Anda di halaman 1dari 7

Nama:

1. Ade Rima Suryani


2. Herdianur Prabowo
3. Hesti Syamsiyah
4. Aqilla Fadia Haya
5. Muhammad Rizky Najmal Fadhila
6. Muhammad Dzulfikar
Kelas : Kaltim
Tugas Resume Makalah
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

Karakteristik Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu pola perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional dari
lahir hingga terus berlanjut sepanjang hayat. Dengan demikian, pendidikan harus sesuai dengan
perkembangan anak sehingga menjadi tidak terlalu sulit, tidak terlalu menegangkan, tidak terlalu
mudah dan menjemukan bagi anak. Ada 3 proses perkembangan yang dilalui oleh anak, dan
ketiga proses tersebut terjadi saling berinteraksi.

Kognitif
Menurut Piaget bahwa kognitif merupakan bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan
objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya . Karya Piaget menjadi dasar untuk memahami
perkembangan anak. Bagi Piaget perkembangan bergantung sebagian besar pada manipulasi
anak dan interaksi aktif dengan lingkungan. Masing masing tahap berhubungan dengan usia dan
kualitas kemajuan pikiran anak.

Teori Piaget menjelaskan bahwa untuk memahami dunia anak secara aktif, anak-anak
menggunakan skema Akomodasi yaitu suatu proses mental yang terjadi ketika anak
menyesuaikan diri dengan informasi baru. Selain itu, secara kognitif anak-anak juga
mengorganisasikan pengalamannya yang disebut dengan organisasi. Kondisi ini dialami si anak
ketika terjadi konflik kognitif atau disekuilibrium. Misalnya anak akan mengalami kebingungan
jika benda cair dituangkan ke dalam wadah yang berbentuk sempit dan tinggi.
Implikasi teori Piaget dalam pembelajaran adalah sebagai berikut
pandangan bahwa pendidikan hanya memperbaiki keahlian kognitif anak yang sudah muncul.
pendekatan konstruktivis yang menekankan bahwa anak-anak akan belajar lebih baik jika
mereka aktif dan mencari solusi sendiri. Semua siswa sebaiknya diajarkan membuat
penemuan, memikirkannya, dan mendiskusikannya bukan menyalin apa-apa yang dikatakan
guru. Mengajukan pertanyaan yang relevan merangsang siswa untuk berpikir dan menjelaskan
jawaban mereka. mempertimbangkan pengetahuan dan tingkat pemikiran anak karena tidak
datang dengan kepala kosong, tetapi telah memiliki banyak ide dan guru menginterpretasikan
apa yang dikatakan siswa lalu memberikan respon yang sesuai dengan tingkat pemikiran siswa.
ruang kelas sebagai ruang eksplorasi dan penemuan. Guru menekankan bahwa siswa melakukan
eksplorasi dan menemukan kesimpulan sendiri. Guru lebih banyak mengamati minat siswa dan
partisipasi alamiah dalam aktifitas belajar.

Bahasa
Santrock mengemukakan bahwa bahasa merupakan suatu bentuk komunikasi secara
lisan, tulisan atau tanda yang didasarkan pada sistem simbol. Bahasa yang diucapkan terdiri dari
suara atau fonem. Pada masa kanak-kanak mereka makin mampu menghasilkan semua suara
bahasa bahkan menghasilkan konsonan yang kompleks. Anak yang berusia 6 tahun lebih lancar
berbicara dari anak usia 2 tahun, karena ada beberapa perubahan aspek pragmatis di masa
prasekolah. Pada usia 3 tahun, anak meningkatkan kemampuan berbicaranya tentang sesuatu
yang tidak hadir secara fisik , masa lalu, masa depan, apa yang akan dimakan besok dan
berbicara dengan orang yang berbeda-beda. Mereka meningkatkan penguasaan karakteristik
yang disebut "displacement" Pada masa kanak-kanak periode menengah dan akhir terjadi
perubahan cara berpikir anak tentang kata. Pada tahap ini biasanya memberikan kata yang
mengikuti kata tersebut dalam kalimat. "Pada usia 7 tahun anak-anak merespon dengan kata
yang golongannya sejenis, seperti "anjing" dengan "kucing" atau "kuda" dan "makan dengan
"minum".
Anak-anak yang masuk sekolah dasar dengan kosa kata yang sedikit akan mengalami kesulitan
saat belajar membaca. Pada masa remaja, kosa kata bertambah dengan kata-kata yang makin
abstrak dan tata bahasa yang makin kompleks. Salah satu yang dapat menjelaskan tentang
perkembangan bahasa adalah teori natifisme. Yang menjadi ciri dari khas dari teori ini adalah
lingkungan tidak memberikan kontribusi terhadap pengetahuan manusia.
Seorang anak memiliki bakat yang telah dibawa sejak lahir. Tujuan dari teori ini adalah
menemukan bakat terpendam yang dimiliki, mengasah kompetensi diri, dan memotivasi individu
untuk menentukan pilihan. LAD memperoleh input dari lingkungan dan dianggap bagian
fisiologis dari otak untuk mengolah masukan dan menentukan mana yang dikuasai lebih
dulu . Crain juga menjelaskan teori lain yang terkait dengan perkembangan bahasa adalah teori
interaksionisme.
Pemerolehan bahasa terkait dengan adanya interaksi masukan dan kemampuan internal yang
dimiliki pembelajar. Tanpa adanya masukan yang sesuai dan tidak memungkinkan bagi si anak
untuk dapat menguasai bahasa tertentu secara otomatis.

