Anda di halaman 1dari 5

 Prinsip Interaksi Edukatif

Interaksi edukatif adalah sebuah interaksi yang tak pernah sepi dari ditemui masalah
yang tak terduga sebelumnya. Disisi lain permasalahan juga muncul dari anak didik, dimana
anak didik kurng mampu menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, keterampilan
maupun sikap dan nilai ke dalam situasi yang nyata dan berlainan. Kebanyakan anak didik
hanya menerima informasi dan kurang dapat menghubungkan dengan lingkungannya.Dalam
hal ini bahan yang diberikan guru kurang atau tidak terkait dengan situasi lingkungan
nyata.Sebanyak apapun bahan yang diberikan kepada anak didik, maka anak didik akan
kurang mampu menerapkan perolehannya itu, bila guru menjelaskan bahan pelajaran tidak
dikaitkan dengan situasi nyata sedang dihadapi dan dirasakan oleh anak didik.
Dalam rangka untuk memenuhi dan menjangkau kebutuhan anak didik diperlukan
prinsip-prinsp interaksi edukatif. Prinsip-prinsip itu diharapkan dapat menjadi terangkai
dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi dalam kegiatan interaksi edukatif. Anak
didik aktif dan kreatif adalah anak yang diharapkan dan semua penerapan prinsip tersebut.
Dalam penerapannya tidak boleh asal-asalan, tetapi harus mempertimbangkan akibat bagi
anak didik. Mengabaikan hal tersebut, berarti guru membuat masalah bagi dirinya, selain
pengajaran menjadi kurang kondusif, juga merugikan anak didik di lain pihak.Adapun
prinsipprinsip tersebut adalah sbb:
1. Pinsip Motivasi : Guru harus mampu memotivasi rasa ingin tahu,ingin mencoba, bersikap
mandiri, dan ingin maju (belajar) dalam diri anak didik. Guru harus mampu memberikan
motivasi dalam takaran yang tepat untuk masing-masing anak didik.
2. Prinsip berangkat dari persepsi yang dimiliki : Ketika guru melakukan apersepsi
(pendahuluan/pembukaan) mata pelajaran, guru harus memperhatikan latar belakang
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki anak didik.
3. Prinsip yang mengarahkan pada titik pusat perhatian : Titik pusat perhatian dapat tercipta
melalui upaya merumuskan masalah yang hendak dibahas atau dipecahkan, merumuskan
pertanyaan yang hendak dijawab, atau merumuskan konsep yang hendak ditemukan.
4. Prinsip Keterpaduan : Guru harus dapat memberikan penjelasan yang mengaitkan materi
antara satu pokok bahasan dengan pokok bahasan lainnya.
5. Prinsip Pemecahan masalah yang dihadapi : Guru perlu menciptakan masalah
berdasarkan pokok bahasan tertentu untuk dipecahkan oleh anak didik. Prinsip
pemecahan masalah ini penting untuk mendorong anak didik lebih bersemangat, lebih
tegar, lebih sabar, lebih tekun dalam menghadapi masalah belajar.
6. Prinsip Mencari, menemukan dan mengembangkan sendiri : Guru hanya memberikan
stimulus melalui informasi singkat kepada anak didik. Selebihnya, anak didik (tentu
dengan difasilitasi) disuruh mencari, menemukan, dan mengembangkan temuannya
sendiri.
7. Prinsip belajar sambil bekerja : Belajar sambil melakukan aktivitas yang sesuai dengan
tema bahasan dalam pelajaran.
8. Prinsip hubungan sosial : Proses belajar yang baik dan efektif tidak bisa dilakukan
sendiri, tetapi juga bisa antara guru dan anak didik.Dengan begitu siswa dapat
mengembangkan aspek afektifnya.
9. Prinsip perbedaan individu : Siswa adalah individu (pribadi) yang unik. Ia berbeda
dengan siswa lainnya, baik dari aspek intelektual, emosional, biologis maupun psikologis.
Untuk itulah, guru harus peka dan luwes dalam melakukan interaksi edukasi dengan
memahami mereka secara individual.
 Tahap Interaksi Edukatif
R.D. Conners mengidentifikasikan tugas mengajar guru yang bersifat suksesif menjadi tiga
tahap. Tahap-tahap tersebut adalah tahap sebelum pangajaaran (pre-active), tahap pengajaran
(inter-active), dan tahap sesudah pengajaran (post-active).
