Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KELOMPOK

MODEL PEMBELAJARAN HIGH SCOPE

Disusun
Oleh

1. Annisa Aulia Muqita (2013054030)


2. Mutiarahmadisya salsabillah p (2013054048)
3. Syadita tria risarani (2053054006)
4. Lamtiurma Adelina br. Sianturi (2013054043)
5. Antika Maulida (2013054028)
6. Harist Fadhilah (2053054012)

JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................... I

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian model pembelajaran High Scope ............................ 3
2. Konsep pembelajaran High Scope ............................................. 3
3. Unsur-unsur pembelajaran Hight Scope ..................................... 4
4. Kurikulum High Scope ............................................................... 4
5. Tujuan pembelajaran High Scope ............................................. 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................. 12
B. Saran ............................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 13

I
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa emas (golden age) perkembangan,ialah masa usia dini (masa lahir sampai delapan
tahun) sebagai saat kritis dalam rentang perkembangan telah dipahami oleh banyak
orangtua dan masyarakat.Persepsi tentang pentingnya golden age,yaitu 80% kapasitas
perkembangan dicapai pada usia dini (lahir sampai delapan tahun), sedangkan
selebihnya (20%) diperoleh setelah usia delapan tahun belum tepat dan benar.
Dampaknya adalah pendidikan anak usia dini (PAUD) mengalami perkembangan
pesat. Hal ini ditandai dengan terus bertambahnya jumlah lembaga PAUD dijalur
formal dan non formal..

Pendidikan Anak Usia Dini atau yang sering dikenal dengan istilah PAUD di Indonesia
telah berkembang dengan baik hingga saat ini, bahkan PAUD telah banyak tersebar di
berbagai wilayah Indonesia. Pada umumnya PAUD menggunakan kurikulum yang
telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Dinas Pendidikan.Namun di kota-kota besar
terdapat berbagai PAUD yang menggunakan perpaduan dari kurikulum yang ditetapkan
oleh pemerintah dan kurikulum khas sekolah.Kurikulum khas sekolah ini pada
umumnya menggunakan berbagai model dan pendekatan yang dikembangkan oleh
berbagai tokoh pendidikan dunia. Salah satu model pendekatan yang ada di PAUD
adalah model High/Scope.

Model pendekatan ini pertama kali digunakan untuk intervensi bagi pendidikan anak di
lingkungan terpencil di Amerika Serikat.High/Scope merupakan Salah satu jenis
pendekatan yang digunakan PAUD yang pertama kali ditujukan untuk pendekatan
pendidikan bagi anak-anak usia 3-4 tahun. Pendekatan High/Scope merupakan salah
satu gagasan dari Weikart yang mengupayakan pendidikan bagi anak- Vol. 2 No. 2, Juli
- Desember 2017 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 118 anak berkebutuhan khusus
dalam hal finansial (miskin) di lingkungan Ypsilanti. Namun seiring dengan
perkembangan zaman pendekatan ini mulai berkembang di berbagai penjuru dunia
termasuk Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Jawa Barat
dan lain sebagainya
1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahannya adalah:


1. Apa pengertian model pembelajaran High Scope?
2. Bagaimana konsep pemebelajaran High Scope?
3. Apa saja unsur-unsur pembelajaran Hight Scope?
4. Apa saja kurikulum High Scope?
3. Apa tujuan pembelajaran High Scope?

C. Tujuan

Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai adalah:


1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran High Scope.
2. Untuk mengetahui konsep pembelajaran High Scope.
3. Untuk mengetahui unsur-unsur pembelajaran Hight Scope.
4. Untuk mengetahui kurikulum High Scope
5. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran High Scope.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian model pembelajaran High Scope

Pendekatan hight scope beranggapan bahwa anak belajar berdasarkan interaksi pribadi dengan
ide-ide, pengalaman langsung, dan objek fisik serta pemikiran logis. Pendekatan ini juga
memberikan waktu kepada anak untuk bermain secara berkelompok sehingga hal ini akan
mengembangkan sosialisasi pada diri anak.

Pendekatan hight scope merupakan pendekatan yang berusaha menciptakan teknik dan strategi
pembelajaran dalam beinteraksi dengan anak sehingga menjadikan anak dapat berpikir mandiri
dan dapat memecahkan masalahnya sendiri.

2. Konsep Pendekatan Hight Scope

Model pendidikan High/Scope didasarkan pada teori perkembangan kognitif Piaget. Kurikulum
disesuaikan dengan tahap perkembangan anak dan mendukung proses konstruktif pembelajaran
serta memperluas keterampilan intelektual dan sosial yang muncul. Model High/Scope
dikembangkan oleh David Weikart. Beberapa model pembelajaran PAUD yang menggunakan
model konstruktivis sebagai acuan adalah Bank Street (Lucy Sprague Mitchell), Reggio Emilia,
Project Approach (Lilian Katz and Sylvia Chard).

Pendekatan hight scope memiliki beberapa konsep penting sebagai berikut: Anak sebagai
pembelajar aktif yang menggunakan sebagian waktunya di dalam sentra pembelajaran yang
bervariasi. Di dalam sentra pembelajaran yang bervariasi anak dapat melibatkan manusia,
benda, peristiwa, dan idenya secara langsung dalam kegiatan pembelajaran,guru membantu
anak untuk memilih apa yang akan mereka lakukan setiap hari, melaksanakan rencana mereka,
dan mengulang kembali yang telah mereka pelajari.

3
Pengalaman kunci (key experience) merupakan konsep yang berbasis pada ide Piaget tentang
karakteristik kognitif dan potensi belajar anak usia dini merencanakan-melakukan-mengulas
(plan-do-review), yakni anak memilih apa yang akan mereka lakukan dalam setiap harinya,
kemudian melaksanakannya. Setelah pelaksanaan, anak bersama guru mengulas kembali apa
yang telah mereka lakukan. Pada kegiatan ini guru bertindak sebagai asisten atau fasilitator.

Pengalaman-pengalaman yang penting bagi anak dijadikan bahan untuk pembelajaran


menggunakan catatan anekdot dalam bentuk diagram laporan perkembangan anak dan rekaman
atau catatan observasi anak, untuk melihat kemajuan yang diperoleh anak.

3. Unsur-Unsur Pembelajaran Hight Scope

Pendekatan Hight Scope memiliki lima unsur yang mendukung pembelajaran aktif anak, yaitu:
Materi atau bahan yang dapat dieksplor anak pengolahan bahan atau materi yang dilakukan
anak-anak dapat diberikan kesempatan untuk memilih apa yang akan anak lakukan dengan
materi atau bahan tersebut bahasa anak dukungan dari dan oleh orang dewasa.

4. Kurikulum High Scope

High Scope mengembangkan kurikulum yang melibatkan anak sebagai pembelajar dan
perencana aktif. Guru berperan sebagai fasilitator dan membimbing dalam menyiapkan kelas
dan bahan-bahan yang akan digunakan anak dalam merencanakan kegiatan, beraktivitas,
mengulangi aktifitas dan menambah pengalaman.

Kurikulum High Scope membantu anak-anak prasekolah menjadi lebih bebas dan mandiri
(independen), bertanggung jawab dan menjadi pembelajar yang percaya diri. Dalam
pembelajran High Scope anak-anak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran melalui
penggunaan berbagai alat permainan yang ada, orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran
dan gagasan-gagasan yang muncul diharapkan anak akan memperoleh sejumlah pengetahuan
yang bermanfaat bagi perkembangan dirinya. Anak-anak prasekolah belajar membuat
perencanaan sendiri dan berlatih untuk menerapkannya agar anak dapat memperoleh
pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk membangun landasan yang kuat bagi
perkembangan dan pembelajaran mereka pada tahap selanjutnya. 4
Kurikulum High Scope memperhatikan aspek-aspek:

