Anda di halaman 1dari 5

Resume Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini

Nama : Ririn Marvelia Putri

Nim : 21022101

Dosen : Syahrul Ismet, S.Ag, M.Pd.

Model-Model Inovasi Dalam Pembelajaran

HIGH SCOPE

Perkembangan model high scope dimulai pada 1962 hingga saat ini. Model high scope berkembang,
antusiasme pada model pendidikan ini menaruh minat aktif pendidikan sebagai sarana untuk membantu
menghindari kegagalan sekolah dan yang akan berdampak buruk pada kemajuan negara.

A. Pengertian Model Pembelajaran High Scope

Model Pendidikan Anak Usia Dini high scope adalah sebuah hasil aktualisasi dari perkembangan gagasan
anak (Piaget dan inhelder, 1969) dan berapa pengajaran yang berasal dari teori pembelajaran sosial
Vygotsky (1934/1962).

B. Konsep Model Pembelajaran High Scope

Pendekatan high scope memiliki beberapa konsep penting sebagai berikut: Anak sebagai pembelajar
aktif yang menggunakan sebagian waktunya di dalam serta pembelajaran yang bervariasi.

C. Kurikulum Model Pembelajaran High Scope

Dalam sistem pengembangan kurikulum high scope ini mengimplementasikan nya konten dasar penting
dalam stimulasi dan pemberian respon motivasi diri anak dalam pendidikan. Kurikulum memiliki 58 poin
yang harus dimiliki anak, namun dari 58 poin tersebut dapat dikelompokkan menjadi 10 poin pokok.

D. Metode dalam Pembelajaran High Scope

 Belajar aktif
 Interaksi orang dewasa anak
 Lingkungan belajar
 Rutinitas harian
E. Tujuan Model Pembelajaran High Scope

Pendekatan high score memiliki beberapa tujuan koma salah satunya adalah berusaha untuk membantu
anak berkembang di semua bidang.
MARIA MONTESSORI

Maria montessori adalah seorang pendidik koma ilmuwan koma dan dokter berkebangsaan italia titik ia
mengembangkan sebuah metode pendidikan anak-anak dengan memberi kebebasan bagi mereka untuk
melakukan kegiatan dan mengatur acara harian.

Pandangan montessori tentang anak dapat dipahami melalui konsep-konsepnya:

1. Anak mengkontruksi sendiri perkembangan jiwanya (Child's Selfconstruction)

2. Masa-masa sensitif (Sensitive Periodes)

3. Jiwa penyerap ( Absorben Mind)

4. Hukum-hukum perkembangan ( The natural laws governing the child's psychic growth).

Montessori meyakini bahwa anak secara bawaan telah memiliki suatu pola perkembangan psikis. Selain
itu, anak juga memiliki motif yang kuat ke arah pembentukan sendiri jiwanya (self construction). Metode
nya menempatkan anak di dalam sebuah lingkungan yang penuh kompromi, di mana mereka akan
belajar secara alami mengikuti minat dan kemampuan yang dimilikinya. Tujuan utama Maria Montessori
mengeluarkan metode nya itu adalah untuk menghilangkan pendekatan tradisional yang sebelumnya
dilakukan dengan cara memaksakan tugas-tugas pada anak di sebuah kelas yang pasif. Pendekatan
Montessori memungkinkan terjadinya perkembangan diri dan kemandirian secara spontan.

REGGIA EMELIA

Loris Malaguzzi adalah ahli pendidikan yang lahir pada tanggal 23 Februari 1920 di Correggio, Italia dan
meninggal tanggal 30 Januari 1994 di Reggio Emilia, Italia. Ia mendirikan "Pendekatan Reggio Emelia".
Pendekatan Reggio Emilia ini dikembangkan untuk pengasuhan anak di kota dan program pendidikan
melayani anak-anak dirancang untuk semua anak-anak sejak lahir sampai enam tahun.

Beberapa fitur kunci dari awal masa kanak-kanak dalam program Region Emilia:

1. Peran sebagai lingkungan sebagai guru ketiga

2. Beberapa bahasa simbolis anak

3. Dokumentasi sebagai penilaian dan advokasi

4. Proyek jangka panjang

5. Guru sebagai peneliti

6. Hubungan rumah dengan sekolah

Berbeda dengan pendidikan anak usia dini pada umumnya yang mengajarkan satu kurikulum untuk
semua anak, konsep Reggio Emilia justru memberikan hak penuh pada batita untuk mengikuti minat dan
ekspresi kreatifnya.
Ada tujuh prinsip yang dijalankan dalam konsep pembelajaran Reggio Emilia untuk batita, yaitu :

 Anak mampu membangun sendiri proses pembelajarannya.


Anak adalahkolabolator yang baik dan bisa mengembangkan kemamluan kognitif melalui interaksi
dengan teman dan orang disekitar.

 Secara alami anak dapat berkomunikasi dengan baik dan harus didorong untuk mengekspresikan
dirinya dengan cara yang mereka bisa.
 Lingkungan kelas adalah guru ketiga atau tempat dimana anak bisa banyak belajar dari hubungannya
dengan teman sekelas guru dan orangtua.
 Guru adalah partner, penjaga, dan pembimbing yang membantu anak mengeksplorasi minatnya saat
mengerjakan tugas yang diberikan.
 Dokumentasi seperti foto tulisan atau rekaman suara adalah elemen komunikasi yang penting dan
berharga
 Orang tua adalah rekan anak dalam pendidikan.

BCCT (Beyond Centers and Circle Time)

A. Pengertian

BCCT adalah pendekatan pembelajaran PAUD yang berfokus pada anak yang dalam pembelajaran nya
berpusat pada sentra main dan pada saat anak dalam lingkaran dengan menggunakan 4 pijakan yaitu
pijakan lingkungan bermain, pijakan sebelum bermain, pijakan pada saat bermain, dan pijakan setelah
bermain.

B. Tujuan

Tujuan pendekatan dsri BCCT (Beyond Center and Circle Time) yaitu :

1. Melejitkan potensi kecerdasan anak

2. Penanaman nilai-nilai dasar

3. Pengembangan kemampuan dasar

C. Prinsi-Prinsip Dasar BCCT

Menurut A. Martuti (2019) ada beberapa prinsip BCCT adalah sebagai berikut :

1. Keseluruhan proses pembelajaran nya berdasarkan pada teori dan pengalaman empiris

2. Setiap jenis permainan harus ditujukan untuk mengembangkan seluruh aspek kecerdasan anak atau
Multiple Intelligence

3. Lingkungan bermain, termasuk dentra dan pijakan, harus mampu menstimulasi gerak aktif anak dan
pemikiran kreatif mereka
4. Menggunakan standar operasional yang berlaku dalam proses bermain atau pembelajaran

Menurut Luluk (dqlam Dian 2015) prinsip-prinsip dasar BCCT yaitu :

1. Memperhatikan karakteristik anak

2. Memperhatikan konsep keahlian yang akan dikembangkan di dalam sentra

3. Merumuskan tujuan dan manfaat tentara yang akan diajarkan

4. Guru menjadi fasilitator

5. Membatasi jumlah anak setiap sentra

6. Mengajak anak untuk berpartisipasi aktif

7. Menambah alat dan bahan-bahan baru ke setiap sentra

D. Pembelajaran BCCT

Model BCCT atau sentra ini proses pembelajaran nya berpusat di sentra main dan soal dalam lingkaran.
Berdasarkan adanya pendapat disimpulkan bahwa macam-macam pembelajaran BCCT yaitu sentra
bahan alam sains, antara persiapan, center agama, sentra balok, sentra bermain peran, dan sentra seni
dan kreativitas.

E. Tahap-Tahap Pembelajaran

1. Pijakan lingkungan main

2. Pijakan pengalaman sebelum main

3. Pijakan saat bermain

4. Pijakan setelah bermain

WALDORF

Rudolf Steiner, lahir tanggal, 27 Februari 1861, Donji Kraljevec Croatia. Salah satu teori Steiner yang
terkenal adalah bahwa manusia memiliki kebijaksanaan yang melekat untuk mengungkap misteri dunia
spiritual. Dalam bidang pendidikan dan pengajaran spinner mengembangkan model pendidikan yang
berfokus pada pengembangan totality, yaitu pengembangan kreativitas. Teori pendidikan Steiner biasa
disebut Waldorf, istilah "waldorf" digunakan bergantian dengan Steiner. Menggambarkan sekolah
dengan kurikulum berdasarkan ajaran Steiner yang telah dijelaskan.

A. Pendekatan Waldorf

Banyak yang tertarik dengan pendekatan ini karena mereka melihatnya sebagai sebuah alternatif untuk
pendidikan tradisional dan sebagai inspirasi untuk memperbaiki pendidikan. Model pembelajaran
Waldorf bertujuan untuk meningkatkan lingkungan pembelajaran yang sehat, tidak tergesa-gesa sesuai
perkembangan bagi anak-anak.

B. Kurikulum Pendidikan Waldorf

Kurikulum yang mendefinisikan metode Waldorf tetap relatif tidak berubah dalam 90 tahun terakhir.
Untuk itu, anak-anak TK di sekolah Waldorf didorong untuk bermain dan berinteraksi dengan lingkungan
mereka bukannya diajarkan konten akademis dalam suasana tradisional. Steiner juga percaya bahwa
anak-anak harus belajar menulis sebelum mereka belajar membaca, dan bahwa tidak ada anak harus
belajar membaca sebelum usia 7 tahun.

C. Kelebihan dan Kekurangan Model Waldorf

Kelebihan : mainan di sekolah ini bersifat sederhana dan terbuka sehingga akan mendorong imajinatif
anak.

Kekurangan : tidak dapat diimplikasikan pada sekolah umum, ini dikarenakan filosofi agama kristennya.

D. Implementasi Model Waldorf

Guru bekerja sama dengan anak-anak supaya mampu mengembangkan hubungan yang bermakna
dengan mereka, mampu merenungkan perilaku nakal dengan konsisten, dan mampu membantu siswa
mengembangkan pembelajaran karakter dan kognitif dalam persiapan menjadi warga Negara yang baik
(Easton).

Anda mungkin juga menyukai