Anda di halaman 1dari 5

STRATEGI PENANAMAN MORAL MELALUI PEMBELAJARAN FIELD TRIP DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Latar Belakang Masalah

Moral merupakan sebuah realitas dari kepribadian pada umumnya, bukan hasil
dari perkembangan pribadi semata, namun moral merupakan sebuah tindakan atau
tingkah laku seseorang. Pendidikan moral mempunyai tujuan untuk mempersiapkan
perilaku peserta didik sedini mungkin untuk mengembangkan sikap dan perilaku yang
didasarkan pada nilai-nilai moral agama dan Pancasila. Pendidikan moral mempunyai
peran yang sangat penting untuk memberikan stimulasi proses mental peserta didik,
dengan diberikan pendidikan moral peserta didik akan belajar bersikap baik, saling
mengormati, dan menghargai orang lain yang sesuai dengan ajaran agama islam.
Dalam Islam moral sering merupakan terjemahan dari kata akhlak. Sehingga, dalam
penanaman pendidikan moral pada peserta didik dalam pembelajaran PAI perlu
menggunakan strategi dan juga metode yang dianggap efektif dalam penerimaannya
terhadap peserta didik.

Secara umum strategi merupakan garis besar untuk bertindak dalam usaha
mencapai sasaran yang telah ditentukan dan sebagai pola-pola umum kegiatan guru
dan peserta didik dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah
tujuan yang telah ditentukan. Strategi penanaman nilai-nilai moral pada pembelajaran
PAI di sekolah merupakan suatu cara atau teknik yang digunakan untuk
meningkatkan pertimbangan moral peserta didik dan meningkatkan kemampuan
berfikir moral secara maksimal, dengan begitu siswa bisa mengukur perbuatan yang
dilakukan itu sudah baik atau masih buruk baik secara bernegara, berbangsa, maupun
agama yang sesuai dengan ajaran agama islam. Dalam dunia pendidikan tidak hanya
mengajar intelektual saja. Akan tetapi, moral peserta didik juga harus diperkuat
terlebih lagi pada pendidikan agama islam. Jika yang dikejar hanya intelektualnya saja
maka dinamakan pengajaran, tetapi jika yang diajarkan intelektual dan moralnya
maka hal itu sebagai pendidikan. Penanaman nilai-nilai moral sangatlah penting,
karena segala sesuatu yang diprogramkan di sekolah bertujuan untuk membentuk
anak berpikir tentang isu-isu yang benar dan salah, baik dan buruk, mengharapkan
perbaikan sosial serta membantu siswa agar mampu berprilaku berdasarkan nilai-nilai
moral dan dalam beragama.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter,


Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design (rancangan besar)
tentang pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan.
Bagaimanapun juga pendidikan karakter atqu pendidikan moral sangat penting bagi
peserta didik. Melalui pendidikan moral inilah, para peserta didik lebih berpeluang
memiliki perilaku yang bertanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa.
Penanaman moral digunakan untuk menanamkan nilai-nilai moral yang dianggap
sudah seharusnya diterima oleh seluruh peserta didik sejak dari rumah atau dari orang
tuanya. Nilai-nilai moral religius seperti aqidah keagamaan dan ketaqwaan merupakan
nilai moral yang keberadaannya tidak diragukan lagi. Pendekatan moral dilakukan
guru di sekolah melalui penerapan strategi penguatan nilai-nilai moral religius yang
telah dimiliki oleh peserta didik sebagai upaya peningkatan moral pada diri peserta
didik.1

Namun, perilaku siswa yang menyimpang yang dilakukan kebanyakan peserta


didik akibat tidak atau kurangnya penanaman pendidikan karakter di sekolah.
Menurut Komnas Perlindungan Anak (KPAI), pelaku kriminal dari kalangan peserta
didik mengalami peningkatan, seperti tawuran antar sekolah. Tidak sedikit peserta
didik yang masih berperilaku kurang baik, contohnya masih ada peserta didik yang
berpakaian tidak sesuai dengan aturan, kurang menghormati temannya, tidak jarang
juga peserta didik yang berkelahi, peserta didik yang tidak hormat kepada gurunya
dan lain sebagainya. Mereka belum mencerminkan sebagai seorang peserta didik yang
berperilaku baik, kedisiplinan yang lemah, sehingga minat belajar yang hampir
hilang,dan bahkan integrasi moral yang sering menyeleweng. Hal itu disebabkan
karena pendidikan moral di sekolah yang masih kurang di perhatikan.2

Untuk mengajarkan materi pembelajaran, terutama pada penanaman


pendidikan moral pada peserta didik diperlukan adanya penerapan metode
1
Murdiono, Mukhamad. "Strategi internalisasi nilai-nilai moral religius dalam proses pembelajaran di perguruan
tinggi." Jurnal Cakrawala Pendidikan 1.3 (2010).

2
Halawati, Firda. "Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Perilaku Siswa." Education and Human Development
Journal 5.2 (2020): 51-60.
pembelajaran yang tepat, misal dapat dengan mengajak siswa untuk terjun langsung
sehingga berinteraksi secara langsung bukan hanya teori . Penerapan metode
pembelajaran yang mampu mendekatkan siswa dengan lingkungan, yaitu dengan
melakukan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan lingkungan dengan
menerapkan metode Field Trip. Metode Field Trip ini merupakan metode
pembelajaran yang mengajak siswa untuk terjun langsung ke suatu tempat yang sesuai
dengan materi pembelajaran yang sedang dipelajari yang mampu mendekatkan siswa
dengan lingkungan. Salah satu cara untuk melakukan kegiatan pembelajaran dengan
pendekatan lingkungan adalah dengan menerapkan metode Field Trip3

Akan tetapi, di beberapa sekolah penanaman moral pada peserta didik masih
menggunakan metode ceramah saja yang dimana peserta didik hanya mendapat teori,
apalagi pada pelarajaran PAI yang di sekolah negeri yang bukan islam hanya
mendapat 2 jam pelajaran setiap minggunya. Jadi, jam pelajaran PAI yang didapat
peserta didik sebenernya sangatlah kurang dan bahkan peserta didik tidak mendapat
contoh seperti tindakan secara langsung jika hanya teori saja. Padahal jika waktu
pelajaran lebih banyak dan bisa menggunakan metode pembelajaran yang efektif bisa
saja membuat peserta didik menjadi lebih mengerti dan meresapi, sehingga mampu
menanamkan pada kehidupan sehari-hari. Penggunaan metode field trip di sekolah
sebagai upaya penanaman moral pada peserta didik masih sangat jarang digunakan.
Dengan alasan kurangnya sarana prasarana ataupun biaya yang harus dikeluarkan
untuk melakukan pembelajaran dengan metode field trip yang mengharuskan ke luar
dari lingkungan sekolah asal.

Field trip atau disebut juga berdarmawisata merupakan suatu perjalanan yang
dilakukan oleh sekelompok orang di luar dari lingkungan normal tempat mereka
belajar. Studi lapangan ini pada dasarnya mengajak peserta didik merasakan langsung
pembelajaran, agar peserta didik dapat mengasimilasi, mengadaptasi, dan
mengonstruksi ide-ide dan pendapat. Field trip merupakan perjalanan instruksional,
dimana siswa berinterakasi dan mendapat pengalaman dengan menampilkan berbagai
ide/konsep yang menghubungkan dengan materi yang di pelajari. Maka dari itu tidak
jarang jika anak selalu bertanya-tanya dengan apa yang ia temukan.4

3
Yuliati, Tika, and Nana Kariada Tri Martuti. "Efektivitas penerapan metode field trip untuk meningkatkan hasil
belajar dan kepedulian siswa terhadap lingkungan." Jurnal Pendidikan Matematika Dan Sains 2.2 (2014): 178-186.
Pada realitas dalam proses pembelajarannya masih banyak guru yang kurang
terbuka akan metode-motode yang seharusnya mampu menunjang proses
oembelajaran dengan efektif. Menurut mereka, terlebih lagi guru-guru yang sudah
merasa sepuh beranggapan bahwa itu tidak penting karena yang oenting materi sudah
tersampaikan. Padahal peserta didik memiliki kemampuan dalam menwrima
oembelajaran yang berbeda, terlebih lagi pada pendidikan penanaman moral yang
sangat penting bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari yang berguna bagi
masa sekarang hingga masa yang akan datang.

Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan peneliti sebagai referensi


dalam penelitian ini salah satu diantaranya : Sobri (2021), dalam tulisannya yang
berjudul "Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Internalisasi Nilai-Nilai
Moral di Sekolah Dasar", mengatakan bahwa Pendidikan merupakan jalur vital dan
startegis dalam mempersiapkan sumber daya manusia Oleh karena itu,
penyelenggaraan pendidikan agama yang dimanifestasikan dengan pengembangan
nilai-nilai agama di berbagai jenjang pendidikan patut untuk dilaksanakan. Dalam
penelitian ini sobri menyebutkan Pendidikan agama Islam mempunyai peranan
startegis dalam membangun kualitas sumber daya manusia Indoensia dalam
penguasaan IPTEK maupun karakter, sikap dan penghayatan serta pengamalan
ajaran agama. Strategi yang digunakan dalam internalisasi nilai-nilai moral bagi para
siswa di sd dituangkan melalui berbagai aktifitas di lembaga pendidikan dalam
kesehariannya, baik dalam kegiatan yang bersifat kurikuler maupun ekstra kurikuler.

Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini


memiliki perbedaan yakni penerapan strategi yang digunakan untuk menyampaikan
nilai moral bagi peserta didik berbasis pendidikan. Pada penelitian kali ini,
menggunakan strategi field trip untuk membantu siswa dalam menyelesaikan
permasalahan bosan dengan pembelajaran yang itu-itu saja dan juga memberikan
inovasi strategi baru dalam penanaman nilai moral di sekolah.

Rumusan masalah

4
Juniarti, Yenti. "Peningkatan kecerdasan naturalis melalui metode kunjungan lapangan (field trip)." Jurnal
Pendidikan Usia Dini 9.2 (2015): 267-284.
1. Bagaimana penerapan strategi penanaman moral dengan metode field trip pada
pembelajaran PAI?

2. Apa kelebihan dan kekurangan dari metode field trip pada penanaman moral dalam
pembelajaran PAI?

TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah, maka dapat ditentukan tujuan penelitian sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan strategi penanaman moral menggunakan metode field trip
pada pembelajaran Pendidikan agama islam.

2. Untuk mengetahui kelebihan serta kekurangan dari penerapan metode field trip pada
penanaman moral dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan gambaran tentang penerapan strategi penanaman moral dengan


metode field trip dalam pembelajaran pendidikan agama islam.

b. Sebagai bahan informasi dan pengembangan strategi dalam penanaman moral melalui
metode field trip dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru PAI dapat digunakan sebagai upaya mengembangkan strategi dan netode dalam
proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai