Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL

STRATEGI GURU MATA PELAJARAN AL-QU’RAN HADITS

DALAM PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

DI MTS DARUL MUTTAQIN PULAU RIMAU

TAHUN PELAJARAN 2023/2024

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memenuhi Gelar

Sarjana Pendidikan S.Pd.

OLEH :

GHINA WARDATUL JANNAH

NIM : 2014190

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RAHMANIYAH

SEKAYU

2024
A. Latar Belakang

Pendidikan Islam yang dilaksanakan di sekolah merupakan bagian

integral dan program pengajaran pada setiap jenjang lembaga pendidikan serta

merupakan usaha bimbingan dan pembinaan guru terhadap siswa dan

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi

manusia yang bertakwa dan juga warga negara yang baik.

Dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menerangkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara.

Begitu juga dalam sistem pendidikan Islam, pendidikan Islam adalah

sub sistem pendidikan nasional. Perjalanan pendidikan Islam di Indonesia

tidak terlepas dari pasang surutnya sistem pendidikan nasional. Menurut

Majid (2004: 162), pendidikan Islam mempunyai sejarah panjang di Indonesia

yang telah ikut mewarnai kehidupan bangsa ini baik pada masa sebelum

penjajahan bahkan setelah Indonesia medeka sampai saat ini.

Terlepas dari konsep pendidikan nasional maupun pendidikan Islam di

atas dapat diambil sebuah garis besar, bahwa seorang guru harus memiliki

kompetensi. Sebagai pelaku utama, tenaga pendidik (guru) harus dipersiapkan

1
2

untuk memegang kendali layanan interaksi dengan peserta didik. Dalam UU

No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat (1), “Guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah”. Guru yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat

adalah profesi yang hanya melakukan proses mengajar atau transfer ilmu

kepada siswanya. Padahal tidak hanya sampai disitu, guru merupakan satu

diantara sekian banyak unsur pembentuk utama calon anggota di masyarakat.

Guru diibaratkan seperti pembimbing perjalanan yang sudah

memilikipengetahuan dan pengalaman bertanggung jawab terhadap

kelancaran perjalanan peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar

(Suprihatin, 2015: 73-74).

Dalam mewujudkan hal tersebut Direktorat Kementerian Agama

dalam Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 183 Tahun 2019

mengatur mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mencakup Akidah

Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), Al-Quran Hadist. Al-Quran

Hadits merupakan salah satu mata pelajaran Al-Qur'an yanag sangat penting.

Sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 2:

‫َٰذ ِلَك ٱۡل ِكَٰت ُب اَل َر ۡي َۛب ِفيِۛه ُهٗد ى ِّلۡل ُم َّتِقيَن‬

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi

mereka yang bertakwa”


3

Dalam hal ini pendidikan agama mengembangkan kemampuan siswa

untuk memperteguh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

berakhlak mulia/berbudi pekerti luhur dan menghormati penganut lainnya.

Mata pelajaran al Quran Hadis termasuk di dalam rumpun mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam yang mana tujuan dan fungsi mata pelajaran al

Quran Hadis tidak jauh dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Peran dan efektifitas pendidikan agama di Madrasah Tsanawiyah

sebagai landasan pengembangan spiritual untuk kesejahteraan masyarakat.

Pendidikan al Quran Hadits di Madrasah Tsanawiyah sebagai bagian integral

dari pendidikan agama, memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan

dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik, tetapi secara

subtansial mata pelajaran al Quran Hadits memiliki kontribusi dalam

memberikann motivasi kepada peserta didik untuk mempratikkan nilai-nilai

agama sebagai terkandung dalam al Quran dan Hadis dalam kehidupan sehari-

hari.

Mata pelajaran al Quran Hadits merupakan unsur mata pelajaran

pendidikan agama Islam pada Madrasah yang merupakan sumber ajaran

pokok umat islam dalam mendidik peserta didik untuk memahami al Quran

dan Hadits dan mengamalkan isi pandangannya sebagai petunjuk dan

landasan dalam kehidupan sehari-hari (Depag RI, 2004:4).

Dalam Hal ini, guru merupakan pelaku utama dalam penerapan

program pendidikan di sekolah memiliki peran yang sangat penting untuk


4

mencapai tujuan pendidikan. Peran guru meliputi: mendidik, membimbing,

melatih, menasehati, melakukan pembaharuan, menjadi model dan teladan,

memiliki kepribadian, meneliti, mendorong kreativitas, memberikan motivasi,

melakukan kerja rutin, membawa cerita, menjadi aktor, emansipator, dan

melakukan evaluasi. Dengan demikian hal serupa diungkapkan oleh Juhji

(2016: 52) peran guru dalam perkembangan pendidikan meliputi: penanaman

nilai, membangun karakter, sentral pembelajaran, memberi bantuan dan

dorongan, melakukan pengawasan dan pembinaan, mendisiplinkan anak, dan

panutan bagi lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan strategi yang tepat untuk

memotivasi siswa dalam mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Motivasi ialah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keefektifan

kegiatan belajar siswa. Motivasi dapat mendorong siswa untuk melakukan

kegiatan belajar. Siswa yang belajar dengan motivasi dapat melaksanakan

belajarnya dengan bersungguh-sungguh dan penuh gairah, dan sebaliknya

siswa yang tidak memiliki motivasi dalam belajar maka tidak akan bekerja

baik untuk mengerjakan tugas-tugasnya serta bermalas-malasan dalam belajar.

Keberhasilan siswa dalam belajar sangat erat kaitannya dengan motivasi, dan

kuat lemahnya motivasi akan menentukan hasil belajar peserta didik. Oleh

karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam

diri siswa dengan cara selalu memikirkan masa depan yang penuh tantangan

dan harus dihadapkan untuk menggapai cita-cita dan senantiasa memasang


5

tekad yang kuat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan

belaja (Dalyono, 2005:57).

Guru saat ini ini dituntut untuk terus belajar,mengenali, dan menguasai

sejumlah metode mengajar. Berdasarkan presurvey yang dilakukan penulis di

MTs Darul Muttaqin Pulau Rimau pada senin, 18 Maret 2024, bahwa guru Al-

Qur’an hadits disana sudah cukup baik. Mulai dari pesiapan yaitu pemberian

motivasi untuk membangkitkan semangat siswa dalam belajar, proses belajar

dengan menggunakan beberapa metode, sampai pada evaluasi belajar. Namun

pada kenyataannya dalam proses pembelajaran siswa kelas VIII masih kurang

aktif karena mereka menganggap pelajaran Al-Qur’an Hadits merupakan

beban bagi mereka. Karena sebagian siswa masih ada yang belum lancer

dalam membaca Al-Qur’an, dan hal ini tentu saja menyulitkan mereka dalam

menghafal, mengartikan, dan juga memahaminya. Sehingga ketika pelajaran

berlangsung, mereka kurang tertarik untuk mengikutinya. Kondisi tersebut

mempengaruhi motivasi belajar mereka dan apabila terus berlangsung

tentunya berdampak pada hasil belajar siswa.

Dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits dibutuhkan strategi dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa, yaitu dengan memilih metode

pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa dikelas. oleh sebab

itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Strategi Guru

Mata Pelajaran Al-Qu’ran Hadits dalam Peningkatan Motivasi Belajar Siswa

Di MTs Darul Muttaqin Pulau Rimau Tahun Pelajaran 2023/2024”.


6

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan penelitian latar belakang masalah yang diuraikan di

atas ialah:

1. Bagaimana motivasi belajar siswa di MTs Darul Muttaqin Pulau Rimau?

2. Bagaimana strategi guru mata pelajaran Al-Quran hadist dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa di MTs Darul Muttaqin Pulau

Rimau?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitan ini sebagai

berikut:

1. Mengetahui bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar siswa di MTs

Darul Muttaqin Pulau Rimau.

2. Untuk mengetahui strategi guru mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa di MTs Darul Muttaqin Pulau

Rimau.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini nantinya diharapkan akan dapat memberikan

kontribusi teoritis dan praktis sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi dan sumbangan

ilmiah bagi pengembangan khazanah keilmuan dan dapat memberikan

sumbangan pemikiran kepada dunia pendidikan masyarakat, selain itu


7

juga diharapkan dapat digunakan oleh peneliti yang akan datang sebagai

acuan untuk perbaikan dan kesempurnaan terkait dengan pelaksanaan

secara praktis.

2. Secara Praktis

a. Bagi penulis, hasil penelitian ini digunakan untuk meningkatkan

pengetahuan tentang strategi seorang guru Al-Qur’an Hadits dalam

meningkatkan hasil belajar dan penelitian ini digunakan sebagai

wahana untuk berlatih menganalisis suatu permasalahan–

permasalahan yang terjadi di lapangan, sehingga penulis akan

memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah yang berhubungan

dengan strategi guru Al-Qur’an Hadits terhadap peningkatan motivasi

belajar.

b. Bagi guru, hasil penelitian ini bisa dapat menjadi bahan pertimbangan/

pemikiran bagi wawasan guru Al-Qur’an Hadits dalam memberikan

motivasi dan perhatian kepada siswa yang memiliki masalah kesulitan

belajar didalam suatu konteks mata pelajaran Al-Qur’an Hadits untuk

meningkatkan hasil belajar dalam mencapai hasil belajar siswa yang

lebih baik dan lebih berkualitas.

c. Bagi sekolah, Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi sekolah

dalam meningkatkan kegiatan belajar mengajar khususnya dalam

strategi guru Al-Qur’an Hadits dalam meningkatkan motivasi sehingga

meningkat pula hasil belajar mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dan


8

melahirkan siswa yang lebih bermutu demi peningkatan kualitas

pendidikan agama Islam yang lebih baik di masa yang akan datang.

Sehingga dengan memiliki siswa yang hasil belajarnya sangat bagus,

maka nama sekolahpun bisa terangkat derajatnya dipandang oleh

masyarakat sekitar.

E. Tinjauan Pustaka

Bagian ini memuat uraian secara sistematis mengenai hasil penelitian

terdahulu (prior research) tentang persoalan yang akan dikaji. Menurut

Zuhairi (2016:39) peneliti mengemukakan dan menunjukkan dengan tegas

bahwa masalah yang akan dibahas belum pernah diteliti atau berbeda dengan

penelitian sebelumnya. Penelitian yang akan penulis lakukan mengenai

Straregi Guru Al-Qur’an Hadits dalam Peningkatan Motivasi Siswa di MTs

Darul Muttaqin Pulau Rimau Tahun Pelajaran 2023/2024.

Terkait dengan judul penelitian tersebut maka penulis mengutip

beberapa skripsi terkait dengan persoalan yang akan diteliti. Sehingga akan

terlihat dari penelitian tersebut perbedaan permasalahannya serta tujuan yang

ingin dicapai oleh masing-masing penulis. Dibawah ini akan disajikan

kutipan hasil penelitian yang relevan yaitu:

Skripsi bejudul Strategi Guru Mata PAI untuk Meningkatkan Motivasi

Belajar Siswa di SMPN 2 Desa Pinggap Kecamatan Batanghari Leko

Kabupaten Musi Banyuasin (2012). Penelitian yang dilakukan oleh Ratna

Juwita tersebut dapat disimpulakan sebagai berikut:


9

1. Tingkat motivasi belajar anak pada sekolah tersebut adalah sangat baik

dengan indikator bahwa siswa selalu memperhatikan penjelasan

guru(83,4%), siswa selalu mempelajari kembali pelajaran dirumah

(58,33%), siswa tidak pernah merasa bosan saat mengikuti pelajaran

(58,34%), siswa dapat menjelaskan kembali pelajaran yang didengar

(65%), siswa lebih aktif dalam belajar (51,66%), dan mendapatkan nilai

baik dalam pelajaran PAI (50%), dan merasa senang saat ada ujian

semester (55%).

2. Strategi guru PAI untuk meningkatkan motinvasi belajar di SMPN 2 Desa

Pinggap tergolong tinggi, yaitu berjumlah 46,66%.

Handayani Saputri (2015), Sekolah Tinggi Agama Islam Rahmaniyah

Sekayu, yang berjudul “Usaha Guru Agama Islam Dalam Meningkatkan

Motivasi Belajar PAI Pada Siswa di SMP Negeri 1 Sekayu”. Permasalahan

yang diangkat dari penelitiannya tersebut didapati suatu pengetahuan yang

dapat peneliti jadikan referensi seperti, peneliti dapat mengetahui definisi

motivasi belajar, kemudian dapat mengetahui upaya guru dalam

meningkatkan motivasi belajar, dan ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi

tinggi. Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang upaya

guru dalam meningkatkan motivasi belajar. Bedanya dengan penelitian ini,

yaitu mengenai pembahasan guru yang dalam hal ini penulis mengangkat

Guru Qur’an Hadits.


10

Kartika Sari (2012), Sekolah Tinggi Agama Islam Rahmaniyah

Sekayu, yang berjudul “Strategi-Strategi Pembelajaran dalam Meningkatkan

Prestasi Belajar PAI Siswa di SMP Muhammadiyah Sekayu Kabupaten Musi

Banyuasin”. Hasil dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil belajar siswa di SMP Muhammadiyah Sekayu termasuk karegori

baik dengan nilai rata-rata 75,50.

2. Namun hasil kolerasi antara pengguaan strategi pembelajaran dengan

prestasi belajar siswa di SMP Muhammadiyah Sekayu terdapat korelasi

negative antara variabel tersebut.

Dari ketiga tinjauan pustaka diatas dapat disimpulkan terdapat

beberapa perbedaan yaitu perbedaan pada objek dan lokasi, bukan itu saja,

tinjauan pustaka penelitian ketiga menggunakan metode lain yaitu metode

angket (kuesioner).Sedangkan persamaannya, yaitu sama-sama meneliti

strategi dalam meningkatkan motivasi belajar.

F. Kerangka Teori

1. Pengertian Motivasi Belajar

Nashar (2004:13) berpendapat bahwa motivasi berasal dari kata

”motive” yang mempunyai arti ”dorongan”. Dorongan itu menyebabkan

terjadinya tingkah laku atau perbuatan. Untuk melakukan sesuatu

hendaklah ada dorongan, baik dorongan itu yang datang dari dalam diri

manusia maupun yang datang dari lingkungannya. Lain halnya menurut

Hamalik (1997:186) motivasi adalah suatu perubahan energi dalam


11

pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afeksi dan reaksi untuk

mencapai tujuan. Dari definisi ini dapat diartikan bahwa motivasi adalah

sebab-sebab yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan suatu aktivitas atau perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.

Adapun pengertian motivasi menurut sebagian pakar pendidikan adalah

sebagai berikut (dalam Soemanto,2019:205):

a. Menurut James O. Whittaker, motivasi adalah kondisikondisi atau

keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk

untuk bertikah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi

tersebut.

b. Menurut Guthrie motivasi hanya menimbulkan variasi respon pada

individu, dan bila dihubungkan dengan hasil belajar, motivasi tersebut

bukan instrumental dalam belajar.

c. Fremount E. Kast dan James E. Roseinzweig memberi pengertian

bahwa motivasi adalah dorongan yang datang dari dalam diri

seseorang untuk melakukan tindakan tertentu.

Sedangkan menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energy

dalam diri seseorang yang di tandai dengan munculnya ”feeling” dan di

dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Pengertian yang

dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting

(Sardirman, 2010: 74):


12

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri

setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa

beberapa perubahan energi didalam sistem ”neurophysiological” yang

ada pada organisme manusia karena menyangkut perubahan energy

manusia (walaupun motivasi itu muncul dalam diri manusia)

penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya ”rasa”/”feeling”, afeksi

seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan

kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku

manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam

hal ini merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi

memang muncul dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena

terangsang/ terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah

tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi

itu sebagai suatu yang kompleks. Motivasi akan mengakibatkan terjadinya

suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan

bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi,

untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong

karena adanya tujuan kebutuhan atau keinginan.

2. Macam-macam Motivasi
13

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi dapat dilihat dari

berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif

yang aktif itu sangat bervariasi.

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

1) Bawaan (Biogenetis)

Yang di maksud dengan motif bawaan adalah motif yang di bawa

sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh

misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum,

dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat, dorongan seksual.

2) Dipelajari (Sosiogenetis)

Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai

contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan,

dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motifmotif

ini seringkali disebut motif-motif yang diisyaratkan secara sosial,

sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama

manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk.

3) Ke-Tuhanan (Teogenetis)

Manusia adalah makhluk yang berketuhanan dan selalu ingin dekat

dengan Tuhannya. Maksud dari dimensi Ketuhanan yaitu, bahwa

sumber dan tujuan peradaban dunia adalah Ketuhanan. Disisi lain

tujuan Ketuhanan dan peradaban dunia tersonifikasi dari harapan


14

terhadap keridhaan Allah, mengerjakan perintahNya dan menjauhi

larangan-Nya.

b. Motivasi dilihat dari sifatnya

1) Motivasi Intrinsik

Menurut pendapat Djamarah (2002: 35) yang di maksud dengan

motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu di rangsang dari luar karena dalam setiap

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Menurut

Alisuf Sabri dalam bukunya ”Psikologi Pendidikan Berdasarkan

Kurikulum Nasional” motivasi intrinsik adalah motivasi yang

timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat

hubungannya dengan tujuan belajar. Definisi tersebut

menunjukkan bahwa motivasi intrinsik tersebut timbul karena

dalam diri seseorang telah ada dorongan untuk melakukan sesuatu,

misalnya keinginan untuk mengetahui, keinginan untuk

mendapatkan keterampilan tertentu, keinginan untuk memperoleh

pengetahuan dan lain-lain. Dalam hal ini pujian, hadiah, hukuman

dan sejenisnya tidak diperlukan oleh siswa karena siswa belajar

bukan untuk mendapatkan pujian atau hadiah dan bukan juga

karena takut hukuman.

2) Motivasi Ekstrinsik
15

Motivasi yang datangnya dari luar diri individu, atau motivasi ini

tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar, seperti belajar karena

takut kepada guru, atau karena ingin lulus, karena ingin

memperoleh nilai tinggi yang semuanya itu tidak berkaitan

langsung dengan tujuan belajar yang dilaksanakan. Menurut

Syaiful Bahri Djamarah, motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari

motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motifmotif yang aktif

dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar (2002:37).

Definisi tersebut menunjukkan bahwa motivasi ekstrinsik itu

adalah merupakan motivasi yang timbul karena adanya dorongan dari

luar individu yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas

belajar, jadi seorang siswa akan belajar jika ada dorongan dari luar

seperti ingin mendapatkan nilai yang baik, hadiah dan lain-lain dan

bukan karena semata-mata ingin mengetahui sesuatu. Motivasi

intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, keduaduanya dapat menjadi

dorongan untuk belajar. Namun tentunya agar aktifitas dalam

belajarnya memberi kepuasan atau ganjaran di akhir kegiatan

belajarnya maka sebaiknya motivasi yang mendorong siswa untuk

belajar adalah motivasi intrinsik. Kekurangan atau ketiadaan motivasi,

baik yang bersifat internal maupun eksternal akan menyebabkan

kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran

materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah.


16

3. Fungsi Motivasi

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak di

capai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan

yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan perbuatan kita, artinya menentukan

perbuatanperbuatan mana yang harus dilakukan yang serasi, guna

mencapai tujuan, dengan menyampingkan perbuatan-perbuatan yang

tidak bermanfaat bagi tujuan itu. Seseorang benar- benar ingin

mencapai gelarnya sebagai sarjana, tidak akan mengahambur-

hamburkan waktunya dengan berfoya-foya/ bermain kartu, sebab

perbuatan itu tidak cocok dengan tujuan (Purwanto, 2006:81).

d. Di samping itu ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi berfungsi sebagai

pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu

usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam

belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain dengan

adanya usaha yang tekun dan terutama di dasari adanya motivasi,

maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang

baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan

tingkat pencapaian prestasi belajarnya (Sadirman, 2010:8).


17

4. Peranan Motivasi dalam Belajar

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan

menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang

belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan

pembelajaran, antara lain (Hamzah, 2009: 27):

a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak

yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yangmemerlukan

pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang

pernah di laluinya. Sebagai contoh, seorang anak akan memecahkan

materi matematika dengan bantuan tabel logaritma. Tanpa bantuan

tabel tersebut , anak itu tidak dapat menyelesaikan tugas matematika.

Dalam kaitan itu anak berusaha mencari buku tabel matematika.

Upaya untuk mencari tabel matematika merupakan peran motivasi

yang dapat menimbulkan motivasi belajar. Peristiwa di atas dapat

dipahami bahwa sesuatu dapat menjadi penguat belajar untuk

seseorang, apabila dia sedang benarbenar mempunyai motivasi untuk

belajar sesuatu. Dengan kata lain, motivasi dapat menentukan hal-hal

apa di lingkungan anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar.

Untuk seorang guru perlu memahami suasana itu, agar dia dapat

membantu siswanya dalam memilih faktor-faktor atau keadaan yang

ada dalam lingkungan siswa sebagai bahan penguat belajar. Hal itu
18

tidaklah cukup dengan hanya memberitahukan sumber-sumber yang

harus dipelajari, melainkan yang lebih penting adalah mengaitkan isi

pelajaran dengan perangkat apapun yang berada paling dekat dengan

siswa di lingkungannya.

b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya

dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar belajar

sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau

di nikmati manfaatnya bagi anak. Sebagai contoh, anak akan

termotivasi belajar elektronik karena tujuan belajar elektronik itu dapat

melahirkan kemampuan anak dalam bidang elektronik. Dalam suatu

kesempatan misalnya, anak tersebut di minta membetulkan radio yang

rusak, dan berkat pengalamannya dari bidang elektronik, maka radio

tersebut menjadi baik setelah di perbaikinya. Dari pengalaman itu anak

makin hari makin termotivasi untuk belajar, karena sedikit anak sudah

mengetahui makna dari belajar itu.

c. Peran motivasi dalam menentukan ketekunan belajar

Seseorang yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha

mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh

hasil yang baik. Dalam hal itu tampak bahwa motivasi untuk belajar

menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila seseorang

kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak
19

lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan

bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap

ketahanan dan ketekunan belajar.

5. Bentuk Motivasi di Sekolah

a. Memberi nilai

b. Hadiah

c. Saingan/kompetensi

d. Ego-involvemen

e. Memberi ulangan

f. Mengetahui hasil

g. Pujian

h. Hukuman

i. Hasrat untuk belajar

j. Minat

k. Tujuan yang diakui

6. Pengertian Strategi

Secara harfiah, kata “strategi” dapat diartikan sebagai seni (art)

melaksanakan stratagem yakni siasat atau rencana, sedangkan menurut

Reber, mendefinisikan strategi sebagai rencana tindakan yang terdiri atas

seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan.

Menurut Drs. Syaiful Bahri Djamarah, strategi merupakan sebuah cara

atau sebuah metode, sedangkan secara umum strategi memiliki pengertian


20

suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran

yang telah ditentukan (2002:134). Secara umum strategi mempunyai

pengertian sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk

mencapai sesuatu yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar-

mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-murid

dalam perwujudan kegiatan belajarmengajar untuk mencapai tujuan yang

telah digariskan.

Istilah strategi mula-mula dipakai di kalangan militer dan diartikan

sebagai seni dalam merancang (operasi) peperangan, terutama yang erat

kaitannya dengan gerakan pasukan dan navigasi ke dalam posisi perang

yang di pandang paling menguntungkan untuk memperoleh kemenangan.

Penetapan strategi tersebut harus didahului oleh analisis kekuatan musuh

yang meliputi jumlah, personal, kekuatan persenjataan, kondisi lapangan,

posisi musuh, dan sebagainya. Dalam perwujudannya, strategi itu akan

dikembangkan dan dijabarkan lebih lanjut menjadi tindakan-tindakan

nyata dalam medan pertempuran (Ahmadi dan Prasetya, 2013:11).

7. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran

Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2009:1), ditinjau dari cara

penyajian dan cara pengolahannnya, strategi pembelajaran juga dapat

dibedakan antara strategi pembelajaran deduktif dan strategi pembelajaran

induktif. Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang

dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk


21

kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi; atau bahan pelajaran

yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak, kemudian secara

perlahan-perlahan menuju hal yang konkret. Strategi ini disebut juga

strategi pembelajaran dari umum ke khusus. Sebaliknya dengan strategi

induktif, pada strategi ini bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang

konkret atau contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa

dihadapkan pada materi yang kompleks. Strategi ini sering dinamakan

strategi pembelajaran dari khusus ke umum.

8. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran dalam Proses

Pendidikan

Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip dalam bahasan ini adalah hal-

hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan pembelajaran. Prinsip

umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua

strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan

semua keadaan. Setiap strategi mempunyai kekhasan sendiri-sendiri. Oleh

sebab itu, guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan

strategi pembelajaran sebagai berikut (Sanjaya, 2009:129):

a. Berorientasi pada Tujuan

Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama.

Segala aktivitas guru dan mencapai mencapai siswa, diupayakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Inisangat penting, sebab

mengajar adalah proses bertujuan. Oleh karenanya keberhasilan suatu


22

strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa

mencapai tujuan pembelajaran.

b. Aktivitas

Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar

adalah berbuat; menghafal pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan

yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat

mendorong aktivitas siswa. fisik. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas

pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas psikis seperti

aktivitas mental.

c. Individualitas

Belajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa.

Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada

hakikatnya yang ingin dicapai adalah perubahan perilaku setiap siswa.

d. Integritas

Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh

pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan

kognitif saja, akan tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif

dan aspek psikomotorik. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus

dapat mengembangkan seluruh aspek kepriibadian siswa secara

terintegrasi. Di samping itu, BAB IV Pasal 19 Peraturan Pemerintah

No. 19 Tahun 2005 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,


23

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik berpartisipasi

aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,dan perkembangan fisik,

serta psikologis peserta didik.

9. Pengertian Guru

Nata (2001: 41) berpendapat bahwa kata guru berasal dalam bahasa

Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam bahasa Inggris,

dijumpai kata teacher yang berarti pengajar. Selain itu terdapat kata tutor

yang berarti guru pribadi yang mengajar di rumah, mengajar ekstra,

memberi les tambahan pelajaran, educator, pendidik, ahli didik, lecturer,

pemberi kuliah, penceramah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, guru di

artikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar.

Dalam bahasa Arab istilah yang mengacu kepada pengartian guru lebih

banyak lagi seperti al-alim (jamaknya ulama) atau al-Muallim, yang

berarti orang yang mengetahui dan banyak digunakan para ulama/ ahli

pendidikan untuk menunjuk pada hati guru. Selain itu ada pula sebagian

ulama yang menggunakan istilah al-mudarris untuk arti orang yang

mengajar atau orang memberi pelajaran. Namun dibandingkan dengan

kata al-mua’allim atau al-ulama dengan kata almudarris ternyata

penggunaan kata al-mua’allim atau al-alim lebih banyak dari penggunaan

kata almudarris.
24

10. Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits

Mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis adalah salah satu mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari Al-Qur'an-

Hadis yang telah dipelajari oleh peserta didik di SD. Peningkatan tersebut

dilakukan dengan cara mempelajari, memperdalam serta memperkaya

kajian al-Qur'an dan al-Hadits terutama menyangkut dasar-dasar

keilmuannya sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang

lebih tinggi, serta memahami dan menerapkan tema-tema tentang manusia

dan tanggung jawabnya di muka bumi, demokrasi serta pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi dalam perspektif al-Qur'an dan al-Hadits

sebagai persiapan untuk hidup bermasyarakat. Secara substansial, mata

pelajaran Al-Qur'an-Hadis memiliki kontribusi dalam memberikan

motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan

ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur'anhadis sebagai

sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman

hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Mata pelajaran Al-Qur'an-Hadits bertujuan untuk: a) Meningkatkan

kecintaan peserta didik terhadap al-Qur'an dan hadits, b) Membekali

peserta didik dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadits

sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan, c)

Meningkatkan pemahaman dan pengamalan isi kandungan Al-Qur'an dan


25

hadits yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan tentang Al-Qur'an dan

hadits.

11. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits

Adapun ruang lingkup mata pelajaran Al-Qur'an Hadits di Madrasah

Tsanawiyah kelas VIII adalah:

a. Materi semester I: menerapkan hukum bacaan mad ‘iwad, mad layyin

dan mad arid lis-sukun dalam Al-Qur’an, infak dan sedekah, dan

kuatkan iman melalui beramal saleh.

b. Materi semester II: menerapkan hukum bacaan mad silah, mad badal,

mad tamkin, dan mad farqi, menjauhi gaya hidup materialistic,

hedonis, dan komsumtif, dan menyeimbangkan dunia dan akhirat

dengan usaha dan ibadah.

G. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variable Penelitian

variabel merupakan salah satu tahap yang penting dan tidak bisa

ditinggalkan, bahkan harus dilakukan secara tepat dalam kegiatan

penelitian. Jika peneliti salah dalam menentukan variabel penelitiannya,

maka kesalahan ini akan berlanjut dalam penggunaan teori, dan begitu

pula akan terjadi kesalahan dalam mendefinisikan secara operasional.

Dalam penelitian ini melibatkan dua variable utama, yaitu independen

variabel (variabel yang mempengaruhi), yaitu Strategi Guru Al-Qur’an


26

Hadits dan yang menjadi dependen variabel (variabel terpengaruhi), yaitu

Motivasi Belajar Siswa di MTs Darul Muttaqin Pulau Rimau.

2. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman tentang istilah-istilah yang ada

didalam penelitian, maka penulis perlu menjelaskan pengertian-pengertian

tersebut sebagai berikut:

Menurut Drs. Syaiful Bahri Djamarah, strategi merupakan sebuah cara

atau sebuah metode, sedangkan secara umum strategi memiliki pengertian

suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran

yang telah ditentukan (2002:134).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, guru di

artikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar.

Mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis adalah salah satu mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari Al-Qur'an-

Hadits. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari,

memperdalam serta memperkaya kajian al-Qur'an dan al-Hadits terutama

menyangkut dasar-dasar keilmuannya sebagai persiapan untuk

melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.

Motivasi menurut Hamalik (1997:186), adalah suatu perubahan energi

dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afeksi dan reaksi

untuk mencapai tujuan. Dari definisi ini dapat diartikan bahwa motivasi

adalah sebab-sebab yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya


27

untuk melakukan suatu aktivitas atau perbuatan untuk mencapai suatu

tujuan.

H. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan

kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah.

Dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan

data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

daripada generalisasi (Sugiyono, 2014).

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research).

Penelitian ini dilakukan dengan turun langsung ke lokasi penelitian yang

telah ditentukan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, yakni data

yang berhubungan dengan “Strategi Guru Al-Qu’an Hadits dalam

Peningkatan Motivasi Belajar Siswa di MTs Darul Muttaqin Pulau

Rimau”.

2. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti

secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai

data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk
28

mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara

langsung (Salim dan Haidar, 2019: 103). Data primer penelitian ini

adalah strategi guru mata pelajaran al-qu’ran hadits dalam peningkatan

motivasi belajar siswa di MTs Darul Muttaqin Pulau Rimau Tahun

Pelajaran 2023/2024.

b. Sumber Data Sekunder

Data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber

yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat

diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS),

buku, laporan, jurnal, dan lain-lain. Dalam penelitian ini yang menjadi

sumber penelitian adalah Kepala Sekolah, guru dan peserta didik.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan seluruh jumlah dari subjek yang akan diteliti oleh

seorang peneliti. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta

didik dan seluruh guru Al-Qur’an Hadits di MTs Darul Muttaqin Pulau

Rimau Tahun Pelajaran 2023/2024.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau

sifat-sifat yang sama atau serupa dengan populasinya. Sesuai dengan

rumusan tersebut, sampel harus memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat yang


29

menggambarkan secara tepat. Dalam penelitian ini, peneliti

mengambil teknik purposive sampling.

Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut dianggap

paling tahu tentang apa yang kita harapkan. Berdasarkan pertimbangan

tersebut yang akan menjadi fokus penelitian adalah peserta didik kelas

VIII A, B, C, dan D, setiap kelasnya diambil 3 siswa dengan

pertimbangan siswa teraktif, sedang dan terpasif dikelasnya, serta

Guru Al-Qur’an Hadits kelas VIII MTs Darul Muttaqin Pulau Rimau.

Jadi sampel pada penelitian ini berjumlah 13 orang.

4. Jenis Data

a. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah suatu informasi tentang objek atau subjek yang

tidak dapat dihitung dengan angka, namun bias dilihat atau dirasakan.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan terhadap suatu objek

dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi,mengobservasi dapat

dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan

pengecap dapat diartikan sebagai pengamatan langsung (dalam

Arikunto, 2006: 156). Observasi ini dilakukan oleh peneliti digunakan

untuk memperolehkondisi lingkungan madrasah, keadaan sarana dan


30

prasarana dankondisi riil tentangstrategi guru mata pelajaran al-qu’ran

hadits dalam peningkatan motivasi belajar siswa di MTs Darul

Muttaqin Pulau Rimau.

b. Interview/wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yangmengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikanjawaban atas

pertanyaan itu (Moleong. 1991: 135). Teknik wawancara dalam

penelitian ini penulis lakukan, guru al-qur’an hadits dan sebagian

siswa terkait dengan strategi guru mata pelajaran al-qu’ran hadits

dalam peningkatan motivasi belajar siswa di MTs Darul Muttaqin

Pulau Rimau.

c. Dokumentasi

Teknik ini merupakan suatu cara atau teknik memperoleh

datamengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip,

buku, suratkabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan

sebagainya (Arikunto, 2006: 188). Metode ini digunakan untuk

mendokumentasi tentang administrasi kegiatansekolah, serta

memperoleh data tentang sejarah berdirinya sekolah,struktur

organisasi, sarana prasarana, jumlah guru dan siswa di MTs Darul

Muttaqin Pulau Rimau.

6. Teknik Analisis Data


31

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik

analisis deskriptif kualitatif (yaitu berupa kata-kata bukan data angka) di

mana data yang diungkapkan dan di analisis merupakan data yang

berkaitan dengan strategi yang dipakai dan digunakan oleh guru al-qur’an

hadits dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran al-

qur’an hadits. Dalam hal ini analisis dilakukan dengan tiga langkah yaitu

(Milles, 1992: 15);

a. Reduksi data: Adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian,

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

munculdari catatan tertulis di lapangan. Dalam hal ini mengenai

strategi guru al-qur’an hadits dalam meningkatkan motivasi belajar

siswa padamata pelajaran al-qur’an hadits di MTs Darul Muttaqin

Pulau Rimau.

b. Penyajian data: Adalah sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data dan

pengambilantindakan. Dalam hal ini berkenaan dengan data tentang

strategi guru al-qur’an hadits dalam meningkatkan motivasi belajar

siswa pada mata pelajaran al-qur’an hadits di MTs Darul Muttaqin

Pulau Rimau.

c. Kesimpulan dan verifikasi: Adalah kegiatan memberikan kesimpulan

terhadap hasil penafsiran dan evaluasi, di mana kesimpulan ini

merupakan pencarian makna data dan penjelasannya, dan makna-


32

makna yang muncul dari data tersebut di uji kebenarannya,

kekuatannya dan kecocokannya dari data-data yang di peroleh di

lapangan untuk menarik kesimpulan yang tepat dan benar.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan garis besar penyusunan proposal

skripsi. Pada penelitian ini, maka penulis membagi ke dalam V (Lima) bab,

dimana uraian masing-masing dalam dalam bab tersebut merupakan satu

rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dan saling berkaiatan. Adapun

sistematika dapat diuraiakan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan pada bab ini penulis mengemukakan tentang latar

belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan Pustaka,

kerangka teori, definisi operasional, metodologi penelitian dan sistematika

pembahasan.

BAB II Landasan Teori pada bab ini dikemukakan beberapa referensi

mengenai teori-teori dasar yang mendukung pokok permasalahan yaitu

pengertian motivasi, fungsi motivasi, macam-macam motivasi, dan peranan

motivasi.

BAB III Gambaran Umum MTs Darul Muttaqin Pulau Rimau pada bab ini

penulis menjelaskan gambaran umum lokasi penelitian yang meliputi Sejarah

berdirinya, letak geografis, profil sekolah, Visi dan Misi tempat penelitian,

keadaan guru, pegawai dan siswa, serta sarana dan prasarana di MTs Darul

Muttaqin Pulau Rimau.


33

BAB IV Hasil dan Pembahasan pada bab ini berisi tentang uraian secara

universal terhadap hasil yang diperoleh penelitian sehngga dapat menjawab

terhadap masalah dalam penelitian

BAB V Kesimpulan dan Saran pada bab ini merupakan penutup yang

berisikan kesimpulan yang diambil berdasarkan data dan hasil analisis yang

ada dalam bab-bab sebelumnya, serta memberikan saran yang dapat diterima

dan digunakan sebagai bahan pertimbangan.


34

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi & Joko Tri Praetya. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Agama Islam RI. 2004. Standar Kompetensi. Jakarta: Depag
RI
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta,
-------, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dr. H. Salim, M.Pd., Dr. Haidar, S.Ag., M.Pd. 2019. Penelitian Pendidikan Metode,
Pendekatan dan Jenis. Cet. 1 Jakarta: Kencana.
Hamalik, Oemar. 1997. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
-------. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamzah. 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Hardani. dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: CV
Pustaka Ilmu Group.
Juhji. 2016. Peran Urgen Guru dalam Pendidikan, IJurnal Ilmiah Pendidikan, Vol.
10, No. 1.
Lexy. Moleong, M.A,. 1991. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Majid, Abdul. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Mattheu Milles, et. al.1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press
Nashar, H. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal. Jakarta: Delia Press.
Nata, Abuddin. 2001. Persepektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, 2009. Strategi Belajar Mengajar
Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, Bandung: PT
Refika Aditama.
Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Rosda Karya.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sardiman.2010. Intraksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta,
UU RI No. 14 tahun 2005. tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Visi Media.
Wasty, Soemanto. 2019. Psikolog Pendidikan. Cet. 5. Jakarta: Asdi Mahasatya.
35

Zuhairi, et.al. 2016. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai