Kurikulum High/Scope memiliki 5 unsur yang mendukung pembelajaran aktif
anak, yaitu :
a. Benda-benda yang dapat dieksplor anak
b. Manipulasi benda-benda oleh anak
c. Pilihan bagi anak tentang apa yang harus dilakukan anak
d. Bahasa anak
e. Dukungan dari orang dewasa
High/Scope menggambarkan 58 pengalaman kunci yang dapat memandu
kegiatan, yang dikategorikan ke dalam 10 kategori, yaitu representasi kreatif,

4
bahasa dan keaksaraan, inisiatif dan hubungan sosial, gerakan, musik,
klasifi kasi, seriasi, bilangan, ruang, dan waktu.

2. Bahan-bahan dan kegiatan :


Ruang-ruang kelas seperti sekolah pada umumnya dengan bermacam-macam
sentra pembelajaran yang menarik minat anak seperti sentra balok, seni,
rumah-rumahan, mainan-mainan kecil, komputer, buku dan alat tulis, pasir-air.
Anak-anak dapat mengeksplor dengan bebas mainan-mainan yang ada.
Kegiatan rutin yang konsisten berlangsung setiap hari sehingga anak menyadari
urutan kegiatan di dalam kelas. Aktivitas tersebut ditempel dalam bentuk
gambar atau tulisan di dinding untuk mengingatkan anak. Jadwal kegiatan
terbagi dalam kegiatan di dalam ruangan ataupun di luar ruangan, dalam
kelompok kecil ataupun kelompok besar.

3. Peranan pendidik
Pendidik harus mendapatkan pelatihan tentang High/Scope dari pusat jika akan
mengajar dengan pendekatan ini. Pendidik memiliki peranan sebagai berikut:
a. Strategi interaksi yang positif
b. Berfokus pada kekuatan anak
c. Membangun hubungan dengan anak
d. Mendukung ide-ide bermain anak
e. Mengembangkan ketrampilan dalam bertanya kepada anak untuk
memperkuat pembelajaran, refleksi, dan komunikasi.
f. Mengajak anak untuk memecahkan masalah jika terjadi konflik sosial.

4. High/Scope dan DAP


Pada prinsipnya ada 3 prinsip dasar dari pendekatan High/Scope yang sesuai
dengan DAP :
a. Berdasarkan teori konstruktif Piaget
b. Mementingkan pembelajaran aktif
c. Mementingkan benda-benda yang dapat dimanipulasi

5
d. Adanya peranan orang dewasa di dalam memfokuskan perhatian anak
dan penggunaan bahasa dalam pembelajaran
e. Menekankan pada pilihan dan kegiatan di dalam sentra
f. Mementingkan pengamatan dan penilaian (assessment)

PENDEKATAN REGGIO EMILIO

1. Konsep :
a. Gambaran dari anak
Anak dianggap sebagai individu yang kompeten, kuat, suka menemukan,
dan penuh ide.
b. Lingkungan sebagai pendidik ketiga perlu dirancang dengan baik.
Lingkungan pembelajaran disiapkan dengan cermat untuk memfasilitasi
hubungan sosial dan pemahaman untuk menumbuhkan nilai-nilai keindahan.
c. Adanya hubungan di antara anak, pendidik, dan orangtua
Adanya kolaborasi antar pendidik, anak dan pendidik, anak dan anak, anak
dan orangtua, dan komunitas yang lebih besar.
d. Dokumentasi
Memberikan penguatan terhadap pengalaman anak melalui proses
dokumentasi yang berkesinambungan.
e. Progettazione
Perencanaan yang fleksibel agar anak dapat menginvestigasi lebih jauh
melalui kolaborasi dengan anak, orangtua, dan komunitas yang lebih besar.
f. Provokasi
Pendidik perlu memperhatikan minat anak dan
mendorong/mengembangkan lebih jauh pemikiran dan tindakan anak.
g. Seratus bahasa dari anak
Mendorong anak untuk membuat representasi simboli dari ide-ide mereka
dan memberikan mereka banyak media untuk merepresentasikan ide-ide
tersebut.

2. Struktur program

6
Anak bisa bekerja sendiri, di dalam kelompok kecil, di dalam atau di luar
ruangan, bisa di learning center, atau studio. Kegiatan ini dapat berlangsung
selama berjam-jam, berhari-hari atau berbulan-bulan.
a. Anak berada di dalam kelas dengan 25 anak dengan 2
pendidik.
b. Anak, pendidik, dan keluarga bersama-sama selama 3 tahun
c. Ketika sedang membuat suatu proyek, anak berada di dalam kelompok kecil
dengan jumlah maksimal 5 anak.
d. Konflik yang terjadi di dalam interaksi sosial termasuk negosiasi,
pertentangan, dll bukan dipandang sebagai pembelajaran sosial, tetapi
bagian yang penting dari proses kognisi.

3. Lingkungan sebagai pendidik ke-tiga


a. Ruang/tempat yang digunakan untuk pembelajaran harus bisa menarik dan
mengundang minat anak untuk bermain di situ.
b. Segala sesuatu dan setiap tempat harus mengandung unsur pendidikan.
Dari warna, cahaya, tanaman, kamar mandi, dapur, pintu gerbang dan
penataan bahan-bahan main ditata dengan nilai-nilai keindahan.
c. Setiap sentra dan sekolah memiliki area pusat piazza, yang memancarkan
budaya dari kota tersebut di mana orang berkumpul dan berkomunikasi.
Disediakan kursi untuk orangtua, area untuk berdandan dengan aneka
kostum, dan hal-hal lain yang menarik. Anak dari kelompok yang berbeda
dapat bermain dan bekerja di dalam proyek itu.
d. Menekankan pada berbagai macam media seperti studio seni, bahan-bahan
alam, bahan limbah, dll. Bahan-bahan main disimpan di dalam kontainer
yang transparant.
e. Anak dan orangtua membantu untuk mengumpulkan dan mengelola bahan-
bahan main yang digunakan.

4. Minat anak sebagai kurikulum


a. Kurikulum dirancang berdasarkan minat anak. Proyek bisa muncul
awalnya dari pendidik, tapi kemudian menggali dari lingkungan sekitar anak
atau berasal dari kejadian yang spontan dan menarik.

7
b. Pendidik memfasilitasi anak untuk memperluas proyek.
c. Anak juga mengerjakan kegiatan seperti pada umumnya, misalnya
membaca buku, bermain drama, dsb.
d. Setiap langkah dari semua kegiatan, pendidik mengamati,
mendiskusikan, dan menginterpretasikan bersama anak. Dengan berdiskusi
dalam kelompok, dan membahas kembali pengalaman mereka, anak akan
makin memahami.

5. Peranan pendidik
a. Membangun pengetahuan dan pemahaman anak
b. Menjadi seorang pendengar yang baik dan observer.
c. Mendokumentasikan hasil kerja anak dan mendiskusikannya dengan
pendidik-pendidik yang lain setiap minggu.
d. Menjadi partner bagi anak di dalam proses pembelajaran.
e. Pedagogista
Seseorang tidak hanya sebagai koordinator, konsultan pendidikan, tetapi
mereka juga bekerja dengan beberapa pra sekolah dan center untuk infant-
toddler.

6. Reggio Emilio dan DAP


Menurut Sue Bredekamp sebagai pencetus DAP menanggapi kritikan tentang
Regio Emilio yang sulit diterapkan di Amerika mengatakan bahwa Regio terlalu
jauh melewati DAP khususnya dalam hal konteks sosial dan dalam hal peranan
pendidik. Karena itu tantangan yang diberikan kepada pendidik di Amerika
adalah :
a. Menyuarakan kembali bahwa anak adalah anak yang kompeten
b. Memunculkan integritas program dan pengalaman bagi anak dan orang
dewasa.
c. Mempertajam kembali pemahaman kita tentang kesesuaian dalam
perkembangan.
d. Menyeimbangkan standart setting dengan pertanyaan-pertanyaan.
e. Merefleksikan pada pengembangan profesi.
f. Memperluas pemahaman kita tentang peran dari seorang pendidik.

8
PENDEKATAN KREATIF

1. Sejarah dan filosofi


Pencetus dari kurikulum kreatif adalah Diane Trister Dodge yang merupakan
pendiri dari Teaching Strategy, Inc yang banyak menerbitkan buku-buku, bahan-
bahan dan pelatihan ”Creative Curriculum”. Setelah lahirnya DAP, maka Dodge
justru ingin menyempurnakan pembelajaran-pembelajaran yang ada dengan
memasukkan DAP ke dalam sebuah pendekatan baru yang disebut sebagai
pendekatan kurikulum kreatif.
Dasar filosofi dari kurikulum ini adalah pendidik harus mampu menggunakan
bermacam-macam strategi untuk memenuhi kebutuhan anak dalam aspek
perkembangan sosial, emosional, fi sik, kognisi dan bahasa. Elemen-elemen
penting dari kurikulum kreatif adalah :
a. Berdasarkan teori dan riset tentang perkembangan anak termasuk ide-ide
dari Maslow, Erickson, Piaget, Vygotsky, Smilansky dan Gardner
sebagaimana informasi akhir-akhir ini tentang riset otak.
b. Adanya pemahaman bagaimana seorang anak berkembang dan belajar di
dalam suatu perkembangan yang kontinum yang meliputi aspek
perkembangan sosial/emosional, fi sik, kognisi dan bahasa.
c. Menekankan pada setting lingkungan pembelajaran yang menantang anak di
dalam sentra-sentra yang diminati anak, mengatur jadwal dan kegiatan
sehari-hari, mengorganisasi pilihan waktu-belajar dalam kelompok kecil dan

9
besar serta menciptakan komunitas kelas sehingga anak dapat berhubungan
dengan baik bersama anak lain serta mampu memecahkan masalah.
d. Pendidik berperan menjadi pengamat dan menggunakan bermacam-macam
strategi untuk memandu pembelajaran. Sistem pelaksanaan, penilaian yang
autentik berdasarkan observasi yang dibuat setiap hari di dalam kelas akan
memampukan pendidik untuk merencanakan setiap anak maupun kelompok.
e. Bermitra dengan orangtua dengan penekanan pada komunikasi untuk
mendukung pembelajaran di sekolah.
f. Membantu pendidik untuk memahami bagaimana bekerja dengan anak pada tingkat
perkembangan yang berbeda untuk mempertinggi pembelajaran.
g. Menyediakan petunjuk pelatihan dan sumber audiovisual.

2. Lingkungan pembelajaran
Anak-anak dapat belajar di dalam sentra-sentra pembelajaran yang
menyenangkan seperti sentra balok, bermain peran, mainan dan permainan,
seni, perpusakaan, penemuan, pasir dan air, musik dan gerakan, memasak,
komputer, dan kegiatan outdoor.
Material yang digunakan harus beragam dan harus diorganisasi sehingga dapat
memperkuat pembelajaran dan memenuhi kebutuhan anak. Anak didorong
untuk aktif menentukan pilihan dari sejumlah bahan-bahan yang cocok dengan
anak. Kelas dirancang untuk bisa menerima anak dari berbagai keluarga yang
berbeda, untuk memberikan kesempatan pada anak agar mandiri, dan
mendukung minat dan kemampuan anak secara individu.
Di dalam kelas dengan pendekatan kurikulum kreatif anak terlibat secara aktif.
Materi pembelajaran dipelajari melalui investigasi dan bermain sehingga anak
mengalami sendiri pembelajaran tersebut.

3. Kurikulum Kreatif dan DAP


Sebagaimana prinsip-prinsip DAP telah diterapkan di kurikulum kreatif, maka
komponen-komponen DAP yang muncul adalah :
a. Konsepnya berdasarkan riset dan teori.
b. Peranan aktif dari anak sangat dominan pada saat bermain dan
bereksplorasi

10
c. Menekankan pada kualitas bahan-bahan dan pengaturan lingkungan
pembelajaran
d. Fokus pada pengamatan dan penilaian agar dapat mencapai tujuan
perkembangan anak secara menyeluruh
e. Mementingkan hubungan dengan keluarga dan antara anak dan
pendidik.
Beyond Centers and Circle Times (BCCT) berakar pada Kurikulum Kreatif ini
yang merupakan penggabungan dari berbagai pendekatan lain. Setelah
dicoba diterapkan di Indonesia, pendidikan anak usia dini di beberapa
wilayah di Indonesia mulai mengalami perubahan yang lebih baik, dari
semula menggunakan cara-cara konvensional, kini mulai menuju ke arah
pendekatan konstruktif. Meskipun penerapan BCCT di Indonesia belum
maksimal, namun setidaknya mulai dirasakan manfaatnya oleh sebagian
anak, pendidik, dan orangtua.

11
PRINSIP UMUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Pendidikan anak usia dini didasarkan atas prinsip-prinsip berikut:


1. Berorientasi pada kebutuhan anak.
Pada dasarnya setiap anak memiliki kebutuhan dasar yang sama seperti kebutuhan fisik,
rasa aman, dihargai, tidak dibeda-bedakan, bersosialisasi, dan kebutuhan untuk diakui.
Oleh karena itu dalam pelaksanaan pendidikan anak usia dini pendidik harus memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan tidak membedakan anak satu dengan lainnya.
Anak tidak bisa belajar dengan baik apabila dia lapar, merasa tidak aman/takut,
lingkungan tidak sehat, tidak dihargai atau diacuhkan oleh pendidik atau temannya.
Hukuman dan pujian tidak termasuk bagian dari kebutuhan anak, karenanya pendidik
tidak menggunakan keduanya untuk mendisiplinkan atau menguatkan usaha yang
ditunjukkan anak.

2. Sesuai dengan perkembangan anak.


Setiap usia mempunyai tugas perkembangan yang berbeda, misalnya pada usia 4 bulan
pada umumnya anak bisa tengkurap, usia 6 bulan bisa duduk, 10 bulan bisa berdiri, dan 1
tahun bisa berjalan. Pada dasarnya semua anak memiliki pola perkembangan yang dapat
diramalkan, misalnya anak akan bisa berjalan setelah bisa berdiri. Anak akan siap belajar
12
apabila dia sudah menguasai kemampuan sebelumnya, misalnya anak akan mampu
menulis apabila perkembangan motorik halusnya sudah siap, dan koordinasi mata dan
tangan sudah baik. Oleh karena itu pendidik harus memahami tahap perkembangan anak
dan menyusun kegiatan sesuai dengan tahapan perkembangan untuk mendukung
pencapaian tahap perkembangan yang lebih tinggi.

3. Sesuai dengan keunikan setiap individu.


Anak merupakan individu yang unik, masing-masing mempunyai gaya belajar yang
berbeda. Ada anak yang lebih mudah belajarnya dengan mendengarkan (auditori), ada
yang dengan melihat (visual) dan ada yang harus dengan bergerak (kinestetik). Anak juga
memiliki minat yang berbeda-beda terhadap alat/ bahan yang dipelajari/yang digunakan,
juga mempunyai temperamen yang berbeda, bahasa yang berbeda, cara merespon
lingkungan, serta kebiasaan yang berbeda. Pendidik seharusnya mempertimbangkan
perbedaan indiviual anak, serta mengakui perbedaan tersebut sebagai kelebihan masing-
masing anak. Untuk mendukung hal tersebut pendidik harus menggunakan cara yang
beragam dalam membangun pengalaman anak, serta menyediakan ragam main yang
cukup.

4. Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain.


Pembelajaran dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Melalui bermain anak belajar
tentang: konsep-konsep matematika, science, seni dan kreatifitas, bahasa, sosial, dan
lain-lain. Selama bermain anak mendapatkan pengalaman untuk mengembangkan aspek-
aspek nillai-nilai moral, fisik/motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni.
Pembentukan kebiasaan yang baik seperti disiplin, sopan santun, dan lainnya dikenalkan
melalui cara yang menyenangkan.

5. Anak belajar dari yang konkrit ke abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks,
dari gerakan ke verbal, dan dari diri sendiri ke sosial.
a. Anak belajar mulai dari hal-hal yang paling konkrit yang dapat dirasakan
oleh inderanya (dilihat, diraba, dicium, dicecap, didengar) ke hal-hal yang bersifat
imajinasi. Misalnya anak bayi sampai 1 tahun mengenal buah apel dengan cara
memegang, mencium, merasakan, melihat bentuknya, mendengarkan namanya.
Anak usia 2 tahun belajar tentang buah apel dengan cara memainkan buah apel

13
mainan untuk main peran, sedangkan anak usia 4 tahun dapat membayangkan buah
apel dalam pikirannya lalu dituangkan ke dalam lukisan, playdough, dan lainnya
sebagai hasil buah pikiran anak.
b. Anak belajar dari konsep yang paling sederhana ke konsep yang lebih rumit,
misalnya mula-mula anak memahami apel sebagai buah kesukaannya, kemudian anak
memahami apel sebagai buah yang berguna untuk kesehatannya.
c. Kemampuan komunikasi anak dimulai dengan menggunakan bahasa tubuh
lalu berkembang menggunakan bahasa lisan.
d. Anak memahami lingkungannya dimulai dari hal-hal yang terkait dengan
dirinya sendiri kemudian ke lingkungan dan orang-orang yang paling dekat dengan
dirinya sampai kepada lingkungan yang lebih luas.
Dengan demikian pendidik harus menyediakan alat-alat main yang paling konkrit sampai
alat main yang bisa digunakan sebagai pengganti benda yang sesungguhnya. Pendidik
juga harus memahami bahasa tubuh anak dan membantu mengembangkan kemampuan
bahasa anak melalui kegiatan main.

