Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN KONSELING INDIVIDU TEKNIK SELF MANAGEMENT TERHADAP SCHOOL REFUSAL

PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 8 SURABAYA

PENERAPAN KONSELING INDIVIDU TEKNIK SELF MANAGEMENT TERHADAP SCHOOL REFUSAL


PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 8 SURABAYA

Nonie Az-Zahrah Putri Andani


Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya
Nonie.18007@mhs.unesa.ac.id

Mochamad Nursalim
Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya
Mochamadnursalim@unesa.ac.id

Abstrak
School refusal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti kecemasan berpisah dengan orang
terdekat, kurangnya keterampilan berkomunnikasi dan berinteraksi, memiliki pengalaman yang kurang
baik terhadap lingkungan sekolah, tuntutan tugas yang begitu banyak dan disertai dengan penjelasan guru
yang susah dimengerti, dan lain sebagainya. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
hasil dari penerapan konseling individu teknik self management terhadap school refusal pada peserta didik
kelas X SMAN 8 Surabaya. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data awal ialah dengan cara
wawancara dengan guru BK, data presensi kehadiran peserta didik dan juga menyebar angket pre-test
kepada peserta didik kelas X. Sedangkan teknik untuk analisis dan pengelolahan data menggunakan Pretest
Posttest One-Group Design. Hasil dari pemberian layanan konseling individu teknik self management ini
terbukti dapat menurunkan tingkat school refusal pada peserta didik. Hal ini diperkuat dengan adanya hasil
analisis data menggunakan spss yang menunjukkan angka 0,007 yaitu lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian layanan
konseling individu. Dengan adanya penelitian ini diharapkan peserta didik yang mengalami school refusal
dapat menguranginya dengan menerapkan self-management agar dapat membawa perubahan yang baik
bagi dirinya. Dan juga guru bk tetap memberikan bantuan kepada peserta didik yang mengalami hambatan
dan mengalami school refusal dengan penyebab apapun. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
bagi peneliti selanjutnya dengan menggunakan variabel lain yang lebih signifikan serta dapat
menggunakan teknik konseling yang berbeda dan lebih efektif.
Kata Kunci: Konseling Individu, Self Management, School Refusal

Abstract
School refusal can be caused by several factors, such as anxiety about separating from the closest people,
lack of communication and interaction skills, having bad experiences with the school environment,
demanding assignments that are so many and accompanied by teacher explanations that are difficult to
understand, and so on. This study was carried out with the aim of knowing the results of the application
of individual counseling self-management techniques to school refusal in class X students of SMAN 8
Surabaya. The technique used to collect initial data is by interviewing the BK teacher, attendance data of
students and also distributing pre-test questionnaires to class X students. Meanwhile, the technique for
analyzing and managing data is using Pretest Posttest One-Group Design. The results of providing
individual counseling services with self-management techniques are proven to be able to reduce the level
of school refusal in students. This is reinforced by the results of data analysis using SPSS which shows the
number 0.007 which is smaller than 0.05 so it can be concluded that there is a significant difference
between before and after the provision of individual counseling services. With this research, it is hoped
that students who experience school refusal can reduce it by implementing self-management so that they
can bring good changes for themselves. And also BK teachers continue to provide assistance to students
who experience obstacles and experience school refusal for any reason. This research is expected to be a
reference for future researchers by using other variables that are more significant and can use different
and more effective counseling techniques.
Keywords: Individual Counseling, Self Management, School Refusal

581
PENERAPAN KONSELING INDIVIDU TEKNIK SELF MANAGEMENT TERHADAP SCHOOL REFUSAL
PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 8 SURABAYA

& Salzhauer, 2006 (dalam Ampuni dan Andayani,


PENDAHULUAN 2007) menunjukan bahwa angka prevalensi secara
Pendidikan dan sekolah merupakan suatu hal internasional adalah 2,4% Sedangkan di Amerika,
yang menjadi kewajiban untuk ditempuh setiap anak- angka prevalensi sebesar 1,3% terjadi terhadap remaja
anak hingga remaja. Dalam upaya membentuk generasi usia 14-16 tahun dan 4,1%-4,7% terjadi terhadap anak
emas yang hebat, dan memiliki komitmen untuk berusia 7-14 tahun. Dampak dari terjadinya School
meneruskan budaya Indonesia pada aspek pendidikan Refusal ini tidak hanya terjadi pada akademik, namun
diharapkan mampu memberikan perwujudan cita-cita juga terjadi pada aspek sosial. Salah satu dampaknya
bangsa dan tujuan pendidikan nasional. Tujuan adalah peserta didik dapat menjadi kurang bersosialisasi
pendidikan nasional terdapat pada undang-undang nomer dengan orang lain. Ketika hal ini terjadi maka secara
20 tahun 2003 pasal 1 yakni, pendidikan merupakan tidak langsung dapat memberikan pengaruh terhadap
suatu usaha yang dilakukan dengan sadar dan terencana prestasi belajar peserta didik, prestasi belajar dari
dalam terwujudnya suasana belajar dan proses peserta didik yang bergantung pada orang-orang
pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan terdekat atau sekitarnya juga akan bergantung pada
secara aktif potensi dirinya untuk memiliki kekuatan orang-orang tersebut (Rifai, 1993). Peserta didik yang
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, mengalami School Refusal juga berpotensi mengalami
akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, Dropout karena lamanya peserta didik tidak mengikuti
masyarakat, bangsa, dan Negara. Dengan adanya pembelajaran di sekolah. Setzer & Salzhauer, 2006
kegiatan belajar yang dilakukan disekolah, banyak hal (dalam Ampuni dan Andayani, 2007) menyatakan
yang bermanfaat yang dapat diperoleh oleh peserta didik bahwa penyebab terjadinya school refusal bermacam-
seperti ilmu yang bermanfaat bagi kehidupannya, macam, namun secara umum dapat diklasifikasikan
bersosialisasi dengan orang lain mulai dari teman, guru, menjadi empat alasan yaitu: 1) Agar tidak bertemu
dan sebagainya. Didalam lingkup sekolah tidak hanya dengan objek atau situasi yang ada hubungannya
menuntut peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar dengan sekolah yang dapat menimbulkan distress pada
dalam bidang akademik saja namun peserta didik juga diri peserta didik, 2 ) Untuk menghindari situasi yang
diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan lain seperti dapat menimbulkan perasaan tidak atau kurang nyaman
mengikuti ekstrakulikuler ataupun organisasi yang ada baik dalam upaya berinteraksi dengan teman sebaya
disekolah tersebut. Namun tidak seluruh peserta didik ataupun dalam kegiatan pembelajaran, 3) Agar
memiliki keinginan tinggi dalam hal belajar akademik mendapat perhatian dari orang lain diluar lingkup
maupun non-akademik. Peserta didik yang tidak memiliki sekolah; dan 4) Untuk mencari kesenangan di luar
keinginan atau minat dalam belajar akan cenderung lingkup sekolah.
menghindari atau melakukan penolakan untuk tidak Permasalahaan ini juga ditemukan oleh peneliti
belajar atau berangkat ke sekolah. Menurut Kearney, saat sedang menjalani kegiatan PLP disalah satu sekolah.
2006 penolakan tersebut dapat dilakukan dengan Tingkat school refusal yang ada termasuk dalam kategori
berbagai cara seperti membolos, tetap menghadiri yang tinggi dan disebabkan oleh berbagai faktor yang
kegiatan belajar namun meninggalkan kegiatan tersebut berbeda-beda setiap peserta didik. Melalui data-data yang
sebelum selesai, dan lain sebagainya. Penolakan yang telah diperoleh menunjukkan bahwa disetiap sekolah
dilakukan oleh peserta didik untuk belajar atau pergi ke masih terdapat school refusal pada beberapa peserta
sekolah juga dapat disebut sebagai School Refusal. didiknya. School Refusal ini juga terjadi disalah satu
Sementara itu (Manurung, 2012), menjelaskan sekolah di Indonesia tepatnya di SMAN 8 Surabaya
definisi dari school refusal yaitu sebagai sebuah masalah dimana berdasarkan hasil rekap presensi setiap harinya,
emosional yang diwujudkan dengan keengganan untuk menunjukkan bahwa terjadi school refusal terhadap
menghadiri sekolah dengan menunjukkan gejala fisik beberapa peserta didik. Peraturan yang telah disesuaikan
karena cemas berpisah dengan orang tua atau pernah dengan kondisi pandemi saat ini di SMAN 8 Surabaya
mengalami peristiwa negatif saat berada di sekolah menyatakan bahwa jika peserta didik tidak menghadiri
ditambahkan juga bahwa seorang anak dikatakan pembelajaran tatap muka disekolah dengan cara sengaja
mengalami school refusal apabila dia enggan berangkat lebih dari 6x maka peserta didik tersebut sudah
sekolah atau mengalami gangguan lingkungan yang tidak menunjukkan salah satu kriteria dari school refusal. Dari
mampu diatasi saat berada di sekolah. Sejalan dengan data tersebut diketahui pada peserta didik kelas X
Manurung terdapat sebanyak 11 peserta didik yang menunjukkan
Kasus penolakan sekolah atau yang biasa tanda-tanda mengalami school refusal yaitu tidak
disebut dengan School Refusal tidak hanya terjadi di menghadiri atau melakukan penolakan untuk datang ke
Indonesia namun juga terjadi diberbagai Negara. Setzet sekolah dengan faktor yang tidak diketahui Peserta didik

582
PENERAPAN KONSELING INDIVIDU TEKNIK SELF MANAGEMENT TERHADAP SCHOOL REFUSAL
PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 8 SURABAYA

kelas X yang mengalami school refusal lebih banyak Nusalim, 2013) Self management merupakan salah satu
yang berasal dari jurusan IIS atau biasa disebut dengan tekni konseling untuk merubah seseorang agar dapat
jurusan IPS. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor mengarahkan perilakunya sendiri menggunakan satu atau
seperti memiliki permasalahan dengan keluarga, kurang beberapa strategi terapi secara kombinatif. Oleh karena
baiknya hubungan peserta didik dengan teman sebaya di itu dapat disimpulkan bahwa self management ini adalah
sekolah, keinginan peserta didik untuk memilih sekolah proses yang dilakukan dengan tujuan agar konseli atau
yang lain sehingga ia kurang peduli dengan apa yang peserta didik dapat berkembang dan mengelolah dirinya
sudah ia capai sekarang, dan juga ketidakinginan peserta agar lebih baik sehingga dapat membentuk konseli untuk
didik untuk berpisah dengan teman dekat yang lebih menjalani kesehariannya termasuk pada aspek pendidikan
memilih untuk bersekolah ditempat lain. Peserta didik konseli. Sugiharto 2007, (hlm. 23) menyatakan bahwa
yang tidak menghadiri pembelajaran tatap muka tersebut terdapat tiga teknik yang relevan untuk diterapkan dalam
akhirnya memberikan dampak yang kurang baik pada penerapan strategi pengelolaan diri. Pemantauan diri
dirinya sendiri seperti tidak terpenuhinya nilai mata (self-monitoring) adalah proses dimana peserta didik
pelarajan, tidak mengenal baik teman sebaya, tidak yang mengalami school refusal didorong untuk
mengenal baik guru yang ada, serta tidak tahu mengenai mengamati dan mencatat segala sesuatu yang
sarana dan prasarana yang ada disekolah. Bahkan tidak menyangkut dirinya sendiri dalam interaksinya dengan
jarang peserta didik tersebut akhirnya mengalami dropout lingkungan. Pemantauan diri yang dilakukan oleh peserta
maupun mengundurkan diri. didik berfungsi untuk mendapatkan data mengenai
Dengan adanya data yang terpapar diatas dapat perilaku school refusal dalam suatu proses konseling.
ditarik kesimpulan bahwa School Refusal merupakan Pemantauan diri juga dapat menciptakan perubahan,
suatu masalah yang dialami peserta didik dimana mereka karena peserta didik mengumpulkan data tentang dirinya,
membutuhkan penanganan atau bantuan agar masalah data yang diperoleh dapat lebih mempengaruhi
tersebut tidak memberikan dampak yang negative lebih perilakunya lebih lanjut. Stimulus control merupakan
lanjut terhadap kehidupan baik di sekolah maupun tahap dimana dilakukannya kegiatan merancang kondisi-
dilingkungan sekitar. kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya
Jones (Insano, 2004:11) (dalam Sulistyarini, & perilaku peserta didik. Self-reward diberikan agar dapat
Jauhar) berpendapat bahwa konseling adalah merupakan memperkuat atau meningkatkan respon atau hasil yang
hubungan yang terjadi secara professional antara diharapkan.
konselor dengan konseli dan bahwa hubungan ini Self management memiliki manfaat diantaranya
biasanya bersifat individu atau perseorangan. Perilaku memberi bantuan kepada peserta didik dalam
penolakan sekolah atau membolos dapat ditangani pengelolahaan dirinya baik fikiran, perasaan dan
dengan menggunakan konseling individu. Konseling perbuatan sehingga dapat berkembang secara optimal dan
individu dilakukan oleh konselor bersama seorang peserta didik semakin mampu untuk menjalani
konseli atau peserta didik yang mengalami school refusal kehidupannya sendiri. Dengan adanya penerapan teknik
dengan bertemu langsung secara tatap muka dengan ini, peserta didik akan terlibat dalam sebagian atau semua
tujuan untuk menyelesaikan apa yang telah dialami oleh komponen dasar seperti megidentifikasi perilaku yang
peserta didik. Penerapan konseling individu ini dapat ditentukan, memonitor perilaku tersebut, memilih
menjadi alternatif penyelesaiian masalah yang dapat prosedur yang diterapkan pada dirinya, melaksanakan
dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya prosedur yang telah dipilih, dan juga mengevaluasi
perubahan perilaku peserta didik pada saat pertemuan prosedur tersebut, sehingga ketika terjadi perubahan pada
konseling individu yang telah mengarah pada tingkah laku peserta didik, perilaku dan prosedur tersebut
berkurangnya school refusal atau penolakan sekolah yang akan bertahan lama. Terkait dengan kasus school refusal,
terlihat lebih baik dari sebelumnya. dengan teknik self management guru bk berperan
Dalam melakukan layanan konseling individu membantu peserta didik agar mereka dapat
dapat dipadukan dengan berbagai teknik yang ada agar mengembangkan potensi dan memecahkan setiap
menjadi lebih efektif dan terarah. Salah satu teknik yang masalah yng dialami dengan cara mengimplementasikan
dapat digunakan yaitu teknik self management. Menurut teknik tersebut. Maka dari itu untuk mengurangi school
Suwardani, 2014 Self management atau yang biasa refusal maka proses pengondisian lingkungan yang buruk
disebut dengan pengelolahan diri merupakan teknik tersebut harus mengalami perubahan. Hal tersebut dapat
menata perilaku seseorang yang tujuannya adalah dilakukan melaui kendali stimulus. Kendali stimulus
mengarahkan dan mengelola dirinya agar dapat tercapai (stimulus control) merupakan penataan kembali atau
kemandiriannya serta agar kehidupannya lebih produktif. memodifikasi lingkungan sebagai isyarat kasus atau
Sedangkan menurut Cormier & Cormier, 1985 (dalam antiseden atas respon tertentu. Untuk mengurangi

583
PENERAPAN KONSELING INDIVIDU TEKNIK SELF MANAGEMENT TERHADAP SCHOOL REFUSAL
PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 8 SURABAYA

perilaku school refusal sesuatu yang menjadi pemicu bagi penampilan data). Penelitian dengan pendekatan
peserta didik yang mengalami school refusal harus kuantitatif berfokus pada analisis data numerik dan
dikurangi frekuensinya, ditata kembali, atau diubah dianalisis dengan metode statistik yang sesuai. Penelitian
waktu dan tempat kejadiannya. kuantitatif biasanya digunakan dalam penelitian
Berdasarkan uraian diatas, memberikan suatu inferensial agar dapat menguji hipotesis. Hasil uji statistik
ketertarikan pada peneliti untuk melakukan penelitian dapat menunjukkan signifikansi hubungan yang
yang berkaitan dengan school refusal yang bertujuan diperlukan. Oleh karena itu, makna hubungan yang
untuk mengetahui hasil dari penerapan konseling diperoleh bergantung pada hipotesis dan hasil uji statistik,
individu teknik self management terhadap peserta didik bukan pada logika ilmiah. Sedangkan Desain Pre-test
kelas X SMAN 8 Surabaya. Dimana school refusal Posttest One-Group Design merupakan penggunaan
merupakan suatu masalah yang selalu ditemui dalam teknik yang digunakan untuk menentukan efek atau
dunia pendidikan khususnya salah satu fokus para guru dampak dari sebelum dan sesudah perlakuan (Sugiyono,
bimbingan dan konseling disekolah. Yang menjadi subjek 2012). Langkah-langkah yang dilakukan dalam
dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMAN melakukan penelitian ini adalah : 1. Memberikan pre-test
8 Surabaya karena peserta didik kelas X mengalami untuk kondisi awal subjek penelitian sebelum
proses peralihan dari jenjang SMP ke SMA dengan diberikannya perlakuan berupa konseling individu
pendidikan disekolah yang baru, suasana baru, harus menggunakan teknik self management, 2. Memberikan
bersosialisasi dengan berbagai orang baru, dan juga harus layanan BK yaitu konseling individu dengan teknik self-
dihadapkan dengan pada berbagai masalah baru baik management, 3. Pemberian post test terhadap peserta
dalam hal akademk maupun non-akademik. Penerapan didik yang telah mendapatkan layanan konseling individu
konseling individu yang diterapkan diharapkan dengan teknik self management.
memberikan dampak yang lebih baik ketika peserta didik Hasil rekap presensi setiap harinya menunjukkan
beralih pada jenjang kelas berikutnya. bahwa terjadi school refusal terhadap beberapa peserta
Beberapa manfaat dapat diperoleh dengan didik. Peraturan yang telah disesuaikan dengan kondisi
adanya penelitian ini baik bagi peneliti, peserta didik, pandemi saat ini di SMAN 8 Surabaya menyatakan bahwa
guru, maupun instansi tersebut. Peneliti berharap bahwa jika peserta didik tidak menghadiri pembelajaran tatap
penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan muka disekolah dengan cara sengaja lebih dari 6x maka
kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, peserta didik tersebut sudah menunjukkan salah satu
khususnya dalam ilmu bimbingan dan konseling serta kriteria dari school refusal. Berdasarkan data tersebut
sebagai tambahan pengetahuan dan keterampilan dalam diperoleh 11 peserta didik yang tidak menghadiri
meningkatkan kemampuan self management. Hasil dari pembelajaran disekolah lebih dari 6x. Peserta didik kelas
penelitian ini juga diharapkan memberikan dampak yang X yang mengalami school refusal lebih banyak yang
positif bagi peserta didik. Diharapkan peserta didik dapat berasal dari jurusan IIS atau biasa disebut dengan jurusan
menerapkan self management dengan baik dan IPS. Berdasarkan data yang diperoleh dari presensi,
mengurangi school refusal yang terjadi pada dirinya. terdapat 11 peserta didik dari keseluruhan peserta didik
Mengingat angka terjadinya school refusal ini masih kelas X yang terindikasi mengalami school refusal dengan
tinggi maka diharapkan hasil dari penelitian ini mampu tingkat yang berbeda-beda. Dari ke-11 peserta didik
memberikan dampak positif terhadap sekolah, khususnya tersebut dilakukan pre-test untuk mengetahui peserta didik
guru bk dengan memberikan informasi mendalam terkait yang paling mengalami school refusal sehingga peneliti
self management sebagai salah satu cara untuk dapat menetapkan konseli yang mendapatkan penerapan
menangani school refusal pada peserta didik SMAN 8 konseling individu.
Surabaya. Dan juga diharapkan dapat menambah Berdasarkan hasil penyebaran angket pre-test
wawasan dan pengetahuan bagi peneliti sendiri, serta terhadap 11 peserta didik tersebut, telah diperoleh tiga
meningkatkan pemahaman mengenai self management peserta didik dengan tingkat school refusal tinggi dengan
pada diri sendiri dengan adanya penelitian ini. kisi-kisi angket sebagai berikut:

METODE Aspek Indikator Jumlah


Metode yang digunakan dalan penelitian ini Item
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain Faktor Siswa tidak menghadiri 21
Pretest Posttest One-Group Design. Menurut Siyoto & Pribadi kegiatan belajar disekolah
Sodik, 2015 (dalam Hardani, 2020) Penelitian kuantitatif maupun daring
sendiri merupakan penelitian yang berpusat pada angka, Siswa meninggalkan kegiatan
mulai dari proses pengumpulan data, analisis data dan

584
PENERAPAN KONSELING INDIVIDU TEKNIK SELF MANAGEMENT TERHADAP SCHOOL REFUSAL
PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 8 SURABAYA

belajar disekolah maupun Menurut hasil post-test yang telah diperoleh


daring meskipun belum selesai menunjukkan penurunan antara sebelum pemberian
Siswa mengemukakan keluhan layanan konseling individu dan setelah pemberian layanan
fisik dengan tujuan agar tidak konseling individu dengan skor seperti pada tabel dibawah
pergi ke sekolah. ini:
Siswa mengalami kecemasan Tabel 3. Hasil Post-Test 3 Konseli
ketika berpisah dengan orang Inisial Peserta Hasil Hasil Keterangan
terdekat Didik Pre-Test Post-test
Faktor Siswa memiliki pengalaman 11 AW 81 64 Rendah
Lingkungan yang kurang baik yang terjadi MR 86 73 Rendah
Sekolah dilingkungan sekolah ADA 84 70 Rendah
Siswa mengalami ketakutan
yang muncul yang berkaitan Terjadinya penurunan tingkat school refusal tersebut
dengan kegiatan akademik di tentunya diperkuat dengan adanya analisis data lanjutan
sekolah yang dilakukan untuk menguji hipotesis peneliti.
Langkah dalam menguji hipotesis diatas ada
Sebelum memulai analisis data, maka harus beberapa yang pertama adalah dilakukan terlebih dahulu
dipastikan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal Uji normalitas. Uji normalitas ini digunakan untuk
dengan melakukan Uji normalitas. Uji normalitas ini memeriksa apakah sampel t-test terdistribusi dengan
digunakan untuk memeriksa apakah sampel t-test normal. Kita dapat mengatakan bahwa data berdistribusi
terdistribusi dengan normal. Sedangkan Analisis data normal jika tingkat signifikannya > 0,05, sedangkan jika
yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis tingkat signifikannya < 0,05 maka distribusi tersebut
statistik Uji Paired Sample T-test. Uji t berpasangan dikatakan tidak normal. Pengujian uji normalitas pada
dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis tingkat penelitian ini dianalisis menggunakan SPSS 18.0 for
school refusal pada peserta didik sebelum dan setelah windows. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian
mendapatkan layanan konseling individu dengan teknik ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikan
self-managament. dengan penjabaran hipotesis sebagai 0,05. Berikut ini merupakan hasil dari Uji normalitas
berikut :
 Ha : adanya penurunan atau perbedaan tingkat
school refusal pada peserta didik disekolah
setelah penerapan konseling individu dengan
teknik self-managemet pada peserta didik kelas
X SMAN 8 Surabaya
 Ho : tidak adanya penurunan atau perbedaan Nilai sign yang diperoleh seperti yag tertera pada tabel
tingkat school refusal pada peserta didik diatas menunjukkan angka yang lebih besar daripada 0,05.
disekolah setelah penerapan konseling individu Angka tersebut menunjukkan bahwa kedua data tersebut
dengan teknik self-management pada peserta berdistribusi normal.
didik kelas X SMAN 8 Surabaya Kemudian dilakukan bentuk penilaian untuk
mengetahui apakah kedua data merupakan data yang
HASIL DAN PEMBAHASAN berpasangan. Kedua data dikatakan berpasangan atau
Hasil angket pre-test yang didapat setelah correlations jika taraf signifikannya < 0,05, sedangkan
dibagikan kepada 11 peserta didik yang terindikasi jika taraf signifikannya > 0,05 maka dapat dikatakan
mengalami school refusal, diperoleh tiga peserta didik bahwa kedua data tersebut tidak berpasangan.
dengan kategori tinggi. Dari ke tiga peserta didik tersebut
memperoleh hasil pre-test sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Pre-Test 3 Konseli
Inisial Peserta Didik Hasil Pre-Test Keterangan
AW 81 Tinggi Nilai sign yang didapat pada tabel “Sample Correlations”
MR 86 Tinggi adalah 0,048 dimana angka tersebut lebih kecil nilainya
ADA 84 Tinggi dibandingankan dengan 0,05. Sehingga terdapat
kesimpulan bahwa kedua data tersebut merupakan data
yang berpasangan.

585
PENERAPAN KONSELING INDIVIDU TEKNIK SELF MANAGEMENT TERHADAP SCHOOL REFUSAL
PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 8 SURABAYA

