Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN KONSELING KELOMPOK REALITA UNTUK MENINGKATKAN

MOTIVASI BELAJAR SISWA BERPRESTASI KURANG (UNDERACHIEVER)


Eko Abdul Surozaq
1

ABSTRAK ; Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan skor motivasi
belajar siswa berprestasi kurang (underachiever) pada siswa kelas X – D SMA Negeri 3
Tuban antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan konseling kelompok
realita.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan jenis
penelitian one group pre- test and post testdesign. Subjek penelitian ini adalah 6 siswa
kelas X-D SMA Negeri 3 Tuban yang terkategori memiliki motivasi belajar rendah dan
berprestasi kurang (Underachiever)Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
motivasi belajar kurang dan siswa berprestasi kurang (underachiever) adalah metode
dokumentasi, angket dan metode wawancara. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik statistik non parametric dengan uji tanda. Dari hasil
analisis menggunakan uji tanda diketahui ρ = 0,016 lebih kecil dari α = 0,05
menunjukkan adanya perbedaan skor motivasi belajar siswa berprestasi kurang
(underachiever)antara sebelum dan sesudah penerapan konseling kelompok realita.
Skor motivasi belajar rendah siswa berprestasi kurang (underachiever) berkurang
setelah adanya perlakuan. Maka dapat disimpulkan bahawa penerapan konseling
kelompok realita dapat digunakan untuk membantu meningkatkan motivasi belajar
siswa berprestasi kurang (underachiever) siswa kelas X-D SMA Negeri 3 Tuban. Dan
sebagai data tambahan, dari hasil angket tentang motivasi belajar rendah siswa
berprestasi kurang (underachiever) , diketahui bahwa kebanyakan sebab siswa kurang
termotivasi belajar dan berprestasi kurang karena masalah pribadi dan masalah
sekolah. Dari hasil wawancara dengan guru BK, dapat diketahui sebab siswa motivasi
rendah dan mengalami siswa berprestasi kurang (underachiever) adalah karena
memiliki masalah ipribadi ajakan teman untuk tidak mengikuti kelas/pelajaran, dan
masalah sekolah khususnya cara mengajar guru atau tidak suka dengan guru,dan lain
sebagainya. Dan dari hasil angket angket evaluasi pemberian perlakuan diketahui
bahwa antusias siswa dalam mengikuti kegiatan konseling kelompok juga sangat tinggi,
mereka merasa senang dan banyak mengambil manfaat dari kegiatan tersebut
Kata kunci : Konseling kelompok realita, motivasi belajar rendah, underachiever
1

Konselor pada SD Al-Hikmah Surabaya


Pendahuluan
Hasil prestasi yang sangat memuaskan merupakan harapan dari semua siswa
dan orang tua, namun tidak semua anak mencapai hasil belajar yang memuaskan. Hal
ini dapat diterima jika memang anak memiliki keterbatasan dalam menyerap pelajaran
dan gagal untuk berprestasi dengan baik. Akan tetapi, hal ini menjadi masalah jika anak
memiliki kecerdasan yang tinggi, tetapi menunjukkan prestasi yang rendah. Prestasi
belajar yang diperoleh siswa tentu tidak lepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi siswa adalah tingkat
intelegensi (IQ). IQ memiliki korelasi sangat signifikan dengan prestasi belajar. Barret
dan Depinet (dalam Sunawan, 2003: 16) menjelaskan bahwa anak yang lebih tinggi
skor inteligensinya mendapatkan nilai akademis yang lebih tinggi, lebih menikmati
sekolah, lebih mampu mengikuti pelajaran, dan dalam kehidupan selanjutnya
cenderung mendapatkan keberhasilan. Oleh karena itu siswa ber-IQ tinggi seharusnya
mempunyai prestasi yang tinggi sesuai dengan potensinya.
Pada kenyataannya tidak semua siswa yang memiliki IQ tinggi memperoleh
prestasi yang tinggi pula. Hal ini biasa dikenal dengan istilah berprestasi kurang
(underachiever). Berprestasi kurang (underachiever) itu sendiri terjadi jika ada
ketidaksesuaian antara prestasi sekolah anak dan indeks potensi sebagaimana nyata
dari tes intelegensi, kreativitas, atau dari data observasi, di mana tingkat prestasi
sekolah lebih rendah daripada potensinya’ (Davis dan Rimm dalam Munandar, 2004:
239).
Menurut Clark (dalam Tol’ah 1992: 471) ada beberapa karakteristik yang
ditunjukkan siswa berprestasi kurang (underachiever) , yaitu sebagai berikut: 1)
Menunjukan prestasi yang berlawanan dengan harapan atau potensi yang dimilikinya,
2) Merasa tidak senang dengan sekolah atau gurunya dan cenderung bergabung
dengan teman yang juga memiliki sikap negatif terhadap sekolah, 3) Kurang termotivasi
untuk belajar, tidak mengerjakan tugas, sering mengantuk ketika belajar dan tidak
tuntas dalam mengerjakan tugas, 4) Kurang mampu melakukan penyesuaian
intelektual, 5) Merasa kurang bersemangat, kurang tegas dan sering ribut di kelas. 6)
Memiliki disiplin yang rendah, sering telat sekolah, enggan mengerjakan tugas, sering
ribut, dan mudah terpengaruh, 7)Tidak memiliki hobi atau minat terhadap kegiatan
untuk mengisi waktu luang.
Montgemery (Tarmidzi, 2008) menyatakan bahwa siswa yang mencapai prestasi
kurang (underachiever) tidak termotivasi belajar disekolah sehingga meraih prestasi
dibawah harapan dalam salah satu pelajaran, sebagian atau keseluruhan.
Adanya fenomena berprestasi kurang (underachiever) sangat mengundang
perhatian berbagai pihak untuk segera mengatasinya, khususnya yang bergerak di
bidang pendidikan. Jika hal ini dibiarkan maka negara akan mengalami kerugian yang
besar. Anak berbakat yang seharusnya menjadi generasi unggul penerus bangsa justru
akan menjadi beban negara, karena mereka tumbuh menjadi manusia yang kurang
produktif. Akan tetapi jika permasalahan berprestasi kurang (underachiever) mendapat
penanganan yang serius maka tidak dapat dipungkiri kualitas sumber daya manusia
akan semakin meningkat, sehingga bangsa Indonesia akan tumbuh menjadi bangsa
yang maju.
Dari uraian tersebut, maka timbul gagasan untuk meneliti dan mengetahui latar
belakang kurangnya motivasi belajar siswa berprestasi kurang (underachiever), dengan
mengetahui latarbelakang tersebut akan dapat membantu memahami permasalahan
siswa berprestasi kurang (underachiever). Pemahaman mendalam mengenai
latarbelakang kurangnya motivasi belajar siswa berprestasi kurang (underachiever),
diharapkan dapat menjadi bekal untuk merumuskan upaya penanganan yang efektif.
Dikatakan efektif karena sebelum merencanakan bantuan, konselor terlebih dahulu
harus mengenal pihak yang akan dibantu yang memiliki karakteristik tertentu sehingga
tepat sasaran. Upaya bantuan tersebut juga disesuaikan dengan penyebab
permasalahannya. Yang terjadi saat ini banyak faktor eksternal yang menyebabkan
menurunnya motivasi belajar siswa terutama siswa berprestasi kurang (underachiever) ,
faktor tersebut adalah kurang senang dengan guru mata pelajaran, gaya belajar siswa
yang tidak cocok dengan cara mengajar guru, tidak ada sikap positif orang tua terhadap
karier anak, orang tua terlalu dominan dalam belajar anak, lingkungan sekolah tidak
mendukung atau tidak memberikan penghargaan terhadap keberhasilan akademik
siswa dan kurikulum yang tidak cocok dengan siswa (Menurut Darminto 4:2004) .
Berdasarkan wawancara dengan 3 siswa SMA Negeri 3 Tuban pada tanggal 18
maret 2010 yang menurut Konselor sekolah, ketiga siswa tersebut mengalami
berprestasi kurang (underachiever), menyatakan bahwa penyebab rendahnya motivasi
belajar siswa adalah akibat kesehatan yang terganggu, pengaruh negatif dari teman
untuk tidak mengerjakan tugas, cara mengajar guru yang kurang dapat dipahami, dan
fasilitas sekolah yang kurang mendukung, yang tentu saja hal ini dapat mengganggu
efektivitas belajar siswa.
Melihat fenomena tersebut dan berlatar belakang dari pendapat Runikasari
(2008) dan Coyle (dalam Tarmidzi, 2008) yang mengatakan motivasi belajar siswa yang
mencapai prestasi kurang perlu ditingkatkan agar prestasi yang dicapai sesuai dengan
potensi yang dimiliki, maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah yang melatar
belakangi menurunnya motivasi belajar siswa yang mengalami gejala berprestasi
kurang (underachiever), serta memberikan suatu alternatif penyelesaian terhadap
permasalahan tersebut. Dengan begitu siswa berprestasi kurang (underachiever)
mampu meningkatkan motivasi belajarnya.
Salah satu cara yang digunakan oleh konselor didalam menyelesaikan masalah
anak yang mengalami berprestasi kurang (underachiever) tersebut yaitu dengan
konseling kelompok realita, konseling kelompok realita dipandang potensial untuk
membantu meningkatkan motivasi belajar siswa yang melatar belakangi masalah
berprestasi kurang (underachiever). Menurut Gustian (2002), siswa-siswa yang
mengalami berprestasi kurang (underachiever) tidak mungkin dapat mengatasi
permasalahannya sendiri, sehingga siswa tersebut memerlukan bantuan dari
orang-orang disekitarnya, terutama orangtua dan guru.
Menyikapi hal tersebut salah satu bentuk perlakuan yang diterapkan untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa terutama siswa berprestasi kurang
(underachiever) adalah konseling kelompok realita. Butler Por (1987) mengatakan
bahwa konseling kelompok dapat menjadi salah satu strategi penanganan yang dapat
diterapkan pada siswa yang mencapai prestasi kurang (underachiever), karena didalam
kelompok tersebut membahas dan mengentaskan masalah belajar yang dimiliki.
Menurut Gunarsa (1980) konseling kelompok realita dilaksanakan sebagai
alternatif bantuan karena setiap anggota kelompok dapat belajar berpikir dan
bertanggung jawab, serta keberhasilan dalam memecahkan masalah akan menyokong
harga diri setiap anggota.
Konseling kelompok realita membantu siswa untuk dapat bertanggung jawab
atas semua tindakan yang mereka lakukan. Glasser (dalam Corey, 2003) menyatakan
bahawa konseling kelompok realita membantu para konseli dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar psikologisnya yang mencakup kebutuhan untuk mencintai
dan dicintai serta kebutuhan untuk merasakan bahwa kita berguna baik bagi diri kita
sendiri maupun orang lain. Disamping itu Latipun (2001:129) berpendapat bahwa
konseling kelompok realita adalah pendekatan yang didasarkan pada anggapan
tentang adanya satu kebutuhan psikologis pada seluruh kehidupanya, kebutuhan
identitas diri yaitu kebutuhan untuk merasa unik, terpisah dan berbeda dengan orang
lain. Hal tersebut berkaitan dengan masalah siswa berprestasi kurang yang mengalami
kurang motivasi belajar, yang beberapa faktor penyebab kurang motivasi belajar adalah
kurang senang dengan guru, kurang mampu menyesuaikan intelektual yaitu adanya
ketidaksesuaian antara potensi yang dimiliki dengan capaian prestasi yang seharusnya
dicapai, serta kurang mengenal akan potensi yang dimilikinya sehingga cenderung
akan mengalami siswa berprestasi kurang (underachiever) Clark (dalam Semiawan
1992:471).
Konseling kelompok realita juga dikatakan mampu mengatasi siswa berprestasi
kurang (Underachiever) dengan karakteristik siswa yang menurut Runikasiari (2008)
mengatakan bahwa berprestasi kurang (underachiever) juga mengalami konsep diri
yang tidak realistis, kadang-kadang merasa sebagai anak yang gagal atau tidak
berguna, menghindari komunikasi, tidak memiliki tokoh identitas, tidak memiliki teman
dekat serta tidak berdaya/menunggu diajak orang.
Fungsi dari konseling kelompok adalah fungsi kuratif atau penyembuhan
sehingga diharapkan siswa yang mengalami berprestasi kurang dan tidak termotivasi
belajarnya dapat merubah perilakunya yang salah.
Didalam hal ini peneliti memilih konseling kelompok realita. Didalam konseling
kelompok realita terdapat fungsi terapi yang dapat diwujudkan dalam kelompok kecil
melalui pertukaran-pertukaran masalah pribadi antara anggota kelompok. Selain itu
kelompok konseli juga dapat memanfaatkan interaksi- interaksi yang terjadi untuk
meningkatkan pemahaman dan penerimaan nilai-nilai serta tujuan untuk belajar
bersikap dan berperilaku yang baik, dan bersama-sama mencari pemecahan terbaik
didalam menangani permasalahannya
Berdasarkan uraian tersebut, maka timbul gagasan untuk mengadakan penelitian
tentang konseling kelompok realita untuk membantu meningkatkan motivasi belajar
siswa berprestasi kurang (underachiever) di SMA Negeri 3 Tuban. Berdasar hasil
wawancara yang sudah dilakukan konslor sekolah SMA Negeri 3 Tuban, diperoleh data
bahwa siswa berprestasi kurang sangat menjadi masalah yang harus segera ditangani.
Penelitian ini berfokus pada keinginan untuk meneliti motivasi belajar yang kurang yang
melatar belakangi terjadinya siswa berprestasi kurang, sehingga dengan mencoba
memberikan perlakuan yaitu konseling kelompok realita untuk meningkatkan motivasi
siswa dalam belajar, sehingga masalah berprestasi kurang dapat diatasi
Pembahasan
Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa berprestasi kurang
(underachiever) peneliti berupaya untuk memberikan perlakuan yang berkaitan dengan
motivasi belajar siswa berprestasi kurang (underachiever), adalah melalui kegiatan
layanan bimbingan dan konseling yaitu kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik
diskusi kelompok. Untuk memperjelas uraian diatas maka, dapat digambarkan tabel
mengenai alur kerangka pikir seperti dibawah ini :
Melakukan proses Konseling Kelompok Realita
Meliputi 5 Tahapan
1. Ketrerlibatan dan penstrukturan kelompok
2. Eksplorasi data : perilaku konseli sekarang (apa yang dilakukan konseli akhir-akhir ini sehingga menimbulkan
masalah)
3. Pertimbangan nilai atau evaluasi terhadap baik- buruk, untung rugi perilaku yang sekarang
4. Rencana pengembangan perilaku baru dan
pelaksanaannya
5. Evaluaasipelaksanaan dan tindak lanjut, yang gagal tidak boleh dimaafkan namun juga tidak boleh diberi hukuman

Metode
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-
eksperimen dengan pendekatan one group pre test and Post Test Desagn.eksperimen
yang dilakukan ini adalah eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok saja tanpa
adanya kelompok pembanding, sehingga dalam penelitian ini diasumsikan bahwa
perbedaan antara pengukuran awal dan akhir merupakan efek dari adanya sebuah
perlakuan. Untuk memperjelas rancangan penelitian pre- eksperimen dengan one
group pre test and post test design, pertama kali yang dilakukan adalah melakukan tes
awal (Pre-Test) pada suatu kelompok subjek yang telah dibentuk yaitu melalui
pemberian angket tentang beberapa gejala yang dialami siswa berberprestasi kurang
(underachiever) yang menyebabkan menurunnya motivasi belajar dan kurang
memaksimalkan potensi yang dimiliki. Kemudian akan diberikan suatu perlakuan yang
dalam hal ini adalah diskusi kelompok dalam proses bimbingan kelompok. Untuk
mengetahui hasil atau efek dari pemberian perlakuan terhadap masalah siswa
berberprestasi kurang (underachiever), maka akan dilakukan pengukuran kembali
(Post-Test) dengan menggunakan angket siswa berberprestasi kurang (underachiever)
Mengidentifikasi siswa berprestasi
Adanya perubahan skor motivasi belajar dilihat dari angket post test yang kurang (underachiever) melalui
disebarkan, dan membandingkan
1. Data dari konselor sekolah
perubahan skor motivasi belajar antara sebelum dan sesudah penerapan konseling hasil IQ dan daftar prestasi
kelompok realita
siswa.
2. angket motivasi belajar siswa
yang mengalami prestasi
kurang (underachiever)
Prosedur dari pelaksanaan penelitian dengan rancangan pendekatan pre
experimental design dengan pre test dan post test one group design, adalah sebagai
berikut :
1). Peneliti mengukur keadaan subyek sebelum eksperimen (T1) yang
disebut pre test. 2). Setelah dilakukan pre test, kemudian diberikan perlakuan yaitu
penerapan
konseling kelompok realita (X). 3). Setelah treatment diberikan dan ditentukan nilai
setelah eksperimen (T2) yang disebut Post test, kemudian dibandingkan nilai antara T1
dan T2 yang diasumsikan sebagai efek dari eksperimen.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan angket motivasi belajar siswa berprestasi kurang (underachiever),
yang memiliki kategori skor rendah yaitu Mangga mendapat skor 120, Mawar mendapat
skor 120, Seroja mendapat skor 120 Jambu mendapat skor 118, Dahlia mendapat skor
118, Durian mendapat skor 115.Selanjutnya keenam siswa itu mendapatkan perlakuan
Konseling kelompok realita untuk membantu siswa dalam mengembangkan perilaku
bertanggung jawab yang tidak merugikan dirinya.
Hasil Pre-Test Dan Post-Test Tingkat Motivasi Belajar Siswa Berprestasi Kurang
160 140 120 100 80 60 40 20 S
0

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat adanya perbedaaan grafik hasil pre-test
lebih rendah dari pada hasil garfik post-test, hal ini mempunyai arti bahwa ada
peningkatan skor motivasi belajar siswa berprestasi kurang (underachiever) antara
sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa Konseling kelompok realita.
Berdasarkan hasil analisis dengan teknik statistik non parametrik yaitu uji tanda
(sign test) dapat diketahui bahawa X = 0 dan N = 6, dimana N adalah jumlah subjek
penelitian dan X adalah jumlah tanda yang paling sedikit. Pada tabel binomial nilai ρ =
0,016 lebih kecil dari α = 0,05 sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan skor
motivasi belajar siswa berprestasi kurang (underachiever), kelas X-
k
o
r
M
o
t
i
v
a
s
i
b
e
l
a
j
a
r
Subjek Penelitian
Pre -Test
Post - Test
D di SMA Negeri 3 Tuban antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan
Konseling kelompok realita. Dari hasil angket latar belakang kurang motivasi belajar
yang menyebabkan terjadinya siswa berprestasi kurang (underachiever), adalah faktor
dari cara mengajar guru dan perasaan tidak mampu, serta kurangnya rasa
tanggungjawab terhadap dirinya, yang subjek rasakan merasa tidak mampu
menyelesaikan tugas padahal sebenarnya para subjek mampu memperoleh lebih dari
apa yang subjek peroleh sebelumnya, baik dari prestasi belajar maupun hubungan
sosialnya.
Selanjutnya dibuat rencana untuk membantu meningkatkan motivasi belajar siswa
berprestasi kurang (underachiever) tersebut dengan menerapkan Konseling kelompok
realita sebanyak 6 kali pertemuan. Secara keseluruhan subyek penelitian dapat
mengikuti proses Konseling dengan penerapan Konseling kelompok realita. Sebelum
memasuki proses Konseling, Konselor membentuk tujuan bersama yang disepakati
oleh semua pihak dalam kelompok Konseling, dengan harapan proses Konseling dapat
berjalan sesuai dengan tujuan yang telah disepakati.
Berdasarkan hasil post-test skor yang diperoleh oleh siswa mengalami
peningkatan setelah mendapatkan perlakuan, Mangga mendapat skor 120 berubah
140, Mawar mendapat skor 120 berubah 148, Dahlia mendapat skor 118 menjadi 136,
Jambu mendapat skor 118 berubah 150, Seroja mendapat skor 120 menjadi 152,
Durian mendapat skor 115 menjadi 148.
Perbedaan skor pre-test dan post-test menunjukkan perubahan yang positif, Dari
hasil analisis data dengan menggunakan uji tanda menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan tingkat motivasi belajar siswa berprestasi kurang
(underachiever) sebelum dan sesudah penerapan Konseling kelompok realita,
diperoleh ρ (kemungkinan harga di bawah H
0

) = 0,016. Bila taraf α (taraf kesalahan)


sebesar 5% = 0,05, maka harga 0,016 lebih kecil daripada 0,05. Dengan demikian H
0

ditolak dan Ha diterima. Berarti konseling kelompok realita dapat


meningkatkan skor motivasi belajar siswa berprestasi kurang (underachiever), dan
meningkatkan motivasi belajar siswa.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan analisis dengan mengunakan ststistik non-parametrik dengan uji
tanda diperoleh ρ (kemungkinan harga di bawah H
0
) = 0,016. Pada taraf α (taraf
kesalahan) sebesar 5% = 0,05, maka harga 0,016 lebih kecil daripada 0,05. Dengan
demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang berbunyi “Ada perbedaan
tingkat skor motivasi belajar siswa berprestasi kurang (underachiever) antara sebelum
dan sesudah penerapan Konseling kelompok realita” dapat diterima. Dengan demikian
adanya peningkatan skor antara pre-test dan skor post-test dapat disimpulkan bahwa
penggunaan Konseling kelompok realita dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
berprestasi kurang (underachiever) kelas X-D di SMA Negeri 3 Tuban.
Saran
Bagi Konselor/ guru pembimbing
Penelitian ini menyatakan bahwa Konseling kelompok realita mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa berprestasi kurang (underachiever), maka
Konselor atau Guru pembimbing hendaknya dapat meningkatkan kemampuan dalam
menerapakan Konseling kelompok realita. Guru pembimbing diharapkan dapat
melaksanakan tahapan Konseling kelompok realita dengan tepat, dan lebih difokuskan
pada tahap pengeksploran Konseli dan perencanaan mengatasi masalah Konseli
karena tahap ini membawa pengaruh yang signifikan Bagi Peneliti Lain
a. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre test-post test
one group design, bagi peneliti lain diharapkan dapat menggunakan true
experiment design yaitu menggunakan kelompok kontrol sebagai kelompok
pembanding
b. Penelitian ini dalam menguji validitas dan reliabilitas masih menggunakan
Subjek yang relatif kecil, diharapkan peneliti lain dapat menguji kembali
angket dengan menggunakan subjek yang lebih besar, sesuai dengan buku skala
pengukuran statistik yang ditulis oleh Syaifudin Azwar
DAFTAR ACUAN
Aeni Firdiasih, Tol'ah. 2009. underachiever. Semarang : Universitas Semarang
Press Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan praktek.
Jakarta:
Rineke Cipta Corey, Gerald. 2003. teori dan praktek konseling dan psikoterapi.
Bandung :Rafika
Aditama Darminto, Eko. 1994. Jurnal penelitian : Identifikasi Faktor-Faktor
Penting
YangMempengaruhi Gejala Capaian Prestasi Kurang (Underachievement) Pada
Remaja Berkemampuan Normal. Surabaya : Unesa University Press Darminto, Eko .
2006. mata kuliah momoko (teori dan praktek konseling
realitas).Makalah tidak diterbitkan. Surabaya : Unesa University Djamarah,
Syaiful Bahri. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta : PT Rineke Cipta. Fauzan, Lutfi
dan Sudjiono. 1991.reality therapisebagai pendekatan rasional dalam
konseling kelompok. Malang : IKIP Malang Gunarsah, D. Singgih.2000. konseling
dan psikoterapi. Jakarta: Gunumg Mulia Hasibuan, JJ 1991. Proses Belajar Mengajar .
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Hasibuan, JJ dan Moedjiono 1995. Proses Belajar
Mengajar . Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya Latipun. 2001. psiko konseling (edisi ketiga). Malang : UMM
University Press Mom and Kiddle. 2006. Bagaimana Mengetahui Anak anda Tidak
Berprestasi Munandar, Utami. 1999. Pengembangan kreativitas anak berbakat.
Jakarta.Rineka
Cipta Nurihsan, Achmad Juntika.2006. Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT
Refika
Aditama Nursalim, Muhammad dan Hariastuti. 2007. konseling kelompok.
Surabaya :Unesa
University Press Nursalim, Muhammad dan Suradi. 2002. Layanan Bimbingan Dan
Konseling
Surabaya : Unesa University Press Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan
Konseling Kelompok. Jakarta : Ghalia
Indonesia dan Pustaka Saadiyah Romlah, Titiek 2001. Teori Dan Praktik
Bimbingan Kelompok. Malang :
Universitas Negeri Malang Runikasari, Septiana.2008. lembaga psikologi terapan
universitas indonesia: memotivasi remaja underachiever.
(http://www.iptui.com/artikel.php-arti-sle
detail), diakses (20 Februari 2010) Sardiman,AM.2004.inetraksi dan motivasi
belajar mengajar. Jakarta: Grafindo
Persada Semiawan, Conny 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta
:Gramedia
widiasarana Indonesia Siegel, Sidney. 1992. Statistik Non parametrik; Untuk
Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama Slameto . 2003 Belajar Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta Suradi. 1997. Masalah dan Diagnostik Kesulitan Belajar. Surabaya :
UNESA
University Press Susyanie, D. 2000.hubungan antara pemilihan jurusan dan
motivasi belajardengan prestasi belajar siswa kelas III smun 4 Surabaya tahun
pelajaran 1999/2000”. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : PBBB FIP UNESA Tarmidzi.
2008. konsep diri siswa underachiever. http:// tarmidzi.
Wordpress.com/2008/05/27/konsep-diri siswa. underachiever. Diakses 7 Januari 2010
Thantawy, R. 1997. Kamus Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Pamator Tri Hariastuti
Retno, 2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,
UNESAUniversity Press Walgito Bimo, 1982. Bimbingan dan konseling di
perguruan tinggi. cetakan I
Yoyakarta Winkel, WS dan Sri Hastuti 2004. Bimbingan dan Konseling Di
InstitusiPendidikan. Yogyakarta : Media

Anda mungkin juga menyukai