1). Belajar Aktif


Salah satu ciri anak yaitu individu yang aktif. Bedasarkan ciri ini anak dilibatkan secara
langsung dalam pembelajaran, pengalaman bersentuhan langsung dengan orang-orang, benda-
benda, gagasan-gagasan, dan peristiwa. Pengalaman pembelajaran aktif akan membantu anak
membangun pengetahuan mereka, seperti : konsep, membentuk gagasan, menciptakan simbol,
memecahkan masalah, dan abstraksi mereka sendiri. Sebagai fasilitator Guru mengobservasi
dan berpartisipasi dalam kegiatan anak-anak. Untuk melakukan itu, Guru di pandu oleh
beberapa kunci, yaitu seluruh anak perlu memiliki bagian dari kecerdasan motorik, fisik, sosial,
dan perkembangan emosi.

Pada kurikulum High Scope 58 poin yang harus dimiliki anak, namun dapat dikelompokkan
menjadi 10 poin pokok sebagai berikut :

a) Kreativitas
• Mengenali benda, bentuk, suara,sentuhan ,bau dan rasa
• Bermain peran dan peragaan
• Menirukan gerakan dan suara
• Melukis dan menggambar
• Membuat model dari tanah liat,plastisin dan bahan lainnya
• Menceritakan gambar, model atau foto

b) Bahasa dan literatur atau mengenal huruf


• Menjelaskan mengenai benda-benda, kejadian-kejadian, dan hubungan antar kejadian
• Mendengarkan cerita dan puisi, mengarang cerita dan sajak
• Membacakan cerita
• Menceritakan kepada orang lain tentang dirinya dan pengalaman penting yang pernah
dialami
• Menulis dengan berbagai cara seperti menggambar, membuat berbagai bentuk dan
mencoret-coret.

5
c) Musik
• Mengamati dan mengidentifikasi suara
• Mengamati bentuk dan nyanyian atau suara
• Bernyanyi
• Memutarkan musik bermain instrument musik sederhana
• Mengembangkan nyanyian

d) Inisiatif dan hubungan sosial


• Problem solving, atau memecahkan masalah saat bermain
• Dihadapkan pada masalah social
• Berkreasi dengan bermain bersama
• Anak memenuhi kebutuhannya sendiri
• Membuat dan mengekspresikan rencana dan gagasan yang dipilih
• Turut ikut serta dalam kelompoknya
• Sensitive terhadap perasaan,ketertarikan dan membutuhkan orang lain
• Mampu mengungkapkan perasaanya lewat kata-kata
• Membangun hubungan dengan teman dan orang dewasa

e) Gerakan
• Mengekspresikan gerakan yang dikreasikan
• Bergerak dalam rangkaian seperti memukul
• Merasakan dan mengekspresikan pukulan kuat
• Berperan seperti yang telah diperintahkan
• Mendeskripsikan gerakan
• Bergerak menggunakan ototnya seperti melompat, meloncat, berlari, memanjat, meluncur
dan sebagainya
• Menekuk, memutar-mutar dan menggoyang-goyangkan satu lengan
• Bergerak dengan menggunakan benda.

6
f) Klasifikasi
• Menggunakan dan menjelaskan sesuatu yang berbeda
• Menjelaskan karakteristik benda tertentu
• Membedakan dan mendeskripsikan bentuk
• Mengeksplorasi dan mendeskripsikan persamaan dan perbedaan suatu tanda tertentu
• Memilih dan menjodohkan.

g) Angka
• Menyusun dua objek satu per satu
• Menghitung benda
• Membandingkan nomor dari benda-benda dalam dua kelompok yang berbeda (banyak dan
sedikit).

h) Mengurutkan
• Mengatur urutan suatu benda dengan sistem trial and error, seperti benda kecil, sedang dan
besar.
• Membandingkan sesuatu yang berbeda dan menjelaskan hubungannya
• Membandingkan antara mana yang lebih panjang dan mana yang lebih pendek, lebih besar
atau lebih kecil.

i) Konsep ruang
• Menjelaskan posisi yang telah ditunjukkan seperti bangunan dan benda disekitarnya
• Menginterprestasikan hubungan antara menggambar, gambar dan foto
• Mengisi dan mengosongkan
• Mengisi benda-benda secara bersamaan dengan bagian-bagiannya mengamati orang,
tempat dan benda-benda dari sudut yang berbeda
• Membentuk benda dan menyusun benda seperti memutar, melengkung, merentangkan dan
menutup.

7
j) Konsep waktu
• Mengantisipasi, mengingat dan mendeskripsikan sebuah kejadian atau peristiwa
• Membandingkan interval waktu
• Mendekrispsikan kecepatan gerak
• Memulai dan memberhentikan suatu benda.

2) Interaksi anak dengan orang dewasa

Orang dewasa mengamati dan berinteraksi dengan anak-anak pada level mereka masing-
masing untuk menemukan bagaimana setiap anak berfikir dan mencari alasan. orang dewasa
mengizinkan anak untuk mengatur dirinya sendiri dalam pembelajaran individual mereka.
orang dewasa juga mendukung motivasi dari dalam diri anak selama pembelajaran dengan cara:

a) Mengatur jadwal dan lingkungan


b) Mempertahankan iklim sosial yang suportif
c) Mendukung penyelesaian konflik yang konstruktif
d) Mengeinterpretasi tindakan anak-anak sebagai bagian dari kunci pengalaman
e) Merencanakan pendalaman pembelajaran aktif yang berdasarkan pada minat dan
kemampuan anak.

3) Lingkungan pembelajaran

Pembelajaran dilakukan dengan menata ruang kelas dalam lima atau lebih pusat minat. Pusat
minat ini menjadi area-area yang di tandai dengan nama sederhana sehingga dapat memberikan
pengertian kepada anak, seperti “area buku atau area rumah” dan di definisikan secara jelas.
Variasi bahan sebagai jalan anak untuk menemukan, menggunakan, dan mengembalikan apa
yang telah mereka selesaikan. Pengaturan seperti ini akan mendukung anak untuk menemukan
dan menggunakan bahan, untuk bereksplorasi, dan belajar tentang dunia mereka.

8
Secara rinci, lingkungan pembelajaran dalam pembelajaran High Scope Curiculum harus
memenuhi beberapa kriteria, antara lain:

1) Sekolah harus menyediakan lingkungan fisik pembelajaran dan fasilitas pembelajaran


yang kondusif untuk belajar dan merefleksikan tahapan yang berbeda dalam
perkembangan masing-masing anak
2) Sekolah harus menyediakan ruang yang layak untuk melakukan seluruh program
kegiatan
3) Ruang harus disusun dalam area yang fungsional yang dapat dikenali anak dan
berpeluang terjadinya interaksi sosial serta aktivitas individual.

Selain kriteria di atas, peralatan, permainan anak, dan furniture di dalam sekolah High Scope
harus memenuhi kriteria tertentu. Sekolah harus menyediakan/mengatur peralatan yang cukup,
baik mainan anak, alat-alat, dan furniture untuk memfasilitasi partisipasi antara anak dan orang
dewasa.

Program High Scope memiliki perencanaan kegiatan yang sama untuk setiap hari, menyediakan
kerangka kerja yang konsisten untuk orang dewasa dan anak. Rangkaian kegiatan disusun
dalam siklus perencanaan-tindakan-review (plan-do-review). Kegiatan inti High Scope setiap
harinya memberikan kebebasan kepada anak untuk:

a) Mepertimbangkan minatnya
b) Membuat rencana
c) Mengikuti kehendaknya
d) Menggambarkan pengalaman.

Pengaturan jadwal sehari-hari juga mengizinkan anak bertemu dan berkumpul dalam sebuah
kelompok kecil atas inisiatif orang dewasa yang didasari oleh minat anak, kebutuhan, dan
tingkat perkembangan mental anak serta melibatkannya dalam sebuah aktivitas berdasarkan
kelompok dalam berinteraksi sosial, musik, dan pergerakan fisik.

9
5. Tujuan Pendekatan High Scope

Pendekatan high scope memiliki beberapa tujuan, salah satunya adalah berusaha untuk
membantu anak berkembang disemua bidang. Bagi peserta didik, mereka dapat belajar melalui
keterlibatan aktif dengan orang-orang, bahan, peristiwa, dan ide untuk menjadi mandiri,
bertanggung jawab, dan percaya diri, sehingga siap untuk sekolah dan hidup serta belajar
merencanakan banyak kegiatan mereka sendiri, membawa mereka keluar, dan berbicara dengan
orang lain tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang telah mereka pelajari untuk
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang akademis, sosial dan fisik yang penting.

10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Model pembelajaran High/Scope bertujuan untuk membuat anak memiliki beraneka


keterampilan, mencakup pemecahan masalah, interpersonal,dan komunikasi, yang sangat
penting untuk meraih kesuksesan hidup di masyarakat. Hal ini sesuai dengan
pembelajaran untuk anak usia dini yang sedang tumbuh dan berkembang. Anak-anak
belajar dengan cara yang berbeda, masing-masing membawa satu set unik dari sikap,
kebiasaan, dan preferensi untuk interaksi dan eksplorasi mereka. Pendekatan
pembelajaran adalah dasar yang mempengaruhi bagaimana anak-anak belajar di setiap
area pengembangan, meliputi keterlibatan, motivasi, dan partisipasi anak di dalam kelas.
Dengan memahami bagaimana untuk mendukung pembangunan,orang dewasa dapat
mendorong anak- anak kreativitas, rasa ingin tahu, percaya diri, kemandirian, inisiatif,
dan ketekunan karena mereka melaksanakan niat mereka, memecahkan masalah, dan
terlibat dalam berbagai pengalaman belajar.

B. Saran

Pembelajaran high scope ini sangat membantu calon pendidik dalam pembelajaran di
mana tugas calon pendidik hanya mengawasi apa yang dilakukan anak didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran ini, yaitu membuat anak didik mandiri dan bertanggung
jawab atas apa yang dilakukan.

Dalam proses kegiatan belajar guru sebaiknya menggunakan metode dan model
pembelajaran yang menarik ,penerapan model high scope dapat menjadi salah satu
alternative dalam penerapan model pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar
anak usia dini , dalam kegiatan pembelajaran guru juga harus menggunakan media yang
menarik perhatian anak, sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna
bagi anak usia dini.
11
Untuk orang tua, pembelajaran high scope juga bisa diterapkan di rumah,dengan adanya
barang-barang yang ada di rumah, orang tua bisa membuat anak untuk berkreasi sesuka
anak. Kelebihannya orang tua dapat mengawasi dan melihat langsung perkembangan
dalam anak di setiap Kegiatannya.

Di masyarakat, pembelajaran highscope lebih tertuju kepada sosialisasi. anak dapat


membangun hubungan dengan teman dan orang dewasa, berkreasi dengan bermain
bersama, lalu anak juga dapat memberi pendapat, ataupun memecahkan masalah saat
bermain.

12
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Lia. 2017. Model Pembelajaran High (Scope) Dalam Pelaksanaan Paud. [Online].
Tersedia di
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/assibyan/article/download/1342/1064/. [diakses 10
November 2020]
Rohmah , Naili, Umi Fahridatun, dan Hanifatun Nisak. 2019. Esensi Model Pembelajaran
High/Scope dalam Pembelajaran Anak Usia Dini.[online]. Tersedia di
http://jurnal.unw.ac.id:1254/index.php/IJEC/article/download/133/166 .[Diakses 10
November 2020]
Yusdinar Rahmadita, Andriani, dkk. 2017. Model High Scope. Makalah disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah model-model PAUD yang diampu oleh Dr. Badru Zaman, M.Pd,
Universitas Pendidikan Indonesia, Oktober 2017.
https://www.academia.edu/34895826/MODEL_HIGH_SCOPE

13

Anda mungkin juga menyukai