Anda di halaman 1dari 12

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI SISWA

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TAKE


AND GIVE DI KELAS III SDN 02 SAPAN
KOTA SAWAHLUNTO

MARSITA DWI SUSANTI


(Guru SD Negeri 02 Sapan)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan
model pembelajaran take and give di kelas III SD Negeri 02 Sapan. Jenis penelitian
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dengan subjek
penelitian adalah siswa kelas III SD yang berjumlah sebanyak 32 orang siswa. Data
penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan pencatatan lapangan, observasi,
wawancara, hasil tes, dan bukti dokumentasi pada siklus I dan II. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan analisis persentase. Hasil penelitian terkait dengan hasil
belajar, menunjukkan bahwa model pembelajaran take and give ini dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, karena siswa sudah berhasil mencapai KKM
yang telah ditetapkan. Hal itu dapat dibuktikan dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu Siklus I (56%) dan siklus II (84%)
Kata Kunci: Hasil belajar, PAI, Model Take and Give

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan upaya sadar yang dilakukan seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam proses kedewasaan manusia yang hidup dan berkembang , nampaklah
kenyataan bahwa manusia selalu berubah dan perubahan itu merupakan hasil belajar
Hal ini berarti bahwa dalam pendidikan terjadi sebuah proses pengubahan sikap dan
tingkah laku. Dalam UU Sikdiknas No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaam, pengenalan diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.”
Sumber Pendidikan pada dasarnya untuk membentuk kepribadian.
Pembentukan kepribadian dalam pendidikan terkait dengan upaya penanaman nilai-
nilai yang akan menjadi dasar kepribadian seseorang dan juga akan mewarnai
kepribadian bangsa, dan kepribadian bangsa itu melekat kuat sebagai warna atau ciri
khas suatu bangsa yang nampak dalam perilaku sehari-hari bangsa tersebut. Untuk
mencapai tujuan pendidikan, hal utama yang perlu mendapatkan perhatian adalah
proses belajar mengajar.
Menurut Mahmud (2015: 8) pendidikan agama islam adalah suatu usaha yang
dilakukan pendidik untuk membentuk karakter peserta didik agar sesuai dengan Al-
Qur’an dan As-sunnah (sesuai dengan ajaran islam). Pendidian agama islam
merupakan pembelajaran yang menghasilkan manusia yang selalu berupaya
menyempurnakan iman, takwa dan akhlak serta aktif membagun peradaban dan
keharmonisan kehidupan khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang
bermartabat (Nur Ainiyah, 2013 : 30). Pendidikan Agama Islam adalah mendidik
manusia untuk menjadi insan yang beriman dan bertakwa sehingga muaranya adalah
terciptanya situasi dan kondisi masyarakat yang sejahtera, masyarakat dalam
kehidupan di alam semesta yang rahmatan lil alamin (Syaiful Anwar, 2016 : 162).

Keberhasilan pendidikan dapat ditunjukkan dari kualitas pendidikan yang ada,


dimana kualitas pendidikan itu meliputi kualitas proses maupun kualitas lulusan. Jadi
pendidikan dikatakan berhasil apabila proses belajar- mengajarnya berjalan dengan
baik serta menghasilkan output yang berkualitas. Di dalam peningkatan mutu
pendidikan perlu efisiensi pendidikan, yang mempunyai arti bahwa proses pendidikan
harus mencapai hasil yang maksimal dengan biaya yang wajar. Dalam pandangan
yang lebih luas efisiensi pendidikan berkaitan dengan profesionalisme dan
manajemen pendidikan yang di dalamnya mengandung disiplin, kesetiaan dan etos
kerja. Hal ini kurang disadari oleh para penyelenggara pendidikan yang berada di
daerah pada umumnya, yang pada gilirannya mengakibatkan munculnya
permasalahan pada dunia pendidikan.
Oleh karena itu proses dan mutu pembelajaran perlu ditingkatkan agar
pembelajaran dapat dilaksanakan secara aktif, efektif dan menyenangkan sehingga
anak didik dapat mengembangkan potensi diri dan dapat memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Rendahnya kualitas hasil belajar siswa disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal yang berpengalaman dan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar siswa dan hasil yang diinternalisasi meliputi: sikap
terhadap belajar, minat dan motivasi belajar , konsentrasi belajar, sedangkan faktor
eksternal meliputi hal-hal seperti : guru sebagai pelatih belajar, infrastruktur dan
fasilitas belajar, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah dan di rumah
serta kurikulum sekolah.

Kenyataan yang ditemukan yaitu ditandai dengan rendahnya hasil belajar Pedidikan
Agama Islam di kelas 3 yang ditandai oleh rata-rata UH1/ UTS siswa masih berada
di bawah KKM, yaitu siswa yang tuntas hanya sebanyak 14 (44%) dan yang tidak
tuntas sebanyak 18 orang (56 %).

Apabila hal tersebut tidak diatasi, maka dapat mengakibatkan semakin


rendahnya hasil belajar siswa. Untuk itu, penulis menerapkan suatu model
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran senam lantai dan gerak irama,
yaitu model pembelajaran Take and Give. Model pembelajaran take and give pada
dasarnya mengacu pada konstruktivisme, yaitu pembelajaran yang dapat membuat
siswa itu sendiri aktif dan membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya
(Slavin, 1997:269). Model pembelajaran menerima dan memberi (take and give)
merupakan metode pembelajaran yang memiliki sintaks, menuntut peserta didik
mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya
(peserta didik lain).
Dengan demikian komponen yang berperan penting dalam pelaksanaan model
pembelajaran ini adalah penguasaan materi melalui kartu, berpasangan dengan saling
bertukar informasi dan pengevaluasian yang dapat mengetahui kemampuan siswa.
Menurut Istarani (2012 : 188) kelebihan model pembelajaran take and give
adalah: a. Model pembelajaran ini tidak kaku, karena seorang guru boleh
memodifikasi lagi penggunaannya sesuai dengan keinginan dan kebutuhan serta
situasi proses belajar mengajar. b. Materi akan terarah, sebab guru terlebih dahulu
menjabarkan uraian materi sebelum dibagikan kartu pada siswa. c. Melatih siswa
untuk bekerja sama dan menghargai kemampuan orang lain. d. Melatih siswa untuk
berinteraksi secara baik dengan teman sekelasnya. e. Dapat meningkatkan tanggung
jawab siswa, sebab masing-masing siswa dimintai pertanggungjawaban atas kartu
yang diberikan kepadanya.
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan, peneliti ingin melakukan
perbaikan pembelajaran dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
diharapkan dengan penerapan model pembelajaran Take and give dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI), maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas
dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI)
Melalui Model Pembelajaran Take and Give di Kelas III SD Negeri 02 Sapan”.

KAJIAN PUSTAKA
Menurut Jamil (2013 : 15) belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu,
baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara
langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan.
Menurut Thobroni Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara
terus- menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Manusia tidak
mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak terdidik atau diajar oleh manusia lainnya.
Belajar merupakan proses yang bersifat internal yang tidak dapat dilihat dengan nyata
(Thobroni, 2017: 15-16). Adapun menurut Rusman Belajar merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan
perilaku individu (Rusman, 2017: 76).

Menurut Sanjaya hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh


kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan (Sanjaya, 2015 : 13).
Menurut Thobroni Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Thobroni, 2017 : 20).
Sedangkan menurut Rusman Hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang
diperoleh peserta didik yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik,
artinya belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tetapi juga
penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, jenis-
jenis keterampilan, cita-cita, keinginan, dan harapan (Rusman, 2017 : 129-130).
Menurut Mahmud (2015: 8) pendidikan agama islam adalah suatu usaha yang
dilakukan pendidik untuk membentuk karakter peserta didik agar sesuai dengan Al-
Qur’an dan As-sunnah (sesuai dengan ajaran islam). Pendidian agama islam
merupakan pembelajaran yang menghasilkan manusia yang selalu berupaya
menyempurnakan iman, takwa dan akhlak serta aktif membagun peradaban dan
keharmonisan kehidupan khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang
bermartabat (Nur Ainiyah, 2013 : 30). Pendidikan Agama Islam adalah mendidik
manusia untuk menjadi insan yang beriman dan bertakwa sehingga muaranya adalah
terciptanya situasi dan kondisi masyarakat yang sejahtera, masyarakat dalam
kehidupan di alam semesta yang rahmatan lil alamin (Syaiful Anwar, 2016 : 162).
Model pembelajaran take and give pada dasarnya mengacu pada
konstruktivisme, yaitu pembelajaran yang dapat membuat siswa itu sendiri aktif dan
membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya (Slavin, 1997:269). Model
pembelajaran menerima dan memberi (take and give) merupakan metode
pembelajaran yang memiliki sintaks, menuntut peserta didik mampu memahami
materi pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya (peserta didik lain).
Dengan demikian komponen yang berperan penting dalam pelaksanaan model
pembelajaran ini adalah penguasaan materi melalui kartu, berpasangan dengan saling
bertukar informasi dan pengevaluasian yang dapat mengetahui kemampuan siswa.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (classroom
action recearch), yaitu penelitian reflektif oleh prilaku tindakan yang dilakukan oleh
guru sendiri untuk memperbaiki proses pembelajaran yang menjadi tanggung
jawabnya. Lokasi berlangsungnya penelitian di SD Negeri 02 Sapan. Pelaksanaan
penelitian ini adalah peneliti sendiri yang merupakan mahasiswa PAI Universitas
Negeri Padang. Penelitian ini dibantu oleh teman sejawat yang bertindak sebagai
observer. Subjek yang dimaksud tindakan dalam penelitian ini adalah peserta didik
Kelas III SD Negeri 02 Sapan yang berjumlah 32 orang siswa. Mereka merupakan
peserta didik-siswi Kelas III tahun pelajaran 2018/2019, sedangkan partisipan yang
terlibat dalam penelitian ini adalah guru kelas dan teman sejawat lainnya. Penelitian
ini dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2018/2019 pada bulan juli-desember.
Penelitian terdiri dari dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari 2 kali
pertemuan.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari
empat rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang seperti dirumuskan
oleh Kemis dan Tanggart (Depdiknas, 2004:5) yaitu: perencanaan, pelaksanaan,
tindakan dan observasi. Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas praktik pembelajaran secara berkesinambungan, sehingga meningkatkan
mutu hasil intruksional, mengembangkan keterampilan guru, meninfkatkan relevansi,
meningkatkan efisiensi pengelolaan instuksional serta menumbuhkan budaya meneliti
pada komunitas guru.
PTK digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis meliputi aspek
perencanaan, tindakan, observas, dan refleksi yang merupakan langkah berurutan
dalam satu siklus atau daur yang berhubungan dengan siklus berikutnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Siklus I
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari selasa tanggal 25 September 2019 dan pertemuan kedua
dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 29 September 2019 di kelas III dengan jumlah
siswa 32 orang. Masing-masing pertemuan diawali dengan perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Ketuntasan hasil belajar siswa dalam
menganalisis hasil belajar melalui Ulangan Harian pada materi memberikan informasi
dan tanggapan secara lisan dengan materi senam lantai menggunakan model
pembelajaran Take and Give dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2: Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

Hasil Belajar Nilai/Jumlah Persentase

Jumlah siswa yang tuntas 18 Orang 56%

Jumlah siswa yang tidak tuntas 14 Orang 44%

Jumlah Nilai 2314

Rata-rata 72,31

KKM 70

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan


pembelajaran dengan metode pembelajaran Take and Give, diperoleh rata-rata
hasil belajar siswa adalah 72,31 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18
orang dengan persentase 56% dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 14 orang
dengan persentase 44%. Selanjutnya Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada
siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang
memperoleh nilai ≥70 hanya sebesar 56% lebih kecil dari persentase ketuntasan
yang dikehendaki yaitu sebesar 80%. Hal ini disebabkan karena siswa masih
belum bisa menyesuaikan diri dengan pokok bahasan materi yang disampaikan
melalui metode pembelajaran Take and Give, tersebut. Untuk lebih jelasnya
mengenai hasil belajar siswa pada sikluls I ini dapat dilihat gambar diagram
ketuntasan belajar dibawah ini:

SIKLUS I
56
44

TUNTAS TIDAK TUNTAS

Diagram 4.2: Ketuntasan Belajar Siklus I

Siklus II
Pada siklus II ini membahas tentang penggunaan model pembelajaran Take
and Give untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran di kelas SD
Negeri 02 Sapan yang terdiri dari perencanaan pembelajaran, proses pelaksanaan
model pembelajaran Take and Give yang meliputi aktivitas guru dan siswa,
pengamatan perencanaan, pelaksanaan, dan hasil belajar siswa yang terdiri dari ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor, dan refleksi di setiap pertemuan dalam siklus II.
Penelitian pada siklus II direncanakan akan dilaksanakan selama 2 kali pertemuan,
pertemuan dilaksanakan pada hari rabu tanggal 2 Oktober 2019 dan Pertemuan II
dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 5 Oktober 2019. Ketuntasan hasil belajar siswa
dalam materi kejadian dengan menggunakan model pembelajaran Take and Give
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3: Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

Hasil Belajar Nilai/Jumlah Persentase

Jumlah siswa yang tuntas 28 Orang 84%

Jumlah siswa yang tidak tuntas 4 Orang 16%

Jumlah rata-rata 2472 -

Rata-rata 77,25 -

KKM 70 -

Dari tabel siklus II diatas, terlihat bahwa hasil belajar siswa mengalami
peningkatan yang lebih baik dari siklus I. Hasil rata-rata nilai yang diperoleh siswa
pada siklus II ini sebesar 77,25 yakni dari 32 siswa sebanyak 28 orang pada siklus II
ini sudah berhasil mendapat nilai yang baik yakni ≥70 dengan ketuntasan belajar
mencapai 84% Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II secara klasikal siswa telah
tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥70 telah meningkat sebanyak
84% lebih besar dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 80%.
Hal ini akan berpengaruh baik terhadap peningkatan hasil belajar. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat tabel ketuntasan hasil belajar dibawah ini:
SIKLUS II
84

16

TUNTAS TIDAK TUNTAS

Diagram 4.3: Ketuntasan Belajar Siklus II

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar pada
siklus II ini dapat terjadi karena guru selalu menginformasikan bahwa setiap akhir
pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih
siap dan termotivasi untuk belajar.
Pembahasan
Hal ini tampak dari hasil belajar siswa berdasarkan persentase pencapaian
KKM siswa yang meningkat. Pada akhir tindakan penelitian, hasil belajar siswa
cukup memuaskan. Tercatat data persentase pencapaian KKM mengalami
peningkatan yang cukup singnifikan. Ini berarti sudah mencapai 84% siswa yang
telah berhasil mencapai KKM. Peningkatan ini tentu dari beberapa perbaikan
pembelajaran yang telah dilakukan sebagai implementasi dari refleksi yang
dilakukan. Siswa sudah mencapai kemauan belajar, yang ditunjukkan dengan
meningkatnya hasil belajar yang diraih. Dengan kemajuan hasil belajar yang diraih
siswa dapat diketahui kedudukan mereka baik sebagai individu maupun bagian
dari kelompoknya.
Perbandingan persentase pencapaian KKM pada siklus I dan siklus II adalah
sebesar 56% dan 84% dengan nilai rata-rata 77,25. Ketercapaian KKM ini terjadi
karna siswa memahami dan dapat menyelesaikan soal melalui proses model
pembelajaran demonstrasi. Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil belajar peserta
didik dalam proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran demonstrasi
dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap hasil
belajar peserta didik yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata
peserta didik pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan pembelajaran dengan model pembelajaran Take and Give dapat
meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu Siklus I (56%) dan siklus II (84%). Hal ini
bisa tercapai karna adanya tindakan yang diambil peneliti pada siklus II yaitu
pemberian reward.
Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar
mengajar berjalan dengan lancar maka guru harus meyakinkan bahwa anak didik
benar-benar siap menerima materi dan berhubung model ini berfokus ke aspek
kognitif maka harus ada persiapan yang matang oleh guru dalam penyampaian
materi.

DAFTAR PUSTAKA
Adi, waluyo. 2000. Strategi pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY
Asri. Budiningsih. 2005. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Babbage, Ron, Richard Byers and Helen Redding. 1999. Approaches to Teaching and
Learning. London: David Fulton Publisher
Gagne, R. M., & Briggs, L. J. 1979. Principle of Instructional Design. New York:
Holt, Rinehart and Winston
Hawi, Akmal. 2009. Kompetensi Guru PAI. Palembang : Rafah Press.
Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovetif. Medan : CV. ISCOM
Kurniasih Imas dan Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran.
Penerbit : Kata Pena.
M. Arifin. 1993. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
Mulyadi, Tri. 2000. Strategi pembelajaran ( Learning & Teaching Strategy)
Yogyakarta: FIP UNY
Reigeluth, C, M. 1983. Instructional Design Theories and Model. London: New
Jersey, Lawrence Erlbaum Associates Publisher.
Rusman. 2017. “Belajar & Pembelajaran”. Jakarta: Kecana
Sanjaya, Wina. 2015. “Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran”. Jakarta:
Kencana
Sohaimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta : Ar-ruzz Media.
Sumantri, Mohamad Syarif. 2016. “Strategi Pembelajaran”. Jakarta: Rajawali Pers
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Ar Ruzz Media
Suprijono (2009 : 5-6) . Evaluasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka belajar.
Thobroni, M. 2017. “Belajar & Pembelajaran”. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Winkel, W. S. 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
Zakiyah Daradjat. 1993. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta :
Ruhama.

Anda mungkin juga menyukai