a Tahap Sebelum Pengajaran
Tahap ini adalah penyusunan program oleh seorang guru, seperti pelaksanaan kurikulum,
program tahunan, dan perencanaan program pembelajaran. Adapun aspek yang berkaitan
dengan perencanaan program di atas yaitu:
1. Bekal bawaan anak didik
2. Perumusan tujuan pembelajaran
3. Pemilihan metode
4. Pemilihan pengalaman-pengalaman dalam belajar
5. Pemilihan bahan dan peralatan belajar
6. Mempertimbangkan jumlah dan karakteristik anak didik
7. Mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia
8. Mempertimbangkan pola pengelompokan
9. Mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar
b Tahap Pengajaran
Antara guru dan anak didik disini akan berinteraksi begitu juga anak didik dengan
sesamanya, dan dengan kelompok. Ini adalah tahap pelaksanaan dari aspek-aspek yang
telah direncanakan, diantaranya dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Pengelolaan dan pengendalian kelas
2. Penyampaian informasi
3. Penggunaan tingkah laku verbal dan nonverbal
4. Merangsang tanggapan balik dari anakl didik
5. Mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar seperti yang telah dijelaskan di atas
6. Meneliti kesulitan-kesulitan dalam belajar
7. Mempertimbangkan perbedaan individual
8. Mengevaluasi kegiatan dari proses interaksi edukatif
c. Tahap Setelah Pelajaran
Pada tahap ini dilaksanakan setelah proses tatap muka antara guru dan anak didik,
diantaranya adalah:
1. Menilai pekerjan anak didik
2. Menilai dari individu seorang guru
3. Membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya.
 CBSA Dalam Interaksi Edukatif
CBSA adalah suatu sistem pengajaran yang lebih banyak mengikutsertakan, melibatkan anak
didik untuk berperan serta dalam proses pengajaraan. Sebagai konsep, CBSA adalah suatu
proses kegiatan interaksi edukatif yang subjeknya adalah anak didik yang terlibat secara
intelektual dan Memosional, sehingga ia betul–betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam
melakukan kegiatan belajar. Pengertian ini menempatkan anak didik sebagai inti dalam
kegiatan interkasi edukatif. Jadi, yang dimaksud dengan CBSA adalah salah satu strategi
interaksi edukatif yang menuntut keaktifan dan partisipasi anak didik seoptimal mungkin,
sehingga anak didik mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.
A Bentuk pendekatan CBSA :
1. Pemanfaatan waktu luang,
2. pembelajaran individual,
3. belajar kelompok,
4. bertanya jawab,
5. belajar mandiri,
6. umpan balik
7. pendayagunaan lingkungan masyarakat, pengajaran unit,
8. pameran/ display hasil karya siswa, dan
9. mempelajari buku sumber (teks).
B Langkah-langkah CBSA
1. Pendahuluan
a) Membicarakan/menilai tugas rumah untuk diberikan pada jam tatap muka
sebelumnya, apabila tugas rumah itu berhubungan dengan bahan yang akan
dikerjakan.
b) Mengulang bahan yang lampau dan mencoba menghubungkannya dengan bahan
yang akan diajarkan.
c) Membangkitkan perhatian anak didik dengan mengajukan pertanyaan,
menunjukkan gambar atau model yang berkaitan dengan bahan baru yang akan
diajarkan.
2. Kegiatan
Dalam kegiatan menyampaikan bahan pengajaran hendaknya selalu memberikan
motivasi, agar anak didik terdorong untuk aktif.
a) Anak didik mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran yang
sudah dipersiapkan sebelumnya maupun yang sedang dibahas.
b) Seluruh anak didik memperhatikan pertanyaan dan harus siap untuk menjawab
dan menilai kebenaran atau ketepatan jawaban.
c) Anak didik menanggapi jawaban tersebut.
d) Guru mengarahkan para anak didik ke jawaban yang benar, memberikan
kesimpulan dan menilai tiap-tiap anak didik yang terlibat dalam interaksi edukatif.
Langkah-langkah pelaksanaan CBSA perlu disesuaikan dengan metode mengajar
yang dipilih, sesuai dengan karakteristik (kekhasan) masing-masing mata pelajaran.
3. Evaluasi
Mengajukan tes akhir secara lisan atau tertulis
4. Penutup
Memberikan tugas kokurikuler sesuai dengan program yang telah ada.
 Keberhasilan Interaksi Edukatif
Keberhasilan interaksi edukatif merupakan suatu proses interaksi edukatif tentang suatu bahan
pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran khusus bahan
tersebut. Yang menjadi petunjuk, bahwa suatu proses belajar dianggap berhasil yaitu :
a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tertinggi, baik
secara individual maupun kelompok.
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran khusus (TPK) telah dicapai oleh anak
didik, baik secara individual maupun kelompok.
Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah
daya serap.
DAFTAR PUSTAKA
Ardayani Lili. 2017. Proses Pembelajaran Dalam Interaksi Edukatif. Itqan. 8 (2) : 192-193.
Handayani Tutut. 2015. Interaksi Edukatif Sekolah. Al-Riwayah: Jurnal Kependidikan. 7 (2) :
168-170.
Syaiful, Bahri. 2017. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai