Anda di halaman 1dari 25

Dampak Mis-identifikasi

Dini terhadap Anak,


Keluarga dan Guru
oleh:

Cahaya Dwi Dzullia S042108003


Febryantie S042108004
Novita Dwi Wulan S04210800
Sub Bahasan

Misidentification

Misintervention

The Social Content of Misidentification


& Misintervention
2
Misidentification
Kriteria Rujukan

Kriteria Evaluasi

Kategori Politik Kelayakan


Misidentification
Misidentifikasi siswa penyandang disabilitas adalah aspek yang dipublikasikan
secara luas dari kekurangan program pendidikan khusus. Laporan Kongres
layanan penelitian (Apling, 2001) menjelaskan terdapat tiga masalah utama
dalam kesalahan identifikasi:

Misidentifikasi dapat terjadi akibat kegagalan mengidentifikasi penyandang


disabilitas
Kesalahan identifikasi disabilitas yang tidak sesuai dengan hambatannya
Keterlambatan indetifikasi disabilitas
Kriteria Rujukan
Penggunaan strategi intervensi pra-rujukan yang efektif adalah dasar yang
diperlikan untuk mengidentifikasi anak yang perlu dirujuk, guna menentukan
apakah anak tesebut memenui kriteria kelayakan untuk mendapatkan layanan
pendidikan khusus

Kekhawatiran lain mengenai praktik rujukan dan evaluasi berkisar pada


penggunaan ukuran penilaian formal untuk tujuan kelayakan, khususnya,
ketidakmampuan belajar. Guru perlu dilatih untuk membuat keputusan
pendidikan sebaik mungkin berdasarkan data yang tersedia saat ini.
Kriteria Rujukan
Identifikasi untuk anak dengan hambatan kemampuan belajar, autism dan
gangguan emosi membutuhkan identifikasi dengan ukuran sangat subjektif,
(kuesioner orang tua, rjukan guru dan diagnostic penilaian profesioanal,)
dibandingkan identifikasi untuk anak dengan hambatan fisik seperti ganguan
penglihatan dan pendengaran
Efek samping dari proses RtI (Respon to Intervention) adalah mengakibatkan
kebijakan tidak tertulis atau tekanan halus untuk menggunakan prosedur
penilaian sebagai cara untuk mengurangi rujukan ke pendidikan khusus ataupun
RtI menyebabkan kelambanan dalam memulai proses rujukan
Kriteria Rujukan
Mendefinisikan disabilitas tidk mudah dan kategori disabilitas berubah dari
waktu ke waktu
Bayak anak dengan disabilitas yang teridentifikasi di satu Negara bagian, tida
akan memenuhi kriteria layak disebut disabiilitas di negara bagian lain. Contoh:
seorang anak yang menunjukkan karakteristik gangguan emosional di Texas
mungkin pindah ke Negara bagian di mana dia diidentifikasikan memiliki
ketidakmampuan belajar atau mungkin tidak memiliki disabilitas sama sekali
Praktik Evaluasi
Ada kemungkinan bahwa siswa dapat diidentifikasi membutuhkan layanan
pendidikan khusus ketika kenyataannya adalah bahwa identifikasi kategori
disabilitas tertentu adalah akibat langsung dari kesalahan dalam proses
penilaian.
Selain kesalahan yang dapat dibuat selama prosedur administrasi penilaian
(misalnya, kegagalan untuk mengikuti) teknik standarisasi), seringkali
kesalahan dapat dibuat saat menilai respons dan/ atau mengubah skor mentah
menjadi skor skala. Bahkan jika penilaian dilakukan dengan benar, personel
penilaian sering salah menafsirkan sejumlah besar informasi yang dikumpulkan
dari pengujian (Christensen et al., 1986).
Praktik Evaluasi
Bergantung pada peraturan negara bagian dan distrik sekolah tertentu di suatu
Negara bagian, mungkin ada inkonsistensi dalam pelabelan disabilitas.
Perbedaan ini mencerminkan undang-undang baru, kebijakan, personel dan
peluang pendanaan lebih dari perubahan nyata dalam populasi siswa (Nelson,
1983).
Peraturan IDEIA 2004 memungkinkan negara bagian untuk memilih dari tiga
opsi berbeda dalam mendiagnosis ketidakmampuan belajar: (a) model
perbedaan, (b) RtI, atau (c) prosedur berbasis penelitian lainnya (Zirkel &
Krohn, 2008).
Praktik Evaluasi

tidak ada konsensus di antara para profesional dalam mendefinisikan beberapa


kategori disabilitas. Misalnya, ada beberapa definisi gangguan emosi/perilaku
serta ketidakmampuan belajar (Christensen et al., 1986).
Kategori Politik
Kelayakan
Hukum: pengkategorian siswa diperlukan untuk menerima layanan yang
dibutuhkan
Praktis: Mengidentifikasi siswa dengan disabilitas tertentu dapat memfasilitasi
program pendidikan
Ekonomi: memberi label pada anak mungkin tidak ada hubungannya dengan
anak dan kebutuhan pendidikannya, contoh: sekolah yang sumber daya
keuangannya sedikit cenderung tidak mengidetifikasi anak yang membutuhkan
layanan pendidikan khusus (Nelson, 1983)
Disproporsional

Bias tes dan dominasi budaya kelas menengah kulit putih di bidang pendidikan
adalah kontributor dalam ketidak proporsionalan pelabelan disabilitas (Mahady,
Towne, Algozzine, Mercer, & Ysseldyke, 1990)
Keterbatasan siswa dalam kemampuan bahasa inggris pun mempunyai
implikasi pelabelan
Disproporsionalitas juga dapat berkontribusi pada pemisahan ras (Hary &
Klinger, 2006) serta stigma social.
Kesalahan pemberian
penanganan
Let’s start with the first set of slides
Disproporsional
Penempatan kriteria kelayakan anak yang kurang sesuai
Menurut Brown Chidsey (2007), jika seorang anak mendapat
identifikasi secara akurat dan lebih awal , tetapi jika layanan yang
diberikan kurang sesuai, maka hanya memberikan sedikit dampak
perubahan pada anak.
Disproporsional
Metodologi pengajaran yang kurang tepat
Banyak factor yang menyebabkan siswa gagal dalam belajar diluar
kemampuan pendidik diantaranya factor social ekonomi budaya yang
memainkan peran kausal. Menurut Christensen, 1985 dalam Heward, 2005
ketika siswa tidak mau belajar proses intruksional tidak bisa disalahkan,
namun hal ini diasumsikan sebagai akibat dari kekurangan individu sendiri
Berkebalikan dengan pendapat di atas, Heward (2005) menyatakan jika
seorang anak saat belajar tidak membawa perubahan apapun maka yang
perlu diubah adalah cara yang lebih efektif dalam mengajar.
Disproporsional
Kurikulum aktual yang diterapkan
Banyak kasus mengenai modifikasi kurikulum yang kurang sesuai
dengan kebutuhan siswa. Praktik modifikasi kurikulum yang dibuat
oleh pemangku kebijakan kurang sesuai dengan keadaan yang ada di
lapangan. Layanan yang diberikan tidak sesuai karena tidak
mencangkup keterampilan yang dibutuhkan siswa.
Disproporsional
Hal yang perlu dilakukan guru untuk menyikapi kesalahan
intervensi
Banyak kasus mengenai modifikasi kurikulum yang kurang sesuai
Melakukan identifikasi sedini mungkin
Melakukan catatan perkembangan siswa langsung untuk mengukur
efektifitas kinerja

Mengumpulkan data yang relevan dan menafsirkannya


Menghentikan pengajaran jika tidak mengumpulkan catatan
perkembangan secara berkala
Konteks Sosial dari
Misidentifikasi dan
Misintervensi
Let’s start with the first set of slides
Dampak pada Siswa
Penyandang disabilitas sadar bahwa orang lain menilai menyandang
disabilitas secara negatif, bahwa ada stigma sosial yang terkait dengan
perbedaan mereka (Green, Davis, Karshmer, Marsh & Straight, 2005)

anak yang diberikan identifikasi sejak dini agar kita dapat mengetahui dan
memahami kondisi tumbuh kembang anak tersebut, guna menghindari
dan menanggulangi terjadinya ketidaksesuaian tumbuh kembang anak.
anak yang tidak diberikan identifikasi sejak dini maka kita tidak akan tau,
anak ini memiliki hambatan atau layanan khusus apa yang seharusnya ia
dapatkan sebelum terlambat.
Dampak pada Siswa
anak yang salah identifikasi akan mendapatkan intervensi
yang diberikan tidak sesuai pada kondisi anak, itu akan
menghambat perkembangan anak tersebut.
Dampak pada Keluarga
Keluarga yang memiliki anak penyandang disabilitas banyak
menghadapi tantangan dan tingkat stres yang lebih tinggi dibanding
dengan keluarga yang tidak memiliki anak penyandang disabilitas
(Glidden, 1993)

Anak disabilitas memerlukan pengawasan lebih dari keluarga misalnya beberapa


anak ada yang harus terapi, perawatan medis dan perawatan anak.

Anak yang belum memiliki keterampilan komunikasi verbal diajarkan keterampilan


komunikasi fungsional untuk pengekspresian kebutuhan dan keinginannya dengan
tepat, maka anak akan lebih mungkin untuk terlibat dalam melukai diri sendiri atau
agresif terhadap anggota keluarga sehingga dapat membatasi kemampuan keluarga
dalam masyarakat atau menyebabkan anggota keluarga hidup dalam ketakutan.
Dampak pada Keluarga
Seorang anak autis yang memiliki keterampilan sosial yang buruk yang
tidak diajarkan untuk menafsirkan bahasa tubuh dan merespon dengan
tepat mungkin mengalami kesulitan dalam menjalin dan mempertahankan
persahabatan. Hal ini berdampak keluarga anak menjadi satu-satunya
sumber interaksi sosialnya.
Dampak pada Guru
Menurunnya motivasi guru terhadap siswa ketika upaya intervensi yang
dilakukan tidak membuahkan hasil apa-apa pada siswa.
Ketika seorang anak tidak menerima layanan yang sesuai sebagai akibat
dari kategori kelayakan yang salah atau intervensi yang tidak tepat, guru
cenderung kurang efektif
Lebih buruk lagi adalah ketika guru tersebut mengetahui bahwa ia tidak
membantu siswa, namun tetap bertahan pada pekerjaan tersebut sampai
masa pensiunnya datang.
hubungan saling ketergantungan antara guru dengan siswa dalam
pengajaran yang berkualitas dan prestasi siswa memiliki dampak
langsung dan jangka panjang untuk keduanya
“ Dengan berbagai permasalahan
mengenai kesalahan identifikasi dan
intervensi, yang diperlukan adalah
kerjasama anatara guru, orang tua,
siswa anggota keluarga, mapun
pihak terkait untuk mewujudkan
efektifitas belajar mengajar kepada
anak berkebutuhan khusus

24
Terima Kasih!

Anda mungkin juga menyukai