Pada tahap yang terakhir adalah untuk menguji terlambat datang ke sekolah, konseli lebih
apakah terdapat perbedaan atau penurunan tingkat school memilih untuk tidak melanjutkan pergi ke
refusal antara sebelum dan sesudah diterapkannya sekolah dengan alasan bahwa konseli takut jika
konseling individu dengan teknik self management. Serta ia datang terlambat ke sekolah akan
apakah konseling individu teknik self menagament ini mendapatkan teguran dan hukuman oleh guru
memberikan dampak yang positif sehingga dapat yang sedang menjaga atau mencatat daftar
menurunkan tingkat school refusal peserta didik. Hal ini kehadiran peserta didik. Dengan ketidakhadiran
dapat dibuktikan apabila Nilai Sign yang didapat < 0,05 konseli ke sekolah ini berakibat juga terhadap
maka ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan tugas sekolah konseli. Banyak tugas-tugas
sesudah pemberian layanan konseling individu. Namun sekolah yang menjadi tunggakan bagi konseli.
sebaliknya, apabila Nilai Sign yang didapat > 0,05 maka 2. Peserta didik MR
tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan MR memperoleh skor 86 pada saat pre-test.
sesudah pemberian layanan konseling individu. Berdasarkan penggalian informasi pada
pertemuan pertama dengan, peneliti memperoleh
berbagai informasi mengenai konseli. selama
satu semester ini, MR tidak mengikuti
pembelajaran disekolah sebanyak 10kali. Konseli
hanya tinggal bersama kakak laki-lakinya yang
sudah bekerja dan sudah memiliki kamar berbeda
Berdasarkan tabel “Paired Samples Test” diatas, dengan konseli. Kakak konseli memiliki jam
menunjukkan angka 0,007 yaitu lebih kecil dari 0,05 kerja yaitu menjelang siang sehingga ia tidak
sehingga terdapat kesimpulan bahwa terdapat perbedaan akan bangun terlalu pagi karena membutuhkan
yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian istirahat. Dikarenakan kakak konseli tidak
layanan konseling individu. bangun saat dipagi hari maka konseli juga tidak
bangun dipagi hari karena tidak ada yang
Pembahasan membangunkan konseli. Konseli juga sudah
Dengan adanya hasil pre-test diatas maka berusaha untuk memasang alarm namun
konseling individu diterapkan kepada tiga peserta didik terkadang ia tetap tidak mendengar alarm
tersebut. School refusal yang dialami oleh peserta didik tersebut. Hal tersebut mengakibatkan konseli
tersebut memiliki dampak yang negative terhadap terlambat untuk datang kesekolah. Jarak rumah
perkembangan dirinya maupun terhadap akademik peserta konseli yang lumayan jauh juga mengharuskan
didik itu sendiri. Melalui wawancara yang telah dilakukan konseli untuk berangkat lebih awal karena ia
peneliti kepada guru bk yang ada, guru bk tersebut menggunakan kendaraan umum bahkan
menyebutkan bahwa peserta didik tersebut memiliki terkadang jalan kaki karena tidak ada yang
beberapa tugas yang belum dikerjakan, sering terlambat mengantarkan konseli ke sekolah. MR juga
untuk masuk sekolah bahkan tidak masuk atau tidak memiliki kesadaran bahwa dirinya akan
mengikuti kegiatan pembelajaran disekolah lebih dari 6x, terlambat datang ke sekolah, sehingga MR lebih
dan kurang bersosialisasi dengan teman sebayanya. memilih untuk tidak melanjutkan pergi ke
Adapun deskripsi atau penggambaran peserta didik yang sekolah dengan alasan bahwa konseli takut jika
mendapat layanan konseling individu : ia datang terlambat ke sekolah akan
1. Peserta didik AW mendapatkan teguran dan hukuman oleh guru
AW memperoleh skor 81 pada saat pre-test. yang sedang menjaga atau mencatat daftar
Berdasarkan penggalian informasi pada kehadiran peserta didik. Dengan ketidakhadiran
pertemuan pertama dengan AW, peneliti konseli ke sekolah ini berakibat juga terhadap
memperoleh berbagai informasi mengenai tugas sekolah konseli. Banyak tugas-tugas
konseli. Selama satu semester ini, AW tidak sekolah yang menjadi tunggakan bagi konseli.
mengikuti pembelajaran disekolah sebanyak 3. Peserta didik ADA
13kali. Konseli memiliki kebiasaan bermain ADA memperoleh skor 84 pada saat pre-test.
dengan teman-teman sebayanya mulai dari Berdasarkan penggalian informasi pada
malam hari hingga menjelang pagi. Hal tersebut pertemuan pertama dengan ADA, peneliti
mengakibatkan konseli menjadi kurang tidur dan memperoleh berbagai informasi mengenai
berujung terlambat untuk datang kesekolah. konseli. selama satu semester ini, ADA tidak
Ketika konseli sadar bahwa dirinya akan mengikuti pembelajaran disekolah sebanyak

586
PENERAPAN KONSELING INDIVIDU TEKNIK SELF MANAGEMENT TERHADAP SCHOOL REFUSAL
PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 8 SURABAYA

