Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI TEORI KEPRIBADIAN PERSPEKTIF SOSIO-EMOSIONAL

DALAM MEMUDAHKAN PEMBELAJARAN ANAK

Nanda Riski Zulibra


Putri Alya

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh

Email:

ABSTRAK

Tahap pertumbuhan dan perkembangan, tingkatan kebribadian seorang anak akan semakin
tumbuh dan terlihat. Bagi anak-anak yang baru saja tumbuh dan berkembang dan mempelajari
dunia luar seperti sekolah, maka yang dapat memahami kepribadian seorang anak hanyalah
guru yang mengajar dikelas. Seorang pendidik adalah orang yang paling bertanggung jawab
dalam segala aktivitas di dalam kelas. Segala bentuk perilaku apapun oleh pendidik akan
memiliki dampak nyata terhadap peserta didik. Pendekatan pembelajaran memiliki peran
penting dalam menciptakan suasana yang dinginkan tersebut. Studi ini bertujuan untuk
mengetahui implementasi teori kepribadian perspektif sosio-emosional dalam memudahkan
pembelajaran anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan sosial-emosional dalam
memudahkan pembelajaran anak merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menciptakan iklim sosio-emosional yang positif di dalam kelas. Sosio-emosional yang positif
berarti ada hubungan yang positif antara pendidik dengan peserta didik dan peserta didik
dengan peserta didik. Untuk mengimpelementasikannya dibutuhkan keterampilan pendidik
dalam mengembangkan langkah-langkah pendekatan sosio-emosional dalam pembelajaran
dan peran guru dalam pendekatan sosio-emosional dalam pembelajaran, yaitu dengan menjaga
komunikasi secara efektif dan memberikan motivasi atau dorongan kepada siswa untuk
mengubah perilaku yang menyimpang.
Kata Kunci: Implementasi, Pembelajaran Anak, Sosio-emosional, Teori Kepribadian

1
PENDAHULUAN

Perkembangan ialah pola perubahan yang meliputi aspek fisik, aspek kognitif, dan
aspek sosial emosional. Pola perilaku mengacu pada perbedaan individu. Selain itu,
kepribadian bermakna sebagai proses intrinsik, artinya proses di dalamnya mencakup emosi,
motivasi, dan kognisi seseorang yang memengaruhi cara kita berperilaku dan merasakan, cara
kita menggunakannya, berinteraksi dengan perbedaan individu, bermain, dan berfungsi.
berperan penting dalam menentukan karakter pribadi.
Berdasarkan perspektif berbagai ahli kepribadian yang terdapat dalam literature review
oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall & Gardner Lindzey, 2005), ia menemukan hampir 50
definisi kepribadian yang berbeda. Organisasi dalam setiap individu sebagai sistem psikofisik
yang menentukan cara unik mereka beradaptasi dengan lingkungan mereka. Kepribadian
manusia sangat berbeda.
Tentu saja, ada beberapa perbedaan di antara orang-orang. Ada perbedaan antara dua
orang yang lahir bersama dalam rahim yang sama. Ada yang baik, ada yang buruk, ada yang
kritis, dan ada yang tidak. Masih banyak lagi. Ada banyak ilmuwan yang ingin menyimpulkan
kepribadian manusia yang berbeda ini. Beberapa orang membuat teori berdasarkan konstelasi
dan golongan darah, berdasarkan pola pikir otak manusia, berdasarkan temperamen.
Pada tahap pertumbuhan dan perkembangan, tingkatan kebribadian seorang anak akan
semakin tumbuh dan terlihat. Bagi anak-anak yang baru saja tumbuh dan berkembang dan
mempelajari dunia luar seperti sekolah, maka yang dapat memahami kepribadian seorang anak
hanyalah guru yang mengajar dikelas.
Dalam memahami kepribadian sosio-emosional anak dalam pembelajaran tentu saja
peranan seorang guru/pendidik yang mengajarkan anak-anak disekolah sangat penting.
Seorang pendidik adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam segala aktivitas di
dalam kelas. Segala bentuk perilaku apapun oleh pendidik akan memiliki dampak nyata
terhadap peserta didik, termasuk tentang cara seorang pendidik dalam merespon setiap
kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik. Pendidik memiliki peranan sebagai
pengelola aktivitas yang harus bekerja berdasar pada kerangka acuan pendekatan pengelolaan
kelas. Mengelola kelas dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada banyaknya
macam kepemimpinan dan kontrol, tetapi terletak pada ketrampilan memberikan fasilitas yang

