Anda di halaman 1dari 7

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBANGUN

SERTA MEMULIHKAN KARAKTER SISWA YANG ISLAMI DAN


BERKEMAJUAN PASCA PANDEMI

Disusun oleh: Ridho Safrial


2000031121 / PAI / FAI

Pendahuluan

Dalam pengertian sederhana guru ialah orang yang memberikan ilmu


pengetahuan kepada siswa. Guru adalah subjek paling penting dalam
keberlangsungan pendidikan. Hal ini dapat kita rasakan dampaknya terhadap
kehidupan sehari-hari.

Guru secara implisit secara sukarela memikul dan memikul beberapa


tugas pendidikan yang dipikul orang tua dengan sukarela menjadi pendidik
profesional. Pendidik harus mampu mentransformasikan dirinya menjadi wahana
untuk menanamkan nilai-nilai kepada peserta didik yang telah diberikan
kepadanya. Karena alasan inilah kebutuhan jasmani dan rohani seorang guru
harus dipenuhi jika ingin dianggap sebagai subjek pendidikan sama sekali.
Kemampuan seorang guru untuk mengajar, membimbing dan mengarahkan
siswa serta melatih dan menilai mereka merupakan kebutuhan mutlak.
Selanjutnya, guru harus memiliki cakupan kompetensi yang komprehensif.

Faktor guru sangat mendukung dalam mendidik perilaku siswa, ditambah


dengan adanya pandemi yang menjadi faktor penghambat dan sekaligus
mendorong para pendidik untuk terus berinovasi dan meningkatkan aspek
pedagogik untuk mewujudkan tujuan pendidikan, baik pada masa pandemi
maupun masa normal.

Selain itu guru dapat membangun karakter seorang siswa yang baik.
Apalagi adanya pandemi Covid-19 yang berlangsung cukup lama membuat
karakter seorang siswa menjadi berubah. Oleh karena itu guru PAI sangat besar
perannya untuk membangun dan memulihkan karakter seorang siswa.
Pembahasan

Covid-19 yang berlangsung sejak akhir 2019, rupanya berlangsung lama


sehingga membuat siswa menjalani pembelajaran secara daring dalam waktu
yang lama. Saat pembelajaran tatap muka mulai dilaksanakan kembali, tentunya
guru mempunyai keharusan untuk secara mendalam berperan dalam
menanamkan pendidikan karakter Islam serta berkemajuan terhadap siswa. Peran
guru pendidikan agama Islam dalam membangun dan memulihkan karakter
siswa ialah merutinkan piket, mendisiplinkan jam belajar, dan mengawasi siswa
dalam mengerjakan tugas. Selain itu guru juga berusaha tampil sebagai figur
yang dapat dicontoh oleh siswa. Guru juga berusaha memberi variasi dalam
mengajar, memperbanyak kegiatan yang membutuhkan interaksi antar siswa.

Dengan menerbitkan surat edaran No. 15 Tahun 2020 dengan pedoman


pelaksanaan belajar dari rumah (BDR) pada masa darurat penyebaran Corona
Virus Disease, pemerintah yaitu Pemerintah Menteri Pendidikan, telah
menetapkan kebijakan pendidikan di masa pandemi (Covid-19). Dalam rangka
memenuhi hak siswa untuk mengakses layanan pendidikan selama darurat
penyebaran virus corona, program pembelajaran jarak jauh didirikan. Proses
pembelajaran jarak jauh mengarah pada penciptaan metodologi pembelajaran
online, offline, dan hybrid. 

Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, diperlukan suatu sistem yang


dapat menjaga kelangsungan semua kegiatan belajar mengajar bagi siswa.
Personil di bidang pendidikan harus memastikan bahwa siswa belajar
sebagaimana mestinya. Meski wabah pandemi melanda bangsa dan dunia, proses
pendidikan harus tetap berjalan. Pendidikan adalah proses yang terus-menerus,
tidak pernah berakhir yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas yang
berkelanjutan, mewujudkan bentuk manusia masa depan, dan berlabuh pada
nilai-nilai budaya bangsa. Karena pandemi, prosedur belajar tidak bisa dilakukan
seperti biasa. Sekolah harus menghentikan sementara semua kegiatan belajar
mengajar sehingga banyak anak dan guru yang masih bingung dengan kondisi
pandemi (Rapanta et al., 2021). 

Dampak Covid-19 seluruh perguruan tinggi menjadi terbiasa


memanfaatkan TI (teknologi informasi) sehingga pemanfaatan TI meningkat
dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), kegiatan praktik lapangan, akademik
dan kegiatan administrasi keuangan, dan data di pusat, memberikan kesempatan
untuk mengubah kampus menjadi institusi pendidikan tinggi berbasis IT yang
lebih berkualitas. 

Melalui penyediaan fasilitas infrastruktur IT yang berkualitas dan


tangguh, seperti penyediaan wifi, web, e-learning, dan pemberian subsidi
mahasiswa dalam kuota kredit online (jika kegiatan belajar mengajar jarak jauh
terus dilaksanakan), kampus akan mendapat peringkat lebih tinggi karena
pencatatan data pendidikan dan pengajaran yang lengkap. Pandemi COVID-19
telah menyebabkan penurunan ekonomi, PHK, dan pengangguran di hampir
semua industri; akibatnya, lebih sedikit siswa akan mendaftar di sekolah.
Pertempuran antara madrasah untuk merekrut siswa baru memberi peluang bagi
institusi untuk segera mengembangkan rencana yang lebih strategis untuk
beradaptasi dengan kondisi pandemi. 

Untuk itu di bidang pendidikan diperlukan guru yang berkualitas untuk


mengajarkan pendidikan Islam secara utuh, dan mengajarkan karakter islami. Hal
ini sangatlah penting karena karakter islami yang harus dihayati oleh seluruh
warga sekolah/madrasah diwujudkan melalui perilaku sehari-hari dilingkungan
sekolah maupun rumah. Jika karakter islami diinternalisasikan oleh guru maka
kemungkinan pendidikan akan terhindar dari buruknya karakter murid.

Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005


tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat (1). “Tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah"

Komponen terpenting keberhasilan pendidikan adalah pendidik/guru.


Peran guru di sini sangat diperlukan untuk membentuk kepribadian siswa yang
utuh. Pengajaran, pembelajaran, pendidikan, dan penyuluhan yang intensif
diperlukan untuk meningkatkan perilaku sesuai dengan nilai-nilai etika
berbangsa dan bernegara. Peran guru pendidikan agama Islam untuk membentuk
karakter sangat dominan karena guru agama yang mengajar,
menginternalisasikan nilai-nilai Islam secara utuh. 

Tugas utama guru atau peran yang paling penting adalah mengajar dan
mensucikan (tazkiyatun nafs). Mengajar adalah mendidik anak melalui kegiatan
yang terstruktur dalam pembelajaran. Sedangkan pemurnian merupakan tugas
pokok yang lebih luas meliputi mendidik, membimbing, menginternalisasi suatu
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan kepada peserta didik. Apalagi
mendidik untuk berkarakter baik itu sangat penting, tidak hanya sekedar
penyampaian teori saja. Tapi, bagaimana implementasi peserta didik untuk
berkarakter baik di kehidupan sehari-hari.

Tentunya untuk menciptakan karakter islami pada diri pribadi seseorang


itu bukan hal yang mudah. Apalagi di era saat ini, guru dituntut untuk berinovatif
dalam pembelajaran. Namun, pasca pandemic banyak sekali hal yang bisa
diambil untuk pembelajaran agar lebih menarik. Contohnya adalah menggunakan
teknologi sebagai media pembelajaran dalam membentuk karakter islami peserta
didik.

Mengingat pentingnya keberadaan mata pelajaran Pendidikan Agama


Islam dalam membangun karakter peserta didik khususnya pada aspek karakter
islami, guru pendidikan agama Islam dituntut untuk memiliki nilai lebih
dibandingkan dengan guru lainnya. Guru Pendidikan Agama Islam selain
menjalankan tugas agama, beliau juga mengemban tugas pembinaan karakter
siswa, guru membantu pembentukan kepribadian, pembentukan karakter dan
juga mengembangkan keimanan dan ketaqwaan siswa.

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tentang Aqidah adalah


bagaimana guru dapat mengajarkan Aqidah agar siswa memiliki keimanan dan
ketaqwaan yang kuat. Materi Aqidah tidak hanya diberikan dengan menghafal
materi yang ada tetapi dapat lebih diimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Mendidik anak aqidah tidak cukup dengan waktu yang singkat tetapi
membutuhkan waktu yang lama agar semakin kuat keimanannya. Siswa dapat
meyakini ajaran Islam dalam hati, membenarkan Islam dengan lisan dan
mengamalkan ajaran Islam dengan perilakunya. 
Materi pendidikan Islam tentang fiqh yaitu materi yang disiapkan agar
peserta didik dapat memahami, memahami dan mengamalkan ajaran Islam dalam
bentuk ibadah (hubungan dengan Tuhan) dan muamalah (hubungan dengan
manusia). Materi ini secara gamblang mengajarkan bagaimana peserta didik
memiliki kemampuan yang utuh pada aspek spiritual dan emosional.
Kemampuan guru untuk mengembangkan kemampuan peserta didik secara
vertikal dan horizontal sangat diperlukan. Materi fiqh harus bersifat toleransi
karena fikih memiliki beberapa pandangan (madzhab) sehingga tidak terkesan
kaku. Sikap dan perilaku baik akan tercipta dengan sendirinya jika peserta didik
mampu memahami dan mengamalkan fikih berbagai madzhab.

Sebagai guru PAI harus memberikan contoh hal-hal yang positif, seperti
tepat waktu saat jam pelajaran, disiplin, tidak merokok di lingkungan sekolah,
dan lain sebagainya. Siswa akan lebih mudah meniru ketika guru sering memberi
contoh dan melakukannya di sekolah (Imam Tabroni, Ayit Irpani, dkk., 2022).
Guru PAI juga menyampaikan agar mata pelajaran PAI memiliki pengaruh
terhadap kepribadian siswa khususnya dari segi akhlak, mengamalkan apa yang
ada dalam materi PAI dalam perilaku sehari-hari dengan membimbing siswa
membiasakan sholat berjamaah, bertutur kata yang santun. dan santun, saling
menghormati (Tabroni & Dodi, 2022), (Tabroni & Budiarti, 2021), (Tabroni &
Juliani, 2022). sesama teman dan memiliki pendidikan bahwa hari ini harus lebih
baik dari hari kemarin (Budiarti dkk., 2021), (Imam Tabroni, Husniyah, dkk.,
2022). 

Adapun faktor pendukung PAI dalam mempengaruhi akhlak murid


adalah adanya murid di lingkungan asrama, sehingga memudahkan dalam
pengawasan dan pengendaliannya. karena di asrama di aktivitas siswa dituntut
untuk disiplin, mulai dari bangun tidur, sholat, berinteraksi dengan teman, guru
dan lain-lain, jika ada siswa yang melanggar contoh tidak sholat berjamaah atau
sedang terlambat, mereka biasanya dikenakan sanksi. (Tabroni & Juliani, 2022).

Pembahasan mengenai pemulihan karakter siswa pasca pandemi menjadi


hal yang penting bagi tugas seorang guru terutama guru pendidikan agama Islam.
Peran guru dalam pembelajaran adalah menjadi fasilator, atau pemadu, bukan
manajer kelas. Dia harus menciptakan metodologi yang menarik yang memaksa
siswa untuk mau belajar. Guru harus menunjukkan kepada siswa bagaimana
mengikuti jejak untuk belajar sendiri atau bagaimana merintis jalan mereka
sendiri agar tidak hanya menjadikan karakter siswa yang Islami melainkan bisa
menjadikan karakter siswa yang berkemajuan. Pendidik atau guru mulai
memahami bahwa mereka harus bertransisi dari mengajar siswa ke belajar siswa
dan bahkan belajar dari siswa.

Dalam ajaran Islam karakter baik merupakan salah satu indikator


ketakwaan individu seseorang, oleh karena itu dalam dimensi modernitas upaya
peningkatan karakter kesantunan sangat urgen untuk dilakukan. Temuan
penelitian ini memberikan kontribusi untuk menawarkan formulasi yang efektif
guna memudahkan guru dalam membentuk kepribadian siswa yang religius dan
santun, khususnya dalam pembelajaran online yang sedang menjadi trend
pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Menemukan formula yang tepat dan
efektif untuk membentuk kepribadian santun dalam pembelajaran online tanpa
tatap muka menjadi tantangan tersendiri bagi para praktisi pendidikan saat ini.
namun meskipun demikian, Islam memberikan prinsip-prinsip pendidikan dan
pembelajaran yang ideal yang dapat diterapkan baik dalam pembelajaran online
maupun offline, salah satunya dengan memberikan keteladanan oleh guru dalam
hal sopan santun seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Penutup
Pendidikan adalah upaya pendidik untuk menghilangkan akhlak yang buruk dan
menanamkan akhlak yang baik pada peserta didik agar dekat dengan Allah SWT
dan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Mengembangkan akhlak dan
membina akhlak yang baik, yang pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu
membentuk akhlak dan kepribadian siswa yang baik. Untuk mewujudkan
terciptanya akhlak yang baik pada anak, siswa diharapkan memperhatikan
pelajaran berbasis agama sebagai kontrol dalam kehidupan siswa. Hal ini mampu
mengatasi kemerosotan akhlak dan akhlak generasi muda saat ini seperti yang
sering kita lihat dalam realitas lingkungan tempat tinggal kita. Pendidikan agama
Islam merupakan usaha dan proses pembinaan pendidikan yang
berkesinambungan antara guru dan siswa, dengan tujuan akhir akhlak. Di era
Pasca-Pandemic ini guru harus mampu memberikan pemahaman terkait karakter
yang harus ditanamkan pada siswa melalui pembelajaran yang inovatif dan kreatif
dengan memanfaatkan teknologi yang ada.

Daftar Pustaka
Agustin, N., & Maryani, I. (2021). Peran Guru dalam Membentuk Karakter Siswa
(Antologi Esai Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar). UAD
PRESS.
Agustin, N., & Maryani, I. (2021). Peran Guru dalam Membentuk Karakter Siswa
(Antologi Esai Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar). UAD
PRESS.
Aziz, B. R. (2020). Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk
Karakter Melalui Nilai-Nilai Religius Peserta Didik Di Sekolah Menengah
Pertama Wahid Hasyim Malang.
Jannah, M., & Mauizdati, N. (2022). Peran Guru dalam Pembentukan Karakter
Peserta Didik Sekolah Dasar Setelah Masa Pandemi Covid-
19. IBTIDA', 3(1), 87-97.
Oktavia, A., & Rahman, R. (2021). Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Membentuk Karakter Peserta Didik di SMP Negeri 7 Payakumbuh. An-
Nuha, 1(3), 220-233.
Rostikawati, Y., Syarifah, E., & Wuryani, W. (2020). Peran Guru Dalam
Membentuk Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Kesantunan Berbahasa
Di Media Sosial. Abdimas Siliwangi, 3(2), 361-370.
Telaumbanua, A. (2018). Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen Dalam
Membentuk Karakter Siswa. FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan
Praktika, 1(2), 219-231.
Widiastuti, H. (2012). Peran Guru Dalam Membentuk Siswa Berkarakter.

Anda mungkin juga menyukai