Novia Nuraini
Psikologi pendidikan
Anit a Hermawat i
Novia Nuraini
Abstrak: Artikel non penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan aliran behaviorisme,
didalamnya berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang menyangkut dasar berfikir secara
menyeluruh, mendalam dan sistematis sehingga menghasilkan generasi yang berperilaku lebih
baik dalam menyiapkan kehidupan yang akan datang. Beberapa aliran yang akan dibahas
PENDAHULUAN
Penelitian non ilmiah ini akan membahas aliran-aliran filsafat yang berkaitan dengan
ilmu pengetahuan yang menyangkut dasar berfikir secara menyeluruh, mendalam, dan
sistematis. Aliran yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah aliran behaviorisme,
pada pengalaman yang didapat oleh peserta didik. Aliran kognitivisme menyatakan belajar
merupakan proses psikis yang berlangsung dalam interaksi antara anak dengan lingkungannya
sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat relatif baik melalui pengalaman maupun
praktek. Humanisme adalah filsafat yang berorientasi pada nilai-nilai manusiawi, dan nilai-
siswa untuk aktif membangun keberagaman sesuai pemahaman yang anak dapatkan. Namun
keempat aliran tersebut sama-sama memiliki tujuan untuk dapat memberikan pengaruh
1. ALIRAN FILSAFAT
lingkup pendidikan akan terus berkembang dan dapat difahami sebaik mungkin
conditioning dan teori belajar connectionisme (Djali 2017: 78). Pendidikan yang di
berikan saat proses belajar berlangsung pada anak harus bermanfaat dalam jangka
panjang secara lahir dan batin untuk kehidupannya kelak. Anak sejak dini di
biasakan untuk mencari dan menemukan dirinya sendiri dalam ilmu pengetahuan
dan keterampilan melalui pengalaman yang diperoleh anak guna untuk membentuk
mengalami perubahan tingkah laku dalam dirinya sendiri maka anak dapat
mengambil langkap apa yang akan dilakukan anak untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa aliran filsafat behaviorisme adalah upaya
untuk mencari tahu tingkah laku seseorang yang di lakukan guna untuk mengetahui
Djali (2017: 84) menyatakan pada teori ini ada beberapa tahapan langkah-
langkah dalam melakukan pengamatan, karena dalam penerapan teori ini teknik
pengamatan merupakan suatu langkah tepat untuk dapat melihat sebab terjadi atau
Proses tahapan untuk mengamati sikap karakter pada manusia dari mulai
mengikuti pada tahapan jenjang pendidikan anak usia dini sampai dengan
mengetahui hubungan antara jasmani dan rohani dalam kepribadian diri anak
tersebut. Dalam kondisi seperti ini banyak ruang serta faktor unsur yang dapat
melalui berbagai cara untuk dapat mengambil manfaat dari penelitian pada
karakter kepribadiannya.
b) Komponen Tempramen
Dalam kata besar Kompone ini di beri nama Viskerotonia. Seseorang yang
tinggi dalam kepribadiaan ini mempunyai ciri-ciri cinta atau suka berada pada
kenyamanan, makanan, gaya hidup, hobi dan memiliki kasih saying yang tulus.
Dalam cara bersosialisasi seseorang yang memiliki tipe ini mudah sekali
sekali pun. Orang tipe seperti ini lebih agresif, pemberani, dan tidak mudah
takut terhadap siapa pun atau apapun yang akan dihadapi olehnya.