2
berbeda-beda untuk setiap peserta didik. Karena pemecahan masalah merupakan proses
penyelesaian yang beragam dan sangat tergantung pada sumber permasalahan yang muncul,
baik dari pendidik maupun peserta didik ataupun yang lainnya.
Profesi pendidik mensyaratkan memiliki, memahami dan terampil dalam
menggunakan macam-macam pendekatan dalam pengelolaan kelas meskipun tidak semua
pendekatan yang dipahami dan dimilikinya dipergunakan bersamaan atau sekaligus. Artinya
pendidik dituntut untuk terampil memilih atau bahkan memadukan pendekatan yang
menyakinkan untuk menangani berbagai permasalahan kelas secara tepat. Tidak dibenarkan
seorang pendidik hanya menggunakan satu pendekatan dan dianggap sebagai model final yang
selalu dianggap benar dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dari individu yang
beragam.
Pendidik melalui media kelas dengan segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan
berproses.Pendidik dengan bekal kemampuannya, siswa dengan berbagai latar belakang dan
sifat-sifat individualnya akan bersinergi membentuk iklim pendidikan bersama. Kurikulum
dengan komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan berbagai pokok bahasanya
bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan yang paling menentukan yaitu hasil
dari pendidikan dan pengajaran sangat bergantung terhadap apa yang terjadi di kelas.
Tidak boleh dilupakan, bahwa di lembaga pendidikan (secara khusus di kelas) peserta
didik merupakan subjek sekaligus objek dalam pendidikan. Peserta didik adalah individu yang
memiliki berbagai ciri yang melekat padanya, di antaranya adalah membutuhkan bimbingan
dan perlakuan manusiawi, serta memiliki kemampuan untuk mandiri. 1 Dengan demikian
hubungan yang tepat antara pendidik dengan peserta didik sangat diperlukan dengan
menggunakan satu pendekatan yang mampu menciptakan hubungan yang harmonis dalam
bingkai pendidikan antara pendidik dengan modal keilmuannya dan peserta didik dengan
berbagai keberagamannya.
Memahami argumentasi di atas, pendekatan pembelajaran memiliki peran penting
dalam menciptakan suasana yang dinginkan tersebut. Dan dari berbagai pendekatan yang ada
dalam pembelajaran menurut hemat penulis harus diawali dari pendekatan yang berorientasi

1
Saidah, Pengantar Pendidikan; Telaah Pendidikan secara Global dan Nasional (Depok: PT.
Rajagrafindo Persada, 2016), 23-24.

3
pada penciptaan kedekatan dan pengenalan secara utuh antara pendidik dan peserta didik,
yaitu pendekatan sosio-emosional.
Oleh karenanya artikel ini hendak menguraikan tentang “Implementasi Teori
Kepribadian Perspektif Sosio-Emosional Dalam Memudahkan Pembelajaran Anak”.

PEMBAHASAN

Pengertian dan Keberagaman Teori Kepribadian


Kata kepribadian berasal dari bahasa latin yaitu persona, atau sering dikatakan topeng
yang memproyeksikan persona atau penampilan yang salah. Ada beberapa perspektif lain
yang mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kepribadian, antara lain pandangan bahwa
kepribadian muncul dari pola perilaku dan proses interpersonal yang konsisten dari setiap
individu. Pola perilaku mengacu pada perbedaan individu. Selain itu, kepribadian bermakna
sebagai proses intrinsik, artinya proses di dalamnya mencakup emosi, motivasi, dan kognisi
seseorang yang memengaruhi cara kita berperilaku dan merasakan, cara kita
menggunakannya, berinteraksi dengan perbedaan individu, bermain, dan berfungsi. berperan
penting dalam menentukan karakter pribadi.2
Berdasarkan pandangan berbagai ahli kepribadian yang terdapat dalam literature
review Gordon W. Allport (Calvin S. Hall & Gardner Lindzey, 2005), ia menemukan hampir
50 definisi kepribadian yang berbeda. Organisasi dalam setiap individu sebagai sistem
psikofisik yang menentukan cara unik mereka beradaptasi dengan lingkungan mereka. Dengan
kata lain, kepribadian bersifat adaptif. Selain itu, Scheneider (1964) menggambarkan adaptasi
ini sebagai “suatu proses reaksi individu untuk mengatasi kebutuhan internal, ketegangan
emosional, frustrasi, konflik dan pemenuhan keseimbangan, baik dalam perilaku dan
semangat.” Ini juga menunjukkan pendapatnya, yang mendefinisikannya sebagai. Dari
kebutuhan tersebut, kami akan memeliharanya dengan persyaratan lingkungan (norma).
Di sisi lain, menurut Abin Syamsuddin (1990), ada banyak aspek kepribadian itu
sendiri.
1. Karakter, yaitu kepatuhan yang konsisten terhadap perilaku etis dan memegang
pandangan atau pendapat secara konsisten.

2
Bimbingan, P., Konseling, D. A. N., & Pengantar, K. (2012). Psikologi kepribadian

4
2. Temperamen, yaitu kecenderungan seseorang untuk reaktivitas, atau respon seseorang
terhadap rangsangan dari lingkungan.
3. Sikap, merupakan reaksi terhadap objek yang positif, negatif, atau kontradiktif.
4. Stabilitas emosi, yaitu tingkat kemantapan respon emosional terhadap rangsangan
lingkungan, seperti mudah tersinggung, marah, sedih, atau putus asa.
5. Responsibilitas/tanggung jawab adalah suatu tindakan yang bersedia menerima resiko.
Suka menerima risiko secara alami, atau menghindari risiko yang dihadapinya.
6. Sociability yaitu disposisi pribadi yang berhubungan dengan hubungan interpersonal.
Misalnya: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dari setiap orang dan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain.

Indikator Perkembangan Kepribadian


Kepribadian manusia bermacam-macam, tentu ada beberapa perbedaan dari orang ke
orang. Dua orang yang lahir bersama dalam rahim yang sama juga berbeda. Ada yang baik,
ada yang buruk, Ada yang penting dan ada yang tidak. Ada banyak ilmuwan yang ingin
menyimpulkan kepribadian manusia yang berbeda ini. Mereka ingin membuat teori tentang
karakter orang-orang seperti itu. Beberapa orang membangun teori mereka berdasarkan
temperamen, cara otak manusia berpikir, konstelasi dan golongan darah, tetapi tidak semua
teori seakurat darah. Tipe tidak memiliki karakteristik yang sama dengan orang yang
diklasifikasikan. Menurut Jung, ada empat tipe kepribadian (empat aspek):
1. Extraversion (E) / Introversion (I) adalah cara orang menghabiskan waktu mereka.
Seorang ekstrovert adalah seseorang yang senang menghabiskan waktu dan
menghabiskan waktu bersama orang lain. Ekstrovert lebih energik saat bertemu orang
lain, introvert anti, suka menyendiri, dan biasanya menghabiskan waktu dengan orang
terdekat saat ingin menghabiskan waktu bersama orang lain.
2. Emosi (S) / Intuisi (N) adalah cara berpikir seseorang. Orang yang hidup adalah orang
yang sangat logis yang percaya pada fakta dan tidak mudah menerima hal-hal baru.
Mereka yang menggunakan intuisi lebih suka menggunakan apa yang mereka sebut
"emosi". “Teori ini. Mereka merasakan perasaan ini karena apa yang mereka alami,
jadi mereka sangat sadar bahwa ketika sesuatu terjadi, itu bisa baik atau buruk.

5
3. Pemikir(T)/Sensor(P) adalah bagaimana seseorang membuat keputusan Pemikir
membuat keputusan yang lebih menguntungkan berdasarkan logika Mereka
menggunakan fase tertentu dan menganalisis secara menyeluruh keputusan yang
mereka buat.
4. Hakim (J)/perceive (P) adalah cara hidup seseorang.Bagi mereka yang menjadi juri,
mereka hidup dengan aturan dan jadwal yang sudah ada, juri suka menetapkan tujuan
tertentu dan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut.

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian


Munculnya perkembangan kepribadian dalam keterampilan dan kepribadian
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun, para ahli sepakat bahwa keragaman keterampilan
dan kepribadian pada dasarnya dipengaruhi oleh tiga faktor utama:3
1. Herediter
Herediter adalah bawaan sejak lahir atau berdasarkan nenek moyang, misalnya:
fisik dan struktur tubuh, keterampilan yang mendasarinya (karunia dan kecerdasan).
Seberapa besar pengaruh keturunannya tergantung pada kualitas gen yang dimiliki
orang tua (ayah atau ibu).
2. Environment
Lingkungan tempat individu hidup dan berinteraksi baik lingkungan fisik
maupun psikososial termasuk belajar. Untuk faktor lingkungan ini disebut juga
experiential yang berarti pengalaman, karena dalam konteks ini individu mulai
mengalami dan merasakan lingkungan alam. Manusia tidak sepenuhnya bebas dari
pengaruh lingkungan, karena lingkungan selalu ada disekitarnya.
3. Maturity
Kematangan mengacu pada tahap perkembangan yang dialami individu.
Kematangan pada awalnya merupakan hasil dari perubahan tertentu dan penyesuaian
struktural pada individu, seperti pematangan jaringan tubuh, otot, saraf, dan kelenjar.
Kematangan seperti ini disebut kematangan biologis. Kedewasaan juga terjadi secara
psikologis, seperti: kemampuan berfikir, emosi, sosial, moral, dan kepribadian,
religius.

3
Rosyidi, H. (2012). Kepribadian dalam Perspektif Al Furqan Hamim Rosyidi. 02(01), 19–26.

6
Perkembangan Teori Kepribadian Perspektif Sosio-Emosional
Pendekatan/Perspektif merupakan kegiatan atau cara yang dilakukan untuk
menghasilkan sesuatu yang diinginkan agar sesuai dengan tujuan dan niat. Dalam konteks
pembelajaran, pendekatan berarti kegiatan dalam proses belajar mengajar agar berjalan sesuai
dengan kaidah dan norma yang dilakukan oleh tenaga pendidik menuju pembelajaran yang
berkualitas, kompeten, dan professional. Pendidik diharuskan memahami peserta didik dari
berbagai aspek, seperti aspek sosial, ekonomi, suku, ras, dan psikologi sebagai sarana
melakukan pendekatan yang lebih intens dan selektif sebagai sumber informasi bagi pendidik
upaya pengelolaan kelas menuju pembelajaran efektif dan efisien.4
Pendekatan pembelajaran dapat pula diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
dalam proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang bersifat umum. Adapun pendekatan merupakan unsur penting yang harus dikuasai
pengajar sebelum mempersiapkan perencanaan pembelajaran. Dengan pendekatan ini seorang
pendidik akan mendapatkan pandangan yang tepat megenai berbagai sudut pandang proses
pembelajaran, baik dari sudut pandang pendidik, peserta didik maupun materi pembelajaran.
Salah satu pendekatan dalam pembelajaran adalah pendekatan sosio-emosional.
Pendekatan ini terdiri dari dua kata, sosio/sosial dan emosional. Emosi menurut L.Crow & A.
Crow sebagaimana dikutip Djaali adalah pengalaman yang afektif yang disertai oleh
penyesuaian batin secara menyeluruh, dimana keadaan mental dan fisiologi sedang dalam
kondisi yang meluap-luap, juga dapat diperlihatkan dengan tingkah laku yang jelas dan nyata.
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang. Sedangkan perkembangan
sosial didefinisikan sebagai kemajuan yang progresif melalui kegiatan yang terarah dari
individu dalam pemahaman atas warisan sosial dan formasi pola tingkah lakunya yang luwes.
Hal itu disebabkan oleh adanya kesesuaian yang layak antara dirinya dengan warisan sosial.5
Perkembangan sosial-emosional berasal dari tiga suku kata, yakni "perkembangan,
sosial, dan emosional. Menurut kamus psikologi, "perkembangan (development)" berarti
perubahan yang berkesinambung dengan Organisme, dar an dan progresif dalam organisme,
dari lahir sampai mati. Perkembangan if juga berarti perubahan dalam bentuk dan dalam

4
Faizal Djabidi, Manajemen Pengelolaan Kelas, (Malang: Madani, 2016), 71.
5
Djaali, Psikologi Pendidikan ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2015), 48.

