Anda di halaman 1dari 15

TANTANGAN PROFESIONALISME GURU DALAM MENGAJAR MATA PELAJARAN PAI

DAN BUDI PEKERTI DI SMP NEGERI 3 KABUPATEN SOORONG.

Nama: Vini Shulistiawati, Zuliyantika Rizmandani, Asmarita Lutfita Dewi, Wa Rama

Email: vinishulis2110@gmail.com , rizmandanizuliyantika@gmail.com , asmaritalutfita8@gmail.com ,


rahmaama923@gmail.com .

Abstrak

Tulisan ini mendeskripsikan tentang tantangan guru profesional dalam mengajar Pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti dalam meningkatkan kualitas pendidik dan mencerdaskan siswa
dalam proses belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) disekolah. Pendidikan Agama Islam (PAI) disekolah
merupakan usaha sadar, melalui pengajaran atau pelatihan, dan bimbingan guna mempersiapkan siswa
dalam rangka menyongsong masa depan siswa dengan menjadikan pelajaran agama Islam sebagai
pedoman hidupnya.

Dalam proses belajar mengajar, guru tidak hanya berperan sebagai penyampai informasi, namun juga
bertanggung jawab terhadap pengembangan kepribadian siswa. Guru hendaknya menciptakan
pembelajaran sedemikian rupa sehingga mendorong siswa belajar secara efektif dan dinamis, mencapai
dan mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
Semakin memicu terjadinya perubahan, diantaranya terjadi di berbagai bidang kehidupan manusia, yang
juga berdampak pada perubahan nilai-nilai budaya dan agama dalam kehidupan manusia. Ini merupakan
tantangan yang harus diantisipasi sedini mungkin agar tantangan yang ada tidak berubah menjadi ancaman
dan menjadi peluang yang menjanjikan.

Kata Kunci: Profesional, guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

Abstrac

This paper describes the challenges of professional teachers in teaching Islamic Religious Education
(PAI) and Budi Pekerti in improving the quality of educators and educating students in the learning
process of Islamic Religious Education (PAI) at school. Islamic Religious Education (PAI) at school is a
conscious effort, through teaching or training, and guidance to prepare students in order to meet the
future of students by making Islamic religious studies as a guide to life.
In the teaching and learning process, the teacher not only acts as a conveyor of information, but is also
responsible for the development of students' personalities. Teachers should create learning in such a way
as to encourage students to learn effectively and dynamically, reaching and achieving the expected goals.
With the advancement in the field of science and technology, it has increasingly triggered changes,
including in various fields of human life, which also have an impact on changes in cultural and religious
values in human life. This is a challenge that must be anticipated as early as possible so that existing
challenges do not turn into threats and become promising opportunities.

Keywords: Professional, Education of Islamic Teacher

Pendahuluan

Dalam amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Pendidik disebut dengan
Sertifikat Pendidik. Tenaga kependidikan yang dimaksud di sini merupakan guru dan dosen. Proses
pemberian sertifikasi pendidik kepada guru disebut sertifikasi guru dan sertifikasi fakultas disebut
pengujian instruktur. Sertifikat guru adalah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi
penyelenggara. Sertifikat sebagai bukti formal pengakuan atas kemampuan profesional guru yang
diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Sertifikasi guru diwajibkan oleh UU No 14 Tahun 2005
UU Guru dan Dosen, kemudian sertifikasi guru dalam jabatan, untuk memperkuat profesionalisme guru
dan meningkatkan mutu pelayanan dan hasil pendidikan di Indonesia. dilaksanakan berdasarkan peraturan
Menteri.Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kualifikasi guru dalam jabatan. 1

Profesionalisme guru sangat penting dalam bidang pendidikan. Hal ini mencakup asumsi, arah, nilai,
tujuan dan kompetensi sektor pendidikan dan pelatihan serta kewenangan yang terkait dengan pekerjaan
mata pencaharian. Namun realitas di daerah menunjukkan semakin sulitnya mencari guru yang memiliki
kualifikasi profesional. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan keterampilan profesional
guru, dan salah satu cara yang diusulkan adalah sertifikasi guru. Sertifikasi guru dapat membantu
memastikan bahwa guru memenuhi standar kompetensi dan keahlian yang ditetapkan, sehingga
meningkatkan kualitas pendidikan. Pelatihan dalam jabatan, pembinaan dan tindak lanjut juga dapat
mendukung profesionalisme guru. Sebagai seorang guru professional, harus memiliki pendidikan yang
sepadan dengan keterampilan dan pengalaman mengajar. Menurut Martinis Yamin, pemanfaatan
kompetensi dan wewenang guru di kelas meliputi: (a) Penguasaan materi, (b) Pengelolaan program belajar
mengajar, (c) Pengelolaan kelas, (d) Penggunaan media/sumber, (e) Menguasai dasar-dasar, (f)

