Anda di halaman 1dari 13

KEPRIBADIAN KONSELOR DAN

PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SEKOLAH

Hengki Yandri
Institut Agama Islam Negeri Kerinci
e-mail: hengki@konselor.org

Abstract

In general, the purposes of education in Indonesia is to build a character of students, but


the fact tell a different version. Until now education in Indonesia still face a crisis in
character. As example; found a student cheating, and lack of will to learning in school and
at home, more than that we still found a criminalization, ect. A way to handle a problem of
build the student character is with a modelling by personalities of counselor as educator.
Key Word: Personality of counselor, build a character

PENDAHULUAN Negara serta lebih jauh lagi kepada


Pendidikan nasional berfungsi Tuhan Yang Maha Esa. Di samping itu,
mengembangkan kemampuan dan pendidikan juga berurusan dengan
membentuk watak serta peradaban pengembangan kekuatan intelektual,
bangsa yang bermartabat dalam rangka pengembangan moral dan rohaniah siswa
mencerdaskan kehidupan bangsa, (Hutchins dalam Herman Nirwana,
bertujuan untuk berkembangnya potensi 2012).
peserta didik agar menjadi manusia yang Pendidikan adalah usaha sadar
beriman dan bertakwa kepada Tuhan dan terencana untuk mewujudkan suasana
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, belajar dan proses pembelajaran agar
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan peserta didik secara aktif
menjadi warga negara yang demokratis mengembangkan potensi dirinya untuk
serta bertanggung jawab (UU No. 20 memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
tahun 2003: Pasal 3). Dari Undang- pengendalian diri, kepribadian,
Undang tersebut mengisyaratkan bahwa kecerdasan, akhlak mulia, serta
tujuan utama pendidikan adalah keterampilan yang diperlukan dirinya,
membentuk manusia Indonesia yang masyarakat, bangsa dan negara (UU No.
berkarakter sehingga menjadi pribadi 20 tahun 2003: Pasal 1 Butir 1). Dari
yang bertanggung jawab dalam Undang-Undang tersebut dapat dilihat
kehidupannya di masyarakat, bangsa dan bahwasannya karakter siswa yang akan

1
dibangun oleh sekolah yaitu siswa pendisiplinan, dan masih banyak lagi.
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, Berdasarkan uraian sebelumnya dapat
memiliki kepribadian yang baik, cerdas disimpulkan, persolan belum terwujudnya
dan berakhlak mulia. masyarakat yang berkarakter tentunya
Tujuan pendidikan yang tertuang tidak terlepas dari tanggung jawab dunia
di atas sepertinya tidak akan tercapai pendidikan, baik pendidikan formal,
dengan optimal tanpa kerja sama informal dan non formal.
berbagai pihak, terlebih lagi pada masa Banyak alternatif yang dapat
sekarang ini arus globalisasi dan dilakukan untuk membentuk karakter
teknologi informasi seperti televisi, siswa, salah satunya yaitu kepribadian
internet, jejaring sosial, handphone yang konselor sebagai model bagi siswa dalam
sudah menggunakan teknologi canggih menemukan contoh karakter yang ideal.
sehingga siapapun bisa mengakses Uraian berikut berisikan penjelasan
informasi mulai dari anak-anak hingga tentang kepribadian konselor yang efektif
orang dewasa. Banyak dikitnya hal itu dan ideal beserta karakter yang bisa
memiliki efek terhadap perkembangan ditumbuhkembangkan oleh peserta didik
kepribadian seseorang. Kemudian di sekolah.
ditambah lagi lemahnya implementasi
nilai-nilai karakter dalam kehidupan KEPRIBADIAN KONSELOR
sehari-hari, akibatnya perilaku-perilaku Kepribadian merupakan cara-cara
tidak normatif tumbuh subur dan merusak bertingkah laku yang merupakan ciri
kehidupan berbangsa (Prayitno dan khusus seseorang serta hubungannya
Manulang, 2011). dengan orang lain dilingkungannya
Persoalan karakter bangsa sudah (Kamus Bahasa Indonesia, 2008).
banyak dibicarakan mulai dari pemuka Kepribadian mengacu pada istilah kepada
masyarakat, para ahli, para pengamat gambaran-gambaran sosial tertentu yang
pendidikan, dan pengamat sosial di diterima individu dari kelompoknya atau
berbagai forum seminar, baik di tingkat masyarakatnya, kemudian individu
lokal, nasional maupun internasional. tersebut diharapkan bertingkah laku
Berbagai alternatif penyelesaian berdasarkan dengan peran sosial yang
dikemukakan seperti peraturan diterimanya (Sjarkawi, 2009).
perundang-undangan, penerapan Selanjutnya personality is the dynamic
pendidikan karakter di sekolah, organization within the individual of

2
those psychophysical systems that kemampuan individu melihat dirinya
determine his unique adjustment to his secara objektif atau mengorientasikan
environment (Allport, 1951). Seterusnya dirinya secara objektif, sehingga individu
Gregory (dalam Sjarkawi, 2009) tersebut memiliki rasa aman dan nyaman.
menjelaskan bahwa kepribadian adalah Kemudian philosophy of life
sebuah kata yang menandakan ciri dimaksudkan bahwa individu harus
pembawaan dan pola kelakuan seseorang memiliki filosofi hidup yang mantap dan
yang khas bagi pribadi itu sendiri. Dari dijalankan dengan konsisten dalam
pendapat para ahli di atas dapat kehidupannya.
disimpulkan bahwa kepribadian Kepribadian konselor yang
merupakan organisasi dinamis yang matang akan mampu menjadi model dan
merupakan sifat atau ciri khas seseorang tauladan yang baik bagi siapapun
yang menentukan caranya melakukan khususnya siswa di sekolah, karena
tindakan sesuai dengan peran sosial yang konselor harus mampu menampilkan
diterimanya. kepribadian yang menarik bagi siapapun.
Pribadi yang matang adalah Jika tidak, maka eksistensi keberadaan
individu yang mampu menjalin hubungan konselor di tengah masyarakat maupun di
yang hangat dengan orang lain, bisa sekolah tidak akan pernah diakui.
menjadi contoh bagi orang lain, memiliki Logikanya, jika ingin memperbaiki
rasa aman dan nyaman, serta mampu karakter atau akhlak siswa di sekolah,
menerima diri dan lingkungannya dengan sudah barang tentu kepribadian konselor
objektif dan dinamis. Pada prinsipnya, sebagai seorang pendidik harus dituntut
pribadi dewasa harus memiliki extension perfect sehingga siswa mau untuk
of self, objectification of self and menerima apa yang disuguhkan oleh
philosophy of life (Allport, 1951). seorang konselor. Kepribadian konselor
Extension of life diarahkan kepada yang efektif dan matang selalu
gambaran masa depan, sehingga individu menampilkan sikap tulus, berempati,
tersebut memiliki perencanaan masa hangat dan menunjukkan kepekaan dalam
depan yang mampu mengantisipasi hubungan yang harmonis yang dilandasi
kemungkinan-kemungkinan yang akan kasih sayang, tidak menghakimi dan
dihadapinya dan memiliki harapan yang penerimaan yang positif tanpa syarat,
baik terhadap masa depannya itu. menunjukkan perhatian, pengertian dan
Objectification of self mengacu pada dukungan, bersikap kolaboratif dengan

3
menunjukkan penghargaan yang tinggi Barangkali suatu cara yang lebih
terhadap orang lain dan menunjukkan berguna untuk menunjukkan sifat-sifat
kemampuan dalam menggunakan kepribadian yang diinginkan dalam diri
keterampilan konseling sesuai dengan konselor adalah konselor bisa sebagai
maksud dan tujuannya (Geldard & model, hubungan konselor hangat dan
Geldard, 2011). keberanian konselor untuk melakukan
Kemudian kepribadian konselor konseling (Munro, Manthei & Small,
juga harus luwes, hangat, dapat diterima 1983). Secara umum, menurut Sofyan S
orang lain, terbuka, dapat merasakan Willis (2007) karakteristik kepribadian
penderitaan orang lain, mengenal dirinya yang harus dimiliki konselor yaitu
sendiri, tidak berpura-pura, menghargai beriman dan bertakwa, menyenangi
orang lain, tidak mau menang sendiri, dan manusia, komunikator yang terampil dan
objektif (Munro, Manthei & Small, mampu menjadi pendengar yang baik,
1983). Selanjutnya Brammer & Shostrom memiliki ilmu dan wawasan tentang
(1982) mengemukakan pokok-pokok manusia; sosial budaya; dan merupakan
kekhasan kepribadian konselor efektif nara sumber yang kompeten, fleksibel,
yaitu spontaneity, acceptance and caring, tenang dan sabar, menguasai
understanding and emphaty, warmth and keterampilan teknik, memiliki intuisi,
human encounter, congruence and memahami etika profesional, respek,
transparency. Seorang konselor harus jujur, asli, menghargai, dan tidak menilai,
memiliki sikap spontan dalam membantu empati, memahami, menerima, hangat,
orang lain yang sedang membutuhkan dan bersahabat, fasilitator dan motivator,
bantuannya, memiliki penerimaan dan memiliki emosi yang stabil, pikiran
penghargaan diri yang positif dan peduli jernih, cepat dan mampu, objektif,
terhadap orang lain, memahami dan dapat rasional, logis dan kongkrit serta
merasakan apa yang dirasakan oleh orang konsisten dan bertanggung jawab.
lain dalam kehidupan kesehariannya, Rumusan Standar Kompetensi
seorang konselor juga harus Konselor telah dikembangkan dan
menampilkan sikap hangat serta bersedia dirumuskan atas dasar kerangka pikir
dan bertanggungjawab menjadi model yang menegaskan konteks tugas dan
bagi kepribadian efektif, memiliki sikap ekspektasi kinerja konselor yaitu
jujur, tulus dan terbuka terhadap dirinya kompetensi pedagogik, kompetensi
sendiri dan orang lain. kepribadian, kompetensi sosial, dan

4
kompetensi profesional (Permendiknas Takwa artinya terpeliharanya diri
No. 27 tahun 2008). Dari Permendiknas untuk tetap melaksanakan perintah Allah
ini, salah satu kompetensi yang harus SWT dan menjauhi segala larangannya
dimiliki konselor adalah kompetensi sedangkan bertakwa artinya menjalankan
kepribadian yang akan dijabarkan sebagai takwa (Kamus Bahasa Indonesia, 2008).
berikut. Konselor yang memiliki kepribadian
yang efektif segyoyanya menampilkan
Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan sikap dan tingkah laku yang terpuji, taat
Yang Maha Esa menjalankan perintah Allah SWT dan
Hal paling mendasar yang harus menjauhi segala yang dilarang-Nya
dimiliki oleh seorang konselor untuk bisa secara konsisten sehingga konselor
menampilkan diri menjadi seorang yang mampu menjadi model bagi orang lain
berkepribadian luhur yaitu harus beriman untuk bersikap, bertindak dan
dan bertakwa kepada Allah SWT, karena bertanggungjawab dalam kehidupannya.
jika seorang konselor sudah memiliki
dasar iman dan takwa maka secara Menghargai dan Menjunjung Tinggi
otomatis tingkah laku, sikap dan Nilai-nilai Kemanusiaan,
kepribadian yang ditampilkannya Individualitas, dan Kebebasan
berdasarkan kebenaran dan keluhuran. Memilih.
Iman artinya percaya, keteguhan hati, Seorang konselor harus mampu
keteguhan batin, keseimbangan batin mengaplikasikan pandangan positif dan
berkenaan dengan agama (Allah SWT, dinamis tentang manusia sebagai
Nabi, Kitab Suci, Malaikat) sedangkan makhluk spiritual, bermoral, sosial,
beriman artinya mempunyai keyakinan individual, dan berpotensi. Berdasarkan
dan kepercayaan kepada Allah SWT prinsip dasar dalam penyelenggaraan
(Kamus Bahasa Indonesia, 2008). pelayanan konseling yang salah satunya
Seorang konselor yang memiliki iman yaitu prinsip integrasi pribadi yang
akan merasa perbuatannya selalu menekankan bahwa keutuhan pribadi
dikontrol oleh Allah SWT, sehingga ia subjek yang dilayani dari segenap sisi
akan sangat hati-hati dan penuh dirinya dan berbagai kontekstualnya
perhitungan dalam bersikap dan membuat memiliki sisi positif seperti keimanan dan
suatu tindakan. ketakwaan, kesempurnaan penciptaan,
ketinggian derajatnya dihadapan Tuhan

5
Yang Maha Esa, seorang khalifah dan dirinya dan dapat memahami dirinya
memiliki Hak Asasi Manusia (HAM) dengan baik (Geldard & Geldard, 2011).
(Prayitno, 2009). Konselor harus mampu
Konselor juga harus menghargai menjunjung tinggi harkat dan martabat
dan mengembangkan potensi positif manusia sesuai dengan hak asasinya.
individu pada umumnya dan klien pada Sikap menyayangi, menghargai dan
khususnya. Setiap manusia yang memperlakukan orang lain dengan baik
dilahirkan di dunia ini telah membawa dan demokratis merupakan salah satu
potensinya masing-masing yang harus cara bagi konselor untuk menjunjung
dikembangkan ke arah yang lebih baik tinggi harkat dan martabat manusia,
karena pada dasarnya manusia memiliki karena dengan menyayangi orang lain
pancadaya kemanusiaan yang terdiri dari tanpa pamrih, tulus dan ikhlas,
daya takwa, daya cipta, daya rasa, daya menghargai dan memberikan kesempatan
karsa dan daya karya (Prayitno, 2009) kepada orang lain untuk
yang apabila itu semua dikembangkan mengaktualisasikan dirinya akan
akan menghasilkan manusia yang membuat orang lain akan merasa nyaman
berkarakter dan produktif. berada di dekat konselor. Kesemuanya itu
Sikap peduli kepada orang lain diarahkan sebagai sikap untuk selalu
terutama kepada klien akan membuat ingin melindungi dan memberi lebih
klien merasa diperhatikan. Salah satu cara kepada orang lain sehingga orang lain
yang bisa di lakukan yaitu dengan nyaman dan bahagia jika bersama
mendengarkan klien secara aktif karena konselor.
dengan menunjukkan keseriusan, Toleran terhadap permasalahan
kepedulian, dan kesabaran dalam klien dan bersikap demokratis. Rogers
mendengarkan, maka konselor akan dapat (dalam Geldard & Geldard, 2011)
membantu orang lain atau klien merasa karakteristik konselor yang sangat
lebih nyaman dan dihargai (Geldard & penting yaitu penerimaan positif tanpa
Geldard, 2008). Konselor seharusnya syarat. Maksudnya konselor menerima
secara sadar berusaha mendengarkan klien apa adanya, menghargai sebagai
disertai sikap yang menunjukkan individu, tidak akan menghakimi perilaku
ketertarikan sehingga orang lain atau klien, dan tidak akan menerapkan standar
klien menangkap pesan bahwa konselor nilai yang dimiliki konselor kepada klien.
mefokuskan diri secara total untuk Dengan demikian konselor membantu

6
klien merasa bebas untuk bersikap jika ia melihat bukti nyata tindakan dari
terbuka terhadap dirinya dan orang lain. seorang konselor dalam kehidupan
kesehariannya dan ini juga akan mampu
Menunjukkan Integritas dan Stabilitas memikat klien untuk melakukan
Kepribadian yang Kuat konseling dengan konselor karena
Konselor dalam kesehariannya kepribadiannya yang luhur.
harus menampilkan sikap dan perilaku Peka, bersikap empati, serta
terpuji seperti berwibawa, jujur, sabar, menghormati keragaman dan perubahan.
ramah, hangat, bertanggungjawab dan Kata empati mengandung gagasan
konsisten. Ketika menolong orang lain mampu sepenuhnya memahami dan
konselor harus bersikap jujur dan tidak merasakan apa yang dirasakan orang lain,
dibuat-buat, karena orang lain atau klien sehingga hampir-hampir meniadakan
tidak mau ditipu karena konselor tidak identitas diri untuk menyatu dengan
menampilkan dirinya yang sebenarnya, orang tersebut (Geldard & Geldard,
intinya konselor harus jadi diri sendiri 2011). Sikap empati juga
(Geldard & Geldard, 2008). Konselor mengindikasikan adanya sikap menerima
juga harus memiliki high touch yang perbedaan orang lain karena sifat empati
dalam bahasa Indonesia disebut dengan ini berati membangun keselarasan dengan
kewibawaan yang meliputi pengakuan membangun sebuah perjalanan bersama
dan penerimaan, kasih sayang dan dan mendengar dengan aktif,
kelembutan, penguatan, tindakan tegas menyesuaikan diri dan menempatkan diri
yang mendidik serta pengerahan dan disisinya. Seorang Konselor juga harus
keteladanan (Prayitno, 2005). Brammers menampilkan toleransi tinggi terhadap
& Shostrom (1982) menyatakan warmth klien yang menghadapi masalah, dengan
appears to encompass the sensitive, cara memberikan perhatian penuh kepada
friendly, considerate, and responsive klien. Sikap ini mencakup tindakan tidak
element of the counselor personality. membeda-bedakan klien yang datang,
Tidak sampai di situ saja, seorang menyimak apa saja yang dikatakan klien,
konselor juga harus memiliki tanggung menempatkan diri pada jalan pikir yang
jawab dan konsisten dalam menjalankan sama dengan klien, namun tidak hanyut
semua tugas yang telah diamanahkan dengan cerita klien.
kepadanya, sebab orang lain akan mudah
untuk menerima arahan seorang konselor

7
Menampilkan Kinerja Berkualitas mandiri dalam bertindak dan bersikap
Tinggi dalam kehidupan kesehariannya.
Menampilkan tindakan yang Berpenampilan menarik dan
cerdas, kreatif, inovatif dan produktif. menyenangkan. Dalam waktu kurang dari
Seorang konselor harus cerdas dalam 3 detik seseorang dapat memutuskan
artian memiliki kemampuan apakah dia menyuakai atau tidak
memanipulasi unsur-unsur kondisi yang menyukai Anda. Walaupun terasa
dihadapi untuk sukses mencapai tujuan subjektif, keputusan atau penilaian yang
(Prayitno dkk, 2011). Cerdas saja tidak terlanjur dibuat itu akan menjadi identitas
cukup, namun harus kreatif dalam Anda di mata orang lain (Ongky Hojanto,
penanganan masalah klien dan inovatif di 2013). Untuk itu, konselor harus bisa
mana konselor selalu membuat berpenampilan menarik dan
pembaharuan dalam bidang konseling menyenangkan, sebab yang pertama kali
dan produktif dalam menghasilkan karya- yang dilihat klien adalah penampilan, jika
karya yang menunjang keterampilannya kesan pertama terhadap penampilan
sebagai seorang konselor. konselor mendapat respon yang positif,
Bersemangat, disiplin, dan maka besar kemungkinan sesi konseling
mandiri. Bisa dibayangkan jika seorang akan berjalan dengan baik.
konselor itu tidak memiliki semangat Berkomunikasi secara efektif.
dalam hidupnya dan konselor tidak Mengutip pendapat Ongky Hojanto
bergairah dalam menghadapi kliennya, (2013) yang mengatakan bahwa “kata-
sudah barang tentu secara otomatis klien kata adalah senjata; dia bisa membuat
tidak akan mau mendekati konselor untuk Anda terhibur, juga bisa membuat Anda
konseling, sebab dari awal pertemuan terkubur”. Kutipan ini mengingatkan
klien tidak merasa yakin dengan kepada kita bahwasannya kata-kata yang
kemampuan konselor dalam baik akan mampu mempengaruhi orang
menyelesaikan masalahnya. Di samping lain. Untuk itu, seorang konselor harus
itu konselor juga harus disiplin dan mampu berkomunikasi yang efektif,
mandiri, konselor harus tepat waktu sehingga pesan yang akan disampaikan
dalam segala hal, sehingga menunjukkan oleh konselor bisa sampai kepada orang
dedikasi yang tinggi dan keseriusan lain atau klien dengan tepat sasaran dan
kepada klien untuk melayani klien serta dapat dengan mudah diterima dan
dipahami oleh klien. Secara sadar atau

8
tidak, kata-kata yang keluar dari mulut kehidupan sehari-hari dan masa depan
konselor akan mempengaruhi orang lain (Bandura dalam Feist &Feist, 2011).
yang mendengarnya, pengaruhnya bisa Contohnya saja dalam membentuk
positif dan juga bisa sebaliknya yaitu karakter peserta didik dalam “mematuhi
pengaruhnya negatif terhadap orang lain peraturan/hukum yang berlaku di
atau klien. Untuk itu, seorang konselor sekolah” tidak hanya cukup dengan
harus cerdas dalam memilih kata-kata menyuruh peserta didik harus datang
untuk disampaikan kepada orang lain tepat waktu, membuat slogan “saya malu
atau klien. datang terlambat”, “disiplin kunci
kesuksesan” dan banyak lagi lainnya.
PEMBENTUKAN KARAKTER Untuk membentuk karakter tersebut tidak
Konselor sebagai pendidik di bisa dilakukan dengan menyuruh peserta
sekolah juga mempunyai pengaruh yang didik saja, namun perlu ada model atau
besar dalam membentuk karakter siswa, keteladanan kepada peserta didik dan
sebab tidak akan mungkin siswanya membiasakan peserta didik untuk datang
berkarakter jika gurunya tidak tepat waktu, karena tidak mungkin
berkarakter terlebih, apalagi seorang peserta didik bisa mematuhi aturan di
konselor yang terkenal dengan guru yang sekolah jika pendidiknya belum
seharusnya memberikan contoh dan mematuhi peraturan itu.
tauladan yang baik. Pengembangan Keteladanan pendidik terutama
karakter memang bisa dimulai dengan konselor sangat dibutuhkan dalam
pengetahuan. Dengan pengetahuan membentuk karakter peserta didik, karena
paserta didik bisa mengetahui mana yang banyak perilaku kita terbentuk melalui
baik dan mana yang buruk. Namun untuk proses meniru. Banyak perilaku perilaku
mewujudkan karakter diperlukan kompleks yang berhasil dilakukan karena
keteladanan (model) dari pendidik (salah adanya paparan atau karena kita melihat
satunya konselor) dan pembiasaan dalam contoh perilaku (yang dilakukan oleh
kehidupan (Lefrancois, dalam Herman model, orang lain di sekitar kita). Dengan
Nirwana, 2012). Model lebih dari sekedar mengamati orang lain, kita dapat
mencocokkan perilaku dari orang lain, memiliki pengetahuan, keterampilan,
melainkan mempresentasikan secara peraturan, strategi, kepercayaan dan sikap
simbolis suatu informasi dan (Schunk dalam Laura A King, 2012).
menyimpannya untuk digunakan dalam Seorang anak akan meniru perilaku

9
orangtuanya dan kakaknya, remaja akan pantas untuk ditiru. sehingga dengan
meniru sikap dan perilaku seorang model karakter beliau yang baik, hampir seluruh
yang dianggapnya gaul, keren dan baik, penduduk jazirah Arab beliau Islamkan.
peserta didik akan meniru sikap dan Hal ini terbukti dengan telah banyaknya
perilaku gurunya, karyawan akan meniru ilmuan yang mempelajari
sikap dan perilaku atasannya, begitu karakter/kepribadian Nabi Muhammad
seterusnya. Maka untuk membentuk SAW. William Hocking misalnya
karakter seseorang harus ada model atau menggambarkan kepribadian Nabi
tauladan dari panutannya seperti seorang Muhammad SAW dengan mengatakan
pemimpin, orang tua, pendidik, ustadz, “Muhammad distrusted wide
para ulama, pemimpin adat, dan banyak generalities; his genius lay in a union of
lagi. throught and action; his kingdom also of
Dalam bukunya Unlimited Power, this world; he was seer and prophet; but
The New Science of Personal Achievment the he was also legislator and
Anthony Robbins (dalam Muhammad magistrate” (dalam Muhammad Syafii
Syafii Antonio, 2009) menyatakan bahwa Antonio, 2009).
“kesuksesan meninggalkan petunjuk”, Keteladanan atau model disini
bila Anda menginginkan kehidupan yang yaitu seiringnya antara perkataan dan
lebih baik, jangan mencari rumor atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
gosip, carilah model-model dan mentor- yang memiliki power dibidangnya
mentor yang hebat dalam kehidupan yang masing-masing. Belum tercapainya
nyata dan di dalam buku-buku, yang karakter bangsa pada saat ini seperti yang
perilakunya dapat anda ikuti. Pendapat ini telah dipaparkan sebelumnya,
memaparkan bahwa model atau tauladan mengindikasikan bahwa bangsa
yang baik akan mampu membentuk Indonesia saat ini kehilangan sosok
karakter seseorang sehingga seseorang yang bisa memberikan
kehidupannya bisa lebih baik. Berbicara tauladan atau model yang ideal dalam
siapa teladan dan model yang ideal, kita berbagai setting kehidupan. Dalam
bisa melihat kepemimpinan Nabi membangun karakter peserta didik, peran
Muhammad SAW, beliau membentuk atau sosok pendidik sangat penting
karakter orang Arab yang terkenal seperti konselor di sekolah. Akan sangat
berwatak/berkarakter keras dengan tidak mungkin peserta didik akan
menunjukkan teladan yang baik dan memiliki karakter yang baik jika

10
pendidiknya memiliki karakter yang maka hal itu merupakan suatu
buruk apalagi jika itu seorang konselor keberhasilan yang luar biasa bagi seorang
yang dikenal dengan sikap dan konselor dalam membentuk karakter
kepribadiannya yang idealnya baik dan peserta didik.
luhur tempat peserta didik mengadu dan
mendapat bimbingan. Jangan diharapkan PENUTUP
peserta didik akan mematuhi aturan di Berdasarkan uraian terdahulu
sekolah sementara pendidiknya saja dapat disimpulkan bahwa salah satu
belum mematuhi aturan yang dibuat, solusi untuk membentuk kepribadian
jangan harapkan peserta didik akan mau peserta didik yaitu dengan ketauladanan
konseling dengan konselor jika dan model dari seorang konselor sekolah
konselornya tidak menampilkan sikap karena konselor merupakan pendidik
penuh perhatian, ramah, peduli dan yang sangat dekat dengan peserta didik.
penyayang. Dengan demikian, seorang Beberapa karakter yang bisa di
konselor sebagai pendidik yang akan kembangkan dari kepribadian konselor
membangun karakter peserta didik di yaitu: (1) beriman dan bertakwa kepada
sekolah seyogyanya harus mencontohkan Tuhan Yang Maha Esa, (2) menghargai
perilaku yang berkarakter dalam dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kehidupan kesehariannya. kemanusiaan, individualitas, dan
Pembentukan karakter peserta kebebasan memilih yang baik, (3) peduli
didik memang harus dimulai dari terhadap orang lain, (4) toleransi terhadap
pendidikan keluarga setelah itu baru orang lain, (5) berwibawa, jujur, ramah,
pendidikan di sekolah. Pendidik seperti sabar, bertanggungjawab, dan konsisten,
konselor harus mampu memberikan (6) berempati, menghormati orang lain
tauladan atau model perilaku dan dan perhatian, (7) cerdas, kreatif, inovatif
tindakan yang berkarakter kepada peserta dan produktif, (8) bersemangat, disiplin,
didik. Hal Ini merupakan tantangan dan mandiri, (9) berpenampilan menarik
tersendiri bagi konselor sebagai pendidik dan menyenangkan (10) mampu
di sekolah, memang tidak mudah namun berkomunikasi dengan baik dan santun.
ini merupakan perbuatan yang sangat Untuk itu kepada pendidik khususnya
mulia dan jika berhasil konselor di konselor diharapkan dapat memberikan
sekolah memberikan contoh (model) dan tauladan atau model yang baik/karakter
tauladan yang baik kepada peserta didik, baik kepada peserta didik karena

11
pendidikan karakter harus dimulai oleh
pendidik yang berkarakter.

12
DAFTAR PUSTAKA

Allport, G.W. 1951. Personality a Psychological Interpretation. New York: Hanry Halt &
Company.
Brammer, L.M & Shostrom, E.L. 1982. Therapeutic Psychology: Fundamentals of
Counseling and Psychoterapy. New Jarsey: Prentice-Hall.
Dendy Sugono dkk. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional.
Feist, J & Feist, G.J. 2011. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
Geldard, K & Geldard, D. 2008. Membantu Memecahkan Masalah Orang Lain dengan
Teknik Konseling. Alih bahasa: Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Geldard, K & Geldard, D. 2011. Keterampilan Praktik Konseling; Pendekatan Integratif.
Alih bahasa: Eva Hamdiah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Herman Nirwan. 2012. Full Day School (FDS) dan Pembangunan Karakter. Prosiding
Seminar Internasional Bimbingan dan Konseling. Padang 14 Januari 2012.
Laura A King. 2012. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Alih bahasa: Brian
Marwensdy. Jakarta: Salemba Humanika.
Muhammad Syafii Antonio. 2009. Muhammad SAW the Super Leader Super Manager.
Jakarta: ProLM Center & Tazkia Publishing.
Munro, E.A., Manthei, R.J & Smalll, J.J. 1983. Penyuluhan: Suatu Pendekatan
Berdasarkan Keterampilan. Alih bahasa: Erman Amti. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ongky Hojanto. 2013. Public Speaking Mastery. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2008 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
Prayitno dan Belferik Manulang. 2011. Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa.
Jakarta: Grasindo.
Prayitno dkk. 2011. Panduan Umum Pengembangan Penghayatan dan Pengamalan Nilai-
nilai Karakter-Cerdas (P3N-KC). Padang: UNP Press.
Prayitno. 2005. Sosok Keilmuan Ilmu Pendidikan. Padang: UNP
Prayitno. 2009. Wawasan Profesional Konseling. Padang: UNP.
Sjarkawi. 2009. Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional
dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara.
Sofyan S Willis. 2007. Konseling Individual, Teori dan Praktik. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

13

Anda mungkin juga menyukai