Anda di halaman 1dari 27

EVALUASI PROGRAM 5S (SENYUM, SALAM, SAPA, SOPAN DAN SANTUN)

(Studi Lapangan SMPN 12 Bandung)


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Program Pendidikan
yang diampu oleh
Dr. Asep Sudarsyah, M.Pd
Dr. Taufani Chusnul Kurniatun, M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 15

Erlangga Akbar 1608177


M. Luthfi Zharfan F 1604360
Riris Sapitri 1602526

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2018
EVALUASI PROGRAM 5S (SENYUM, SALAM, SAPA, SOPAN DAN SANTUN)
(Studi Lapangan SMPN 12 Bandung)

Erlangga Akbar1, M. Luthfi Zharfan F 2,Riris Sapitri3

Universitas Pendidikan Indonesia

Erlanggaakbar98@gmail.com1, Luthfizharfan1@gmail.com2, Ririssafitri29@gmail.com3

ABSTRAK
Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI mencatat kasus tawuran di
Indonesia meningkat 1,1 persen sepanjang 2018. Komisioner Bidang Pendidikan KPAI Retno
Listiyarti mengatakan, pada tahun lalu, angka kasus tawuran hanya 12,9 persen, tapi tahun ini
menjadi 14 persen. Adanya kejadian-kejadian seperti pembunuhan, kekerasan/tawuran antar
pelajar, pemerkosaan, penggunaan obat-obatan terlarang dan sejumlah kejahatan lainnya
menunjukkan bahwa bangsa kita sedang mengalami krisis moral. Maka dari itu, diperlukan
pendidikan karakter disekolah yang menekankan pada nilai hormat, tanggung jawab, jujur,
peduli dan sebagainya. Metode penerapan pendidikan karakter di SMPN 12 Bandung yaitu
Program 5S. Program 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) Program 5S adalah
program yang dilakukan setiap pagi oleh SMP Negeri 12 Bandung sebagai salah satu cara
untuk membentuk karakter siswa agar tidak krisis moral. Sehubungan dengan itu, peneliti akan
melakukan penelitian Program 5S yang dilaksanakan di SMPN 12 Bandung. Penelitian ini
bertujuan untuk: (1) mengevaluasi konteks dan input (2) mengevaluasi implementasi Program
5S di SMPN 12 Bandung (2) mengevaluasi output setelah menerapkan Program 5S di SMPN
12 Bandung (3) memberikan rekomendasi baik kepada guru, sekolah, maupun pemerintah
untuk perbaikan program pendidikan karakter. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian
gabungan (kualitatif dan kuantitatif). Model evaluasi yang digunakan yaitu Model CIPP
(Context, Input, Process, dan Product). Subjek penelitian meliputi: (1) kepala sekolah (2) guru
mata pelajaran dan wali kelas (3) guru bimbingan dan konseling dan (4) siswa. Data dianalisis
dengan menggunakan analisis data Milles & Huberman meliputi: reduksi data, penyajian data,
dan verifikasi data.

Kata Kunci: Evaluasi, Program 5S, Model CIPP

2
PENDAHULUAN pembunuhan, kekerasan, pemerkosaan,
penggunaan obat-obatan terlarang dan
Pendidikan karakter sesungguhnya sejumlah kejahatan lainnya
telah digagas semenjak berdirinya negara menunjukkan bahwa bangsa kita sedang
Republik Indonesia. Sejak awal mengalami krisis moral.
kemerdekaan, Soekarno telah
mengemukakan pentingnya membangun Kenyataan tentang akutnya masalah

jati diri bangsa melalui konsep national and moral inilah yang kemudian menempatkan

character building dan Pancasila. Sejarah pentingnya penyelenggaraan pendidikan

perkembangan pendidikan Indonesia juga karakter. Menurunnya kualitas moral dalam

menunjukkan upaya pembangunan karakter kehidupan manusia Indonesia dewasa ini,

melalui pendidikan budi pekerti, Pedoman terutama di kalangan siswa, menuntut

Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4), sekolah dituntut memainkan peran dan

Pendidikan Moral Pancasila (PMP), tanggung jawabnya untuk menanamkan

Pendidikan Kewarganegaraan, dan dan mengembangkan nilai-nilai yang baik

sebagainya. Artinya, pendidikan karakter dan membantu para siswa membentuk dan

bukan lagi hal baru dalam dunia pendidikan membangun karakter mereka dengan nilai-

Indonesia. Berbagai upaya pendidikan nilai yang baik. Pendidikan karakter

tersebut diharapkan mampu membangun diarahkan untuk memberikan tekanan pada

sumber daya manusia Indonesia yang nilai-nilai tertentu seperti rasa hormat,

berkualitas, yaitu masyarakat yang kaya tanggung jawab, jujur, peduli, dan adil serta

dengan pluralitas dengan ciri toleran dan membantu siswa untuk memahami,

bergotong royong. memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai


tersebut dalam kehidupan mereka sendiri.
Namun hal tersebut tidak dapat Hal tersebut berkaitan dengan
dibuktikan oleh realitas yang ada. Kerap pembentukan karakter peserta didik
dijumpai tindakan anarkis, konflik sosial, sehingga mampu bersaing, beretika,
dan masalah moral yang merambah pada bermoral, sopan santun dan berinteraksi
semua sektor kehidupan masyarakat. dengan masyarakat.
Sebagaimana yang kita ketahui, akhir-akhir
ini telah terjadi berbagai macam peristiwa Lickona (2001) menjelaskan

negatif di kalangan anak bangsa yang mengenai tahapan pendidikan karakter

menunjukkan adanya dekadensi moral. dalam sebuah model yang dikenal dengan

Adanya kejadian-kejadian seperti “components of good character”, meliputi;


3
(1) moral knowing atau pengetahuan moral, merasakan, dan melakukan. Berdasar pada
yaitu bagaimana seseorang dapat beberapa penjelasan tersebut, maka dapat
mengetahui mana yang baik dan buruk. disimpulkan bahwa pendidikan karakter
Dimensi yang termasuk dalam moral merupakan suatu upaya sistematis yang
knowing termasuk dalam ranah kognitif, di berkesinambungan untuk membentuk
antaranya: kesadaran moral, pengetahuan kepribadian individu agar memiliki pikiran,
tentang nilai-nilai moral, penentuan sudut perasaan, serta tindakan yang berlandaskan
pandang, logika moral, keberanian pada norma-norma luhur yang berlaku di
mengambil sikap, dan pengenalan diri; (2) masyarakat.
moral feeling, merupakan penguatan aspek
Pendidikan merupakan suatu
emosi untuk menjadi manusia berkarakter,
sistem yang teratur dan mengemban misi
termasuk di dalamnya, antara lain:
yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang
kesadaran akan jati diri, percaya diri,
bertalian dengan perkembangan fisik,
kepekaan terhadap derita orang lain, cinta
kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan,
kebenaran, pengendalian diri, dan
kemauan, sosial sampai kepada masalah
kerendahan hati; (3) moral Action
kepercayaan atau keimanan. Hal ini
merupakan tindakan moral yang
menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu
merupakan hasil dari dua komponen moral
lembaga pendidikan formal mempunyai
yang telah dijelaskan. Untuk dapat
suatu muatan beban yang cukup berat
terdorong untuk berbuat baik (act moraly),
dalam melaksanakan misi pendidikan
maka harus memenuhi tiga aspek karakter,
tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan
yaitu: kompetensi, keinginan, dan
dengan pesatnya perubahan zaman dewasa
kebiasaan. Ketiga komponen tersebut
ini yang sangat berpengaruh terhadap anak-
sangat penting untuk mengarahkan
anak didik dalam berpikir, bersikap dan
seseorang ke kehidupan yang bermoral,
berperilaku, khususnya terhadap mereka
karena ketiganya membentuk apa yang
yang masih dalam tahap perkembangan
dikatakan dengan kematangan moral.
dalam transisi yang mencari identitas diri.
Konsep ini serupa dengan yang
disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara
Sekolah adalah konteks sosial di
(1962). Menurutnya, proses internalisasi
mana anak belajar dan berinteraksi dengan
nilai pada diri peserta didik, perlu
lingkungannya. Dalam pendidikan
menerapkan prinsip “ngerti, ngroso, lan
karakter, sekolah menjadi komponen
nglakoni”, yang artinya mengerti,
penting yang sangat berpengaruh terhadap
4
keberhasilan program ini. Para ahli besar dalam kematangan pribadi seseorang,
perkembangan manusia meyakini bahwa beberapa bahkan menyertakannya dalam
proses perkembangan anak dalam teori yang mereka kembangkan.
lingkungan sekolah mempunyai andil yang

Pendidikan karakter yang pelajaran khusus pendidikan karakter, atau

diintegrasikan di sekolah merupakan diintegrasikan ke dalam materi pelajaran

program strategis yang diharapkan mampu masing-masing mata pelajaran ataukah ada

mengatasi berbagai masalah moral yang metode lain yang lebih jitu untuk

ada. Sayangnya, belum ada evaluasi menerapkan pendidikan karakter di

terhadap program ini sehingga belum dapat sekolah.

diketahui ketercapaian program pendidikan


METODE PENELITIAN
karakter di sekolah. Evaluasi penting
dilakukan untuk mengetahui apakah 1. Jenis Penelitian
program berjalan sesuai dengan rancangan Penelitian ini menggunakan
dan mengetahui sejauh mana telah jenis penelitian gabungan (kualitatif
mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasar dan kuantitatif) dengan model
penjelasan tersebut, maka sangat penting evaluasi CIPP. Penelitian
untuk dilakukan sebuah penelitian evaluasi Campuran/Gabungan dikenal sejak
terhadap implementasi program pendidikan Campbell dan Fiske (1950-an)
karakter di sekolah. Cronbach dalam menggunakan metode
Tayibnapis (2008) menilai bahwa evaluasi multimethods dalam pengumpulan
yang baik harus dapat memberikan dampak data dan penelitian sehingga didapat
positif pada perkembangan program. kombinasi lebih baik pada masalah
Artinya, perlu ada kesinambungan dari dan pertanyaan penelitian.
hasil penelitian terhadap perbaikan dan Penelitian campuran/gabungan
pengembangan program serta memberi adalah penelitian yang
masukan atau rekomendasi untuk program menggunakan dua metode yaitu
selanjutnya. metode kuantitatif dan metode
kualitatif dalam studi tunggal (satu
Persoalannya adalah bagaimana
penelitian). Metode penelitian
penerapan konsep pendidikan karakter
kuantitatif merupakan metode
yang sudah dimasukkan ke dalam
penelitian yang berlandaskan pada
kurikulum. Apakah harus ada mata
filsafat positivisme, digunakan
5
untuk meneliti pada kondisi obyek data dilakukan dengan statistik
yang alamiah, (sebagai lawannya deskriptif (Dalam SPSS). Analisis
adalah eksperimen) dimana peneliti data dilakukan dengan menganalisis
adalah sebagai instrumen kunci, frekuensi (proporsi) dan terbanyak
pengambilan sampel sumber data (mode).
dilakukan secara purposive dan Model CIPP (Context,
snowbaal, teknik pengumpulan Input, Process, and Product)
dengan trianggulasi, analisis data merupakan model yang
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil dikembangkan oleh Stufflebeam,
penelitian kualitatif lebih menekan dkk. (1967) di Ohio State
makna dari pada generalisasi University. Model ini mengevaluasi
(Sugiyono, 2010:15). Penelitian sebuah sistem yang menjadi
kualitatif instrumennya adalah sasarannya yaitu konteks, masukan,
peneliti itu sendiri. Menjadi proses, dan hasil. Evaluasi yang
instrumen, maka peneliti harus dilakukan yaitu kesesuain program
memiliki bekal teori dan wawasan dengan Standart Operasional
luas, sehingga mampu bertanya, Prosedur (SOP), input berupa
menganalisis, memotret, dan peserta didik sebelum menerapkan
mengkonstruksi situasi sosial yang program tersebut, implementasi
diteliti menjadi lebih jelas dan program 5S, dan output yang
bermakna. dihasilkan dari penerapan program.
Penelitian kuantitatif adalah Evaluasi dengan model ini, pada
suatu proses menemukan prinsipnya mendukung proses
pengetahuan yang menggunakan pengambilan keputusan dengan
data berupa angka sebagai alat mengajukan pemilihan alternatif
menganalisis keterangan mengenai dan penindak lanjutan konsekuensi
apa yang ingin diketahui.(Kasiram dari suatu keputusan (Sukardi,
(2008: 149) dalam bukunya 2011: 63).
Metodologi Penelitian Kualitatif 2. Waktu dan Tempat Penelitian
dan Kuantitatif). Skala dalam Penelitian ini dilakukan
pembuatan kuisioner dalam pada tanggal 26 November 2018 di
penelitian ini menggunakan skala SMPN 12 Bandung yang berlokasi
nominal dan Likert. Pengolahan di Jalan Dr. Setiabudhi No.195,

