Anda di halaman 1dari 7

Nama : Alfia Hasnatuz Zahra

NIM : 21104030027

No. Presensi : 21

Lembar Jawaban UTS

1. Mind Map Perbandingan Kurikulum


2. DAP dan BBL
 Pengertian DAP adalah perencanaan yang bermakna dan sesuai dengna perkembangan anak
sebagai penerapan pengetahuan mengenai perkembangan anak dalam lembaga PAUD. Program
pembelajaran yang direncanakan untuk PAUD berdasarkan pengetahuan mengenai
perkembangan anak. DAP berdasarkan pada pertimbangan data dan kenyataan tentang anak.
DAP didasarkan pada teori-teroi perkembangan seperti dari Piafet, Vigotsky, Kohlberg dan
Thomas Lickona, Bronfenbenner, serta teori belajar berbasis otak dan teori keserdasan
majemuk. Prinsip DAP diterapkan mengandung asumsi bahwa kurikulum, interaksi anak dan
orangtua atau guru, interaksi sekolah dan rumah, serta penilaian harus sesuai dengan prinsip
DAP. Berdasarkan hal tersebut, prinsip DAP mengembangkan contoh-contoh pembelajaran yang
patut sesuai dengan perkembangan anak.
 Pengertian BBL (Brain based learning) adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang lebih
paralel dengan bagaimana otak belajar yang paling baik secara alami dengan didasarkan pada
disiplin-disiplin ilmu syaraf, biologi, psikologi, pemahaman tentang hubungan antara
pembelajaran dan otak kini mengantarkan kepada peran emosi, pola, pemaknaan, lingkungan,
ritme tubuh dan sikap, stres, trauma, penilaian, musik, gerakan, gender, dan pengayaan.
Pendekatan Brain Based Learning Brain Based Learning adalah pembelajaran yang diselaraskan
dengan cara otak yang didesain secara alamiah untuk belajar. Brain Based Learning menawarkan
sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran yang berorientasi pada upaya pemberdayaan
potensi otak siswa. Dalam menerapkan pendekatan Brain Based Learning, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan karena akan sangat berpengaruh pada proses pembelajaran, yaitu
lingkungan, gerakan dan olahraga, musik, permainan, peta pikiran (mind map), dan penampilan
guru.
Jadi, keterkaitan dari konsep DAP dan BBL ini sangatlah erat, karena DAP sebagai perencanaan
pembelajaran yang akan diberikan guru kepada muridnya, sementara BBL ini kaitannya dengan
metode yang digunakan untuk memberikan materi tersebut kepada muridnya.

3. Maria Montessori. Karena, dengan teori beliau tentang kebebasan anak sangatlah
berpengaruh terhadap perkembangana anak usia belia. Penerapan model pembelajaran ini
pada dasarkan mendorong setiap anak untuk membuat pilihan kreatif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru yang bertindak dalam kelas perlu menawarkan
kegiatan yang sesuai dalam membimbing siswa. Maria bahkan telah mengamati
perkembangan siswa dari berbagai budaya yang berbeda untuk mempraktikkan model ini.
Model pembelajaran Montessori telah dibentuk dari karakteristik universal yang dimiliki
setiap anak. Pasalnya, setiap anak dilahirkan dengan kemampuan mudah menyerap
informasi, ingin belajar, bermain, melewati tahap perkembangan dan mandiri. Kondisi ini
bahkan telah diamati dari berbagai keluarga dan lingkungan anak dibentuk.
Penerapan model Montessori yang berbeda dengan sistem regular menghadirkan kebiasaan
untuk membentuk pribadi yang mandiri. Sistem pembelajaran dengan membebaskan anak
untuk bereksplorasi dalam prepared environment membuat anak menjadi senang belajar.
Model ini bahkan mampu menumbuhkan sikap positif seperti mandiri, empati dan mengerti
kesetaraan nilai sosial. Anak bahkan akan senang bertanya dan mengeksplorasi apa yang
ingin diketahui. Kebiasaan tersebut juga dapat membuat anak menjadi lebih percaya diri,
berani, mampu bekerjasama dengan baik dan menciptakan kebiasaan berpikir kritis. Anak
juga bisa memperoleh rencana pembelajaran yang disukai sesuai dengan minat,
perkembangan dan kecepatan belajar setiap anak. Model pembelajaran Montessori bahkan
bisa membuat anak menjadi lebih dewasa dalam hal usia, mental dan pemikiran. Dalam hal
ini, setiap anak yang menjalani proses belajar dengan cara ini dapat menilai diri sendiri
sekaligus memperbaiki setiap kesalahan yang telah dilakukan. Anak yang mendapatkan
model pembelajaran ini bahkan mendapatkan proses sosial-emosional yang lebih baik.
Kemampuan setiap anak pada dasarnya mampu berkembang dengan baik jika mendapatkan
model pembelajaran yang sesuai. Tentunya, jenis model pembelajaran ini dapat membentuk
perilaku yang baik dan menjadi bekal yang matang ketika anak menginjak usia dewasa.
Model Montessori ini bahkan dapat membentuk pribadi yang mandiri, suka belajar dan bisa
menghargai sesamanya.
4. 2 Pendekatan
a. Bank Street Approach
Model ini dikembangkan oleh Sprague Mithchell (1878-1967), Carroline Pratt dan Harrier
Johnson dengan mendirikan Play School yang disebut sebagai sekolah pengasuhan pertama
Amerika Sarikat. Pendekatan pembelajaran pada model Bank Street adalah anak-anak
merupakan pebelajar, pencoba, penjelajah, dan artis yang aktif. Anak- anak belajar dalam
interaksinya dengan lingkungan. Model ini kadang- kadang disebut dengan pendekatan
interaksi-perkembangan.
Tujuan model Bank Street
1. Mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak mencakup (fisik, emosi, sosial,
dan kognitif);
2. Berbagi tanggung jawab dengan anak dan masyarakat;
3. Mengembangkan kompetensi dan motivasi untuk menggunakan kemampuan anak;
4. Mengembangkan kemandirian dan pribadi anak;
5. Mengembangkan hubungan sosial dengan kepedulian terhadap orang lain dan
lingkungan;
6. Mengembangkan kreativitas, dan mempromosikan integritas dan hubungan.

b. High Scope
Adalah satu contoh implementasi teori yang ada di PAUD adalah dikembangkannya
kurikulum dengan pendekatan HighScope. Kurikulum ini merupakan sebuah model
pengembangan dari teori Piaget yang menyatakan bahwa anak adalah pembelajar aktif yang
membangun sendiri pengetahuanya dari pengalaman yang berarti (Essa, 2014: 126).
Pengetahuan dibangun melalui pengalaman lingkungan yang mengandung banyak
pembelajaran (key experience).
Pendekatan ini mendukung pemikiran bahwa cara belajar terbaik bagi anak adalah dengan
kegiatan yang direncanakan, dilakukan, dan direfleksikan sendiri oleh anak melalui diskusi
(“plan-do-review”). Selain itu, anak juga diajak untuk terlibat untuk memecahkan masalah
dan mengambil keputusan kegiatan apa yang akan dilakukan pada hari itu. Peran guru
dalam pendekatan ini adalah meningkatkan motivasi anak belajar hal baru, mengamati
ketertarikan anak dalam belajar, menyiapkan lingkungan belajar, membantu melakukan
plan-do-review, dan berinteraksi dengan anak
5. A. Project Based
Project Based Learning adalah pendekatan pengajaran yang dikembangkan berdasarkan
prinsip contructivis, problem solving, inquiri riset, integrated studies dan menekankan pada
aspek kajian teoritis dan aplikasi. Model pembelajaran yang diawali dengan tahapan
mengumpulkan informasi berupa gagasan dan pertanyaan anak-anak sesuai dengantopik
yang dipilih lalu dikembangkan menjadi kegiatan belajar dan eksplorasi. Pembelajaran
menggunakan metode Project Based Learning siswa mengembangkan suatu proyek baik
secara individu ataupun secara kelompok untuk menghasilkan suatu produk. Topik dalam
pendekatan proyek harus konkret, dekat dengan pengalaman pribadi anak, menarik,
memiliki potensial secara emosional dan intelektual. Implementasi Project Based Learning
pada anak usia dini, dibagai menjadi 3 diantaranya adalah: pembelajarran proyek
total,pembelajaran proyek parsial dan pembelajaran proyek okasional.

kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut
:
1. Kelebihan
a. Meningkatkan motivasi, karena dalam pembelajaranya melewati beberapa
proses yang mendorong siswa untuk lebih berfikir kreatif
b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada
pengembangan kemampuan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya
bagi siswa untuk terlibat didalam tugas-tugas pemecahan masalah. Banyak
sumber yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat
siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah-masalah yang
kompleks.
c. Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek
memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktekkan keterampilan
komunikasi. Teori kognitif konstuktivistik sosial menegaskan bahwa belajar
adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam
lingkungan kolaboratif.
d. Meningkatkan keterampilan mengolah sumber. Bagian dari menjadi siswa yang
independen adalah bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang
kompleks. Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik
memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi
proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
2. Kekurangan
Adapun kekurangan dari pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut:
a. setiap mata pelajaran mempunyai kesulitan tersendiri, yang tidak dapat selalu
dipenuhi di dalam proyek. (misalnya dalam pembelajaran keagamaan) karena
Kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang
sebenarnya (adanya proses mengamati secara langsung).
b. Sulit untuk memilih proyek yang tepat.
c. Menyiapkan tugas bukan suatu hal yang mudah.
d. Sulitnya mencari sumber-sumber referensi yang sesuai
A. Implementasi Project Based Learning pada anak usia dini, dibagai menjadi 3 diantaranya adalah:
a. Pembelajaran Proyek Total untuk Anak Usia Dini
Implementasi pembelajaran proyek total pada pembelajaran tematik anak Usia dini dapat
dicontohkan sebagai berikut: Tema : Telekomunikasi Bahasa : Tanya jawab mengenai alat-alat
komunikasi Kognitif : Bermain peran yang melibatkan alat telekomunikasi (telepon) Jasmani :
Lomba mencari gambar telpon (desain permainan sirkuit Seni : Membuat alat komunikasi
(telpon) dari karton maupun kertas)
b. Pembelajaran Proyek Parsial/Bagan untuk Anak Usia Dini
Berikut ini adalah contoh kegiatan proyek pada anak usia dini. Misalkan dengan penemuan
tema atau topik tema “makanan dan minuman” , guru beserta anak melakukan eksplorasi dari
hasil ide-ide atau pertanyaan yang muncul dari anak lalu dari pertanyaan tersebut
disususunlah rencana kegiatan dalam penyusunan ini dilakukan antar guru dan anak agar
mereka terlibat dan merasa memiliki atas proyek yang akan dijalankan, penyususunan ini
berkaitan dengan jadwal kegitan yang dilakukan. Tahap selanjutnya adalah melaksanakan
rencana kegiatan yang telah dibuat kedalam kegiatan yang dilakukan oleh siswa, dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut peran guru sebagai mentor dan mengamati terjadinya proses
kegiatan sangat diperlukan. Dalam pelaksanaan ini maka penilaian sudah dapat dilakukan. Dan
tahap terakhir yang dilakukan adalah ringkasan pengalaman sebagai puncak dari kegiatan
proyek, pada kegiatan ini hasil produk yang dihasilkan pada kegiatan sebelumnya dapat
digunakan sebagai atribut atau alat yang akan digunkan pada kegiatan puncak proyek tema.

Keterangan:
 Kegiatan minggu ke I : Alat makan Jenis kegiatan (disusun berdasarkan RPPH): menghias meja
makan, toples ajaib, kantong pintar, big book, gelas cantik
 Kegiatan minggu ke II : Kegiatan restoran Jenis kegiatan (disusun berdasarkan RPPH): daftar
menuku, clemek flannel, sop buah warna-warni, gerakan khas profesi
 Kegiatan minggu ke III : Makanan dan minuman Jenis kegiatan (disusun berdasarkan RPPH): my
ice cream, drawn and card, tebak nama buah,gerak huruf, cake to moom
 Kegiatan minggu ke IV : Profesi di restoran Jenis kegiatan (disusun berdasarkan RPPH):master
cheft, bernyanyi dan menari, tebak profesi, bernyanyi dan menari, master cheft)
 Puncak tema (dijalankan dalam 1 hari) : Restoran Hasil karya yang telah dibuat pada kegiatan
minggu 1- minggu ke 4 dikumpulkan pada puncak tema dapat digunakan untuk kegiatan
bermain peran makro dengan tema “restoran” Kegiatan puncak proyek tema dapat digunakan
sebagai alat dokumentasi dan evaluasi untuk kegiatan selanjutnya.
c. Pembelajaran Proyek Okasional
Implementasi pembelajatran proyek okasional pada anak usia dini dalam pembelajaran
mengenal tema alam sekitarku, dengan sub tema tanaman, maka pembelajaran
pengenalan tanaman dapat dilakukan dengan cara membuat proyek dengan judul
“gardening project”. Anak-anak melakukan kegiatan berkebun mulai dari menanam,
memanen dan mengolah hasil kebun yang telah dilakukan, atau alternatif lain anak
dapat melakukan karya wisata dengan mengunjugi tempat-tempat tertentu.

