Anda di halaman 1dari 8

SKEMA DESAIN

PENDIDIKAN
Dosen Pengampu :
Dr. Sri Joeda Andajani, M.kes
Kelompok 7

Nama kelompok:
Evi julianti (20010044166)
Ade rima suryani (20010044175)
Raudatul Hadawiya(20010044169)
Herdianur Prabowo (20010044177)
Skema Desain Pendidikan
1. Siswa 
2. Siswa dengan ADHD 
3. Sekolah inklusif
4. Program Pembelajaran/Kurikulum
> Kurikulum Adaptif (Model Modifikasi):
Modifikasi berarti merubah atau menyesuaikan. Dalam kaitan dengan model kurikulum untuk siswa
berkebutuhan pendidikan khusus, maka model modifikasi bararti cara pengembangan kurikulum, dimana kurikulum
umum yang diberlakukan bagi siswa-siswa reguler dirubah untuk disessuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan
kemampuan siswa berkebutuhan pendidikan khusus. Dengan demikian, siswa berkebutuhan pendidikan khusus
menjalani kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan mereka. Modifikasi dapat
diberlakukan pada emppat komponen utama, yaitu tujuan, materi, proses dan evaluasi.
 
 

> Kurikulum Adaptif Model Modifikasi Proses :


Modifikasi prroses berarti ada perbedaan dalam kegiatan pembelajaran yang dijalani oleh siswa berkebutuhan
pendidikan khusus dengan yang dialami oleh siswa pada umumnya. Metode atau strategi pembelajaran umum yang
diberlakukan untuk siswa-siswa reguler tidak diterapkan untuk siswa berkebutuhan pendidikan khusus. Jadi, mereka
memperoleh strategi pembelajaran khusus yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuannya. Modifikasi
proses aatu kegiatan pembelajaran bisa berkaita ndenga npenggunaa nmetode mengajar,lingkungan/setting belajar,
waktu belajar, media belajar serta sumber belajar.
Kecenderungan model kurikulum untuk siswa ADHD dapat dilihat pada tabel 1 berikut

.
5. Metode Mengajar 6. lingkungan/setting belajar
Dalam memberikan pembelajaran untuk anak dengan hambatan ADD/ADHD mengalami kerusakan pada otak kiri, bagian bahasa.
ADHD, harus memperhatikan beragam aspek multisensor, Sehingga mereka tidak dapat membayangkan sesuatu yang
artinya melibatkan beragam alat  indranya, seperti penglihatan, abstrak. Maka diperlukan desain ruang belajar yang dapat
pendengaran, rabaan, penciuman dan rasa, sehingga sinkronisasi memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan.
dari aktivasi alat sensor tersebut menunjang kebermaknaan a. Ruang Kelas
pembelajaran pada anak-anak ini. Anak ADHD juga akan mampu Ruang kelas menjadi salah satu fasilitas utama di sekolah. Terdapat
menangkap materi pembelajaran bila dilakukan variasi materi 2 pintu masuk yg berbeda untuk siswa dan guru.
dalam bentuk gambar, video, grafik, peta, rekaman suara, dan
sebagainya. Kompleksitas gambaran merencanakan
pembelajaran ini sebagai rutinitas, tanggung jawab memikirkan
pola pendekatan dan bentuk penilaian secara komprehensif,
wujud dari model pembelajaran pada sekolah dasar inklusif.
Prioritas merencanakan ini melalui persiapan pendidik kelas dan
pendidik pendamping khusus (PLB) pada proses pembelajaran b. Ruang Terapi
dengan siswa heterogen (anak dengan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktif bersama anak normal) pada sekolah
dasar inklusif
c.Konsep tata ruang kelas
Dalam ruang kelas, konfigurasi tempat duduk dapat
berubah menjadi 3 model, yaitu model tradisional,
kelompok, dan metode belajar debat (khusus untuk anak
kelas 5-6). Perubahan konfigurasi tempat duduk
ditentukan oleh metode belajar di kelas. Perubahan
konfigurasi temp pembelajaran yang sedang berlangsung,
jadi tidak ada waktu tertentu dalam perubahan
konfigurasi tempat duduk.
Keterangan :
1. Tempat Sepatu.
2. Pintu masuk
3. Meja Guru
4. Kursi guru
5. Meja siswa
6. Guru pendamping
7. Siswa GPPH
8. Tutor teman sebaya
9. Papan tulis white board
10. Papan planel
11. Papan absen
12. Pojok Perpustakaan Mini
13. Tempat sampah
14. Tempat pajangan hasil karya belajarkelompok
7. Waktu belajar
Modifikasi alokasi waktu disesuaikan dengan atau mengacu pada kecepatan belajar siswa. Misalnya materi
pelajaran (pokok bahasan) tertentu dalam kurikulum reguler (Kurikulum Sekolah Dasar) diperkirakan
alokasi waktunya selama 6 jam, maka modifikasi alokasi waktu untuk pendidikan inklusif dapat
dilakukan dengan:
a. Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di atas normal (anak berbakat) dapat
dimodifikasi menjadi 4 jam.
b. Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi relatif normal dapat dimodifikasi menjadi
sekitar 8 jam.
c. Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di bawah normal (anak lamban belajar)
dapat dimodifikasi menjadi 10 jam, atau lebih; dan untuk anak tunagrahita menjadi 18 jam, atau lebih;
dan seterusnya.
Sekian Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai