Anda di halaman 1dari 9

PERAN GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS MENGAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Abstract

It is the teacher who has the role of educating, instilling values


that uphold morality, not only transferring insight from the teacher
Elvina Dwi Trisia to the teaching participants in the category room.
UIN Raden Fatah Palembang
elvinadwitrisia25@gmail.com
In improving the quality of PAI learning, so that the PAI teacher
strategy to support the program is the beginning of the teacher
preparing learning programming, deciding the goals and objectives
(Prota, Promis, Compendium, PAI Learning Application Concepts,
learning approaches, learning tools, learning procedures), Learning
Assessment ( Evaluation of Learning by means of cognitive, affective,
and psychomotor methods), the form of PAKEM strategies
(objectives, modules, procedures, tools), increasing teacher
professionalism (MGPG Empowerment Program (Subject Teacher
Conference), As a result, teachers want pedagogic abilities that are
platformed for using strategies and learning base.

Good learning facilities can be observed to have a positive effect


on physical facilities to create a comfortable and safe learning
atmosphere. On the other hand, from the perspective of a good
module, it can be observed from its suitability with the objectives and
competencies that must be mastered by teaching participants.

Islamic Religious Education teachers have quite a big role in


improving the quality of learning. Those who have competence in
teaching, it is possible that they will be able to generate interest in
their students' learning in participating in teaching and learning
activities. The purpose of this study was to find out and understand
the role of Islamic Religious Education Teachers in increasing
student interest in learning in Islamic Religious Education subjects.

Key words :Teacher,Quality,Islamic reliqious education


PENDAHULUAN
Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami
dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan
hidup (way of live). Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar dan
terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan. 1

Sedangkan Zakiyah Daradjat menjelaskan pendidikan agama Islam adalah


suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan ajarannya
yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup.
Pendidikan agama menyangkut manusia seutuhnya atau bersifat
komprehensif, tidak hanya membekali anak dengan pengertian agama atau
mengembangkan intelek anak saja, tetapi menyangkut keseluruhan pribadi anak,
mulai dari latihan amalan sehari-hari yang sesuai dengan ajaran agama, baik yang
menyangkut hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia lain,
manusia dengan alam, maupun manusia dengan dirinya sendiri.2Jadi pendidikan
agama Islam tidak hanya mengajarkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
kehidupan di dunia ini saja tetapi juga mengajarkan bagaimana mempersiapkan
kehidupan di akhirat nanti.

Adapun guru pendidikan agama Islam adalah orang yang memiliki


profesionalitas dalam tenaga kependidikan Islam yang bertanggung jawab
memberikan pengetahuan, bimbingan, serta bantuan kepada peserta didik dalam
mengembangkan kedewasaanya baik dalam ranah kognitif, afektif maupun
psikomotorik sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu menaati Allah Swt dan
Rasul Nya serta menjauhi apa-apa yang dilarang oleh agamanya.

1
Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam Sekolah Umum Dan Luar Biasa, tt,
hlm. 2.
2
Zakiyyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hlm. 124.
Dalam Undang – undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003, pasal
3dinyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkankemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yangbermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, danbertujuan berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusiayang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selanjutnya, diPasal 37
ayat (2) menyatakan bahwa kurikulum pendidikan wajibmemuat Pendidikan
Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, danPendidikan Bahasa.

Tiga mata pelajaran wajib ini mengisyaratkanbahwa tujuan pendidikan


nasional berusaha untuk mewujudkanmanusia Indonesia yang religius/beragama,
bangsa yang dapatmenghargai warga negaranya dan identitas kebangsaan dengan
bahasanasionalnya. Berbagai krisis multi dimensional yang sedang dialamioleh
bangsa Indonesia memang tidak hanya bisa dilihat dan diatasidengan pendekatan
mono dimensional. Namun demikian karena pangkal dari krisis tersebut adalah
rendahnya moral, akhlak manusiamaka, pendidikan agama memiliki andil yang
sangat besar dalammembangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat.
Untuk itu diperlukan pembelajaran pendidikan agama Islam yang
efektif,sehingga keberhasilan penyelenggaraan pendidikan agamaberkontribusi
terhadap penyiapan generasi yang memiliki etika, moral,dan perilaku yang baik.
Sebaliknya, kegagalan dalam penyelenggaraanpendidikan agama akan berakibat
terhadap merosotnya akhlakgenerasi penerus dimasa yang akan datang dan pada
gilirannya akanmerapuhkan karakter bangsa.
METODE PENELITIAN