B. Beyond Center and Circle Time


Model BCCT (Beyond Centre dan Circle Time) atau yang biasa disebut dengan Senling (Model Sentra
dan Lingkaran) ialah model pembelajaran yang digunakan untuk melatih perkembangan anak
dengan menggunakan metode bermain. Pendekatan sentra dan lingkungan berfokus pada anak.
Pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat anak dalam lingkaran. Sebelum melakukan
kegiatan anak diajak duduk melingkar bersama guru. Pada saat dalam lingkaran guru memberikan
pijakan (scaffolding) sebelum kegiatan, saat kegiatan, dan sesudah kegiatan.
Di Indonesia model pembelajaran BCCT lebih dikenal dengan model pembelajaran sentra. Terdapat
7 kegiatan bermain melalui sentra, yaitu sentra bahan alam, sentra seni, sentra balok, sentra
persiapan, sentra imtak, sentra main peran besar, dan sentra main peran kecil.

Implementasi model BCCT dalam Pendidikan Anak Usia Dini dapat melalui beberapa sentra. Sebagai
contoh, sentra persiapan untuk merangsang dan mengembangkan kecerdasan bahasa dan
kecerdasan matematika anak. Kecerdasan bahasa dikembangkan melalui berbicara, mendengar,
menyanyi, berdeklamasi, membaca, menulis, dan bercerita. Sedangkan kecerdasan matematika
dirangsang melalui kegiatan mengenal angka, menghitung, membedakan bentuk dan warna,
menganalisis data dan mengategorikan benda-benda. Sarana pembelajaran yang tersedia meliputi
gunting, lem kertas, kertas lipat, puzzle, kelereng ronce, tali, kartu gambar bertema, majalah PAUD,
LKS, pensil, spidol, crayon, dan sebagainya.

Pelaksanaan pembelajaran mengacu pada 4 pijan sentra, yaitu pijakan lingkungan main, pijakan
sebelum main, pijakan main dan pijakan setelah main. Pijakan lingkungan main guru telah
menyiapkan tempat dan media pembelajaran untuk anak, seperti perlengkapan untuk kegiata
seperti anak menggunting garis lurus, anak-anak menyambung garis putus-putus dari bentuk zig zag,
dan mengurutkan benda dari yang paling besar sampai terkecil. Pada pijakan sebelum main, guru
telah menjelaskan materi tema kepada anak, dan memberikan contoh bagaimana anak bermain
dimasing-masing kegiatan dan memberi aturan main kepada anak. Kemudian pada saat pijakan
main, anak secara bergantian memainkan kegiatan yang telah guru buat dan pada saat kegiatan
guru menilai anak. Terkahir, pada pijakan setelah main anak-anak diminta untuk membereskan
mainannya dan guru mengulang kembali menanyakan kepada anak, apa-apa saja yang sudah
mereka lakukan di kegiatan sentra persiapan sebelum menutup pembelajaran. Evaluasi
pembelajaran yang telah guru lakukan yaitu mencatat kemajuan belajar anak dengan mengamati
anak pada saat mereka bermain. Hasil dari penilaian tersebut akan di berikan pada wali kelas
masingmasing. Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan kepada wali kelas sentra
persiapan, guru dapat menjelaskan langkahlangkah pijakansentra dari awal sampai akhir kegiatan.
Kemudian dalam sentra persiapan, guru membuat kegiatan yang telah di sesuaikan dengan tema
pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang dibuat adalah kegiatan yang menunjang keberhasilan anak
untuk jenjang selanjutnya yaitu persiapan menulis dan membaca. Guru mengembangkan
kemampuan anak dalam membaca pada sentra persiapan melalui kegiatan. Guru mempunyai
tahapan perkembangan yang harus dicapai oleh anak pada sentra persiapan seperti dapat
meningkatkan perkembangan bahasa anak, kognitif anak, serta sosial emosional anak. Menurut
Mas’udah menyatakan bahwa, sentra persiapan fokus pada kesempatan untuk mengurutkan,
mengklasifikasikan, membuat pola-pola, dan mengorganisasikan alat-alat dan bahan kerja.
Sedangkan menurut Arifin berpendapat bahwa, sentra persiapan adalah pusat kegiatan bermain
untuk mempersiapkan anak mengenal tulisan, huruf dan menghitung.Kegiatan ini guna membantu
anak mempersiapakan diri memasuki sekolah dasar.

Anda mungkin juga menyukai