1
Nuddin, “Analisis Program Sertifikasi Guru Pada SMA Negeri 1 Bulukumpa kabupaten Bulukumba”, Jurnal Sosial
dan Politik 9, (2018).
Pengelolaan interaksi belajar-mengajar, (g) Penilaian kinerja siswa untuk tujuan pengajaran, (h) Mengenal
fungsi dan program bimbingan dan konseling sekolah, (i) Mengetahui dan melaksanakan administrasi
sekolah.2

Guru yang profesional adalah guru yang mempunyai keterampilan atau pengetahuan khusus di bidang
pengajaran (pembelajaran), sehingga ia dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru
dengan sebaik-baiknya. Seorang guru yang terlatih dengan pengalaman luas di bidangnya dapat disebut
juga guru profesional. Oleh karena itu, seorang guru yang profesional mendapat pelatihan formal dan
menguasai strategi pembelajaran serta menguasai landasan pendidikan yang tercantum dalam kompetensi.
Sebagai sumber belajar, guru berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif.
Menjadi guru yang kreatif, inovatif dan menyenangkan memerlukan kemampuan memilih strategi
pembelajaran yang tepat, dan mengurangi variabel pembelajaran. Hal ini penting untuk menciptakan
proses pembelajaran yang kondusif untuk pembelajaran. Guru harus memilih dan menetapkan strategi
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.3

Pendidikan berkembang dari bentuk yang sederhana menjadi sangat kompleks sesuai dengan
perkembangan budaya masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung. Dalam masyarakat sederhana,
Dimana hal-hal yang diperlukan untuk hidup terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan kelangsungan
hidup, Pendidikan terjadi secara intuitif dan tradisional, rang tua terlibat penuh dalam pelaksanaannya.
Misalnya, seorang ayah mengajari putranya berburu danbertani, sedangkan putrinyamengajarinya
memasak dan mengurus rumah.

Namun seiring dengan bertambahnya kebutuhan, masyarakat tidak hanya memikirkan bagaimana
memenuhi kebutuhan tersebut, tetapi juga perlunya menciptakan kebutuhan baru, kemudian memilih apa
yang benar-benar dibutuhkan dalam hidup dan apa yang tidak hidup. Perkembangan bidang pekerjaan
yang meliputi peminatan ilmu pengetahuan dan kebutuhan pemenuhan kebutuhan keagamaan anak
menyadarkan orang tua akan keterbatasan kemampuan. Sedangkan kecintaan terhadap anak mendorong
mereka untuk meminta bantuan dokter spesialis yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
Pendidikan yang tadinya hanya hidup dalam keluarga kini meluas hingga ke sekolah dan lembaga
pendidikan.4

Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa adanya pendidikan bagi kemanusiaan disebabkan karena manusia
dapat berkembang dalam kehidupannya melalui proses Pendidikan. Karena adanya tuntutan kebutuhan
2
Pravitasari Dyah, “Profesionalitas Guru Sertifikasi dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Anak Ibtidaiyah”, Jurnal
Ilmu Pendidikan 5, no. 2 (2018).
3
Mulyawati Yuli & Purnomo Heru, “Pentingnya Keterampilan Guru untuk Menciptakan Pembelajaran Yang Menyenangkan”, Jurnal P
4
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam (Cet II; Jakarta: Logos, 1999), h. 16
hidup manusia, terkadang mempengaruhi proses penyelenggaraan pendidikan peserta didik yang
berkembang lebih jauh, Dimana yang sebelumnya pekerjaan pendidikan hanya berlangsung di keluarga
kemudian dialihkan kependidikan formal. Adanya lingkungan pendidikan yang sesuai dengan maksud dan
tujuan lembaga pendidikan informallingkungan hidup Masyarakat terselenggaranya pendidikan.

Bagi umat Islam, salah satu bentuk pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan hidup adalah
hadirnya pendidikan agama Islam, yang dilakukan sebagai bagian dari upaya penanaman nilai-nilai ajaran
Islam pada diri umat Islam agar mereka menjadi umat Islam yang seutuhnya. Selalu bertahan sesuai
dengan nilai-nilai ajaran yang terdapat dalam agama islam. Agar pendidikan agama Islam berhasil
dilaksanakan bagi peserta didik, maka diperlukan guru pendidikan agama Islam yang mempunyai
keterampilan atau kualifikasi yang sesuai dengan bidangnya ketika melaksanakan kegiatan pendidikan,
antara lain kemampuan mengelola materi yang diajarkan, teknik penyampaiannya, materi, dan
pengoperasian media yang diajarkan, melaksanakan komunikasi yang baik dengan siswa dan lainnya
untuk meningkatkan kualitas soal terkait upaya peningkatan mutu siswa. 5

Pendidikan Agama Islam merupakan suatu proses yang mengantarkan peserta didik memahami
Islam secara utuh, dengan harapan mampu mengamalkan seluruh ajaran Islam dapat diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari sebagai pedoman kehidupannya di masa depan. 6 Jadi ini merupakan
tantangan bagi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) mempunyai tugas yang lebih besar dibandingkan guru
umum lainnya, khususnya dalam pembentukan karakter Islami. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) tidak
hanya mengajarkan ilmu tetapi juga melatih peserta didik menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah
SWT. Selain itu, guru agama Islam juga berperan sebagai mentor untuk membantu siswa mengamalkan
hukum Islam dan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Agar peserta didik mempunyai karakter
Islami baik di lingkungan sekolah, di rumah, maupun di masyarakat.7

Dari uraian di atas dan hasil observasi penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru
sebagai guru yang profesional dalam mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) berpengaruh pada
keaktifan siswa, motivasi siswa dalam belajar, mencintai guru bidang mata pelajaran PAI, dan menyukai
Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Itu merupakan suatu tantangan guru profesional dalam proses
belajar mengajar. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dan menciptakan siswa
yang memiliki semangat tinggi dalam mengikuti setiap tahap proses pembelajaran. Tantangan guru

5
Umaternate Juwiti, “Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta
Didik di MA Al-Fatah Ambon”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa 2, no. 1 (2020)
6
Suharto, “Peran Penting Pendidikan Agama Islam Bagi Pendidikan Agma Islam Bagi Pendidikan Di Indonesia”,
Jurnal Alfikrah 2, no.1 (2022), h. 77
7
Haniyyah Zida, “Peran Guru Dalam Pembentukan Karkater Islami Siswa Di SMPn 03 Jombang”, Jurnal Studi
Kemahasiswaan 1, no.1 (2021)
profesional dalam mengajar PAI dan Budi Pekerti di SMP Negeri 3 Kabupaten Sorong, berdasarkan
temuan penelitian yaitu seseorang yang mampu dikatakan sebagai pengajar, guru sebagai pendidik,
pembimbing, guru sebagai motivator, dan guru sebagai evaluator. Tantangan seorang guru profesional juga
dikhususkan dapat menggunakan teknologi dalam proses belajar mengajar dengan mengikuti zaman dan
kurikulum. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan kurikulum
yang di pakai ole guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP Negeri 3 Kabupaten Sorong, yaitu
menggunakan metode pembiasaan, keteladanan, kisah dan ceramah. Hal itu merupakan cara guru
profesional dalam mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti dalam proses mengajar agar
dapat menciptakan keaktifan siswa di dalam kelas dan memfokuskan siswa pada belajar Pendidikan
Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti.

Metode Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini mendeskripsikan secara
fenomenologi terhadap objek penelitian. Dalam hal ini, peneliti akan menjabarkan hasil penelitian secara
deskripsi ataupun menggambarkan keadaan kompetensi profesi guru Pendidikan Agama Islam yang sesuai
dengan keadaan secara fakta. Deskripsi hasil penelitian akan dijelaskan bentuk tulisan dan Bahasa
menggunakan pendekatan deskriptif fenomenologi, kemudian dijelaskan secara detail dengan tujuan untuk
mengumpulkan data yang valid dari hasil observasi.

Subjek dari penelitian ini, yaitu guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Kabupaten Sorong, dan
objek penelitian ini yaitu, di SMP Negeri 3 Kabupaten Sorong. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi yang bersumber dari guru Pendidikan
Agama Islam (PAI) SMP Negeri 3 Kabupaten Sorong.

Hasil dan Pembahasan

A. Konsep Guru Profesional


Konsep adalah gagasan abstrak, gagasan umum atau pemahaman tentang sesuatu. Konsep
adalah cara berpikir yang membantu menjelaskan suatu peristiwa atau objek dengan cara yang
mudah dipahami. Oleh karena itu, konsep merupakan suatu bentuk sederhana yang menjelaskan
tata cara atau pengertian terhadap sesuatu. Menurut Singarimbun dan Effendi yang dikutip oleh
Mudjia Raharjo, konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara
abstrak peristiwa, situasi, kelompok, atau individu yang berkepentingan dengan ilmu-ilmu sosial.
Dengan menggunakan konsep ini, peneliti harus dapat menyederhanakan pemikirannya dengan
membandingkan suatu fakta dengan fakta lainnya dan menggunakan terminology. Istilah ini
digunakan untuk menggambarkan realitas yang kompleks. Hal ini membantu memperjelas
sebagian dari apa yang dipahami.

Walaupun fungsi konsep sendiri sangat beragam, namun secara umum konsep memiliki
fungsi yang membantu kita memahami sesuatu dengan lebih baik. Karena sifat konsepnya mudah
dipahami dan dipahami. Konsep dapat dibagi menjadi dua kategori: konsep abstrak dan konsep
konkrit. Konsep konkrit merupakan konsep yang dapat diukur dengan alat ukur fisis yaitu konsep
yang dapat diukur dengan mata telanjang. Contoh tabel, panjang, berat dan konsep lainnya.
Misalnya, untuk konsep abstrak, motivasi harus didefinisikan dengan jelas, termasuk gambaran
umum Oleh karena itu, konsep yang penulis uraikan di sini dimaksudkan untuk mendefinisikan
istilah-istilah guna memperjelas sebagian isinya agar peneliti dapat memahaminya apa adanya. 8

Anda pasti sudah tahu kalau guru merupakan salah satu dari profesi yang ada di
Indonesia. Guru memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan tidak hanya di
Indonesia tetapi di seluruh dunia. Karena guru bertanggung jawab mendidik dan mewariskan ilmu
pengetahuan kepada generasi penerus bangsa. Seperti yang telah dijelaskan pada di atas, mengajar
di Indonesia merupakan salah satu profesi guru, menjadikannya profesi terbesar di Indonesia.
Namun kita harus bertanya pada diri sendiri mengapa mengajar digolongkan sebagai sebuah
profesi. Guru merupakan salah satu profesi dalam bidang pendidikan. Menurut Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 Nomor, guru adalah tenaga profesional yang tugas pokoknya mendidik,
memberi petunjuk, membimbing, membimbing, melatih, dan menilai peserta didik pada
pendidikan anak usia dini, formal, dasar, dan menengah. Seorang pendidik Guru dapat dipahami
sebagai orang yang pekerjaannya berkaitan dengan kegiatan pendidikan.

Profesi guru disebut juga profesi karena memerlukan keterampilan dan kemampuan
khusus dari pelatihan akademik. Jabatan guru khusus ini tidak dapat diisi oleh orang lain,
melainkan harus dipersiapkan melalui pendidikan dan pelatihan khusus. Pekerjaan Ini juga
merupakan bidang pekerjaan tertentu yang dianggap memenuhi kriteria. Mengajar adalah sebuah
profesi. Artinya, posisi ini memerlukan keahlian mengajar tertentu dan tidak dapat diisi oleh

8
Lara, “KONSEP GURU PROFESIONAL DALAM BUKU MENJADI GURU SUPER MEMBERDAYAKAN
DIRI UNTUK KEMAJUAN PENDIDIKAN AGAMA DAN BANGSA ZAMAN NOW KARYA AHMAD
FAHRUDIN,” no. 8.5.2017 (2022): 2003–5.
siapapun di luar bidang pengajaran. Kenyataannya, selalu ada guru yang tidak memiliki latar
belakang akademis.9

Sebagai seorang profesional, tentu kita ingin para guru tetap menjaga profesionalitasnya
dalam menjalankan segala tugas yang diberikan kepadanya. Namun jika kita melihat kondisi
profesi guru saat ini, terlihat bahwa hal tersebut tidak sebanding dengan profesi-profesi lain yang
selama ini dianggap sebagai profesi. Guru yang dianggap ahli tentunya diharapkan mampu
menjawab tantangan penyelenggaraan pendidikan kepada anak negeri ini di masa depan yang
cerah. Sederhananya, dengan menjadi seorang profesional, Anda bertujuan untuk meningkatkan
standar hidup Anda.Profesionalisme” berarti perolehan pengetahuan atau keterampilan, yang
mencakup:
1. kemampuan untuk membuat dan mengetahui pilihan yang tepat. Kompetensi, di sisi lain,
dipahami sebagai tingkat kompetensi diri atau kualitas pribadi, dan mewakili pemahaman
komprehensif tentang kinerja, pengetahuan, dan keterampilan, dan mencakup niat,
motivasi, dan sikap. Beberapa penelitian tentang efektivitas guru meliputi: kecerdasan dan
keterampilan berbahasa yang membantu guru mengorganisasikan dan menjelaskan
gagasan, mengamati, dan berpikir secara diagnostik,
2. mengajar siswa mempelajari materi pelajaran.Mencakup beberapa hal: pengetahuan
tentang metode. keterampilan yang berkaitan dengan siswa (Pedagogi Pembelajaran),
khususnya pengembangan teknik pembelajaran dan keterampilan berpikir tingkat tinggi;
3. kemampuan memahami siswa, dinamika, dan gaya belajar, serta terkait dengan
perkembangan belajar siswa, keterampilan penilaian, dan pembelajaran desain;,
Mendukung siswa yang mempunyai masalah atau kesulitan belajar atau mengikuti
pelajaran, dan
4. keterampilan adaptif yang memungkinkan guru memutuskan bagaimana memenuhi
kebutuhan siswa.

Istilah "profesional" mengacu pada penampilan seseorang yang menjalankan suatu profesi
atau melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesi tersebut. Posisi ini dan penampilan
profesional diakui baik secara formal maupun informal. Akreditasi formal dilakukan oleh lembaga
atau lembaga yang terakreditasi, yaitu pemerintah atau organisasi profesi. Peringkat ini saat ini
diberikan secara informal oleh komunitas profesional dan pengguna jasa yang lebih luas. Oleh
karena itu, Profesionalisme adalah kualitas sikap seorang profesional dan cara seorang profesional
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Ini adalah istilah yang digunakan untuk
9
Nazlatusyifa Riswanda, “Profesionalisme Guru Di Indonesia,” n.d., 1–5.
menggambarkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang ketika melakukan
sesuatu.10

Persyaratan sertifikasi dan peningkatan kompetensi mengajar, khususnya kompetensi


akademik dan profesional, bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Sebagai agen pembelajaran, guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Salah
satu ciri sekolah yang berkualitas adalah profesionalisme guru dalam mengajar. Ciri-ciri dari
uraian atas, adalah sebagai berikut:

1. adanya dukungan pendidikan yang konsisten dari masyarakat;


2. Sekolah mempunyai tradisi penjaminan mutu (Quality Assurance).
3. Harapan siswa tinggi.

Jika relevan dengan kondisi guru saat ini, maka beberapa standar kompetensi yang
diharapkan dari masih jauh dari harapan, sebagaimana disampaikan di atas. Hal ini disebabkan
karena situasi obyektif guru saat ini sangat kompleks, tidak hanya menyangkut kemampuan
akademis mereka, namun juga distribusi guru yang tidak merata, standar sosial mereka yang
masih rendah, dan bahkan guru yang bekerja pada posisi mengajar di luar profesinya. Dia.
Kurangnya keahlian (ketidaksesuaian). Data menunjukkan banyak guru dan tenaga kependidikan
berada pada 'wilayah yang salah' dan tidak memenuhi syarat secara akademis (unqualified atau
underqualified). Jumlah guru yang berjumlah orang hanya sekitar 20% memenuhi syarat, 20%
tidak memenuhi syarat, dan 60% tidak memenuhi syarat.11

B. Tantangan Profesionalitas Guru PAI


Profesionalisme Guru PAI di Era milenial dapat dilihat pada berikut ini:
1. Perlunya guru atau pendidik yang profesional
Sebagai pendidik profesional, guru tidak hanya harus melaksanakan tugasnya
secara profesional, tetapi juga mempunyai pengetahuan dan keterampilan khusus untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, profesi guru mempunyai ciri-ciri
khusus: Pertama, guru profesional harus mahir dalam materi pelajaran sains yang ingin
mereka ajarkan dengan sukses. Kedua, guru profesional harus mampu menyampaikan
atau mengajarkan ilmunya kepada; ketiga, guru profesional harus mematuhi Kode Etik
Profesi.

10
Rizka Sahni Inayah, “PROFESIONALITAS GURU DALAMMENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN
MADRASAH DI ERA GLOBALISASI,” Satukan Tekad Menuju Indonesia Sehat, 2020.
11
Ilyas Yasin, “Jurnal Profesionalitas Guru” 3 (2022): 61–66.
2. Kinerja dan Kompetensi Pendidik
Kinerja guru berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Kinerja guru tidak lepas
dari kompetensi guru. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dipersiapkan, diinternalisasikan, dan dikuasai oleh guru agar
memungkinkan mereka melaksanakan tugas profesionalnya. Kompetensi juga dapat
dikatakan gabungan dari keterampilan yang diimplementasikan dalam bentuk
pengetahuan, sikap, dan perilaku.
Daripada guru spesialis hanya bertanggung jawab pada satu kompetensi ,yaitu
kompetensi spesialis, maka guru spesialis harus mencakup seluruh kompetensi. Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru
profesional mempunyai kualifikasi akademik minimal S1 atau D-IV dan mempunyai
standar kompetensi yaitu pedagogik, profesional, personal dan sosial. Di dalamnya diatur
bahwa seseorang harus memiliki keterampilan yang diperlukan. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, guru harus memiliki empat standar kompetensi. Masing-masing
dari kompetensi dijelaskan di bawah ini.
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru
mengenai karakteristik peserta didik dari berbagai aspek seperti moral,
emosional, dan intelektual. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi
peserta didik untuk mewujudkan kemampuannya di dalam kelas dan
harus mampu melakukan kegiatan evaluasi terhadap kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan.
b. Kompetensi Kepribadian
Kemampuan pribadi adalah kemampuan bersikap mantap, mantap,
dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, serta
berakhlak mulia. Rincian dari kompetensi ini adalah guru harus
mempunyai rasa bangga dan percaya diri menjadi seorang guru.
Kemampuan pribadi mencakup kemampuan bawahan. (1) Menampilkan
diri sebagai pribadi yang mantap, mantap, dewasa, bijaksana dan
bermartabat; (2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia
dan menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat. (3) Mengevaluasi
kinerja diri sendiri, (4) Pengembangan pribadi yang berkelanjutan
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan guru dalam berinteraksi
dengan orang lain sebagai makhluk sosial. Kemampuan sosial mencakup
sub-kemampuan berikut: (1) Komunikasi yang efektif dan sensitif dengan
peserta didik, orang tua, peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, dan masyarakat; (2) Kontribusi terhadap pengembangan
pendidikan di sekolah dan masyarakat; (3) Lokal, regional, Kontribusi
terhadap pengembangan pendidikan pada tingkat nasional dan global;(4)
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk komunikasi
dan pengembangan diri
d. Kompetensi Professional
Kompetensi materi pelajaran adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara komprehensif dan menyeluruh sehingga
memungkinkan peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
e. Kompetensi tematik
meliputi subkompetensi sebagai berikut: (1) Penguasaan isi mata
pelajaran dan metodologi ilmiah; (2) Penguasaan struktur dan isi
kurikulum; Penguasaan materi pelajaran pembelajaran; (3) Penguasaan
dan pemanfaatan informasi dan komunikasi; Teknologi dalam
pembelajaran; (4) Kurikulum materi (5) Peningkatan mutu pembelajaran
melalui penelitian Kegiatan pendidikan12

3. Meningkatkan Kualitas Pendidikan


Karena guru merupakan unsur utama dalam proses pendidikan, maka
mutu pendidikan ditentukan oleh pemenuhan tugas dan perannya dalam
masyarakat oleh pendidik. Oleh karena itu, upaya peningkatan profesi guru
merupakan prasyarat penting bagi kemajuan nasional. Profesionalisme sendiri
merupakan pekerjaan yang harus dipelajari melalui proses yang sungguh-
sungguh. Profesionalisme guru PAI sebenarnya dapat dibedakan menjadi
setidaknya 10 jenis, karena seorang guru yang profesional tidak hanya harus
memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus, tetapi juga memiliki kesamaan
nilai tentang konsekuensi profesi dan tanggung jawabnya kriterianya.

12
Anggun Wulan Fajriana and Mauli Anjaninur Aliyah, “Tantangan Guru Dalam Meningkatan Mutu Pendidikan
Agama Islam Di Era Melenial,” Nazhruna: Jurnal Pendidikan Islam 2, no. 2 (2019): 246–65.
Zarkowi Soejoeti, dalam artikelnya “Model Pendidikan Tinggi Islam” yang dikutip oleh
A.Malik Fadjar , menyebutkan setidaknya ada tiga definisi pendidikan Islam. Pertama, pendirian
dan penyelenggaraan lembaga pendidikan Islam didorong oleh keinginan untuk mewujudkan
nilai-nilai Islam, yang tercermin dalam nama lembaga dan kegiatan yang dilakukan. Dalam
pengertian ini Islam dianggap sebagai sumber nilai-nilai yang harus diwujudkan dalam kehidupan
lembaga pendidikan yang bersangkutan. Kedua, lembaga pendidikan yang berhubungan dengan
Islam dan melakukan penelitian tentang Islam. Hal tersebut tercermin pada Program Studi sebagai
suatu ilmu dan diperlakukan sebagaimana ilmu lainnya pada Program Studi lembaga Islam yang
bersangkutan. Ketiga, mencakup dua hal di atas dalam artian organisasi memperlakukan Islam
sebagai sumber nilai-nilai sikap dan perilaku yang harus tercermin dalam pelaksanaannya, dan
sebagai wilayah penelitian yang tercermin dalam Islam. dua arti. Program studinya mencerminkan
hal itu. Konsep pendidikan Islam yang dikemukakan oleh Zarkowi Soejoeti dapat dijadikan
sebagai pengantar pemahaman dasar pendidikan Islam, meskipun secara filosofis belum memadai
untuk disebut pendidikan Islam.13

Tantangan yang dihadapi guru Muslim saat ini jauh lebih besar dibandingkan dengan
tantangan yang dihadapi guru Muslim di masa lalu. Era globalisasi dengan berbagai
kecenderungan yang disebutkan di atas telah menyebabkan menurunnya semangat kerja siswa.
Seperti yang dikutip oleh Susana, guru agama berperan dalam pembinaan dan pembentukan
akhlak peserta didik di sekolah. Guru agama adalah mereka yang biasa disebut dengan ushtaz,
mualim, murabi'i, mursyid, mudaris, mu'adib; Artinya: orang yang memberikan ilmu pengetahuan
dengan tujuan untuk mendidik dan meningkatkan moral peserta didik serta mengembangkannya
menjadi manusia yang berkarakter kaya.

Tantangan guru PAI dalam menghadapi tren globalisasi antara lain, pertama, krisis moral;
Akibat pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi serta globalisasi, nilai-nilai kehidupan
masyarakat mengalami perubahan. Kedua, krisis sosial. Perkembangan industri dan kapitalisme
menimbulkan berbagai permasalahan di masyarakat, seperti kriminalitas, kekerasan,
pengangguran, dan kemiskinan. Ketiga, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dan mendasar mendorong guru untuk
peka, cerdas, dan beradaptasi secara bijaksana. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
bergantung pada kemampuan inovatif sumber daya manusia untuk bertahan dalam era persaingan
global, dan diperlukan kemampuan berpikir yang maju. Jika pemerintah memutuskan untuk
13
Idris.Muh, “AKTUALISASI PENDIDIKAN ISLAM Oleh: Muh. Idris  Abstrak,” Jurnal Ilmiah Iqra’ 3, no. 2
(2002).
beradaptasi dengan sistem industri 4.0, mereka juga harus mempertimbangkan keberlanjutannya.
Dalam keadaan seperti ini tentu sangat dibutuhkan peran seorang guru yang benar-benar dapat
membimbing, membimbing dan menyaring penyimpangan-penyimpangan yang tidak patut
tersebut. Dalam hal ini, mengingat tantangan guru di milenium yang sangat kompleks, maka guru
harus melek huruf atau mampu menguasai teknologi. Oleh karena itu, tantangan bagi guru PAI di
masa depan adalah guru yang memenuhi syarat tidak hanya memerlukan profil guru yang ideal
secara akademis, tetapi juga memiliki kompetensi inti. Kemampuan pendidikan, kemampuan
kepribadian, kemampuan sosial, kemampuan professional

Globalisasi cenderung menimbulkan hambatan dan keterbatasan dalam berbagai elemen


kehidupan, seperti: Batasan wilayah, sosial, geografis, budaya, ekonomi dan aspek lainnya
disebabkan dan difasilitasi oleh kemajuan media komunikasi. Sejalan dengan hal tersebut, Bapak
A.M. Sehudin dalam suratnya menyatakan bahwa perubahan global yang sedang terjadi dan akan
terjadi dalam waktu dekat adalah: Pertama, globalisasi informasi dan komunikasi,sebagai akibat
dari kemajuan dan perkembangan teknologi, fasilitas informasi dan komunikasi, infrastruktur
yang luas menjadi semakin global. Kedua globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas; globalisasi
keuangan dan kepemilikan modal; globalisasi pasar dan pihak ketiga "perusahaan" tradisional;
globalisasi gaya hidup dan pola konsumsi; globalisasi budaya; Globalisasi. Keempat, globalisasi
media cetak dan media massa elektronik. Kelima: Globalisasi dan wawasan politik. Muhammad
Ali Yafi menjelaskan dalam artikelnya: Tren globalisasi dengan kecenderungannya yang
mengarah pada liberalisasi perdagangan dunia dapat membawa perubahan dalam berbagai aspek
nilai dan norma kehidupan, yang pada akhirnya berdampak pada masyarakat dan membawa
perubahan yang dapat menimbulkan permasalahan moral dalam kehidupan. Masyarakat dan
Kebangsaan Kita. Seperti dilansir A.M. Abad ke-21, abad globalisasi yang bercirikan kebebasan
dan keterbukaan, akan segera dimulai. Abad ini penuh dengan harapan. Karena ada peluang
positif yang tersedia untuk. Namun abad ini juga merupakan abad yang menakutkan. Sebab di
berbagai bidang kehidupan di muka bumi ini terdapat tantangan-tantangan negatif yang dapat
merugikan peradaban manusia.14

C. Kemampuan guru profesional.


"Profesionalisme" mengacu pada perolehan pengetahuan dan keterampilan, termasuk
kemampuan untuk membuat keputusan yang baik. Kompetensi dipahami sebagai tingkat

14
Multazam. R Uccang, Buhaerah, and Andi Aras, “Tantangan Dan Strategi Guru Pendidikan Agama Islam
Kontemporer Dalam Menginternalisasikan Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Kepada Peserta Didik,” Al-Ishlah:
Jurnal Pendidikan Islam 20, no. 1 (2022): 79–98
kompetensi diri atau kualitas pribadi, dan mencakup pemahaman komprehensif tentang tingkat
kinerja, pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan, serta mencakup niat, motivasi, dan sikap.
Beberapa penelitian tentang efektivitas guru dan kualitas guru meliputi:

a. kecerdasan dan keterampilan berbahasa yang membantu guru mengorganisasikan gagasan,


menjelaskan gagasan, mengamati, dan berpikir secara diagnostic.
b. pengetahuan tentang bagaimana cara mengajar mata pelajaran kepada peserta didik,
Bidang (Pedagogi Pembelajaran), khususnya keterampilan yang berkaitan dengan teknik
pengajaran dan cara mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
c. kemampuan memahami siswa, dinamika, gaya belajar, dan perkembangan belajar siswa;
kemampuan membentuk, menunjang siswa yang mempunyai masalah atau kesulitan
dalam belajar atau mengikuti pelajaran.
d. keterampilan adaptif yang memungkinkan guru memutuskan apa yang harus dilakukan
sesuai dengan kebutuhan siswanya.15

Persyaratan guru profesional adalah guru harus memiliki kompetensi, yaitu kompetensi
pedagogik, personal, profesional, dan sosial. Jika seorang guru memiliki keempat kompetensi
tersebut, maka ia mempunyai hak profesional karena jelas memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:

1. Mendapatkan pengakuan dan perlakuan hukum terhadap batasan kewenangan guru dan
mempertanggungjawabkannya.
2. Memiliki kebebasan untuk mengambil tindakan pertukaran pendidikan sesuai dengan
tanggung jawabnya dan berpartisipasi dalam proses pengembangan pendidikan setempat.
3. Nikmati kepemimpinan teknis dan dukungan administratif yang efektif dan efisien untuk
menyelesaikan tugas sehari-hari.
4. Menerima perlindungan dan pengakuan yang sesuai atas upaya inovatif dan pencapaian di
bidang layanan .
5. Nikmati kebebasan untuk lebih mengembangkan keterampilan profesional Anda baik
secara pribadi maupun organisasi.

Dari kondisi di atas dapat kita simpulkan bahwa guru adalah seorang yang profesional, yaitu
tidak hanya perlu meningkatkan keterampilannya sendiri, tetapi juga meningkatkan penghargaan
masyarakat terhadap profesi guru.16

15
Ary Kristiyani, “Profesionalisme Guru Bahasa Indoneisa Sebagai Wujud Peradaban Bangsa,” 2019, 1–6.
Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 14 Tahun Republik Indonesia Tahun 2005 tentang
Guru dan Penceramah, Pasal 10 ayat (1) menunjukkan bahwa kompetensi guru yang berjumlah
orang tersebut dalam Pasal 8 terdiri atas:

1. Keterampilan pendidikan Memahami kemampuan peserta didik, merancang dan


melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta
didik untuk memperbaharui potensi dirinya yang beragam
2. Keterampilan kepribadian, kemantapan Keterampilan pribadi yang mencerminkan
kepribadian yang matang, bijaksana, berwibawa.
3. Kompetensi sosial, kemampuan guru berkomunikasi secara efektif dan sepakat dengan
siswa, tenaga kependidikan, orang tua atau wali siswa, publikasi seri pembelajaran.
lingkungan masyarakat.
4. kompetensi profesional, penguasaan materi pembelajaran secara luas, penguasaan
menyeluruh terhadap materi kurikulum yang berkaitan dengan materi akademik dan
keilmuan, serta penguasaan struktur dan metodologi keilmuan.17

Kompetensi profesional merupakan keterampilan mendasar yang harus dimiliki guru. Ada
pendapat para ahli tentang keterampilan guru profesional. Menurut Cooper, (1984: 15) dibagi
menjadi empat komponen kompetensi dasar:

a. Mempunyai pengetahuan tentang pembelajaran dan tingkah laku manusia.


b. Bekali diri Anda dengan pengetahuan dan kuasai kursus ini.
c. Memiliki sikap yang benar terhadap diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan mata
pelajaran yang telah dikembangkan.
d. Orang yang mempunyai pengetahuan tentang latihan teknik.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, oleh peneliti bahwa tantangan yang dihadapi guru
Pendidikan Agama Islam di sekolah SMP Negri 3 Kabupaten Sorong antara lain, pertama, krisis moral;
Akibat pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi serta globalisasi, nilai-nilai kehidupan masyarakat
mengalami perubahan. Kedua, krisis sosial. Perkembangan industri dan kapitalisme menimbulkan
berbagai permasalahan di masyarakat, seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan kemiskinan.
Ketiga, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
16
Lara, “KONSEP GURU PROFESIONAL DALAM BUKU MENJADI GURU SUPER MEMBERDAYAKAN
DIRI UNTUK KEMAJUAN PENDIDIKAN AGAMA DAN BANGSA ZAMAN NOW KARYA AHMAD
FAHRUDIN.”
17
Riswanda, “Profesionalisme Guru Di Indonesia.”

Anda mungkin juga menyukai