Implikasi teori perkembangan bahasa dapat dilihat implikasinya dalam pembelajaran yaitu
harus mampu memunculkan dan memotivasi semua bakat yang dimiliki oleh siswa di
sekolah. mendorong siswa untuk berkompetisi. Siswa yang berkompeten dapat bersaing dengan
siswa lain dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompetitif saat ini.

Sosioemosional dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi pada diri setiap individu
dalam ranah afektif yang berkaitan dengan setiap kondisi atau perilaku individu. Sehingga
perkembangan sosioemosional dapat diartikan sebagai kemampuan peserta didik dalam
berinteraksi dengan lingkungannya dan bagaimana mereka menyikapi hal-hal yang terjadi
dilingkungannya tersebut. Hal ini ditandai dengan adanya perluasan hubungan baik dengan
keluarga, maupun dengan teman sebayanya sehingga memberi ruang bagi mereka untuk
berinteraksi, bersosialisai dan bekerjasama dengan orang lain. Perkembangan sosioemosional
terkait dengan perkembangan diri dan perkembangan moral. Ada 4 tipe identitas yaitu diffusion :
ketika individu belum mengalami krisis atau belum membuat komitmen. foreclosure : terjadi saat
individu membuat komitmen tetapi belum mengalami krisis.

Teori ini untuk menjelaskan perkembangan sosioemosional yaitu teori ekologi dari Urie
Bronfenbrenner dan teori perkembangan rentang hidup dari Erikson Kronosistem adalah kondisi
sosiohistoris dari perkembangan anak. Bronfenbrenner memperhatikan dua hal penting terkait
sistem lingkungan ini, yaitu anak yang hidup dalam kemiskinan terutama anak yang tumbuh
dengan orang tua yang tunggal dan terjadinya penurunan nilai-nilai. Tahap ini berhubungan
dengan masa dewasa akhir pada usia 60 tahun sampai meninggal. Orang tua merenungi kembali
hidupnya dan memikirkan apa yang telah dilakukan.

Implikasi teori Brofenbrenner dalam mendidik anak adalah sebagai berikut


Anak sebagai sosok yang terlibat dalam berbagai sistem lingkungan seperti sekolah, guru, orang
tua, saudara kandung, tetangga, teman sebaya, media, agama, kultur dan anak akan dipengaruhi
sistem-sistem tersebut.

Implikasi teori Erikson dalam pembelajaran adalah sebagai berikut Siswa untuk berinisiatif
dengan memberikan tugas-tugas yang tepat untuk perkembangan siswa. Jangan sampai siswa
kesal karena duduk dalam waktu yang lama. Guru penting memotivasi siswa untuk menguasai
pengetahuan, rasa ingin tahu dan bersikap toleran terhadap kesalahan yang wajar. Remaja untuk
mengeksplorasi identitas dirinya yang multidimensi. Mintalah mereka menulis esai siapa diri
mereka dan apa yang akan mereka lakukan dalam hidup. Diri kita sebagai guru dengan 8 tahapan
Erikson sehingga dapat menunjukkan pada usia dimana dan isu yang penting dalam usia
tersebut. Karakteristik yang bermanfaat dari tahap Erikson yaitu dapat
dipercaya, inisiatif, menjadi model dalam penguasaan materi pembelajaran dan memiliki
motviasi untukberkontribusi terhadap generasi selanjutnya. Pendekatan ini menganggap bahwa
siswa mempunyai pengetahuan tentang strategi pembelajaran yang efektif, bagaimana dan kapan
menggunakannya.
Siswa dapat mengurai soal yang rumit menjadi langkah-langkah yang sederhana dan mencari
sendiri solusi alternatifnya. Apakah karena konflik keluarga, prestasi yang buruk atau lainnya.

Moral
Menurut Rogers Moral merupakan kaidah Norma dan Pranata yang mengatur perilaku individu
dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat. Moral merupakan standar baik-
buruk yang di tentukan bagi individu oleh nilai-nilai sosial budaya dimana individu sebgai
anggota sosial. Moralitas merupakan sosial secara harmonis,adil,dan seimbang. Dalam tahapan
pertama,perilaku anak di tentukan oleh ketaatan otomatis tehadap peraturan tanpa penalaran atau
penilaian. Dalam tahapan kedua perkembangan moral ini bertepatan dengan «tahapan operasi
formal» dari Piaget dalam perkembangan kognitif , tatkala anak mampu mempertimbangkan
semua cara hipotesis dan dalil. Teori Kohlberg menjelaskan perkembangan moral yang terdiri
dari tiga level utama dengan dua tahap pada setiap level. Perkembangan pemikiran moral remaja
dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan
pranata yang ada karena dianggapnya sebagai suatu yang bernilai walau belum mampu
mempertanggungjawabkannya secara pribadi. Perkembangan pemikiran moral remaja yang
demikian ini,jika meminjam teori perkembangan moral dari Kohlberg berarti sudah mencapai
tahap konvensional. Pada akhir masa remaja akan memasuki tahap perkembangan pemikiran
moral berikutnya yang disebut dengan tahap pasca konvensional/dimana orisinalitas pemikiran
moral remaja sudah semakin tampak jelas.

Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang
salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan. Ia mendorong remaja lebih
berani menganalisis kode sosial dan kode pribadi dari pada masa anak-anak dan berani
mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya. Menurut
Gilligan, wanita tidak terlalu banyak memandang moralitas dalam kerangka keadilan dan
kesetaraan tetapi lebih kepada tanggung jawab untuk menunjukkan kasih sayang dan
menghindari hal yang membahayakan.
Menurut Selman ,pemikiran bahwa tindakan menyimpang terhadap suatu hubungan interpersonal
yang baik dapat dimaafkan. Seperti dalam kasus tindakan mencuri, merampok, dapat dimaafkan
apabila tindakan tersebut dilakukan untuk menolong nyawa orang yang sangat dicintai yang
berada dalam keadaan kritis. Pemikir tahap tiga menilai tindakan apakah sebagai suatu moral
yang buruk dari persetujuan orang lain. Untuk ini seseorang harus mempunyai kemampuan
mengantisipasi hal-hal yang disetujui atau tidak disetujui orang lain dan hal-hal yang dapat
menimbulkan kemurkaan. Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada
apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan c. Penilaian moral
menjadi semakin kognitif. Ia mendorong remaja lebih berani menganalisis kode sosial dan kode
pribadi dari pada masa anak-anak dan berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah
moral yang dihadapinya d.Penilaian moral menjadi kurang egosentris e. Penilaian moral secara
psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan
menimbulkan ketegangan psikologis. Menurut Kohlberg, tahap perkembangan moral
ketiga, moral moralitas pascakonvensional harus dicapai selama masa remaja, ahap ini
merupakan tahap menerima sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap. Dalam tahap
pertama individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga
dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar apabila hal ini menguntungkan anggota-
anggota kelompok secara keseluruhan.

Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Anak


memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama dari orangtuanya. Dia belajar untuk
mengenal nlai-nilai dan berprilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan
nilai moral anak, peranan orangtua sangatlah penting, terutama pada waktu anak masih
kecil. Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau
membolehkan tingkah laku tertentu kepada anak. Suatu tingkah laku anak yang dilarang oleh
orangtua pada suatu waktu, harus juga dilarang apabila dilakukan pada waktu lain b. Sikap
orangtua dalam keluarga
c. Orangtua merupakan panutan bagi anak, termasuk disini panutan dalam mengamalkan ajaran
agama. Orangtua yang menciptakan iklim yang religious , dengan cara memberikan ajaran atau
bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak, maka anak akan mengalami perkembangan
moral yang baik. d. Orangtua yang tidak menghendaki anaknya berbohong, atau berlaku tidak
jujur, maka mereka harus menjauhkan dirinya dari prilaku berbohong atau tidak jujur.

Karakteristik Perkembangan Moral itu sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang
mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yakni

a. Mulai mampu berfikir abstrak


b. Mulai mampu memecahkan masalah - masalah yang bersifat hipotetis
c. Perkembangan pemikiran moral remaja
d. Keyakinan moral
e. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan
f. Penilaian moral menjadi kurang egosentris
g. Penilaian secara psikologis menjadi lebih mahal.

Implikasi Perkembangan Moralitas Dalam Pendidikan, dengan aturan sekolah,aturan kelas,


orientasi moral dari guru dan administrasi sekolah dan teks materi pembelajaran. Contoh:
1. Menghargai dan tekankan konsideransi kebutuhan orang lain.
2. Guru menjadi contoh perilaku social, siswa meniru apa yang dilakukan oleh gurunya.
3. Beri label dan identifikasi perilaku prososial dan antisosial.
Implikasi dari perkembangan moral pada remaja dalam pendidikan adalah :
1) Dalam bergaul, remaja sudah mulai selektif dalam memilih teman
2) Remaja sudah peka terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya dan sudah mulai
mencari solusi terhadap permasalahan tersebut
3) Sudah mulai mencoba untuk membahagiakan orang lain
4) Timbul rasa kepedulian jika melihat hal - hal yang menyentuh hati

Anda mungkin juga menyukai