6. Anak sebagai pembelajar aktif.


Dalam proses pembelajaran, anak merupakan subjek/pelaku kegiatan dan pendidik
merupakan fasilitator. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar, mempunyai banyak
ide, dan tidak bisa berdiam dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu pendidik harus
menyediakan berbagai alat, memberi kesempatan anak untuk memainkan berbagai alat
main dengan berbagai cara, dan memberikan waktu kepada anak untuk mengenal
lingkungannya dengan caranya sendiri. Pendidik juga harus memahami dan tidak
memaksakan anak untuk duduk diam tanpa aktifitas yang dilakukannya dalam waktu
yang lama.

7. Anak belajar melalui interaksi sosial baik dengan orang dewasa maupun dengan
teman sebaya yang ada di lingkungannya. Salah satu cara anak belajar adalah dengan
cara mengamati, meniru, dan melakukan. Orang dewasa dan teman-teman yang dekat
dengan kehidupan anak merupakan obyek yang diamati dan ditiru anak. Melalui cara ini
anak belajar cara bersikap, berkomunikasi, berempati, menghargai, atau pengetahuan
dan keterampilan lainnya. Pendidik dan orang-orang dewasa di sekitar anak seharusnya
peka dan menyadari bahwa dirinya sebagai model yang pantas untuk ditiru anak dalam

14
berucap, bersikap, merespon anak dan orang lain. Pendidik seharusnya memiliki waktu
untuk berinteraksi dengan anak dalam kelompok besar, kelompok kecil, dan secara
individu. Pendidik juga harus mendukung anak bermain sendiri, dengan kelompok kecil,
dan bermain dengan kelompok besar. Selain itu pendidik harusnya memberi pengalaman
kepada anak bermain dengan anak lain yang lebih kecil, sebaya, lebih besar, dan orang
dewasa untuk membantu anak mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan
kematangan emosinya.

8. Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar.


Lingkungan merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat bagi anak. Lingkungan
berupa lingkungan fisik berupa penataan ruangan, penataan alat main, benda-benda,
perubahan benda (daun muda - daun tua, daun kering, dst), cara kerja benda (bola
didorong akan menggelinding sedangkan kubus didorong akan menggeser, dst), dan
lingkungan non fisik berupa kebiasaan orang-orang sekitar, suasana belajar (keramahan
pendidik, pendidik yang siap membantu, dst). Pendidik seharusnya menata lingkungan
yang menarik, menciptakan suasana hubungan yang hangat antar pendidik, antar
pendidik dan anak dan anak dengan anak. Pendidik juga memfasilitasi anak untuk
mendapatkan pengalaman belajar di dalam dan di luar ruangan secara seimbang dengan
menggunakan benda-benda yang ada di lingkungan anak. Pendidik juga mengenalkan
kebiasaan baik, nilai-nilai agama dan moral di setiap kesempatan selama anak di lembaga
dengan cara yang menyenangkan.

9. Merangsang munculnya kreativitas dan inovatif.


Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi kreativitas yang sangat tinggi. Ketika anak
diberi kesempatan untuk menggunakan berbagai bahan dalam kegiatan permainannya,
maka anak akan dapat belajar tentang berbagai sifat dari bahan-bahan tersebut.
Ijinkanlah anak bersentuhan dengan aneka bahan dengan berbagai jenis, tekstur,
bentuk, ukuran, dll. Mereka dapat menciptakan produk-produk baru dengan inovasi
mereka setelah bereksplorasi dengan berbagai bahan tersebut. Pendidik perlu
menghargai setiap kreasi anak apapun bentuknya sebagai wujud karya kreatif mereka.
Dengan kreativitas, nantinya anak akan dapat memiliki pribadi yang kreatif sehingga
mereka dapat memecahkan persoalan kehidupan dengan cara-cara yang kreatif. Ide-ide

15
kreatif dan inovatif mereka dapat menunjang untuk menjadi seorang wirausaha yang
dapat meningkatkan perekonomian negara.

10. Mengembangkan kecakapan hidup anak.


Kecakapan hidup merupakan suatu ketrampilan yang perlu dimiliki anak melalui
pengembangan karakter. Karakter yang baik dapat dikembangkan dan dipupuk sehingga
menjadi modal bagi masa depannya kelak. Kecakapan hidup diarahkan untuk membantu
anak menjadi mandiri, tekun, bekerja keras, disiplin, jujur, percaya diri, dan mampu
membangun hubungan dengan orang lain. Kecakapan hidup merupakan keterampilan
dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak. Ini akan sangat menunjang seseorang agar
kelak dapat menjadi orang yang berhasil. Untuk itu pendidik harus percaya bahwa anak
mampu melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri. Pendidik juga harus mendukung
kemampuan kecakapan hidup penataan lingkungan yang tepat, menyediakan kegiatan
main yang beragam, serta menghargai apapun yang dihasilkan oleh anak.
11. Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan sekitar.
Sumber dan media belajar untuk PAUD tidak terbatas pada alat dan media hasil pabrikan,
tetapi dapat menggunakan berbagai bahan dan alat yang tersedia di lingkungan
sepanjang tidak berbahaya bagi kesehatan anak. Air, tanah lempung, pasir, batu-batuan,
kerang, daun-daunan, ranting, karton, botol-botol bekas, perca kain, baju bekas, sepatu
bekas, dan banyak benda lainnya dapat dijadikan sebagai media belajar untuk
mengenalkan banyak konsep; matematika, sains, sosial, bahasa, dan seni. Dengan
menggunakan bahan dan benda yang di sekitar anak belajar tentang menjaga
lingkungan, pelestarian alam, dan lainnya. Sumber belajar juga tidak terbatas pada
pendidik, tetapi orang-orang yang ada di sekitarnya. Misalnya anak dapat belajar tentang
tugas dan cara kerja petani, peternak, polisi, pak pos, petugas pemadam kebakaran, dan
lainnya dengan cara mengunjungi tempat kerja mereka atau mendatangkan mereka ke
lembaga PAUD untuk menunjukkan kepada anak bagaimana mereka bekerja.

12. Anak belajar sesuai dengan kondisi sosial budayanya. PAUD merupakan wahana
anak tumbuh dan berkembang sesuai potensi dengan berdasarkan pada sosial budaya
yang berlaku di lingkungan. Pendidik seharusnya mengenalkan budaya, kesenian,
dolanan anak, baju daerah menjadi bagian dari setting dan pembelajaran baik secara
regular maupun melalui event tertentu.

16
13. Melibatkan peran serta orangtua yang bekerjasama dengan para pendidik di
lembaga PAUD. Orangtua menjadi sumber informasi mengenai kebiasaan, kegemaran,
ketidaksukaan anak, dan lain-lain yang digunakan pendidik dalam penyusunan program
pembelajaran. Orangtua juga dilibatkan dalam memberikan keberlangsungan pendidikan
anak di rumah. Untuk seharusnya lembaga PAUD memiliki jadwal pertemuan orang tua
secara rutin untuk berbagi informasi tentang kebiasaan anak, kemajuan, kesulitan,
rencana kegiatan bersama anak dan orang tua, harapan-harapan orang tua untuk
perbaikan program, dst. Dengan adanya program orang tua diharapkan stimulasi yang
anak dapatkan di lembaga dan di rumah menjadi sejalan dan saling menguatkan.

14. Stimulasi pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek


perkembangan. Saat anak melakukan sesuatu sesungguhnya ia sedang mengembangkan
berbagai aspek perkembangan/kecerdasannya. Sebagai contoh saat anak makan, ia
mengembangkan kemampuan bahasa (kosa kata tentang nama bahan makanan, jenis
makanan, dsb), gerakan motorik halus (memegang sendok, membawa makanan ke
mulut), kemampuan kognitif (membedakan jumlah makanan yang banyak dan sedikit),
kemampuan sosial emosional (duduk dengan tepat, saling berbagi, saling menghargai
keinginan teman), dan aspek moral (berdoa sebelum dan sesudah makan). Program
pembelajaran dan kegiatan anak yang dikembangkan pendidik seharusnya ditujukan
untuk mencapai kematangan semua aspek perkembangan. Selama anak bermain
pendidik juga harus mengamati kegiatan anak untuk mengetahui indikator-indikator yang
telah dicapai anak di setiap perkembangannya.

17
PENGELOLAAN PROGRAM PEMBELAJARAN

A. PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN


Rencana pembelajaran merupakan acuan bagi pendidik dalam mengelola kegiatan
pembelajaran. Rencana pembelajaran disusun dengan cara menjabarkan aspek-aspek
perkembangan yang termuat dalam Standar Nasional PAUD.
Rencana pembelajaran digunakan untuk memberi arahan dalam menyiapkan,
melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran anak. Rencana pembelajaran
yang tepat akan memberikan dukungan yang tepat sesuai dengan kebutuhan belajar dan
tahap perkembangan anak. Oleh karena itu, rencana pembelajaran perlu dievaluasi untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

18
Perencanaan program belajar anak usia dini harus menyeluruh (mencakup semua aspek
perkembangan), seimbang (antara aspek satu dengan lainnya), dan sesuai dengan tahap
perkembangan anak.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana pembelajaran yaitu:
1. mengembangkan semua aspek perkembangan.
2. memuat tujuan pembelajaran berdasarkan pada minat dan kebutuhan anak
3. kegiatan yang direncanakan membangun pengalaman anak baik bekerja secara
individu maupun dalam kelompok
4. memuat ragam pilihan kegiatan main yang mendukung main sensorimotor, main
peran, dan main pembangunan
5. mendukung kegiatan main yang menyenangkan, menantang, dan menyatu dengan
kehidupan sehari-hari
6. berbasis pada budaya setempat dan mengenalkan ragam budaya dalam kegiatan
yang sesuai
7. mengembangkan wawasan anak tentang diri, keluarga dan lingkungan sekitarnya
8. mendukung keterlibatan orang tua

1. Penyusunan Rencana Pembelajaran Bayi (0 – 1 tahun)


Pembelajaran untuk bayi bersifat individual, mengikuti perkembangan setiap bayi.
Perencanaan pembelajaran untuk bayi tidak disusun secara terstruktur, akan tetapi
mengikuti kemampuan yang sudah dicapai anak. Secara bertahap rencana
pembelajaran disesuaikan dengan perkembangan yang seharusnya dicapai pada usia
tersebut. Tahap perkembangan bayi merujuk pada Standar Nasional PAUD.

2. Penyusunan Rencana Pembelajaran Toddler Kecil (1 - 2 tahun)


Rencana Pembelajaran toddler kecil didasarkan pada tahap perkembangan
kelompok usianya. Rencana pembelajaran disusun untuk kegiatan di dalam maupun
di luar ruangan, yang merujuk pada pengembangan semua aspek perkembangan
yakni: nilai-nilai agama dan moral, bahasa, kognitif, motorik, sosial dan emosional.
Rencana pembelajaran memuat kegiatan pengenalan banyak ragam benda untuk
mengembangkan konsep diri yang positif, rasa ingin tahu, kepekaan terhadap
lingkungan sekitarnya, dan mengembangkan kosa kata baru.

19
3. Penyusunan Rencana Pembelajaran Toddler Besar (2 – 3 tahun)
Rencana pembelajaran toddler besar perlu memperkuat kegiatan sensorimotor,
memunculkan kegiatan main peran dan main pembangunan, serta mendukung
munculnya kemampuan awal membaca.

Rencana pembelajaran berisi kegiatan pembelajaran yang dibingkai dengan tema


sebagai fokus pembahasan. Perencanaan bahan belajar memanfaatkan bahan-bahan
yang terdapat di lingkungan sekitar dan bahan daur ulang yang tidak membahayakan
anak.

4. Penyusunan Rencana Pembelajaran Prasekolah (3 – 6 tahun)


Penyusunan rencana pembelajaran anak prasekolah melalui tahapan sebagai berikut:
Tahap 1: Menentukan Kelompok Usia Anak
Penyusunan rencana pembelajaran diawali dengan menentukan kelompok usia.
Pengelompokan usia anak prasekolah mengacu pada Standar Nasional PAUD.
Tahap 2: Menentukan Tingkat Pencapaian Perkembangan dan Indikator
Kemampuan
Tingkat pencapaian perkembangan menjabarkan tentang pertumbuhan dan
perkembangan yang berhasil dicapai anak pada suatu tahap tertentu. Pertumbuhan
dan perkembangan yang dicapai mencakup aspek fisik, kognitif, bahasa, sosial-
emosional, nilai agama dan moral, kesehatan serta gizi anak. Penentuan tingkat
pencapaian perkembangan untuk setiap aspek perkembangan mengacu pada
Standar Nasional PAUD. Setiap aspek perkembangan memuat indikator-indikator
kemampuan. Indikator kemampuan dapat dipilih satu atau dua secara berurutan
atau yang saling berkaitan. Indikator yang dipilih dijadikan sebagai tujuan
pembelajaran.
Indikator yang belum dipilih digunakan untuk penyusunan rencana pembelajaran
selanjutnya, dengan demikian dalam setahun semua indikator tercapai dan
kemampuan anak dapat dikembangkan secara optimal.

Tahap 3: Menetapkan Konsep Pengetahuan Yang Akan Dikenalkan dan Materi


Pembelajaran

20
Tahap selanjutnya menetapkan konsep pengetahuan yang akan dibangun pada anak.
Konsep pengetahuan ini mencakup keaksaraan, matematika, ilmu alam/sains, dan
ilmu sosial.
Materi pembelajaran dikembangkan dari indikator kemampuan menjadi kemampuan
yang lebih terukur dan dapat diamati.

Tahap 4: Menetapkan Tema


Tema adalah pokok bahasan selama dalam kegiatan pembelajaran anak. Penentuan
tema didiskusikan oleh guru berdasarkan masukan dari orangtua dan anak. Setiap
tema dibahas selama anak tertarik terhadap pokok bahasan tersebut sehingga tema
tidak kaku dan baku.
Penentuan tema harus memperhatikan:
a. Minat atau ketertarikan anak
b. Usia dan tahap perkembangan anak
c. Memperkuat pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki anak
d. Ketersediaan sumber yang dapat dipelajari dan diamati anak (orang, tempat yang
dapat dikunjungi, buku-buku tentang tema).
e. Ketersediaan media atau alat yang dapat dimainkan anak secara sendiri maupun
berkelompok.
f. Mendukung pengetahuan dan aspek perkembangan anak
g. Nilai, kepercayaan, budaya yang berlaku di masyarakat.
h. Peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi saat itu yang berkaitan dengan kehidupan
anak, misalnya tema banjir

Tahap 5: Menyusun Rencana Kegiatan Pembelajaran


Tahap selanjutnya menyusun rencana kegiatan main yang akan dilakukan anak dalam
sentra. Kegiatan main yang disusun berdasarkan pada materi pembelajaran dan
sentra pembelajaran.
Rencana kegiatan pembelajaran ini dapat digunakan sebagai rencana mingguan,
karena indikator, konsep pengetahuan, materi pembelajaran, dan temanya dapat
diulang-ulang selama seminggu, yang berbeda adalah kegiatan bermainnya.

Tahap 6: Menyiapkan Alat dan Bahan

21
Alat dan bahan main yang dipilih sebaiknya berasal dari alam dan bahan-bahan daur
ulang, seperti: kayu, bambu, tanah liat, pasir, daun-daunan, biji-bijian, batu, kardus
bekas, kotak bekas, sisa talang air, pipa paralon, payung rusak, kawat-kawat lunak,
dsb sehingga memberi gagasan pada anak untuk menggunakan dalam banyak cara
yang kreatif dan mendukung anak untuk membuat pilihan, meneliti dan
menginvestigasi, menggali lebih dalam, bereksperimen, dan membangun
pengetahuan baik secara sendiri maupun berkelompok dengan dukungan dan
lingkungan yang sudah disiapkan guru.

B. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
1. Bayi (0-1 tahun)
Unsur paling penting pada program bayi adalah pendidik yang melakukan interaksi
dengan bayi. Setiap anak harus memiliki orang dewasa yang memperhatikan
kebutuhannya. Pendidik lainnya dapat saja bermain, berbicara, atau juga merawat
anak, tetapi pendidik khusus yang menangani harus tetap ada untuk membangun
kemampuan rasa percaya dan komunikasi dengan anak dan orang tuanya.
Untuk kelompok bayi disediakan berbagai alat main yang dapat dieksplorasi oleh
anak, dan ditata menurut jenis alat permainannya. Pendidik harus banyak melakukan
stimulasi penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penciuman anak.
Pendidik sebaiknya tidak memaksakan anak mengikuti jadwal yang disusun oleh
lembaga, karena bayi memiliki jadwal harian masing-masing. Rasa percaya bayi
dikembangkan dan hubungan positif diciptakan saat keperluan bayi terpenuhi
dengan penuh kasih sayang, menyenangkan, dan penuh perhatian dari pendidiknya.
Oleh karena itu pendidik dalam melaksanakan pembelajaran perlu menyesuaikan
dengan tahap perkembangan bayi. Dalam kegiatan pembelajaran orang tua
diharapkan terlibat aktif membantu menyiapkan alat dan bahan main, dan
melanjutkan pendidikan dan pengasuhan di rumah.
Penataan Lingkungan untuk bayi:
a. Bayi tidak memerlukan pembagian sentra, karena itu lingkungan untuk bayi dapat
ditata lebih lapang agar bayi dapat bergerak leluasa.
b. Tempat untuk mengganti popok dan kebersihan bayi harus dipisahkan secara
khusus karena harus benar-benar higienis.