7
integrasi dari bagian bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional.selain itu dapat.
berarti kedewasaan, atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.6
Sosial adalah segala sesuatu berkenaan dengan masyarakat; suka memperhatikan
kepentingan umum, suka menolong, menderma, dan sebagainya. Sosial juga berarti
menyinggung relasi di antara dua atau lebih individu. Istilah ini mencakup banyak pengertian,
dan digunakan untuk mencirikan sekelompok fungsi, kebiasaan, karakteristik, ciri, dan
seterusnya yang diperoleh dalam satu konteks sosial.7
Sedangkan emosional berkaitan dengan ekspresi emosional, atau dengan perubahan-
perubahan yang mendalam yang menyertai emosi; mencirikan individu yang mudah
terangsang untuk menampilkan tingkah laku emosional.8
Perkembangan sosial-emosional remaja adalah suatu perubahan progresif organisme
dalam konteks ini adalah remaja awal yang telah mengalami masa pubertas, mulai berpikir
tentang sekitar atau sekelilingnya (konteks sosial) dan mengekspresikan emosinya baik dalam
tingkah laku atau tidak. Perkembangan sosial-emosional lebih mengarah pada hubungan
seseorang dengan orang lain. Hubungan ini berkembang karena adanya dorongan rasa ingin
tahu terhadap segala sesuatu yang ada di dunia sekitarnya. Hal ini diartikan sebagai cara-cara
individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya dan bagaimana pengaruh terhadap
dirinya.9
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial-emosional
adalah suatu proses tumbuh seseorang untuk mencapai kematangan dengan merujuk pada
suatu perasaan dan pikiran tertentu karena adanya dorongan ingin tahu terhadap sekitarnya
terkait dalam konteks sosial dalam mengontrol dan mengekspresikan emosi, pola hubungan
interpersonal yang dekat dan hangat, mengeksplor pengalaman sekitar dan belajar dari hal
tersebut.
Perkembangan emosi merupakan perkembangan yang mengarah pada kegiatan
mengenal, mengekspresikan dan memberikan reaksi emosional. Perkembangan sosial

6
Chaplin, J. P. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. hlm 134.
7
Chaplin, J. P. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. hlm 469.
8
Chaplin, J. P. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. hlm 165.
9
Affandi. (2011). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Pt. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. hlm 22.

8
merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan dan harapan
sosial.
Sasaran pengembangan sosial emosional adalah untuk membantu meningkatkan
kualitas-kualitas emosi dan sosial yang penting bagi keberhasilan anak. Indikator sasaran
pengembangan sosial emosional:
1. Kualitas empati(melibatkan perasaan orang lain)
2. Kualitas dalam mengungkap dan memahami perasaan
3. Kualitas dalam mengalokasikan rasa marah
4. Kualitas kemandirian
5. Kualitas dalam kemampuan menyesuaikan diri
6. Kualitas di sukai atau tidak
7. Kualitas dalam kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
8. Kualitas ketekunan
9. Kualitas kesetiakawanan
10. Kualitas kesopanan
11. Kualitas sikap hormat Kesebelas sasaran pengembangan sosial tersebut sifatnya menyatu.
Erick Erikson mengemukakan delapan tahap perkembangan psikososial, yaitu: basic
trust vs mistrust (0-1 tahun), autonomy vs shame & doubt (2-3 tahun), initiative vs guilt (4-5
tahun), industry vs inferiority (6 tahun-pubertas), identity & repudiation vs identity diffusion
(masa remaja), intimacy & solidarity vs isolation (masa dewasa muda), generativity vs
stagnation dan integrity vs despair (masa tua).
Syamsudin (1990:69) mengemukakan bahwa ”emosi merupakan suatu suasana yg
kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (stit up state) yg menyertai atau muncul
sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku”. Goleman menyatakan bahwa emosi merujuk
pada perasaan atau pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta
kecenderungan untuk bertindak.10
Pendekatan emosi dan hubungan sosial adalah pendekatan yang didasarkan pada
pendekatan psikologi klinis dan konseling (penyuluhan). Pendekatan ini didasarkan pada
asumsi bahwa proses belajar mengajar yang efektif mensyaratkan adanya iklim sosio-
emosional yang baik antar pendidik dan peserta didik, dan antara peserta didik dengan peserta
10
Abin, Syamsudin Makmun. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung : IKIP.