Pendidikan anak usia dini dalam proses pembelajaran selama berlangsung anak
dibiasakan untuk mengikuti syarat yang sudah di sepakati bersama dalam memulai
proses belajar dan melakukan kegiatan praktik. Kesepakatan tersebut bisa dilakukan
antara pihak anak dan orang tua juga anak dengan guru, serta siapapun yang
menjadi pendamping anak dalam proses belajar. Konsep pada teori ini yaitu belajar
terjadi secara otomatis. Karena seorang anak dapat belajar melalui apa yang di lihat
dengan sejuta rasa penasaran nya dan akan menjadi kebiasaan yang memiliki reaksi
tinggi pada rangsangan daya ingat nya selama menjalani kehidupan hal tersebut
bertumpu pada pengalaman yang dialami oleh anak, maka dari itu sebagai orang tua
maupun guru pendamping anak dalam menuju proses menjadi dewasa harus
dari Ivan Palov, John berpendapat bahwa belajar adalah cara yang terjadi refleks
atau umpan balik yang memiliki tanggapan terkuat melalui gerakan stimulus pada
peserta didik. Jadi, semua perilaku yang diberikan oleh anak akan terbentuk melalui
adanya rangsangan stimulus yang didapatkan oleh anak berupa tanggapan sesuai
seorang anak akan memberikan respon perasaan yang anak rasakan saat itu seperti
rasa bahagia, takut, semua harus di latih sejak usia dini karena tak selamanya
Dapat disimpulkan bahwa konsep belajar dari teori ini adalah sebagai hasil dari
pengalaman yang dilalui oleh anak. Teori ini sangat memiliki peran besar dalam
mempengaruhi dalam pembentukan sikap seorang siswa melalui sikap pasif dari
masing-masing peserta didik melalui metode pelatihan atau pembiasaan yang sering
Proses tahapan Filsafat dalam Pendidikan Anak Usia Dini merupakan hal yang
paling mendasari untuk dapat berfikir secara kritis untuk bekal dalam kehidupannya
kelak. Tujuan utama dalam pendidikan mempersiapkan peserta didik menjadi anak
pendidikan. Semua wajib berperan dengan anak sehingga akan menjadi wadah
dalam proses pembentukan karakter tersebut. Orang tua harus benar-benar melatih
anak menjadi anak yang mandiri. Di mulai dari sikap, perilaku, etika, karakter, dan
kebiasaan sehari-hari, namun pada tahapan usia pertama seorang anak perilaku dan
kasih sayang yang tulus adalah hal yang paling utama. Ini semua akan berdampak
ketika anak tumbuh menuju dewasa dan menganggap manusia bersifat mekanistik,
yaitu seseorang akan merespon pada lingkungan yang luas serta memiliki peran
untuk menetukan akankah mampu seorang individu itu berhasil menyesaikan diri
Sigit Sanyata (2012: 3) menyatakan dalam hal ini konsep filsafat behaviorisme
memandang perilaku individu proses hasil belajar yang dapat di ubah serta di
manipulasi yang sesuai dengan kondisi belajar serta didukung oleh penguatan
Jadi belajar merupakan suatu hal yang dapat berubah-ubah menyesuaikan dengan
situasi dan kondisi siswa guna untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.
aliran filsafat kognitivisme adalah menemukan asal mula logika alamiah dan
menfokuskan penelitian atas akar dari pemikiran logis pada bayi, jenis penalaran
yang dilakukan anak kecil dan proses penalaran remaja dan dewasa. Aunurrahman
umum semua anak yang berkembang melalui urutan yang sama, meskipun jenis dan
tingkat pengalaman mereka berbeda satu sama lainnya. Perkembangan mental anak
terjadi secara bertahap dari tahap perkembangan moral berikutnya. Jadi dapat
sejak usia dini sehingga akan terbentuk perkembangan moral anak yang baik.
b) Proses Kognitif
Sebuah skema adalah konsep atau kerangka eksis di dalam pikiran individu yang
menyatakan bahwa ada dua proses yang bertanggung jawab atas cara anak
Kemudian lebih lanjut Santrock (2008: 46) menyatakan bahwa Piaget juga
bagaimana anak bergerak dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran selanjutnya.
Pergeseran ini terjadi pada saat anak mengalami konflik kognitif atau
percaya bahwa ada gerakan yang kuat antara keadaan ekuilibrium kognitif dan
perubahan kognitif.
masing tahap berhubungan dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang
anak lebih maju. Kualitas kemajuannya berbeda-beda. Tahapan Piaget itu adalah
1) Tahap Sensorimotor
Tahap ini berlangsung sejak kelahiran sampai sekitar usia dua tahun,
adalah tahap Piagetian pertama. Dalam tahap ini, bayi menyusun pemahaman
Piaget percaya bahwa pencapaian kognitif penting di usia bayi adalah object
permanence, seperti inilah kehidupan mental dalam bayi yang baru saja lahir.
Jabang bayi tidak dapat membedakan antara dirinya dan dunianya dan tidak
2) Tahap pra-operasional
Tahap ini adalah tahap Plagetian yang kedua. Tahap ini berlangsung
kurang lebih mulai dari usia dua tahun sampai tujuh tahun. Ini adalah tahap
pemikiran yang lebih simbolis ketimbang pada tahap sensorimotor tetapi tidak
intuitif ketimbang logis. Pemikiran pra-operasional bisa dibagi lagi menjadi dua
ketiga, dimulai dari sekitar umur tujuh tahun sampai sekitar sebelas tahun.
mental yang bisa dibalikkan yang berkaitan dengan objek konkret nyata.
jadi bukan hanya fokus pada satu kualitas dari satu objek. Pada level
sebelumnya hanya bisa mereka lakukan secara fisik, dan mereka bisa
anak untuk memahami hubungan antarkelas. Salah satu tugas itu disebut
dengan panjang yang berbeda-beda secara acak di atas meja. Guru kemudian
Tahap ini, yang muncul pada usia tujuh sampai lima belas tahun, adalah
tahap keempat menurut teori Piaget dan kognitif terakhir. Pada tahap ini,
dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis, dan logis. Kualitas abstrak
walau problem ini hanya disajikan secara verbal. Selain memiliki kemampuan
potensi rasionalitas. Rasio untuk memahami dunia tempat manusia hidup dan usaha
dirinya untuk dapat melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif
ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran
pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Menurut teori ini,
berhasil jika anak memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Penekanan dalam
teori ini adalah penyelidikan efek emosi dan hubungan interpersonal terhadap
nilai yang di anut, kemampuan sosial, dan konsep diri yang berkaitan dengan
peserta didik untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi dengan
pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi yang terbuka, dan nilai-nilai yang
pengetahuan saja, tetapi lebih dari itu, proses belajar merupakan bagian dari
individual dan pengajaran kelompok kecil. Hal ini berbeda dengan pola
sejajar dengan murid-murid mereka, dan mempunyai hak yang sama. Tujuan dasar
jawab untuk pembelajaran mereka, kreatif, dan berusaha ingin tahu terhadap dunia
di sekitar mereka.
1) Siswa memilih apa yang ingin pelajari. Guru humanistik percaya, bahwa siswa
keinginannya;
2) Tujuan pendidikan untuk mendorong dan memotivasi diri sendiri untuk belajar
sendiri;
3) Pendidik humanistik percaya, nilai tidak relevan dan hanya self evaluation
lingkungan. Jika siswa merasa aman, proses belajar lebih mudah dan bermakna.
Prinsip-prinsip filsafat pendidikan humanisme disusun guna untuk mencapai
3) Keterlibatan intelek yang saling bersaing dan emosidalam suatu prioses belajar,
terutama pada jenjang pendidikan anak usia dini diharapkan mampu memperbaiki
komunikasi antar individu tidak adanya rasa saling menyaingi, semua anak terlibat
dalam proses pembelajaran, saling berkolaborasi atau bekerja sama, dan adanya
konstruksi kita sendiri (von Glaserfeld dalam Pannen dkk, 2001:3). Pandangan
agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar, sedangkan guru
yang membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi (Slavin dalam
Yusuf, 2003). Tran Vui juga mengatakan bahwa teori konstruktivisme adalah
sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau
epistimologi (kerangka filosofis atau teori belajar) yang mengkaji manusia dalam
Jadi bisa disimpulkan bahwa konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat
(bentukan) dari orang yang sedang belajar. Pengetahuan bukanlah kumpulan fakta-
dan kita tinggal mengambilnya, tetapi merupakan suatu bentukan terus menerus
dari orang yang belajar dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya
pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses
pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu
secara teoritik menekankan peserta didik untuk dapat berperan aktif dalam
didik mulai dari usia kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki
mempertahankan gagasan atau pengetahuan naif ini secara kokoh. Gagasan atau
pengetahuan).
DAFTAR PUSTAKA
John W Santrok, Educational Psychologi, New York: MC Graw-Hill, 2006., hal 220
Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017. Cet. Ke-10
Watson J B, Psychology as the Behaviorist Eduacation Views It .,Guild Ford Press,
1989.
Rusli dan Kholik, Muncul Nya Sikap Perilaku Dan Penguatan., Ni Nahar, 2013.
Sigit Sanyata, Teori Dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik Dalam Konseling
Yogyakarta: Jurnal Paradigma 14, 2012.,
Saam, Zulfan.. Psikologi Pendidikan. Pekanbaru: UR Press. 2010
Santrock, John W.. Psikologi Pendidikan: Edisi Kedua. Jakarta: Kencana. 2008
Solso, Robert L.,dkk. Psikologi Kognitif. Edisi Kedelapan. Alih Bahasa: Mikael 16
Rahardanto dan Kristianto Batuadji. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2008.
Baharudin & Esa Nur Wahyuni.. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruz
Media. 2007
Corliss, Lamont. The Philosophy of Humanism. New York: Humanist Pre., 1997.
Baharudin & Esa Nur Wahyuni.. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruz
Media. 2007
Komar, Oong.. Filsafat Pendidikan Nonformal. Bandung: CV Pustaka Setia. 2006
Gredler, Margaret E.. Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi: Edisi Keenam.
Alih Bahasa oleh Tri Bowo B.S. Jakarta: Kencana. 2011
Aunurrahman.. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.2009
B, Watson J. Psychology as the Behaviorist Views It. Guild Ford Press, 1989.