22
c. Lingkungan untuk main dapat ditempatkan di dalam ataupun di luar ruangan
dengan memperhatikan keamanan, keselamatan, dan dapat merangsang anak
untuk melakukan kegiatannya.
d. Dilengkapi APE yang sesuai dengan kebutuhan bayi (yang dapat digigit,
mengeluarkan bunyi, dapat bergerak, berwarna terang, dan beragam tekstur).
e. Saat bermain, bayi berinteraksi dengan mainan, bayi lainnya, dan pengasuhnya.
f. Lingkungan untuk program bayi harus dapat diperkirakan oleh bayi, artinya bayi
dibiasakan untuk mengetahui tempat bermain, tempat tidur, tempat mengganti
popok.
g. Warna-warna ruangan yang digunakan hendaknya berwarna lembut. Warna biru
langit adalah warna paling sesuai untuk bayi. Perabot dengan warna kayu dan
dinding dengan warna biru langit merupakan dekorasi yang cocok untuk bayi.

h. Untuk luar ruang dimungkinkan dengan menyediakan teras yang mendapatkan


cahaya luar, bau alam, dan segala sesuatu yang dapat dilihat di luar ruangan.
i. Tempat tidur ditata terpisah dari ruang bermain untuk menghindari mengganggu
bayi yang lebih kecil usianya.

2. Toddler Kecil (1-2 Tahun)


a. Anak usia ini tidak pernah tinggal diam, mereka memiliki energi lebih untuk
bergerak sehingga memerlukan pengawasan, tetapi tidak memerlukan
perlindungan yang berlebihan dari pendidik. Program belajar yang diperlukan
adalah kegiatan yang banyak membolehkan mereka bergerak baik di dalam
maupun di luar ruangan. Oleh karena itu diperlukan alat dan bahan main yang

23
beragam dengan berbagai tekstur untuk mengembangkan konsep diri yang
positif, rasa ingin tahu, keseriusan, dan kepekaan terhadap dunianya.

Foto bayi reggio

b. Kemampuan bahasa anak usia ini masih terbatas, karenanya pendidik harus
tanggap terhadap tangisan anak, apakah karena kesakitan akibat kecelakaan,
frustasi, atau ketakutan. Memahami jenis tangisan anak memberikan informasi
kepada pendidik dalam memberikan bantuan yang tepat.

c. Pada saat kegiatan makan anak diberi kesempatan makan sendiri, walaupun
masih berceceran. Anak dibiasakan membersihkan mejanya setelah makan.
Program ini membentuk disiplin, konsep diri positif, membangun hubungan
dengan kelompok, karena usia ini masih tahap sosial soliter (sendiri-sendiri).
Pengalaman makan sendiri juga baik untuk mengembangkan kemampuan motorik
halus dengan menekankan pada kematangan koordinasi mata-tangan dengan alat
yang digunakannya sebagai latihan untuk menulis.

24
d. Saat merapihkan mainan hendaknya anak dilibatkan, untuk menanamkan rasa
tanggung jawab dan disiplin. Ketika anak menyimpan alat/bahan main sesuai
dengan jenis, warna, ukuran, dan fungsinya, berarti anak telah belajar
mencocokan, klasifikasi, persamaan dan perbedaan.

e. Program belajar ditujukan juga untuk pengembangan kosa kata baru. Pengenalan
kosa kata dilakukan di semua kegiatan, termasuk saat makan.

3. Toddlet Besar (2-3 tahun)


 Anak toddler besar sedang dalam masa transisi dari bayi ke kanak-kanak, dari
tahap berpikir sensorimotor ke tahap pra-operasional, dari bermain dengan
dirinya ke bermain dengan mainan, dari bermain proses ke mengenal simbol.
Untuk selanjutnya pada tahap perkembangan yang lebih lanjut anak akan
berkembang dari berpikir simbolik ke berpikir abstrak, dan pada saat itulah anak
siap untuk mulai membaca.

Perkembangan bahasa anak usia ini sangat pesat, sehingga pendidik perlu
mengembangkan kemampuan bahasa dalam semua kesempatan bermain dengan
anak. Di usia ini kemampuan anak mengklasifikasi dimulai dengan klasifikasi
warna, bentuk dan ukuran. Pada kelompok usia yang lebih besar klasifikasi
dikembangkan menurut jenis, kelompok, manfaat, atau ciri lain yang lebih spesifik.

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan di dalam atau di luar ruangan. Anak bebas


memilih kegiatan main di setiap sentra. Satu orang pendidik membimbing 6

25
sampai 8 anak. Kegiatan pembelajaran diawali dengan dukungan guru sebelum
bermain, selama dan sesudah bermain.

Anak toddler besar menjalani masa transisi selama 6 bulan menjelang


perpindahannya ke prasekolah. Selama masa transisi, pendidik mendampingi anak
mengunjungi dan bermain di kelompok pra sekolah. Tujuannya membiasakan
anak dengan lingkungan baru yang akan dimasukinya.

Penataan Lingkungan Main


a. Sebelum anak-anak bermain pendidik sudah menata alat-alat yang akan dimainkan
anak.
b. Penataan alat main dikelompokkan seperti kegiatan sentra. Setiap sentra cukup
untuk dimainkan oleh kelompok kecil anak dengan bimbingan pendidik.
c. Semua anak bebas bergerak menggunakan seluruh sentra yang disiapkan.
d. Pada program ini jumlah sentra yng dibuka bukan merupakn ukuran, tetapi yang
penting adalah bagaimana anak dapat terlibat main dengan APE yang telah ditata.
e. Setting lingkungan untuk anak kelompok usia ini untuk mendukung main
bersama, sebab untuk anak toddler tahap perkembangan sosialnya masih soliter.

Pijakan sebelum main:


a. Pendidik membiasakan untuk menciptakan suasana tenang selama kegiatan.
Menggunakan intonasi yang tenang lebih baik dari pada menggunakan intonasi
keras. Suara pendidik yang tenang akan memberi effek ketenangan pada seluruh
anak.
b. Bicara – bicara – bicara, sebisa mungkin mendorong anak-anak untuk
menceritakan atau mengemukakan apa yang sedang dikerjakannya.
c. Duduk disekitar anak mendorong anak terlibat dalam komunikasi aktif.
d. Pendidik membaca cerita dan menerangkan bagaimana menggunakan alat
bermain.
e. Pendidik membacakan buku cerita yang sesuai dengan tema. Anak-anak
dilibatkan dalam diskusi tentang cerita yang dibacakan pendidik.
f. Setelah membacakan buku pendidik mengulang urutan dan aturan main yang
sudah diingat anak

26
g. Anak-anak memilih alat mainan yang disukainya dan pendidik memberi
pijakan bermain

Pijakan selama Main:


a. Pendidik mengawasi anak yang bermain dan memberi penguatan dengan
bertanya apa yang dikerjakan anak.
b. Anak diperkenankan berpindah ke tempat mainan berikutnya.
c. Pendidik menjadi penengah bila ada anak yang berebut mainan dengan
mengingat pada aturan main. Bila anak selalu membuat ulah yang membahayakan
anak lain atau rewel menangis karena sedang tidak enak hati, anak tersebut
dipindahkan ke tempat sendiri dan tidak boleh bergabung dengan kelompok
untuk sesaat hingga anak itu menyatakan sudah siap bermain atau berhenti
menangis.
Pendidik memperhatikan anak bermain dan memberi pijakan sesuai dengan
kebutuhan masing-masing anak. Contoh:
a. saat anak membentuk potongan binatang magnetik menjadi bentuk
utuh, pendidik lalu menggerakkan binatang dengan mengeluarkan suara seolah-
olah binatang itu berlari (micro play) .
b. Saat anak hanya memegang-megang balok belum menyusunnya,
pendidik mengambil balok yang sama lalu dibuat menjadi telpon mengajak anak
bercakap dengan telpon hingga anak menggunakan balok ditangannya untuk
menjawab telpon (micro play)
c. Saat anak menyusun bulatan kayu ke papan tangga dengan warna
acak, pendidik bertanya jumlah masing-masing kayu di papan tangga.
d. Saat anak menyusun bulatan kayu ke papan tangga dengan
klasifikasi warna, pendidik menyatakan ”wah kamu sudah membuat kelompok
warna biru, hijau dan merah, warna mana yang terbanyak ?” saat anak tidak mau
terlibat main pendidik mendekati dan berkata, ”lihat ada balok yang bisa kita
susun menjadi sesuatu untuk kita mainkan bersama.”
e. Saat anak menyusun balok setinggi tubuhnya, pendidik berkata,
”wah baloknya sudah tersusun setinggi badanmu, ayo kita hitung tinggi badanmu
sama dengan berapa balok.”

27
f. Saat anak rewel sejak datang pendidik berkata ; ” hari ini semua
warnamu pinky warna yang ceria, tapi hatimu sedang tidak enak ya..bermainlah
dengan temanmu supaya hatimu ceria seperti warna bajumu.”

Pijakan Setelah main


a. Anak dilibatkan untuk membereskan mainan sesuai dengan klasifikasinya.
b. Anak dipersilahkan mencuci tangan dan ke toilet.
c. Anak diajak bernyanyi bersama.
d. Pendidik bercerita hari ini sudah main apa saja dan anak-anak menjawab
kegiatan yang sudah dimainkannya.
e. Pendidik menanyakan perasaan anak setelah bermain dan mengajak bermain
kembali esok hari.
f. Pendidik mengajak berdoa setelah bermain.
g. Pendidik membuat kegiatan transisi sebelum anak-anak pulang, misalnya
dengan bermain tebak-tebakan, dengan bernyanyi, atau dengan menyebutkan
identitas anak (seperti warna baju, warna pita, dll).

JADWAL HARIAN
07.15 – 08.30 : anak-anak datang langsung main bebas Orang tua yang mengantar wajib
mengisi daftar kehadiran anak berisi nama anak, jam kedatangan, dan
paraf orang tua. Setiap anak yang datang disambut oleh pendidik dengan
sapaan dan pelukan, hingga anak siap ditinggal orang tua. Setelah siap
anak langsung memilih mainan yang sudah disediakan, tidak
diperkenankan mengambil mainan yang tidak diseting. Semua kelompok
bermain bersama dalam satu tempat.

08.30 – 08.40 : transisi (toilet training) dan pembiasaan


08.40 – 09.00 : circle time musik circle time dilakukan untuk semua anak dipimpin oleh
satu pendidik dengan menggunakan nyanyian. Tidak ada suruhan atau
ajakan kepada anak untuk berkumpul, semua dilakukan pendidik melalui
nyanyian.

28
Membangun perhatian secara terfokus pada anak bayi hingga toddler
dilakukan dengan menggunakan nyanyian, kalimat lengkap dan bahasa
tubuh.

09.00 – 09.30 : sarapan pagi Saat satu pendidik memimpin cirle time, pendidik lainnya
menata meja untuk sarapan dengan jumlah kursi sesuai dengan jumlah
anak di kelompoknya.
1. Kelompok makan sama dengan kelompok main. Pada anak Toddler
anak masih bermain dalam kelompok yang sama. Kelompok makan
dibimbing oleh pendidik yang tetap.
2. Kegiatan makan digunakan untuk memperkenalkan rasa, bau,
jumlah, asal pembuatan, sosial (menanyakan siapa yang tidak hadir),
pengembangan bahasa, bilangan, warna.
3. Waktu makan digunakan untuk membangun disiplin dan mengenal
kebutuhan diri sendiri. Bila anak tidak mau makan, pendidik tidak
memaksa atau tidak menyuapinya (kecuali anak yang berkebutuhan
khusus) juga menyiapkan kembali. Jika anak lapar di luar waktu makan
karena tadi anak menolak makan, maka itu konsekuensi yang harus
diterima anak.
4. Anak diperbolehkan untuk menambah makanan yang disajikan
dengan permintaan yang diucapkan atau menggunakan bahasa isyarat
(jika anak belum pandai bicara), maksudnya agar anak terbiasa
menggunakan bahasa untuk menyampaikan kebutuhan dan
pikirannya.

09.30 – 10.15 : main sentra (seusia dengan yang sudah ditata).


10.15 – 10.30 : snack (lebih fokus pada pengembangan bahasa) Pemberian snack
dilakukan agar anak tetap terikat dalam kelompok, selain memberi
kesempatan kepada anak untuk minum dan makan. Kegiatan pemberian
snack sama dengan kegiatan sarapan pagi.
10.30 – 11.15 : kegiatan di luar
Setting lingkungan main bebas:
1. bak pasir dengan sekop dan ember untuk 6 anak

29
2. lego besar berwarna dari plastik di atas meja untuk 6 anak
3. kursi goyang ukuran anak untuk 4 anak
4. mobil-mobilan truk proyek dari plastik untuk didorong untuk 6 anak
5. pemotong rumput plastik ukuran anak untuk 5 anak
6. dorongan bayi dengan boneka plastik untuk 5 anak
7. binatang plastik dan kandang di atas meja untuk 4 anak
8. mobil-mobilan plastik besar untuk didorong untuk 5 anak
9. setir mobil ditempel di pintu pagar untuk 2 anak
10. mobil-mobilan plastik kecil di atas meja dengan rumah untuk 5 anak.

Kegiatan Main
1. Main bebas di luar merupakan bagian dari kegiatan harian. Untuk
anak toddler kebutuhan bergerak di ruang bebas masih besar.
2. Main bebas di luar diikuti bersama oleh semua anak dari semua
kelompok toddler.
3. Saat main bebas anak diajak mengamati kejadian di lingkungan.
Misalnya saat angin bertiup pepohonan bergerak dan daun-daun
berguguran, lalu pendidik berkata ,” lihat pohon bergerak ditiup
angin, daun tua berjatuhan. Kita merasakan angin mengusap dingin
kulit tangan kita. Ayo kita panggil angin .. angin.. angin..” pendidik
bergerak seolah-olah pohon tertiup angin, anak-anak mengikutinya.
4. Main bebas membolehkan anak berlari, bergulingan di tanah, duduk
bebas di pasir dan gerakan motorik kasar lain yang tidak
diperkenankan dilakukan di dalam ruangan.

11.15 – 11.30 : beres-beres, persiapan untuk pulang Setelah semua anak berkumpul
membentuk lingkaran, pendidik dapat mengajak anak menyanyi atau
membaca puisi. Pendidik menyampaikan rencana kegiatan esok hari, dan
menganjurkan anak untuk bermain yang sama di rumah masing-masing.
Pendidik meminta salah satu anak untuk memimpin doa penutup. Ini
dilakukan setiap hari secara bergiliran untuk setiap anak .

Untuk menghindari berebut saat pulang, digunakan urutan misal :

30
berdasarkan warna baju, usia, atau cara lain untuk keluar dan bersalaman
lebih dahulu.

4. Usia 3-6 tahun


Pembelajaran anak usia 3-6 tahun sudah menggunakan sentra, dan kegiatan mainnya
disesuaikan dengan perencanaan.
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pendidik menggunakan 4 pijakan:
Penataan lingkungan main.
a. Sebelum anak datang, pendidik /pengasuh menyiapkan bahan dan alat main yang
akan digunakan sesuai rencana dan jadwal kegiatan yang telah disusun untuk
kelompok anak yang dibinanya.
b. Pendidik menata alat dan bahan main yang akan digunakan sesuai dengan
kelompok usia yang dibimbingnya.
c. Ragam dan jumlah alat main disesuaikan dengan jumlah anak, sehingga anak
mempunyai kesempatan untuk memilih lebih dari satu mainan.
d. Penataan alat main harus mencerminkan rencana pembelajaran yang sudah
dibuat. Artinya tujuan yang ingin dicapai anak selama bermain dengan alat
bermain tersebut.

Pijakan pengalaman sebelum main:


a. Pendidik dan anak duduk melingkar. Pendidik memberi salam pada anak-anak,
menanyakan kabar anak-anak.
b. Pendidik meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja yang tidak hadir
hari ini (mengabsen).
c. Berdoa bersama, mintalah anak secara bergilir siapa yang akan memimpin doa
hari ini.
d. Pendidik menyampaikan tema hari ini dan dikaitkan dengan kehidupan anak.
e. Pendidik membacakan buku yang terkait dengan tema. Setelah selesai membaca
menanyakan kembali isi cerita.
f. Pendidik mengaitkan isi cerita dengan kegiatan main yang akan dilakukan anak.
g. Pendidik mengenalkan semua tempat dan alat main yang sudah disiapkan.
h. Dalam memberi pijakan, pendidik harus mengaitkan kemampuan apa yang
diharapkan muncul pada anak, sesuai dengan rencana belajar yang sudah

31
disusun.
i. Pendidik menyampaikan bagaimana aturan main (digali dari anak), memilih
teman main, memilih mainan, cara menggunakan alat-alat, kapan memulai dan
mengakhiri main, serta merapikan kembali alat yang sudah dimainkan.
j. Pendidik mengatur teman main dengan memberi kesempatan kepada anak
untuk memilih teman mainnya. Apabila ada anak yang hanya memilih anak
tertentu sebagai teman mainnya, maka pendidik agar menawarkan untuk
menukar teman mainnya.
k. Setelah anak siap untuk main, pendidik mempersilakan anak untuk mulai
bermain. Agar tidak berebut serta lebih tertib, pendidik dapat menggilir
kesempatan setiap anak untuk mulai bermain, misalnya berdasarkan warna baju,
usia anak, huruf depan nama anak, atau cara lainnya agar lebih teratur.

Pijakan pengalaman selama anak main: (60 menit)


a. Pendidik berkeliling di antara anak-anak yang sedang bermain.
b. Memberi contoh cara main pada anak yang belum bisa menggunakan bahan/alat.
c. Memberi dukungan berupa pernyataan positif tentang pekerjaan yang dilakukan
anak .
d. Memancing dengan pertanyaan terbuka untuk memperluas cara main anak.
Pertanyaan terbuka artinya pertanyaan yang tidak cukup dengan dijawab ya atau
tidak saja, tetapi banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan anak.
e. Memberikan bantuan pada anak yang membutuhkan.
f. Mendorong anak untuk mencoba dengan cara lain, sehingga anak memiliki
pengalaman main yang kaya.
g. Mencatat yang dilakukan anak (jenis main, tahap perkembangan, tahap sosial).
h. Mengumpulkan hasil kerja anak. Jangan lupa mencatat nama dan tanggal di
lembar kerja anak.
i. Bila waktu tinggal 5 menit, kader memberitahukan pada anak-anak untuk bersiap-
siap menyudahi kegiatan mainnya.
j. Memberi contoh cara berkomunikasi yang tepat saat bertanya pada anak.
Contoh: saat penyambutan kedatangan anak, “sambil bersalaman penuh
kehangatan dengan menanyakan kondisi anak saat itu” .
k. Memberikan gagasan tentang cara memainkan alat bila anak membutuhkan.

32
l. Memberi dukungan pada anak agar meningkat kemampuannya.

Pijakan Pengalaman Setelah Main:


a. Bila waktu main habis, pendidik memberitahukan saatnya membereskan.
Membereskan alat dan bahan yang sudah digunakan dengan melibatkan anak-
anak.
b. Bila anak belum terbiasa untuk membereskan, pendidik dapat mengajak mereka
dengan cara yang menarik seperti menyanyi agar anak ikut membereskan.
c. Saat membereskan, pendidik memberi dukungan sehingga anak dapat
mengelompokkan alat main sesuai dengan tempatnya.
d. Bila anak sudah rapi, mereka diminta duduk melingkar bersama pendidik.
e. Setelah semua anak duduk dalam lingkaran, pendidik menanyakan pada setiap
anak kegiatan main yang telah dilakukan. Kegiatan menanyakan kembali
(recalling) melatih daya ingat anak tentang kegiatan yang sudah dilakukan dan
melatih anak mengemukakan gagasan dan pengalaman mainnya (memperluas
perbendaharaan kata anak).

Contoh Kegiatan Harian


07.30 : Penyambutan
07.30-08.00 : Bermain bebas
08:00-08.10 : Transisi untuk pembiasaan kebersihan diri (toilet training)
08.10-9.10 : Kegiatan inti
09.10-09.40 : Makan bekal bersama
09.40-10.10 : Kegiatan Penutupan
10.10 : Pulang

33
EVALUASI PEMBELAJARAN

Setelah pendidik melakukan proses pembelajaran, pendidik perlu melihat kembali


apakah tujuan pembelajaran tercapai. Melalui metode/teknik evaluasi yang tepat,
pendidik akan dapat mengenali keberhasilan proses pembelajarannya. Metode/teknik
evaluasi merupakan suatu upaya atau cara yang dilakukan untuk menemukan,
mengungkapkan, dan menyajikan informasi tentang perkembangan anak usia dini
dengan menggunakan suatu alat tertentu. Metode/teknik yang digunakan dalam
mengevaluasi diharapkan menghasilkan informasi yang berkualitas dan relevan, sehingga
mendukung proses pengambilan keputusan. Hal ini mengingat, metode/teknik yang
tepat tentunya dapat menghindari kesalahan-kesalahan pada saat menganalisis informasi
yang terkumpul.
Metode/teknik yang digunakan untuk mengevaluasi perkembangan anak usia dini harus
dapat mengukur tentang bagaimana respon dan pengalaman anak usia dini sehingga
didapat informasi tentang perkembangan anak usia dini yang komprehensif. Tujuan
observasi adalah untuk mengetahui tahap perkembangan dan kemajuan perkembangan
anak.
Untuk mengumpulkan data tentang perkembangan anak usia dini dapat dilakukan
berbagai teknik yang meliputi: pengamatan (observasi), penugasan, unjuk kerja, hasil
karya, dan wawancara (percakapan).
1. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan (observasi) merupakan suatu cara pengumpulan data yang pengisiannya
berdasarkan atas pengamatan langsung terhadap sikap, perilaku dan perkataan anak
usia dini. Pengamatan dilakukan pada saat anak bermain dan bekerja. Di dalam
mengamati/mengobservasi perlu diikuti dengan mendokumentasikan hasil
pengamatan. Dokumentasi dapat berupa :
a. Catatan anekdot.
b. Catatan anekdot berupa catatan pendidik terhadap peristiwa-peristiwa menonjol
yang terjadi pada anak.
c. Foto

34
Rekaman foto anak perlu diurutkan dari waktu ke waktu sehingga nampak proses
kegiatan yang dilakukan anak. Selanjutnya pendidik dapat memberikan analisa
terhadap foto tersebut yang mencerminkan proses kegiatan dan perkembangan
yang diperoleh anak saat melakukannya.
d. Rekaman video
Apabila memungkinkan, rekaman dalam bentuk video akan sangat bermanfaat
untuk mengamati proses kegiatan bermain anak. Dengan menggunakan rekaman
video, anak akan dapat diamati lebih menyeluruh baik gerakannya, perubahan
mimic wajah, intonasi suara, kata-kata yang diucapkan, dll.
e. Checklist.
Checklist merupakan cara mudah dan sederhana dalam menuangkan hasil
pengamatan terhadap anak. Dengan memasukkan penilaian kita ke dalam kolom-
kolom yang tersedia maka lebih banyak anak dan kemampuan yang dapat diamati
dalam waktu yang terbatas

Observasi yang efektif dapat dilakukan dengan panduan dengan mengamati


secara berkesinambungan. Hal ini untuk melihat pertumbuhan dan kemajuan anak. Tiap
pengamatan akan membuat kita belajar sesuatu yang penting tentang anak. Karena itu
pendidik perlu mengamati dalam situasi yang bervariasi, karena anak biasanya bersikap
berbeda dalam situasi yang berbeda. Untuk mendampatkan gambaran yanga lebih
lengkap pendidik perlu memperhatikan kondisi sosial, waktu kejadian, ketertarikan, dan
tingkat kompetensi anak. Observasi perlu direncanakan agar pendidik tahu apa yang
dicari, di mana dan kapan melakukannya agar mendapatkan indformasi, bagaimana
mengolah dan melaporkan hasil pengamatan tersebut. Perlu diketahui bahwa observasi
dapat pula bersifat spontan dan observasi tetap berharga walaupun kita tidak
menuliskannya secara langsung.
a. Penugasan
Penugasan merupakan teknik penilaian berupa pemberian tugas yang diberikan pada
anak usia dini dalam waktu tertentu baik secara perorangan maupun kelompok.
Misalnya: membuat jus buah, membuat susu, dll.

35
b. Unjuk Kerja
Unjuk kerja merupakan teknik evaluasi yang menuntut anak usia dini untuk melakukan
tugas dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati, misalnya meniti papan titian,
membuat rumah-rumahan, menggambar, dll.

c. Hasil Karya
Hasil karya merupakan hasil kerja anak usia dini setelah melakukan sesuatu kegiatan,
dapat berupa pekerjaan tangan atau karya seni. Misalnya: membuat gambar seri,
membuat kipas, dan sebagainya

d. Wawancara (Percakapan)
Wawancara (percakapan) merupakan suatu teknik evaluasi yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi atau penalaran anak usia dini mengenai sesuatu hal. Misal:
tentang nama, jenis kelamin, anggota keluarga, dan sebagainya.

Data evaluasi yang dikumpulkan dengan berbagai teknik tersebut di atas


dikumpulkan dan didokumentasikan dalam bentuk portfolio. Portfolio merupakan
kumpulan hasil evaluasi yang dilakukan dengan berbagai teknik evaluasi yang merekam
berbagai unjuk kerja atau bukti nyata dari perkembangan dan hasil belajar anak usia dini.
Kumpulan hasil evaluasi ini dihasilkan dari berbagai kegiatan sebagai dokumentasi
tentang perkembangan anak usia dini dari waktu ke waktu. Dengan demikian, portfolio
merupakan penilaian berdasarkan kumpulan unjuk kerja anak usia dini yang
menggambarkan sejauh mana kemampuan anak usia dini berkembang. Portfolio dapat
membantu untuk melihat apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dikerjakan anak usia dini,
serta perubahan dalam periode waktu tertentu.
Beberapa alasan digunakannya portfolio adalah:
a. membantu pendidik PAUD untuk merangkai berbagai bukti nyata dari
perkembangan dan hasil belajar dalam berbagai bentuk karya.
b. mendorong anak usia dini mengambil manfaat dari hasil belajar yang
dicapainya.

36
c. membantu pendidik PAUD memahami profil perkembangan anak usia dini
secara lebih lengkap.
d. memberikan gambaran perkembangan anak usia dini dari waktu ke waktu.
e. merupakan sarana evaluasi perkembangan anak usia dini secara interaktif.

SUPERVISI PENDIDIK ANAK USIA DINI


Selain peran orangtua, anak-anak akan berkembang maksimal dalam stimulasi
lingkungan dan pendidik. Pendidik sebagai ujung tombak pendidikan memegang peranan
yang penting dalam proses pembelajaran sehari-hari maupun kepribadian dan
kemampuan mengelola pembelajaran.
Dalam pelaksanaan tugas kependidikannya, pendidik perlu mendapatkan evaluasi
dan supervisi dari kepala sekolah, rekan kerja atau dirinya sendiri. Berikut ini adalah
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan supervisi terhadap pendidik
PAUD.
A. Pengertian Supervisi
Supervisi diartikan sebagai bantuan, pengarahan dan bimbingan kepada pendidik-
pendidik dalam bidang pembelajaran dan kurikulum untuk mencapai tujuan sekolah.
B. Tujuan Supervisi
Supervisi diadakan bertujuan pada pencapaian tujuan visi misi sekolah. Tujuan
supervisi adalah sebagai berikut :
1. mengkoordinasi semua tim (pendidik dan administrasi keuangan) agar
tidak menyimpang dari perencanaan semula.
2. memperlancar proses pembelajaram
C. Program Supervisi
Program yang dapat dilakukan supervisor adalah :
1. Mengorganisasi dan membina pendidik-pendidik, yang dilakukan dengan
cara :
a. memotivasi dan meningkatkan semangat kerja para pendidik
b. menegakkan disiplin sesuai dengan tata tertib pendidik
c. memberikan konsultasi, diskusi dan membantu pemecahan
masalah

37
d. menjadi teladan bagi para pendidik.
e. mengembangkan profesi pendidik melalui himbauan untuk terus
belajar, berdiskusi, mengikuti pelatihan/ seminar, dll.

2. Mempertahankan dan mengembangkan kurikulum yang berlaku.


a. menciptakan dan mempertahankan suasana pembelajaran yang
berpusat/ bersumber pada anak.
b. memberikan pengarahan kepada para pendidik tentang cara
mengelola kelas.
c. mengkoordinasi tim sekolah, sehingga dengan tenaga yang ada
dapat melayani semua anak dengan maksimal.
d. memberikan informasi pendidikan yang baru (ilmu-ilmu baru yang
sedang digalakkan oleh pemerintah ataupun dalam dunia pendidikan global).
e. mengembangkan program-program yang sesuai.
f. mengembangkan materi pembelajaran (bahan ajar) bersama para
pendidik.
g. mengembangkan model-model pembelajaran bersama pendidik
agar mendapatkan model yang paling cocok dengan kondisi sekolah dan anak.
h. mengembangkan media (APE) bersama pendidik.
i. memberi contoh (demonstrasi) kepada para pendidik tentang
cara mengajar yang diharapkan.
j. membina administrasi kelas khususnya dan sekolah pada
umumnya.
k. menilai dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai, baik program
sekolah, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, maupun
perkembangan anak.

D. Teknik Supervisi
Teknik yang dapat digunakan antara lain :
1. Teknik yang berhubungan dengan kelas :
a. observasi kelas

38
b. kunjungan kelas
2. Teknik dengan berdiskusi :
a. pertemuan formal (mis : rapat pendidik)
b. pertemuan informal
3. Supervisi yang direncanakan bersama
4. Teknik supervisi sebaya

E. Sasaran Supervisi
Sasaran dari supervisi adalah para pendidik yang menjalankan program pembelajaran
di lembaga PAUD.

F. Pelaksana Supervisi
Pelaksana supervisi disebut supervisor, yang dapat dilaksanakan oleh :
1. Yayasan
2. Dinas
3. Kepala sekolah
4. Rekan pendidik
5. Diri sendiri

G. Pelaksanaan Supervisi
Pelaksanaan supervisi dapat dilakukan secara harian, mingguan, bulanan, triwulan,
semester ataupun tahunan. Juga dapat dilakukan setelah suatu program selesai.

PERIODE PElAKSANAAN KET.


BENTUK
NO Mingg Bulan Triwul Semes Tahun
SUPERVISI Harian
uan an an ter an
1 Briefing Pagi X
Evaluasi
2 X X X
pembelajaran
3 Evaluasi tema X
4 Evaluasi Setiap
program akhir
39
program
Evaluasi
5 X
tahunan
Penilaian Akhir
6 X
kinerja semester I

Untuk melakukan penilaian terhadap kinerja pendidik, apakah pendidik sudah


melakukan fungsi sebagaimana yang menjadi tugasnya, maka ada 3 aspek yang perlu
dicermati yaitu aspek kepribadian, kompetensi dan pengelolaan. Berikut ini adalah
contoh format penilaian kinerja pendidik di lembaga PAUD

40
PENILAIAN KINERJA PENDIDIK
DI PAUD ....................................

I. ASPEK PENILAIAN
NILAI
NO ASPEK PENILAIAN
1 2 3 4
A ASPEK KEPRIBADIAN
1. Pemahaman terhadap Pekerjaan
a. Paham pentingnya bermain bagi anak
b. Paham perkembangan anak
c. Paham terhadap proses pembelajaran PAUD berpusat
pada anak
d. Paham dalam membuat RKP
e. Paham cara mengevaluasi pembelajaran
2. Kejujuran dan Integritas
a. Selalu berkata benar
b. Melakukan perbuatan-perbuatan yang benar
c. Selalu siap melaksanakan tugas yang diberikan
d. Dapat dipercaya dalam melakukan tugas
e. Loyal terhadap pekerjaan dan sekolah
3 Disiplin dan Kerajinan
a. Menyelesaikan tugas pada waktunya.
b. Rajin dalam kehadiran di sekolah
c. Datang tepat waktu

41
d. Mematuhi tata tertib sekolah
4 Motivasi dan Kemauan Berprestasi
a. Memiliki kemauan untuk mengembangkan diri
b. Rajin membaca buku-buku tentang pendidikan anak
c. Senantiasa ingin terus belajar
d. Berani berkompetisi
e. Selalu ingin memberikan hasil yang terbaik
f. Tidak pernah mengeluh dan berputus asa
g. Memiliki inisiatif untuk memajukan pekerjaannya.
5. Komunikasi dan Kerjasama
a. Tidak berkata kasar dengan lawan bicara
b. Dapat menyampaikan sesuatu dengan kalimat yang
benar
c. Menyampaikan maksud dengan sopan santun
d. Dapat menerima pendapat orang lain dan tidak
memaksakan kehendak.
e. Memberikan perhatian saat orang lain berbicara
f. Selalu menjalin komunikasi dengan rekan kerja dan
pimpinan.
6 Kreatif dan Inovatif
a. Memiliki ide-ide baru
b. Mengembangkan diri dan kelas yang diampunya
c. Menyelesaikan masalah dengan cara-cara kreatif
7 Tanggung jawab
a. Mengerjakan tugas dengan penuh tanggung jawab
b. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas dan
pekerjaan.
c. Tidak melemparkan tugas yang diberikan kepada
orang lain
d. Menyelesaikan tugas dengan tuntas dan sebaik-
baiknya

42
e. Memberikan laporan setiap tugas yang diberikan
f. Mampu melakukan koreksi pada hasil pekerjaan
8 Kepemimpinan
a. Mempunyai rasa percaya diri
b. Mampu memimpin rapat dalam kepanitiaan
c. Mampu memimpin pertemuan orangtua
d. Berani mengambil tanggung jawab
e. Mampu mengambil keputusan yang diperlukan
f. Cekatan dalam mengerjakan tugas & tanggungjawab
9 Pelayanan pada Anak dan Orang tua
a. Memberikan layanan pada anak dan orangtua
tanpa
membeda-bedakan.
b. Dapat memberikan jawaban yang dibutuhkan
c. Menaruh perhatian pada masalah anak
d. Memberikan bantuan pada anak secara individual
e. Tidak memandang remeh masalah yg di hadapi anak

B ASPEK KOMPETENSI
1. Kompetensi Merencanakan Pembelajaran
a. Melakukan perencanaan sebelum mengajar dengan
membuat RKP
b. Mengaplikasikan RKP ke dalam pembelajaran
c. Memberikan revisi dan penyempurnaan pada RKP
yang dibuatnya
d. Kualitas RKP dapat dipertanggungjawabkan secara
pedagogis.

43

Anda mungkin juga menyukai