9
didik lainnya, dan juga pendidik menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya sosio-
emosional anak yang baik.
Menurut pendekatan ini, pembelajaran yang baik adalah terciptanya hubungan yang
baik antar semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran, yaitu pendidik dengan
peeserta didik dan antara peserta didik. Tidak dibenarkan proses pembelajaran yang dapat
memunculkan suasana emosional yang tidak baik, baik yang dilakukan pendidik maupun
peserta didik. J.H Resnick memberikan definisi psikologi klinis sebagai bidang meliputi
penelitian, pengajaran dan servis yang relevan dengan aplikasi dari prinsip-prinsip, metode,
dan prosedur untuk memahami, memprediksi, dan mengurangi intelektual, emosional,
biologis, psikologis, sosial, ketidakmampuan dan ketidaknyamanan, yang diterapkan pada
populasi dengan range yang luas.
Sementara Freud sebagaimana yang dikutip oleh Calvin mengemukakan, bahwa teori
klinis merupakan suatu teori tentang pribadi dan bukan teori tentang organisme yang lebih
bersifat personal-humanistik. Teori ini memahami masalah-masalah individu dan
menginterpretasikan pengalaman dan tingakah lakunya berdasarkan tujuan-tujuan, intensi-
intensi, arah-arah, dan maksud-maksudnya. Klein menambahkan bahwa antara teori klinis dan
teori metapsikologisharus dibedakan, karena keduanya mengemukakan pandangan yang cukup
berbeda tentang individu dan emosionalnya. Kalau klinis lebih bersifat psikologis manusia,
sedangkan meta psikologis bersifat biologis dan fisik.11
Dari pendapat Freud ini, maka dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan sosio-emosional pendidik lebih memperhatikan permasalahan individu peserta
didiknya. Tidak akanada tindakan penghukuman atau tindakan-tindakan yang cenderung tidak
mengenakkan lain terhadap peserta didik sebelum pendidik masuk ke dalam emosi peserta
didik sehingga diketahui masalah yang sebenarnya terjadi. Hal ini sangat memungkinkan
terjadinya hubungan yang sangat erat antara pendidik dan peserta didik.Dan selanjutnya tentu
saja dibutuhkan keterbukaan antara keduanya sehingga terjalin rasa saling percaya untuk
kemudian menjadi titik awal dalam menemukan masalah yang sedang dihadapi peserta didik.
Dalam pendekatan sosio-emosional ini pembelajaran di kelas diarahkan untuk untuk
menciptakan iklim sosio-emosional yang positif. Sosio-emosional yang posistif berarti ada

11
Calvin S.Hall& Gardner Lindzdey, Teori-teori Psikodinamik (Klinis), )Yogyakarta: Kanisius, 2009),
131- 132.

10
hubungan yang posistif antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta
didik yang lain. Dalam pendekatan ini guru menjadi kunci dalam pembentukan hubungan
pribadi dan peranannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat. 12 Proses
pembelajaran merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan
hubungan sosial yang positif antara semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran. Hal
ini adalah pandangan dasar dari pendekatan ini, yaitu dengan menciptakan suasana yang baik
di antara semua pihak dalam pembelajaran maka akan mengantarkan pada tercapainya tujuan
pembelajaran yang sudah ditentukan.

Implementasi Teori Kepribadian Perspektif Sosio-Emosional Dalam Memudahkan


Pembelajaran Anak
Karakteristik pendekatan sosial-emosional dalam pembelajaran adalah adanya interaksi
yang mengedepankan rasa empati yang tinggi yang berorientasi pada terbangunnya hubungan
harmonis antara pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Implementasi pendekatan sosio-emosional dalam pembelajaran dapat dilakukan paling
tidak dengan memperhatikan dua hal, yaitu langkah-langkah pendekatan sosio-emosional
dalam pembelajaran, peran guru dalam pendekatan sosio-emosional dalam pembelajaran.
Langkah-langkah dalam menerapkan pendekatan sosio-emosional dalam pembelajaran dapat
dilakukan dengan melaksanakan dua hal, yaitu; menjaga komunikasi secara efektif dan
memberikan motivasi atau dorongan kepada siswa untuk mengubah perilaku yang
menyimpang.13
Kegiatan yang dapat dilakukan seorang pendidik dalam melaksanakan dua komponen
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Secara pibadi melibatkan diri dengan peserta didik, menghargai peserta didik, dan
memperlihatkan kesediaan membantu peserta didik memecahkan berbagai masalah.
2. Memberikan pernyataan tentang perilaku siswa, merespon masalah dengan tidak
menghakimi peserta didik yang dapat mengakibatkan peserta didik menjadi lemah
semangatnya.
3. Mengekspresikan perasaan yang sejujurnya, sehingga peserta didik dapat menerimanya.

12
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 119-120.
13
Tin Indrawati, Penerapan Pendekatan Sosio Emosional Oleh Guru dalam Pengelolaan Kelas di
Sekolah Dasar, (Paper Presented Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang, 2014), 24-25.

11
4. Memberikan penjelasan secara singkat dan menghindari penjelasan yang tidak memotivasi
peserta didik.
5. Selalu berhati-hati dalam mengucapkan segala hal kepada peserta didik.
6. Memberikan pujian yang bersifat produktif dan menghindari penilaian yang bersifat
destruktif.
7. Menghindari sikap yang menunjukkan perlawanan yang dapat memicu respon defensif
dari peserta didik.
8. Pendidik harus selalu membuka diri terhadap peserta didik, sehingga mereka berani untuk
mengungkapkan semua perasaannya.
Melihat beberapa sikap atau langkah yang harus dilakukan oleh pendidik dengan
menggunakan pendekatan iklim sosio-emosional ini nampak bahwa hal utama yang harus
muncul dalam proses pembelajaran adalah keterbukaan dan penerimaan yang berlanjut pada
penyelesaian masalah. Keharmonisan antara pendidik dan peserta didik seperti menjadi hal
mutlak yang harus dilakukan dalam setiap bentuk pembelajaran. Dengan demikian tujuan
pembelajaran yang sudah ditentukan akan dapat dicapai secara efektif.
Peran pendidik benar-benar sangat strategis dalam pendekatan ini. Segala bentuk
penciptaan iklim kelas yang positif sosio-emosional sangat tergantung padanya. Disini
pendidik merupakan kunci terhadap pembentukan hubungan pribadi dan sekaligus berperan
menciptakan hubungan pribadi yang sehat dengan peserta didik. 14 Mengenai hal ini, Erwin
menjelaskan beberapa peran pendidik dalam menciptakan iklim sosio-emosional dalam
pembelajaran sebagai berikut:15
Pertama, pendidik menduduki posisi sentral dalam pendekatan sosioemosional. Artinya
segala hal yang berhubungan dengan penciptaan iklim sosio-emosional terletak pada pendidik.
Pendidik harus benar-benar hadir sebagai figur yang dapat diterima oleh semua peserta didik.
Tentunya hal ini bukan hal yang mudah bagi setiap pendidik, karena pendidik dituntut mampu
menampilkan sikap tawassuth antara pola interaksi otoriter dan permissif.16 Keseimbangan
yang baik di antara dua sikap interaksi tersebut akan menjadi pintu pembuka bagi peserta didik

14
Syaripuddin, Sukses Mengajar di Abad 21, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), 73.
15
Erwin Widiasworo, Cerdas Pengelolaan Kelas, (Yogyakarta: Diva Press, 2018), 28.
16
Yatim, D.I. dan Irwanto, Kepribadian, keluarga, dan narkotika: tinjauan sosial Psikologi, (Jakarta:
Arcan, 1991), 96-97.

