Anda di halaman 1dari 7

1.

Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu


Standar kompetensi dan kompetensi dasar dikembangkan dalam bidang kajian, namun pada tingkat pelaksanaan
guru memiliki keleluasaan dalam membelajarkan peserta didiknya untuk mencapai kompetensi tersebut. Salah
satu contoh yang dikembangkan dalam model ini adalah guru dapat mengidentifikasi standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang dekat dan relevan untuk dikemas dalam satu tema dan disajikan dalam kegiatan
pembelajaran yang terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan kegiatan dalam bentuk tema sebaiknya
dilakukan pada jenjang kelas yang sama dan masih dalam lingkup.

Kekuatan yang dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran terpadu antara lain sebagai berikut.
1. Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, karena
beberapa bidang kajian dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi
bahkan dihilangkan.
2. Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antarkonsep.
3. Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik dihadapkan pada
gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.
4. Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan  pemahaman konsep dan kepemilikan
kompetensi IPA.
5. Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan.
6. Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani
antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait,  sehingga
pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, dan memudahkan memahami hubungan
materi dari satu konteks ke konteks lainnya.
7. Akan terjadi peningkatan kerja sama  antarguru bidang  kajian terkait, guru dengan peserta
didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber; sehingga belajar
lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
Di samping kekuatan yang dikemukakan itu, model pembelajaran terpadu juga memiliki kelemahan. Perlu
disadari, bahwa sebenarnya  tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk semua konsep, oleh karena itu
model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang akan diajarkan. Begitu pula dengan pembelajaran
terpadu memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut ini.
1. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas,  memiliki kreativitas tinggi, keterampilan
metodologis yang handal,  rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan
materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan  yang
berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan
ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu
akan sulit terwujud.
2. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik
yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena
model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan
asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan
menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit
dilaksanakan.
3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan
bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet.
Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana
ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
4. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan
pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi
kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta
didik.
5. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh
(komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian
terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur
pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan
guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
6. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah
satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan
sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan
tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.
Sekalipun pembelajaran terpadu mengandung beberapa kelemahan selain keunggulannya, sebagai sebuah
bentuk inovasi dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih
lanjut. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan di atas, perlu dibahas bersama antara guru bidang kajian terkait
dengan sikap terbuka. Kesemuanya ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam
pembelajaran IPA.

2. A. MAKNA KEGIATAN PENDAHULUAN


Kegiatan pendahuluan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dengan
komponen-komponen pembelajaran lainnya. Kegiatan pendahuluan pada dasarnya
merupakan kegiatan yang harus ditempuh guru dan siswa pada setiap kali pelaksanaan
sebuah pembelajaran. Fungsi kegiatan pendahuluan terutama adalah untuk menciptakan
suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru
menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam),
mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada
yang tidak hadir. Melalui kegiatan ini, siswa akan termotivasi untuk aktif berbicara dan
mengeluarkan pendapatnya sehingga pada akhirnya akan muncul rasa ingin tahu dari
setiap anak. Dengan demikian, melalui kegiatan pendahuluan siswa akan tergiring pada
kegiatan inti baik yang berkaitan dengan tugas belajar yang harus dilakukannya maupun
berkaitan dengan materi ajar yang harus dipahaminya.

B. BENTUK KEGIATAN PENDAHULUAN


Kegiatan menyiapkan siswa yang langsung berkaitan dengan materi yang akan dibahas
disebut kegiatan awal pembelajaran. Sementara itu kegiatan yang tidak langsung
berkaitan dengan materi atau kompetensi yang akan dibahas disebut kegiatan pra
pembelajaran.

Kegiatan utama yang perlu dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini


diantaranya, yaitu menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif,
memberi acuan, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception) dan penilaian awal
(pre-test). Kegiatan pendahuluan seperti sebagai berikut:

1. Penciptaan Kondisi Awal Pembelajaran


Proses pembelajaran terpadu akan berhasil dengan baik apabila guru sejak awal dapat
mengkondisikan kegiatan belajar secara efektif. Upaya yang perlu dilakukan untuk
mewujudkan kondisi awal pembelajaran yang efektif tersebut misalnya:
a. Mengecek atau memeriksa kehadiran siswa (presence, attendance)
Sebelum kegiatan inti pembelajaran dimulai sebaiknya guru mengecek atau memeriksa
terlebih dahulu kehadiran siswa. Jika jumlah siswa dalam satu kelas terhitung banyak
maka perlu cara yang lebih praktis agar tidak terlalu menyita atau menghabiskan waktu,
salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah dengan menanyakan atau meminta
siswa yang hadir di kelas untuk menyebutkan siswa yang tidak hadir, kemudian guru
menanyakan alasan ketidakhadiran siswa yang tidak hadir tersebut.

b. Menumbuhkan kesiapan belajar siswa (readiness)


Kesiapan belajar siswa merupakan salah satu prinsip belajar yang sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan guru dalam
menciptakan kesiapan belajar siswa, khususnya yang dilakukan pada awal pembelajaran
diantaranya:
1. Membantu atau membimbing siswa dalam mempersiapkan fasilitas dan sumber
belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar.
2. Menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan konstruktif dalam kelas.
3. Menunjukkan sikap penuh semangat (antusiasme) dan minat mengajar yang tinggi.
4. Mengontrol (mengelola) seluruh siswa mulai dari awal pembelajaran.
5. Menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta
minat dan perhatian siswa.
6. Menentukan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa dapat melakukannya.

c. Menciptakan suasana belajar yang demokratis


Sejak saat awal pembelajaran, siswa harus sudah mulai diarahkan pada suatu kondisi
atau suasana belajar yang demokratis dalam rangka menumbuhkan keaktifan siswa
dalam belajar. Suasana yang demokratis dalam pembelajaran terpadu akan
menumbuhkan keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan, keberanian untuk
bertanya, keberanian berpendapat atau mengeluarkan ide/gagasan, dan keberanian
memperlihatkan unjuk kerja (performance). Untuk itu guru hendaknya mengembangkan
kegiatan awal pembelajaran yang memungkinkan siswa merasa bebas, sukarela, tidak
merasa ditekan atau dipaksa dalam belajar.

d. Membangkitkan motivasi belajar siswa


Motivasi merupakan motor penggerak aktivitas belajar. Motivasi belajar siswa berkaitan
erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh siswa. Bila siswa yang sedang belajar
menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna atau bermanfaat baginya maka
motivasi belajarnya akan muncul dengan kuat. Motivasi belajar seperti intrinsik atau
motivasi internal. Motivasi ekstrinsik atau motivasi eksternal merupakan motivasi belajar
dengan tujuan untuk mendapatkan sesuatu (pujian, hadiah). Motivasi intrinsik disebut
pula motivasi murni. Guru harus berusaha memunculkan motivasi intrinsik pada diri
siswa di awal kegiatan pembelajaran terpadu. Umpamanya dengan cara menjelaskan
kaitan tujuan pembelajaran dengan kepentingan atau kebutuhan siswa. Memunculkan
motivasi ekstrinsik dapat dilakukan antara lain dengan cara memberikan penguatan
seperti memberi pujian atau hadiah, menciptakan situasi belajar yang menyenangkan,
atau memberi nasihat.

e. Membangkitkan perhatian siswa


Perhatian ialah pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan) terhadap suatu objek
yang dipelajari. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik, dan
hasilnya akan makin baik pula. Oleh karena itu sejak awal pembelajaran terpadu guru
harus selalu berusaha supaya perhatian siswa terpusat kepada pelajaran.

2. Memberi Acuan
Dalam kaitan dengan kegiatan awal pembelajaran, memberi acuan diartikan sebagai
upaya guru dalam menyampaikan secara spesifik dan singkat gambaran umum tentang
hal-hal yang akan dipelajari dan kegiatan yang akan ditempuh selama pembelajaran
berlangsung. Kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam memberi acuan, diantaranya
sebagai berikut:
a. Memberitahukan tujuan (kemampuan) yang diharapkan atau garis besar materi yang
akan dipelajari
Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan guru sebelum membahas pelajaran adalah
memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar yang diharapkan dikuasai siswa setelah
pembejaran dilakukan atau garis besar materi yang akan dipelajari untuk mencapai
tujuan atau kompetensi tersebut.
b. Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa
Kegiatan lain yang dapat dilakukan di awal pembelajaran adalah menjelaskan alternatif
kegiatan belajar yang akan dilakukan di awal pembelajaran adalah menjelaskan alternatif
kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa. Dalam tahapan ini, guru juga perlu
menyampaikan pada siswa tentang kegiatan belajar yang bagaimana yang harus
ditempuh siswa untuk menguasai kemampuan tersebut atau dalam mempelajari teman,
topik, atau materi pembelajaran terpadu. Misalnya, jika dalam pembelajaran akan
digunakan diskusi maka guru harus menyampaikan teknik atau langkah-langkah yang
akan ditempuh siswa selama kegiatan diskusi. Jika dalam proses pembelajaran akan
digunakan metode eksperimen maka guru harus menyampaikan teknik atau langkah-
langkah eksperimen yang akan ditempuh. Jika pembelajaran akan berlangsung dengan
kerja kelompok maka guru membentuk kelompok dan menyampaikan teknik atau
prosedur kerja kelompok tersebut.

3. Membuat Kaitan (Melaksanakan Apersepsi)


Kegiatan membuat kaitan pada awal pembelajaran biasanya dikenal dengan melakukan
apersepsi. Dengan kata lain, apersepsi itu pada dasarnya yaitu menumbuhkan
tanggapan-tanggapan lama yang telah dimiliki siswa sebelum memberikan bahan baru,
atau menerima tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan-tanggapan lama.
Atau dengan kata lain apersepsi menekankan pada upaya guru dalam menghubungkan
materi pelajaran yang sudah dimiliki oleh siswa dengan materi yang akan dipelajari oleh
siswa.

Berikut ini beberapa cara diantaranya yang dapat dilakukan guru dalam membuat kaitan
atau melakukan apersepsi:
a. Mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya.
b. Menunjukkan manfaat materi yang dipelajari.
c. Meminta siswa mengemukakan pengalaman yang berkaitan dengan materi yang akan
dibahas.

4. Melaksanakan Tes Awal


Tes awal atau pre-test dilaksanakan untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana
materi akan bahan pelajaran yang akan dipelajari sudah dikuasai oleh siswa. Informasi
ini akan digunakan oleh guru untuk menentukan darimana pembahasan materi baru
akan dimulai.

KOMPONEN-KOMPONEN KETRAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN


(MEMBUKA PELAJARAN)
 
1.Menarik Perhatian Siswa
Cara yang dapat dipergunakan :

1. a.  GayaMengajar Guru
Perhatian dapat timbul dari apresiasigayamengajar guru seperti posisi, atau kegiatan yang
berbeda dari biasanya.

1. Penggunaan Alat Bantu Mengajar


Seperti : gambar, model, skema, disamping menarik perhatian memungkinkan  terjadinya
kaiatan antara hal yang telah diketahui dengan hal yang dipelajari.
1. c.  Pola Interaksi Yang Bervariasi.
Seperti guru-siswa, siswa-siswa, siswa-guru.

2.Menimbulkan Motivasi
Cara untuk menimbulkan motivasi

1. a.  Dengan Hangat dan Antusias


Hendaknya ramah, antusias, bersahabat dan sebagainya. Sebab dapat mendorong tingkah dan
kesenangan dalam mengerjakan tugas sehingga motivasi siswa akan timbul.

b. Menimbulkan Rasa Ingin Tahu

Melontarkan ide yang bertentangan dengan mengerjakan masalah atau kondisi diri kenyataan
sehari-hari

Contoh : Kalau transmigrasi dapat meningkatkan kemakmuran penduduk mengapa


banyak penduduk di pulau jawa tidak mau transmigrasi.

1. c.  Dengan Memperhatikan Minat Siswa.


Menyesuaikan topik pelajaran dengan minat siswa karena motivasi dan minat berpengaruh pada
jenis kelamin, umur, sosial ekonomi dan sebagainya.

3.Memberi Acuan (Structuring)


Yaitu usaha untuk mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkai alternatif yang
memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas hal-hal yang harus dipelajari.

Untuk itu cara yang dilakukan adalah :

1. a.  Mengemukakan tujuan dan batas tugas hendaknya guru mengemukakan tujuan


pelajaran terlebih dahulu batas tugas yang dikerjakan siswa.
Contoh : Guru : hari ini kita belajar mengarang cerita perhatikan tiga buah gambar berikut lalu
berdasarkan gambar itu tulis suatu cerita yang panjangnya lebih kurang 100 kata
 

b. Menyarankan Langkah-Langkah Yang Dilakukan

Tujuannya adalah agar dalam pelajaran siswa akan terarah usahanya dalam mempelajari materi
dan tugas jika guru memberi saran dan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan misalnya :

Guru : tugas kalian adalah membuktikan pada temperature berapa derajat celcius air mendidih
langkah yang harus kalian kerjakan adalah :

 Mengukur temperature yang belum dipanasi


 Lalu nyalakan lampu spirtus ini dan panaskan air dalam gelas ini
 Jika air sudah mendidih catatlah berapa suhunya sesuai dengan yang kelihatan pada
temperatur.
 

1. c.  Mengingatkan Masalah Pokok Yang Dibahas


Misalnya : Dengan mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal yang positif dari   sifat suatu
konsep, tanda, media, hewan dan lain-lain.

Selain itu tunjukan juga hal negatif yang hilang atau kurang lengkap.

Contoh : Periksalah bahan-bahan ini dan tentukan mengapa beberapa batu dapat digolongkan
dalam jenis batu yang mengandung biji besi dan yang lain tidak.
1.  Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan diajukan sebelum memulai penjelasan akan mengarahkan siswa dalam
mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari.

Contoh : Sebelum memutar film tentang siklus kehidupan nyamuk guru mengajukan pertanyaan
untuk membantu siswa memahami siklus nyamuk yang digambarkan oleh film tersebut.
 

4. Membuat Kaitan
Jika guru mengerjakan materi baru perlu menghubungkan dengan hal yang telah dibuat ssiswa
atau pengalaman atau minat dan kebutuhanya untuk mempermudah pemahaman hal-hal yang
telah dikenal, pengalaman, minat dan kebutuhan inilah yang disebut dengan pengait.

Contoh : Usaha guru untuk membuat kaitan.


1. Permulaan pelajaran guru meninjau kembali sejauh mana materi sebelumnya telah
dipahami dengan mengajukan pertanyaan atau merupakan inti materi pelajaran terdahulu
secara singkat.
2. Cara membandingkan atau mempertentangkan dengan pengetahuan baru, hal ini
dilakukan jika pengetahuan baru erat kaitanya dengan pengetahuan lama.
Contoh : Guru bertanya untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan  sebelum
mengerjakan pembagian.
1. Cara menjelaskan konsepnya atau pengertian lebih dahulu sebelum mengerjakan bahan
secara terperinci.
 

Menutup Pelajaran
Menjelang akhir pelajaran atau ahir setiap penggal kegiatan guru harus melakukan penutupan
pelajaran agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok materi.

Cara yang dapat dilakukan adalah :

1. Meninjau Kembali
Akhir kegiatan guru harus meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan sudah
dipahami oleh siswa, kegiatan ini meliputi

 Merangkum inti pelajaran (berlangsung selama proses PBM).


 Membuat ringkasan (dimaksudkan dengan adanya ringkasan siswa yang tidak memiliki
buku atau yang terlambat bisa mempelajarinya kembali).
 

2. Mengevaluasi
Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah mendapatkan pemahaman yang utuh
terhadap konsep yang dijelaskan adalah dengan evaluasi.

Bentuk-Bentuk Evaluasi Itu Meliputi


1. Mendemonstrasikan ketrampilan
Contoh : Setelah selesai mengarang puisi guru dapat meminta siswa untuk membacakan di
depan kelas.
1. Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
Contoh : Guru merupakan persamaan kuadrat siswa disuruh menyelesaikan soal persamaan.
1.  Mengekpresikan pendapat siswa sendiri
Guru dapat meminta komentar tentang keefektifan suatu demontrasi yang dilakukan guru atau
siswa lain.

1. Soal-soal tertulis
 Uraian
 Tes objektif
 Melengkapi lembar kerja
3.

Anda mungkin juga menyukai