6
Kelurahan Gegerkalong, program 5S. Peneliti mengamati
Kecamatan Sukasari, Bandung dan melihat secara langsung
40153, Jawa Barat. Penelitian ini bahwa siswa senyum kepada
dilakukan dengan pertimbangan guru, mengucapkan salam
kesesuaian implementasi program ketika bertemu guru, berbicara
5S dengan SOP pembiasaan sopan santun, dan memberikan
program 5S. sapaan kepada guru.
3. Subjek Penelitian b. Wawancara
Subjek penelitian Wawancara yang dilakukan
merupakan responden atau orang termasuk jenis wawancara tidak
yang dijadikan sampel dalam terstruktur secara tatap muka.
penelitian. Yang menjadi subjek Wawancara tidak terstruktur
penelitian dalam evaluasi program adalah wawancara yang bebas
ini yaitu kepala sekolah, guru dimana peneliti tidak
bimbingan dan konseling, guru menggunakan pedoman
mata pelajaran, dan wali kelas. wawancara yang telah tersusun
Adapun untuk responden siswa secara sistematis dan lengkap
berjumlah 15 orang dari tiap kelas. untuk pengumpulan datanya.
4. Teknik Pengumpulan Data Pedoman wawancara yang
Teknik pengumpulan data yang digunakan hanya berupa garis-
dilakukan yaitu observasi, garis besar permasalahan yang
wawancara, kuisioner/angket dan akan ditanyakan. Wawancara
dokumentasi. dilakukan kepada kepala
a. Observasi sekolah, guru, bimbingan dan
Observasi adalah suatu cara konseling, guru mata pelajaran,
pengumpulan data dengan dan wali kelas terkait
pengamatan langsung dan implementasi program 5S,
pencatatan secara sistematis kendala saat proses
terhadap obyek yang akan implementasi berlangsung, dan
diteliti. Observasi dilakukan output dari program 5S.
oleh peneliti dengan cara c. Kuisioner/Angket
pengamatan dan pencatatan Kuesioner adalah teknik
langsung tentang implementasi pengumpulan data yang

7
dilakukan dengan cara memberi digunakan dalam hal ini adalah
seperangkat pertanyaan tertulis kuesioner tertutup yakni
kepada responden untuk kuesioner yang sudah
dijawabnya, dapat diberikan disediakan jawabannya,
secara langsung atau melalui sehingga responden tinggal
pos atau internet. Jenis angket memilih dan menjawab secara
ada dua, yaitu tertutup dan langsung.(Sugiyono, 2008:
terbuka. Kuesioner yang 142). Skala yang digunakan
dalam kuisioner ini yaitu Metode sampling merupakan
skala nominal (Ya/Tidak) dan metode penentuan subjek
Ordinal.Kuisioner ini ditujukan evaluasi dengan hanya
kepada siswa untuk mengetahui mengambil sebagian individu
persepsi siswa tentang program yang ada dalam populasi
5S. Kuisioner ini berisi tentang (Suharsimi dan Cepi, 2009:
3M (Mengetahui, 110). Dalam penelitian ini
Menginginkan, dan menggunakan metode sampling
Melaksanakan) yang dilakukan
oleh siswa terhadap program.
untuk mengisi kuisioner. memperkuat hasil penelitian.
Peneliti mengambil subjek dari Menurut Sugiyono (2013:240),
kelas 7 berjumlah 5 orang, kelas dokumentasi bisa berbentuk
8 berjumlah 5 orang, dan kelas 9 tulisan, gambar atau karya-
berjumlah 5 orang. karya monumentel dari
d. Dokumentasi seseorang. Peneliti melakukan
Menurut Hamidi (2004:72), dokumentasi dengan
Metode dokumentasi adalah narasumber yang telah
informasi yang berasal dari diwawancara dan
catatan penting baik dari mendokumentasikan
lembaga atau organisasi pelaksanaan program 5S di
maupun dari perorangan. sekolah.
Dokumentasi penelitian ini 5. Teknik Analisis Data
merupakan pengambilan Analisis data menggunakan
gambar oleh peneliti untuk model analisis interaktif Miles

8
& Huberman. Analisis data objektivitas(Guba & Lincoln
terdiri dari tiga tahap, yaitu dalam Madaus, Scriven, &
reduksi data, penyajian data, Stufflebeam, 1986, pp. 326-
dan penarikan 329).
kesimpulan/verifikasi. Pertama, Credibility untuk
reduksi data, meliputi kegiatan membuktikan kebenaran data
merangkum, memilih hal-hal yang terkumpul sehingga dapat
pokok, memfokuskan pada hal- dipercaya. Upaya yang
hal yang penting untuk dicari dilakukan untuk meningkatkan
tema dan polanya. Kedua, kredibilitas penelitian meliputi:
penyajian data, disajikan dalam (1) mengecek kembali
bentuk narasi deskriptif kebenaran data ketika terdapat
berdasarkan kategori untuk pernyataan atau temuan
memberikan gambaran yang pengamatan yang berbeda.
jelas dan rinci. Ketiga, Misal dengan
penarikan kesimpulan/ mengonfirmasikan kepada
verifikasi, dilakukan dengan narasumber lain atau melakukan
menguji kecocokan, kebenaran, pengamatan secara lebih
dan kekuatan setiap data terpilih mendalam untuk
melalui uji keabsahan data. mengklarifikasi data yang
Dengan demikian, kesimpulan diperoleh; (2) melakukan
akhir yang diperoleh adalah pengamatan dengan lebih
kesimpulan yang dapat cermat dan berkesinambungan,
dipercaya (Stovika dan Udik, caranya dengan mencatat setiap
2014: 228). kejadian yang memiliki data
6. Keabsahan Data penting; (3) triangulasi, meliputi
Keabsahan data diuji pengambilan data dari beragam
melalui; (1) credibility atau narasumber (kepala sekolah,
validasi internal, (2) guru, siswa) dan dengan
transferability atau validitas berbagai metode (wawancara,
eksternal, (3) dependability atau observasi, dan dokumentasi).
reliabilitas, dan (4) Dengan demikian, data yang
confirmability atau diperoleh memiliki perspektif

9
yang lebih luas atau objektif; (4) memasuki lapangan,
menggunakan data pendukung, mengambil data, menganalisis
di antaranya rekaman data, melakukan uji keabsahan
wawancara dalam audio, foto, data, sampai membuat
dan dokumen autentik lainnya kesimpulan. Confirmability
yang mendukung keabsahan agar hasil penelitian disepakati
data. Selain itu, narasumber banyak orang. Caranya adalah
diminta untuk mengecek apakah dengan triangulasi (telah
data yang tersimpan sudah dijelaskan sebelumnya). Selain
memberikan informasi yang itu dilakukan dengan
benar, salah satunya dengan melakukan audit pada
transkrip wawancara. interpretasi data, apakah hasil
Transferability agar interpretasi data tersebut masuk
penelitian ini dapat juga akal dan bermakna.
diterapkan dalam konteks yang
TEMUAN PENELITIAN
lain. Upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan
1. Hasil wawancara ke Kepala SMPN
transferability meliputi: (1)
12 Bandung.
memilih subjek penelitian yang
Narasumber: Rudi Rachadian, S.Pd,
memiliki kondisi yang berbeda,
M.M.Pd
yakni sekolah yang berada di
Program 5S ini diterapkan
daerah perkotaan dan strategis
pada tahun 2017 dengan dilatar
dekat kampus ; (2) membuat
belakangi oleh pendidikan karakter
deskripsi yang memuat
yang merupakan hal penting dalam
informasi yang jelas mengenai
pendidikan, sehingga diharapkan
konteks penelitian dan proses
dapat menjadi pondasi dalam
yang dilakukan selama
pembentukkan karakter siswa.
penelitian. Dependability
Tujuan dan manfaat program ini
sebagai reliabilitas penelitian,
yaitu untuk membentuk dan
dilakukan dengan cara
mengubah karakter siswa di
melakukan audit terhadap
sekolah.
keseluruhan penelitian, mulai
Program 5S ini
dari menentukan masalah,
dilaksanakan setiap saat, terutama
10
sebelum masuk jam pelajaran untuk menyambut siswa di depan
sehingga tidak mengganggu jam sekolah. Program ini cukup efektif
masuk siswa untuk memulai bagi siswa, tetapi pembentukkan
pembelajaran, tetapi karakter itu tidak bisa dalam waktu
implementasinya bisa selama sehari dua hari jadi perlu waktu
kegiatan belajar mengajar (KBM). yang cukup lama dengan adanya
Program 5S ini juga dapat pembiasaan. Program ini tidak bisa
meningkatkan prestasi belajar dilakukan oleh perorangan, tetapi
siswa, sebab siswa yang memiliki semua stakeholder yang ada di
karakter yang lebih baik tentu saja sekolah harus terlibat langsung
akan memiliki prestasi yang baik dengan saling bantu dan saling
juga. mengingatkan supaya tujuan yang
Program ini berdampak diharapkan dari program 5S ini
kepada kepribadian dan sikap siswa tercapai seutuhnya.
dalam kehidupan sehari-hari. Siswa 2. Hasil wawancara ke wali kelas
jadi mengetahui harus bersikap SMPN 12 Bandung. Narasumber:
seperti apa kepada guru dan teman- Ibu Evi (Wali Kelas dan Guru
temannya. Seperti jika setiap siswa Bahasa Inggris)
bertemu dengan guru atau TU, Peran wali kelas dalam
siswa tersebut menyampaikan pelaksanaan program 5S ini ikut
salam, tersenyum dan sun tangan. mendukung dan terlibat langsung
Langkah atau strategi yang dengan cara menyambut setiap
dilakukan oleh pihak sekolah siswa yang datang ke sekolah
kepada siswa yaitu dengan adanya dengan memberikan senyuman,
bimbingan serta pengarahan dari salam dan semangat agar siswa
wali kelas, guru BK dan guru-guru terbiasa 5S dan termotivasi ketika
yang lainnya. mengikuti kegiatan pembelajaran di
Pelaksanaan program 5S ini kelas. Faktor pendukung atau asal
dilaksanakan setiap pagi sebelum mula adanya program ini yaitu
masuk kelas. Pendidik dan tenaga berasal dari program Bandung
kependidikan dibagi-bagi kedalam masagi, tepatnya program 5S ini
beberapa kelompok, sehingga setiap merupakan turunan dari program
harinya bisa bergantian kelompok Bandung masagi tersebut. Untuk

11
hambatannya tidak ada, tinggal Santun) karena pembentukkan
mengarahkan dan memberi karakter dipengaruhi juga oleh
bimbingan kepada siswa saja. lingkungan tempat tinggalnya.
Hasil dari program 5S ini Untuk mengatasi siswa yang tidak
yaitu adanya perubahan sikap yang sopan terhadap gurunya, guru BK
dialami siswa dengan saling mengatasinya dengan memanggil
menghargai kepada setiap warga siswa yang bersangkutan ke ruang
sekolah diantaranya kepada kepala BK dan memberinya pengarahan,
sekolah, guru, staf TU, penjaga teguran, serta bimbingan agar lebih
sekolah, satpam dan yang lainnya. berperilaku sopan dan bersikap
Sosialisasi yang dilakukan sekolah santun kepada gurunya.
mengenai program ini dilakukan 4. Hasil wawancara ke Guru Mata
ketika awal tahun pelajaran tiba, Pelajaran Bahasa Inggris SMPN 12
saat upacara dan rapat dengan orang Bandung.
tua siswa. Kemudian untuk sanksi Narasumber: Evi Setiawati,
kepada siswa yang tidak melakukan S.Pd.M.M
senyum, sapa, salam, sopan dan Dalam kegiatan belajar
santun itu tidak ada sanksinya, mengajar (KBM) siswa selalu
paling teguran yang sewajarnya menerapkan 5S (Senyum, Sapa,
saja. Salam, Sopan, dan Santun). Jika ada
3. Hasil wawancara ke Guru BK siswa yang tidak menerapkannya
SMPN 12 Bandung. maka tindakan yang dilakukan oleh
Narasumber: Ria Lestari, M.Pd guru yaitu dengan memberikan
Peran aktif guru BK dalam teguran yang sewajarnya saja.
pelaksanaan program 5S ini yaitu Upaya yang dilakukan guru untuk
dengan memberikan bimbingan meningkatkan dan mengembangkan
secara berkala kepada siswa. Akan program 5S dalam kelas yaitu
tetapi, tidak semua siswa dengan selalu mengingatkan siswa
sepenuhnya dapat dan mengaitkannya dengan mata
mengimplementasikan 5S pelajaran di sela-sela kegiatan
(Senyum, Sapa, Salam, Sopan, dan belajar mengajar.
5. Hasil Angket/Kuisioner Siswa

12
Tahapan Pendidikan Karakter
menurut Lickona (2001) “Model
Components of good character”
Tahap Mengetahui (Moral
Knowing)

a. Mengetahui Makna Senyum

Keterangan :
c. Mengetahui dan memahami makna
6,7 % Tidak salam
Keterangan :
93, 3 % Ya
6,7 % Tidak

93,3% Ya

b. Mengetahui dan memahami nilai-


nilai yang terkandung dalam
senyum
d. Mengetahui dan memahami nilai-

Keterangan : nilai yang terkandung dalam salam

26,7 % Tidak Keterangan :

73, 3 % Ya 20% Tidak

80% Ya

80

13
e. Mengetahui dan memahami makna
sapa Keterangan :

20 % Tidak

80 % Ya

h. Mengetahui dan memahami nilai-


nilai yang terkandung dalam sopan

Keterangan :

20 % Tidak
f. Mengetahui dan memahami nilai-
80 % Ya
nilai yang terkandung dalam sapa

Keterangan :

33, 3% Tidak

66,7 % Ya

i. Mengetahui dan memahami makna


santun Keterangan :
g. Mengetahui dan memahami makna
26, 7 % Tidak
sopan
73, 3 % Ya
Keterangan :

20 % Tidak

80% Ya

14
80 %
j. Mengetahui dan memahami nilai-
nilai yang terkandung dalam santun

Keterangan :

40 % Tidak

60 % Ya

Dari data diatas dapat disimpulkan dilihat dari diagram lingkaran banyak
bahwa siswa mengetahui dan memahami persentase siswa yang mengatakan “Ya”.
makna dari 5S (senyum, salam, sapa, sopan Tahap Merasakan atau Menginginkan
dan santun) serta nilai-nilai yang (Moral Feeling)
terkandung didalamnya. Hal ini dapat
No Pernyataan Ya Tidak Keterangan
1. Keinginan untuk senyum kepada seluruh warga 86,7% 13,3% Ya
sekolah setiap hari
2. Keinginan untuk salam kepada kepala sekolah 93,3% 6,7% Ya