12
untuk secara sukarela membuka diri terhadap pendidik yang selanjutnya menjadi modal besar
bagi terciptanya hubungan emosional yang positif di antara pendidik dan peserta didik.
Kedua, pendidik dianjurkan untuk menerima dan menghargai peserta didik sebagai
manusia. Sikap ini menuntut pendidik harus benar-benar menerima kondisi peserta didik
sesuai kapasitasnya masing-masing, baik kelebihan maupun kekurangannya. Dengan sikap ini
sangat dimungkinkan peserta didik akan lebih memiliki keberanian dalam menunjukkan
kemampuannya. Mereka akan merasa selalu mendapatkan perhatian dari pendidik dalam
setiap hal yang mereka lakukan di dalam kelas.
Ketiga, membentuk hubungan interpersonal yang humoris dengan siswa sehingga
memungkinkan berlangsungnya proses belajar yang efektif. Sikap inilah yang sebagaimana
singgung penulis di awal tulisan ini, bahwa pendidikan mestinya tidak kehilangan sisi
kemenarikan dan menyenangkannya. Pembelajaran tidak boleh hanya identik dengan padat
akan nuansa akademik sehingga cenderung kaku dan mengerikan bagi peserta didik. Hal inilah
yang harus dipahami oleh setiap pendidik, mereka memiliki hak untuk bahagia dan bermain
dalam proses pembelajaran sehingga memiliki ruang cukup untuk menunjukka
kemampuannya secara sukarela.
Keempat, pendidik harus menjadi pelaksana yang berinisiatif dan kreatif serta selalu
terbuka pada kritik. Sikap ini mungkin salah satu sikap yang berat bagi pendidik. Karena
umumnya pendidik merasa bahwa dia adalah orang yang paling bisa, paling dewasa, paling
banyak pengalamannya, paling banyak pengetahuannya dan paling-paling yang lainnya.
Sikap-sikap seperti ini yang tanpa disadari oleh pendidik dapat memicu peserta didik menjadi
minder dan yang paling parah mereka akan merasa tidak mampu berada di kelas yang
mestinya menjadi wadah ideal untuk perkembangan menuju kedewasaannya. Jika peserta
didik sudah pada titik tidak mampu tersebut rasanya akan sulit untuk dibangun rasa harmonis
di antara pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.

KESIMPULAN

Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri setiap individu sebagai sistem psiko-
fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap

13
lingkungannya. Dengan kata lain kepribadian adalah penyesuaian diri. Menurut
Bandura, sebuah teori kepribadian yang memadai haruslah memperhatikan konteks sosial
yang mana tingkah laku itulah yang diperoleh dan dipelihara. Salah satu kontribusi penting
yang dibuat oleh perspektif ini adalah untuk menunjukkan bagaimana pemikiran dan
penjelasan yang dikemukakan orang memengaruhi tindakan, perasaan, dan keputusan mereka.
Pendekatan sosial-emosional dalam memudahkan pembelajaran anak merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan iklim sosio-emosional yang positif di dalam
kelas. Sosio-emosional yang positif berarti ada hubungan yang positif antara pendidik dengan
peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik. Dalam pendekatan ini pendidik menjadi
kunci dalam pembentukam hubungan pribadi dan peranannya adalah menciptakan hubungan
pribadi yang baik.
Karakteristik pendekatan sosial-emosional dalam pembelajaran adalah adanya interaksi
yang mengedepankan rasa empati yang tinggi yang berorientasi pada terbangunnya hubungan
harmonis antara pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Untuk
mengimpelementasikannya dibutuhkan keterampilan pendidik dalam mengembangkan
langkah-langkah pendekatan sosio-emosional dalam pembelajaran dan peran guru dalam
pendekatan sosio-emosional dalam pembelajaran, yaitu dengan menjaga komunikasi secara
efektif dan memberikan motivasi atau dorongan kepada siswa untuk mengubah perilaku yang
menyimpang.

DAFTAR PUSTAKA

Abin, Syamsudin Makmun. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung : IKIP.

Affandi. (2011). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Pt. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Bimbingan, P., K. (2012). Konseling & Pengantar Psikologi kepribadian.


Calvin S.Hall& Gardner Lindzdey. (2009). Teori-teori Psikodinamik (Klinis), Yogyakarta:
Kanisius.

Chaplin, J. P. (2008). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Djaali. (2015). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

14
Erwin Widiasworo. (2018). Cerdas Pengelolaan Kelas. Yogyakarta: Diva Press.

Faizal Djabidi. (2016). Manajemen Pengelolaan Kelas. Malang: Madani.

Novan Ardy Wiyani. (2013). Manajemen Kelas. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Rosyidi, H. (2012). Kepribadian dalam Perspektif Al Furqan Hamim Rosyidi. 02(01), 19–26.

Saidah. (2016). Pengantar Pendidikan; Telaah Pendidikan secara Global dan Nasional.
Depok: PT. Rajagrafindo Persada.

Syaripuddin. (2019). Sukses Mengajar di Abad 21. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.

Tin Indrawati. (2014). Penerapan Pendekatan Sosio Emosional Oleh Guru dalam Pengelolaan
Kelas di Sekolah Dasar. Paper Presented Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Padang.

Yatim, D.I. dan Irwanto. (1991). Kepribadian, keluarga, dan narkotika: tinjauan sosial
Psikologi. Jakarta: Arcan.

15

Anda mungkin juga menyukai