Definisi dan konsep penelitian kualitatif


Definisi penelitian kualitatif dapat ditemukan pada banyak literatur. Antara
lain, Ali dan Yusof (2011) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai:
Any investigation which does not make use of statistical procedures is
called “qualitative” nowdays, as if this were a quality label in itself.
Definisi dari Ali dan Yusof tersebut, menekankan pada ketidakhadiran
penggunaan alat-alat statistik dalam penelitian kualitatif. Hal ini tentunya untuk
mempermudah dalam membedakan penggunaan metode kualitatif dengan
penggunaan metode kuantitatif. Karena metode kuantitatif bergantung pada
penggunaan perhitungan dan prosedur analisis statistika.
Sementara itu, metode kualitatif lebih menekankan pada pengamatan
fenomena dan lebih meneliti ke subtansi makna dari fenomena tersebut. Analisis
dan ketajaman penelitian kualitatif sangat terpengaruh pada kekuatan kata dan
kalimat yang digunakan. Oleh karena itu, Basri (2014) menyimpulkan bahwa
fokus dari penelitian kualitatif adalah pada prosesnya dan pemaknaan hasilnya.
Perhatian penelitian kualitatif lebih tertuju pada elemen manusia, objek, dan
institusi, serta hubungan atau interaksi di antara elemen-elemen tersebut, dalam
upaya memahami suatu peristiwa, perilaku, atau fenomena (Mohamed, Abdul
Majid & Ahmad, 2010).
Alasan memilih metode kualitatif
Sale, et al. (2002) menyatakan bahwa penggunaan metode dipengaruhi
oleh dan mewakili paradigma yang merefleksikan sudut pandang atas realitas.
Lebih lanjut, Kasinath (2013) mengemukakan ada tiga alasan untuk menggunakan
metode kualitatif, yaitu (a) pandangan peneliti terhadap fenomena di dunia (a
researcher’s view of the world), (b) jenis pertanyaan penelitian (nature of the
research question), dan (c) alasan praktis berhubungan dengan sifat metode
kualitatif (practical reasons associated with the nature of qualitative methods).
Sementara itu, menurut McCusker, K., & Gunaydin, S. (2015), pemilihan
penggunaan metode kualitatif dalam hal tujuan penelitiannya adalah untuk
memahami bagaimana suatu komunitas atau individu-individu dalam menerima
isu tertentu. Dalam hal ini, sangat penting bagi peneliti yang menggunakan
metode kualitatif untuk memastikan kualitas dari proses penelitian, sebab peneliti
tersebut akan menginterpretasi data yang telah dikumpulkannya.
Metode kualitatif membantu ketersediaan diskripsi yang kaya atas
fenomena. Kualitatif mendorong pemahaman atas substansi dari suatu peristiwa.
Dengan demikian, penelitian kualitatif tidak hanya untuk memenuhi keinginan
peneliti untuk mendapatkan gambaran/penjelasan, tetapi juga membantu untuk
mendapatkan penjelasan yang lebih dalam (Sofaer, 1999). Dengan demikian,
dalam penelitian kualitatif, peneliti perlu membekali dirinya dengan pengetahuan
yang memadai terkait permasalahan yang akan ditelitinya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Peran Guru Pai Dalam Meningkatkan Kualitas Mengajar Pendidikan
Agama Islam
Menurut Sardiman (1996:14) bawa peranan guru ini akan senantiasa
menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi, baik
dengan siswa, sesama guru maupun dengan staf yang lain. Dari berbagai krgiatan
interaksi belajar mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya.
Sebab baik disadari atau tidak, bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru
banyak dicurahkan untuk menggarap pembelajaran dan berinteraksi dengan
siswanya.

Menurut Sudjarwo (2001:170) bahwa proses pembelajaran adalah suatu


proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik.
Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi diambil dari berbagai
sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya terdapat dimanamana,seperti di
sekolah,di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya. Sudjarwo
mengelompokkan sumber- sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu: manusia,
buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan.
Karena itu, sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai
tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk seseorang belajar.
Dalam proses penbelajaran, guru mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan.
Guru mrmpunyai tanggumg jawab untuk melihat segala sesuatu yang 3 terjadi
dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa (Slameto, 2003:98).
Sejak digulirkannya reformasi dalam penyelenggaraan pemerintah di
Indonesia, pemerintah bersama seluruh komponen bangsa berupaya untuk
membangun sistem pendidikan nasional yang sesuai dengan aspirasi reformasi itu
sendiri termasuk membangunbangsa yang berakhlak mulia, cerdas, dan
kompetitif, serta memiliki jatih diri bangsa.

Dalam upaya tersebut, profesionalisme guru merupakan salah satu aspek


yang menjadi titik tumpu strategi pembangunan sistem pembangunan pendidikan
nasional di Indonesia. Gerakan reformasi pendidikan ini diantaranya dimulai
dengan pencanangan pekerjaan guru sebagai profesi oleh Soesilo Bambang
yudhoyono selaku Presiden Ri pada peringatan Hari Guru tahun 2005.
Selanjutnya, berpegang kepada keputusan politik ini, untuk mendapatkan payung
hukum terhadap penyelesaian permasalahan, kualitas, kesejahteraan, dan ditribusi,
dan masalah lain yang terkait dengan guru, pada tahun yang sama tepatnya pada
bulan Desember 2005 pemerintah menerbitkan Undang-Undang No. 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan:

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas mendidik , mengajar,


membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah (Bab I Ketentuan Umum, Pasal I). 4 Guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,
sertamemiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (pasal
8). Lebih lanjut dijelaskan dalam pasal 10 ayat 1: Kompetensi guru sebagaimana
dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetesi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi. Berdasar pada uraian tersebut, dapat di pahami bahwa guru sangat penting
peranannya dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

Sebagai perencana pengajaran, seorang guru diharapkan mampu


marencanakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar secara efektif. Karena itu, ia
harus memliki pengetahuan yang cukup tentang prisip-prinsip belajar mengajar,
seperti merumuskan tujuan, memilih bahan dan metode, dan sebagainya. Sebagai
pengelola pengajaran, seorang guru harus mampu mengelola seluruh proses
kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian
rupa sehingga setiap siswa dapat belajar secara efektif dan efisian.

Guru sangat besar peranannya dalam meningkatkan kualitas proses


pembelajaran atau proses belajar siswa. Mereka ikut terlibat dalam pengelolaan
dan proses pembelajaran, seperti memilih bahan, merumuskan tujuan, memilih
metode, menetapkan evaluasi, dan sebagainya.
Dalam pandangan Islam, tugas guru ialah sebagai amanah yang harus
dijalankan dengan baik. Hal itu dijelaskan dalam firman Allah swt. pada Q.S.
AnNisa/4:58 sebagai berikut:
Terjemahnya: Sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara
manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-
baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar,
Maha melihat.3 Ayat di atas sangatlah jelas bahwa seorang guru PAI diharuskan
untuk dapat menjalankan tugasnya dengan memberikan ilmu pengetahuan demi
terciptanya peserta didik yang mempunyai nilai akhlak yang baik. Selain itu,
dalam hadits juga dijelakan bahwa ilmu haruslah disampaikan walaupu hanya satu
ayat sebagaimana diriwayatkan oleh Sunan Tirmidzi sebagai berikut:
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf dari
Ibnu Tsauban, yaitu Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban, dari Hassan bin

Keadaan Belajar Siswa Pasca Guru Pai Meningkatkan Kualitas Mengajar


Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan proses pembelajaran tentu saja guru Pai tidak mulus dalam
menyampaikan pengetahuan kepada siswa, didalamnya pasti ada faktor
penghambat guru dalam meningkatkan kualitas belajar siswa. Kaitannya dengan
faktor penghambat dan pendukung.Kegiatan pembelajaran sering kali tidak
maksimal karena ada faktor penghambat yang menghambat proses pembelajaran,
akan tetapi hambatan tersebut dapat diatasi oleh guru dengan memanfaatkan
faktor pendukung yang dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Dengan faktor
pendukung tersebut guru mata pelajaran pai mengatur strategi untuk
meningkatkan kualitas belajar siswa.

Faktor Pendukung dan Penghambat Guru Pai Dalam meningkatkan Kualitas


Mengajar pendidikan Agama Islam
1. Faktor Pendukung

3
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jawa Barat: Cipta Bagus Segara, 2013), h.87.
Faktor pendukung dalam pembelajaran PAI terdiri atas 2 faktor yakni internal
dan eksternal. Faktor internal mencakup (1) Minat Siswa, (2) Motivasi.
Sedangkan faktor eksternal yakni terciptanya hubungan yang harmonis antar guru
dengan siswa serta guru dengan orang tua.

2. Faktor Penghambat
Faktor penghambat pembelajaran PAI terdiri atas (a) faktor internal; (1) faktor
fisiologis, (2) faktor psikologis yang mencakup kurangnya ingatan, terhambatnya
perkembangan bahasa, kurangnya konsentrasi.

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pembahasan penelitian di atas sebagai berikut:

1. Pendidikan agama islam tentu saja sangat penting bagi kita hamba Allah
SWT karna dalam pendidikan tersebut akan membantu mendekatkan diri
kepada Allah swt.oleh sebab itu selain orang tua guru juga memiliki andil
dalam proses mengajakan seorang anak.
2. Dalam proses mengajar pendidikan agama islam kualitas guru dalam
meningkatkan proses mengajar sangat diperluhkan karena hal ini akan
memudahkan peserta didik dalam mencerna materi atau pelajaraan yang
diberikan sehingga terciptah lah proses belajar mengajar yang efektif dan
efesien.
3. Adapun faktor pengambat dan pendukung guru pai dalam mengajar tentu
saja pasti ada,akan tetapi hal ini dapat diatasi jika telah mengetahui faktor
penghambat tesebut dan mencari solusi agar dapat diatasi.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam Sekolah Umum Dan
Luar Biasa, tt.

Daradjat Zakiyyah,.2005 .Jakarta : Bulan Bintang Ilmu Jiwa Agama.

Kementrian Agama RI.2013.Jawa Barat: Cipta Bagus Segara Al-Qur’an dan


Terjemahan.

Anda mungkin juga menyukai