3. Keinginan untuk salam kepada guru 86,7% 13,3% Ya

4. Keinginan untuk salam kepada wali kelas 93,3% 6,7 % Ya

5. Keinginan untuk salam kepada siswa 66,7% 33,3% Ya

6. Keinginan mengucapkan salam ketika masuk kelas 80% 20% Ya


dan keluar kelas

7. Keinginan untuk menyapa kepala sekolah 100% Ya

8. Keinginan untuk menyapa guru 100% Ya

9. Keinginan untuk menyapa wali kelas 100% Ya


15
10. Keinginan untuk menyapa sesama siswa 80% 20% Ya

11. Keinginan bersikap sopan di depan kepala sekolah 100% Ya

12. Keinginan bersikap sopan di depan guru 86,7% 13,3% Ya

13. Keinginan bersikap sopan di depan wali kelas 86,7% 13,3% Ya

14. Keinginan bersikap sopan di depan siswa lainnya 86,7% 13,3% Ya

15. Keinginan berbahasa santun saat berbicara dengan 93,3% 6,7% Ya


kepala sekolah

16. Keinginan berbahasa santun saat berbicara dengan 100% Ya


guru

17. Keinginan berbahasa santun saat berbicara 86,7% 13,3% Ya


terhadap sesama siswa

Dari data diatas dapat disimpulkan kelas, dan siswa. Hal ini dapat dilihat dari
bahwa siswa di SMPN 12 Bandung presentase terbesar tiap item pernyataan.
memiliki keinginan untuk melakukan 5S Banyak responden yang menyatakan “Ya”
(Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun) dalam arti memiliki keinginan atau moral
baik kepada kepala sekolah, guru, wali feeling dalam melaksanakan 5S.

Tahap Melaksanakan (Moral Action)


No Pernyataan TP KK CS S SS Keterangan
(Tidak (Kadang- (Cukup (Sering) (Sangat
Pernah) Kadang) Sering) Sering)
1. Siswa senyum 33% 26,7%, 33,3% 6,7% Sering
kepada guru baik di

16
lingkungan sekolah
atau di luar sekolah

2. Siswa senyum 26,7% 33,3% 26,7% 13,3% Cukup


kepada kepala Sering
sekolah baik di
lingkungan sekolah
atau di luar sekolah

3. Siswa senyum 33,3% 33,3% 26,7% 6,7% Kadang dan


kepada seluruh Cukup
warga sekolah Sering
4. Siswa selalu 46,7% 13,3% 40% Kadang-
tersenyum jika Kadang
bertemu masyarakat
di lingkungan
sekolah atau luar
sekolah
5. Siswa 20% 53,3% 20% 6,7% Cukup
mengucapkan salam Sering
ketika masuk kelas
dan akhir
pembelajaran
6. Siswa 26,7% 40% 26,7% 6,7% Cukup
mengucapkan salam Sering
ketika bertemu
seluruh warga
sekolah di
lingkungan sekolah.

7. Siswa selalu 40% 26,7% 20% 13,3% Kadang-


menyapa ketika Kadang
bertemu teman baik

17
disekolah maupun
luar sekolah.
8. Siswa selalu 33,3% 33,3% 20% 13,3% Kadang dan
menyapa ketika Cukup
bertemu guru mata Sering
pelajaran baik
disekolah maupun
luar sekolah.

9. Siswa selalu 33,3% 33,3% 20% 13,3% Kadang dan


menyapa ketika Cukup
bertemu wali kelas Sering
baik disekolah
maupun luar
sekolah
10. Siswa selalu 40% 6,7% 33,3% 20% Kadang-
menyapa ketika Kadang
bertemu kepala
sekolah kelas baik
disekolah maupun
luar sekolah.

11. Siswa selalu 53,3% 26,7% 20% Kadang-


menyapa ketika Kadang
bertemu warga
sekolah lainnya
(penjaga kebersihan
sekolah, ibu kantin,
TU, dll) baik
disekolah maupun
luar sekolah.

18
12. Siswa berbicara 26,7% 33,3% 26,7% 13,3% Cukup
dengan kepala Sering
sekolah
menggunakan
bahasa santun
13. Siswa berbicara 20% 40% 26,7% 13,3% Cukup
dengan wali kelas Sering
menggunakan
bahasa santun.
14. Siswa berbicara 20% 26,7% 40% 13,3% Sering
dengan guru
menggunakan
bahasa santun
15. Siswa 26,7% 20% 46,7% 6,7% Sering
mengeluarkan
pendapat di dalam
kelas menggunakan
bahasa yang jelas,
sopan dan santun.
16. Siswa berperilaku 6,7% 26,7% 20% 46,7% Sering
sopan kepada warga
sekolah.
17. Siswa berperilaku 6,7% 26,7% 33,3% 26,7% 6,7% Cukup
sopan kepada Sering
masyarakat yang
berada di luar
sekolah.

Berdasarkan data diatas, dapat maupun luar sekolah. Hal ini dapat diliat
disimpulkan bahwa siswa dalam dari presentase terbesar tiap item dan
kesehariannya cukup sering responden terbanyak yang menyatakan
mengimplementasikan 5S (Senyum, Salam, “Cukup Sering”. Dalam menganalisis Skala
Sapa, Sopan, dan Santun) baik disekolah

19
Likert ini menggunakan analisis terbanyak
(mode).

PEMBAHASAN

Pendidikan karakter merupakan SMPN 12 Bandung sebagian siswa sudah


kegiatan membimbing, mengajar, dan memiliki moral knowing hal ini bisa dilihat
melatih sikap atau perilaku manusia agar dari kesadaran siswa melakukan 5S setiap
sesuai dengan ideologi pancasila Indonesia. hari, mengetahui dan memahami makna
Pendidikan karakter sangat penting dari 5S (Senyum, salam, sapa, sopan, dan
ditanamkan pada usia dini karena karakter santun), begitu pun memahami nilai-nilai
ibarat fondasi untuk menghadapi tantangan yang terkandung dalam 5S tersebut. (2)
era globalisasi atau abad ke-21. Di berbagai moral feeling, merupakan penguatan aspek
sekolah pun, berbagai metode diterapkan emosi untuk menjadi manusia berkarakter,
untuk melaksanakan pendidikan karakter. termasuk di dalamnya, antara lain:
Salah satunya yaitu di SMPN 12 Bandung kesadaran akan jati diri, percaya diri,
yang menanamkan metode pendidikan kepekaan terhadap derita orang lain, cinta
karakter dengan program pembiasaan 5S kebenaran, pengendalian diri, dan
(Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun) kerendahan hati. Berdasarkan hasil
yang dilakukan sehari-hari. penelitian di SMPN 12 Bandung, siswa
Lickona (2001) menjelaskan sudah memiliki keinginan untuk menjadi
mengenai tahapan pendidikan karakter manusia berkarakter, hal ini bisa dilihat dari
dalam sebuah model yang dikenal dengan keinginan siswa melakukan 5S kepada
“components of good character”, meliputi; seluruh warga sekolah.(3) Setelah memiliki
(1) moral knowing atau pengetahuan moral, moral knowling, moral feeling, dan tahap
yaitu bagaimana seseorang dapat terakhir yaitu moral action. moral Action
mengetahui mana yang baik dan buruk. merupakan tindakan moral yang
Dimensi yang termasuk dalam moral merupakan hasil dari dua komponen moral
knowing termasuk dalam ranah kognitif, di yang telah dijelaskan. Siswa di SMPN 12
antaranya: kesadaran moral, pengetahuan Bandung sudah memiliki moral action,
tentang nilai-nilai moral, penentuan sudut mereka mengimplementasikan program 5S
pandang, logika moral, keberanian sesuai dengan SOP yang diberlakukan.
mengambil sikap, dan pengenalan diri. Di Kendala yang dihadapi dalam

20
melaksanakan program ini tidak ada karena sehingga diharapkan dapat menjadi pondasi
siswa sudah terbiasa melakukan 5S ini. dalam pembentukkan karakter siswa.
Maka sangat penting bagi siswa untuk Tujuan dan manfaat program ini yaitu
memiliki tiga aspek karakter untuk berbuat untuk membentuk dan mengubah karakter
baik, yaitu: kompetensi, keinginan, dan siswa di sekolah. Asal mula adanya
kebiasaan. Ketiga komponen tersebut program ini yaitu berasal dari program
sangat penting untuk mengarahkan Bandung masagi, tepatnya program 5S ini
seseorang ke kehidupan yang bermoral, merupakan turunan dari program Bandung
karena ketiganya membentuk apa yang masagi tersebut. Evaluasi masukan yaitu
dikatakan dengan kematangan moral. seluruh siswa menjalankan 5S, mulai dari
Jika ada siswa yang tidak sopan dan siswa kelas 7 sampai dengan siswa kelas 9.
santun terhadap gurunya, maka pihak Program 5S ini juga dapat meningkatkan
sekolah akan memberikan peringatan dan prestasi belajar siswa, sebab siswa yang
arahan agar tidak melakukan hal-hal aneh memiliki karakter yang lebih baik tentu saja
yang membuat keresahan di sekolah. Guru akan memiliki prestasi yang baik juga.
bimbingan dan konseling akan membantu Evaluasi proses yaitu pelaksanaan program
membimbing dan menasehati siswa yang sudah sesuai dengan jadwal, program 5S ini
mulai bertingkah aneh atau nakal. Jadi tidak dilaksanakan setiap saat, terutama sebelum
ada sanksi, bagi siswa yang tidak masuk jam pelajaran sehingga tidak
menerapkan program 5S. mengganggu jam masuk siswa untuk
Peneliti mengevaluasi program 55 memulai pembelajaran, tetapi
ini menggunakan Model CIPP (Context, implementasinya bisa selama kegiatan
Input, Process, dan Product). Model CIPP belajar mengajar (KBM). Pelaksanaan
(Context, Input, Process, and Product) program 5S ini dilaksanakan setiap pagi
merupakan model yang dikembangkan oleh sebelum masuk kelas. Pendidik dan tenaga
Stufflebeam, dkk. (1967) di Ohio State kependidikan dibagi-bagi kedalam
University. Model ini mengevaluasi sebuah beberapa kelompok, sehingga setiap
sistem yang menjadi sasarannya yaitu harinya bisa bergantian kelompok untuk
konteks, masukan, proses, dan hasil. menyambut siswa di depan sekolah.
Evaluasi konteks yaitu program 5S ini Hambatannya tidak ada tinggal pengarahan
diterapkan pada tahun 2017 dengan dilatar saja dari guru kepada siswa, akan tetapi
belakangi oleh pendidikan karakter yang lingkungan eksternal (lingkungan tempat
merupakan hal penting dalam pendidikan, tinggal siswa) akan mempengaruhi perilaku

21
dan sikap siswa itu sendiri. Program ini satpam dan yang lainnya. Jadi ketika siswa
tidak bisa dilakukan oleh perorangan, tetapi bertemu dengan guru, siswa tersebut
semua stakeholder yang ada di sekolah menyampaikan salam, tersenyum dan sun
harus terlibat langsung dengan saling bantu tangan. namun karakter itu tidak bisa dalam
dan saling mengingatkan. Evaluasi waktu sehari dua hari jadi perlu waktu yang
produk/hasil yaitu tujuan yang ditetapkan cukup lama dengan adanya pembiasaan,
sudah tercapai yaitu dengan adanya sehingga dapat melekat dalam diri siswa
perubahan sikap yang dialami siswa. Siswa dengan jangka waktu yang panjang atau
menjadi saling menghargai kepada setiap dalam kehidupan masa depan siswa
warga sekolah diantaranya kepada kepala tarsebut.
sekolah, guru, staf TU, penjaga sekolah,

KESIMPULAN SARAN DAN Kesimpulan


IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian diatas, dari jumlah keseluruhan 892 siswa terbukti

dapat disimpulkan bahwa peneliti dalam bahwa siswa memiliki keinginan untuk

mengevaluasi pelaksanaan program 5S melakukan 5S, akan tetapi dalam

tidak ada hambatan, pelaksanaan program pelaksanaannya siswa cukup sering

ini sudah berjalan efektif sesuai dengan melakukannya. Hasil dari adanya program

tujuan yang telah ditetapkan. Keefektifan ini menjadikan siswa memiliki karakter

disini dapat dilihat dari kerutinan siswa yang baik dan unggul, tumbuh

menerapkan 5S setiap hari dimulai dari berkembangnya sikap toleransi dan saling

awal masuk kelas hingga selesai menghargai antara siswa dan guru. Untuk

pembelajaran. Dapat dilihat juga dari hasil siswa memiliki karakter tersebut,

presentase diatas, bahwa diatas 50% siswa membutuhkan waktu yang cukup lama

sudah mengetahui dan memahami makna dalam pengimplementasian Program 5S.

5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Karena Program 5S merupakan program

Santun), presentase keinginan siswa untuk jangka panjang yang harus dilaksanakan

melakukan 5S rata-rata diatas 50%. Dari dalam kegiatan sehari-hari. Peneliti

segi pelaksanaan, siswa cukup sering menganjurkan untuk terus menerapkan

melakukan 5S ini. Hasil kuisioner dan Program 5S di SMPN 12 Bandung karena

wawancara dapat kita amati, bahwa program ini sangat baik dan bermanfaat

program ini sudah efektif diterapkan di bagi diri sendiri, masyarakat, dan nusa

SMPN 12 Bandung. Presentase diatas 50% bangsa.

22
Saran sekolah maupun luar sekolah. Himbauan
dapat dilakukan sesudah upacara bendera
Mengoptimalkan Program 5S yang sudah
secara rutin. Melakukan pengamatan di
dilaksanakan dengan melakukan sosialisasi
lingkungan tempat tinggal siswa, sehingga
rutin kepada siswa untuk menerapkan 5S
dapat diketahui bahwa siswa tersebut
(Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun).
mengimplementasikan 5S (Senyum, Salam,
Menghimbau dan mengingatkan siswa akan
Sapa, Sopan, dan Santun) di lingkungan
pentingnya 5S dilaksanakan baik didalam
sekitarnya.

Impikasi kebanggaan tersendiri, karena putra-


putrinya mengalami perubahan kepribadian
Penelitian ini berimplikasi kepada
dan sikap kearah yang lebih baik.
sekolah, orang tua siswa dan siswa itu
Sedangkan bagi siswa sendiri, 5S (Senyum,
sendiri. Bagi sekolah, penelitian ini dapat
Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) dapat
mengharumkan nama baik sekolah sebab
melekat dalam diri siswa dengan jangka
masyarakat akan mengetahui bahwa
waktu yang panjang atau dalam kehidupan
sekolah ini meluluskan lulusan-lulusan
sehari hari siswa tarsebut, sehingga dapat
yang memiliki kepribadian dan sikap yang
mencapai kesuksesan dimasa yang akan
baik. Untuk orang tua siswa dapat memiliki
datang.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dan Safruddin Cepi. Eva, Stovika dan Budi, Udik. (2014).
(2009). Evaluasi Program Evaluasi Program Pendidikan
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Karakter Di Sekolah Dasar
Kabupaten Kulon Progo. [Online].
Arikunto, Suharsimi. (2015). Dasar-Dasar
Diakses dari:
Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
https://www.google.com/url?sa=t&
Bumi Aksara
rct=j&q=&esrc=s&source=web&c
d=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahU
Chidren and Youth, 5, 239-251.
KEwiJmoDKgJ3fAhVHQ48KHZ
Daryanto. (2014). Evaluasi Pendidikan. KOCcMQFjAAegQIAxAB&url=ht
Jakarta: Rineka Cipta tps%3A%2F%2Fjournal.uny.ac.id

23
%2Findex.php%2Fjpe%2Farticle% Lickona, T. (2004). Character matters:
2Fview%2F2721&usg=AOvVaw3 how to help our children develop
QBYueQSbngyP0gpfrBoTR. pada good judgment, integrity, and other
tanggal 13 Desember 2018 essential virtues. New York:
Touchstone.
Kasiram. (2008). Penelitian Kuantitatif.
[Online]. Diakses dari: Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
https://www.statistikian.com/2012/ Administrasi dilengkapi dengan
10/penelitian-kuantitatif.html. Pada Metode R & D. Bandung: Alfabeta
tanggal 13 Desember 2018
Sukardi. (2011). Evaluasi Pendidikan:
Lickona, T. (2001). What is good Prinsip dan Operasionalnya.
character? [Versi Elektronik]. Jakarta: Bumi Aksara
Reclaiming

LAMPIRAN

24
25
26
27

Anda mungkin juga menyukai