Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam memajukan

suatu bangsa. Pendidikan diharapkan dapat mencerdaskan generasi muda yang

mampu mengembangkan potensi dalam diri, serta berpola pikir secara kritis dan

dinamis, bertanggung jawab, berakhlak mulia, beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan juga harus mampu menghasilkan sumber daya

manusia yang memiliki kompetensi yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Pendidikan adalah reorganisasi pengalaman dalam menambah kemampuan untuk

mengarah pendidikan pascayang akan datang. Menurut UU No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (ayat1), pendidikan pada

dasarnya merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Undang-undang Republik Indonesia

nomor 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian menyebutkan bahwa

dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil

dan makmur yang merata dan berkesinambungan materil dan spiritual, diperlukan

adanya pegawai negeri sebagai warga negara, unsur aparatur negara, abdi negara,

abdi masyarakat yang kesetiaan dan ketaatan kepada pancasila, undang-undang

1
2

1945, negara dan pemerintah serta yang bersatu padu, bernental baik, berwibawa,

berdaya guna, bersih, bermutu tinggi, dan sadar akan tanggung jawabnya untuk

penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan (UU No.43 Thn.1999).

Guru sebagai pendidik dapat dikatakan memegang peranpenting dalam

mencerdaskan bangsa. Oleh karena itu, terdapat berbagai kebijakan dan kegiatan

yang bertujuan untuk meningkatkan karir, mutu, penghargaan dan kesejahteraan

guru, sehingga pada akhirnya guru dapat bekerja secara profesional. Adapun salah

satu kebijakan penting yang berkaitan dengan promosi kenaikan pangkat/jabatan

guru dengan prestasi kerja adalah keputusan bersama Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan dan BAKN Nomor 0433/P/1993, nomor 25 tahun 1993 tentang

pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya yang pada prinsipnya

bertujuan untuk membina karir dan profesionalisme guru.

Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas

dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, Guru harus

memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan

kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini

menuntut perubahan-perubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan

metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik Guru

dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola

proses belajar-mengajar, bertindak sebagai fasilitor yang berusaha mencipatakan

kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga memungkinkan proses belajar

mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan

kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan


3

pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, Guru

dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan

kepada siswa, sehingga siswa mau belajar karena siswalah sebagai subyek utama

dalam belajar. Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif.

Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif.

Namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil

akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara

khusus. Apa yang di diskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang

diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk

memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran. Salah satu hal yang

mendukung keberhasilan program satuan pendidikan dalam proses pembelajaran

yaitu ketersediaan sarana prasana yang menjadi sumber daya menjadi tolak ukur

mutu sekolah yang perlu peningkatan secara berkelanjutan seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan juga merupakan bagian

penting yang perlu disiapkan secara cermat dan berkesinambungan.

Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan

motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai

(sikap mental, emosional, dan sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang

bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam penyelenggaraan

pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

hidup. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada pemain untuk terlibat

langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan
4

berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Pembekalan

pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya

hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Sebagai upaya pembinaan mutu sumber

daya manusia, pendidikan jasmani dilembaga pendidikan formal dapat

berkembang lebih pesat agar mampu menjadi landasan bagi pembinaan

keolahragaan nasional. Proses pembentukan sikap dan pembangkitan motivasi

harus di mulai sejak usia dini. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani

guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan

strategi permainan / olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportivitas, jujur, kerjasama,

dan lain-lain) dari pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui

pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun

melibatkan unsur fisik mental, intelektual, emosional dan sosial.

Sudah 2 tahun wabah coronavirus melanda dunia, dari wabah ini dapat

menyebabkan penyakit yang disebut COVID-19. COVID-19 yang terjadi di

berbagai negara termasuk Indonesia berdampak pada berbagai bidang termasuk

pendidikan. Saat ini dunia pendidikan sedang menghadapi permasalahan yang

cukup kompleks. Serangan virus tersebut berdampak pada penyelenggaraan

pembelajaran di semua jenjang pendidikan. Tentunya tidak ada banyak kendala

pada jenjang perguruan tinggi dan sebagian sekolah menengah atas yang sudah

terbiasa menerapkan pembelajaran online, namun tidak demikian dengan jenjang

pendidikan di sekolah2 menengah pertama yang bahkan tidak diperbolehkan

membawa perangkat komunikasi (handphone) ke sekolah atau ke ruang kelas.

Pada tanggal 24 Maret 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


5

Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan

kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran COVID-19. Proses belajar

dilaksanakan di rumah melalui pembelajaran daring atau jarak jauh yang

bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19.

Sejalan dengan itu maka hakikat pendidikan jasmani mencakup semua

unsur kebugaran, keterampilan gerakan fisik, kesehatan, permainan, olahraga, tari

dan rekreasi (Qomarrullah, 2014: 78). Pembelajaran PJOK yang di dominasi

dengan gerakan fisik dilaksanakan di ruang terbuka atau di lapangan. Metode

untuk pendidikan olahraga adalah metode deduktif atau metode perintah, dengan

ragam pemberian tugas, demonstrasi dan sedikit penjelasan (Supriyadi,2018: 7).

Berbagai keterbatasan seperti akses internet dan kemampuan operasional pada

fitur-fitur online, pendidikan jasmani dengan sendirinya menemui berbagai

hambatan dan kendala di masa pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 yang

terjadi di Indonesia sangat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di sekolah,

sehingga kegiatan belajar mengajar yang awalnya dilakukan dengan bertatap

muka di kelas harus beralih dengan pembelajaran secara daring atau jarak jauh.

Salah satu sekolah yang telah melaksanakan pembelajaran tatap muka di

kawasan Kabupaten Merangin adalah SMA Negeri 12 Merangin. Di sekolah ini,

siswa dibagi berdasarkan kelompok untuk jadwal pembelajaran tatap muka

apabila siswa di suatu rombel berjumlah lebih dari 28 siswa maka rombel tersebut

akan di bagi menjadi 2 kelompok yaitu tiap kelompok berjumlah 14 siswa.

Dengan adanya hal seperti ini guru harus dapat mengelola kelas dengan baik di

karenakan jumlah rombel pada kelas tidak seperti biasanya. Oleh karena itu guru
6

kesulitan untuk memberikan materi sesuai pada RPP, kemudian guru juga belum

terbiasa dengan cara membagi 2 rombel pada kelas yang di ajarnya dan siswa juga

belum terbiasa dengan pembelajaran tatap muka pada saat covid-19 saat ini,

dengan adanya hal ini peneliti ingin mengetahui cara dan kiat-kiat Guru

mengelola kelas pada pembelajaran pascapandemi seperti saat sekarang ini. Hal

tersebut sejalan dengan pendapat Joni dalam Erwinsyah (2017: 74) “Pengelolaan

pembelajaran yang efektif merupakan persyaratan mutlak untuk terjadinya proses

belajar mengajar yang efektif”.

Berdasarkan paparan masalah tersebut, maka peneliti ingin melakukan

penelitian dengan judul “Kemampuan Guru Penjas Dalam Mengelola

Pembelajaran Pasca Covid-19 di SMA N 12 Merangin”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang di uraikan sebelumnya, dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran PJOK pada saat pendemi covid-19.

2. Guru belum terbiasa mengelola kelas pada saat rombel di bagi menjadi 2

kelompok.

3. Guru sedikit kesusahan mengumpulkan tugas siswa saat pertemuan tatap muka

sesuai dengan jadwal yang dibuat.

4. Perubahan sistem pembelajaran terkait waktu belajar yang semula dilakukan 3

sampai 5 jam dalam 1 hari belajar sekarang hanya 2 jam belajar.


7

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di uraikan sebelumnya,

maka peneliti ingin membatasi masalah pada penelitian ini yaitu kemampuan

Guru Penjas untuk mengelola pembelajaran pada saat covid-19

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di uraikan sebelumnya, dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut “Bagaimanakah cara dan kiat-kiat Guru Penjas mengelola

pembelajaran pasca covid-19 di SMA Negeri 12 Merangin?”

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui bagaimana Guru penjas mengelola pembelajaran pasca covid-

19 di SMA 12 Merangin.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkaitan,

yaitu:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan bagaimana cara dan

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran pasca pandemi covid-19. Serta

menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang penelitian, sehingga dapat

dijadikan sebagai kontribusi nyata dalam dunia pendidikan.


8

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi peserta didik

1) Dapat mengikuti dan melakukan proses pembelajaran dengan efektif.

2) Dapat meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar.

b. Manfaat bagi guru

1) Dapat meningkatkan kedekatan antara siswa dan guru.

2) Dapat meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar.

c. Manfaat bagi lembaga/sekolah

1) Dapat menjadi contoh untuk sekolah lain.

2) Dapat meningkatkan kualifikasi dan status sekolah.

Anda mungkin juga menyukai