8kali. ADA merupakan ketua kelas di kelasnya. berfungsi untuk meningkatkan peluang peserta didik agar
ADA mengalami suatu peristiwa yang membuat tujuan yang mereka rencanakan dapat tercapai, tetapi juga
ia menjadi kurang nyaman saat berada disekolah merupakan model potensial dari hubungan antar pribadi
dihari tertentu. Peristiwa itu adalah ketika salah yang baik sehingga dapat berguna dalam upaya perbaikan
satu guru mata pelajaran memberikan tugas kualitas hubungan mereka dengan orang lain di luar
kepada kelas ADA, namun beberapa temannya lingkup terapi. Upaya yang dilakukan peneliti untuk dapat
tidak dapat menyelesaikan tugas tersebut sesuai membentuk hubungan yang baik dengan peserta didik
dengan waktu yang diberikan walaupun ADA sehingga peserta didik dapat memberikan kepercayaan
sudah sering mengingatkan. Hal tersebut penuh terhadap peneliti adalah dengan membicarakan hal-
membuat guru mata pelajaran tersebut hal yang ringan terlebih dahulu, kemudian meyakinkan
memberikan kritik terhadap kelas tersebut. peserta didik mengenai asaz kerasahasiaan proses
Namun ADA memiliki rasa bersalah yang besar konseling, dan juga memperbaiki cara berkomunikasi
karena ia merasa bahwa sebagai ketua kelas, dengan peserta didik menjadi lebih santai karena usia
seharusnya ia dapat mengkondisikan kelasnya yang juga tidak terlalu terpaut jauh agar peserta didik
agar tidak mendapatkan kritikan oleh guru. Rasa lebih nyaman dalam proses konseling. Ketika
bersalah yang dimiliki ADA membuat ia lebih pembentukan hubungan yang baik telah tercapai, peserta
memilih untuk tidak datang kesekolah dihari didik tersebut dapat lebih terbuka dengan peneliti saat sesi
dimana guru tersebut mengajar dan konseling kedua. Dan kemudian terdapat satu peserta
mengakibatkan memiliki tunggakan tugas pada didik yang sejak sesi pertama konseling sangat terbuka
mata pelajaran tersebut. terhadap peneliti. Peserta didik tersebut memberikan
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini kepercayaannya terhadap peneliti dengan menjawab
adalah memberikan pre-test kepada tiga peserta didik seluruh pertanyaan peniliti dan juga mendengarkan setiap
tersebut sebelum melakukan konseling individu. arahan dari peneliti. Sebagai upaya menghindari rasa
Kemudian penerapan konseling individu ini dimulai bosan dan terulangnya kembali penolakan peserta didik
tanggal 1 Desember hingga 23 Desember 2021). untuk melakukan konseling, maka konseling dilakukan
Kemudian ke-tiga peserta didik tersebut diberikan Post- ditempat yang berbeda-beda namun masih didalam
test guna mengukur apakah sudah terjadi penurunan lingkup sekolah pada setiap sesi konseling. Tempat yang
tingkat school refusal yang dialami oleh peserta didik. dimanfaatkan oleh peneliti sebagai tempat konseling
Selama pelaksanaan konseling diketahui karakteristik adalah joglo dan taman sekolah. Kedua tempat tersebut
yang berbeda-beda dan dari setiap konseli. Terdapat dirasa mampu untuk mendukung proses konseling yang
peserta didik yang pada jadwal pertemuan sesi pertama dilaksanakan karena suasana yang asri dan rindang dapat
lebih memilih untuk menghindar untuk bertemu dengan memberi kenyamanan tersendiri bagi peserta didik.
peneliti namun peserta didik tersebut dapat meluangkan Meskipun konseling terkesan dilakukan ditempat yang
waktu dengan kemauannya pada hari yang telah terbuka, namun proses konseling tetap dilaksanakan
dijadwalkan ulang. Tidak hanya itu, terdapat peserta didik dengan suasana yang kondusif yaitu jam pulang sekolah
yang pada awalnya tidak mau terbuka dan cenderung sehingga tidak ada peserta didik lainnya yang dapat
menjawab pertanyaan peneliti hanya dengan seadanya. mendengar ataupun merusak konsentrasi konseli.
Hal tersebut terjadi karena peserta didik merasa peneliti Dalam menerapkan teknik self management yang
merupakan orang asing sehingga kesulitan untuk menjadi fokus utama peneliti adalah pada penerapan dan
mengunkapkan isi hatinya, peserta didik juga masih penggunaaan teknik kombinasi. Dalam penggunaan teknik
belum dapat memberikan rasa percayanya terhadap self management untuk mengatasi school refusal peneliti
peneliti. Disinilah pentingnya untuk dapat membentuk berupaya untuk mengarahkan perilaku peserta didik
suatu hubungan yang baik antara peneliti dan peserta dengan cara memodifikasi aspek-aspek lingkungan.
didik. Pada saat proses konseling dilaksanakan, sangat Dengan menggunakan strategi self management untuk
penting sekali bagi konselor atau peneliti untuk dapat mengatasi school refusal peneliti berusaha untuk
membentuk hubungan yang hangat dan baik dengan memodifikasi perilaku-perilaku yang menyebabkan
peserta didik. Hal ini dilakukan agar dapat menumbuhkan, terjadinya school refusal tersebut. Selain itu manfaat
mengembangkan, dan membantu peserta didik dalam dilakukannya teknik self management ini adalah :
menangani masalah yang sedang dialami. Dengan a) Dapat membantu peserta didik dalam
terbentuknya hubungan yang baik antara peserta didik dan pengelolahaan dirinya baik dalam aspek fikiran,
konselor atau peneliti maka akan terciptanya keterbukaan perasaan dan perbuatan sehingga peserta didik
dari peserta didik terhadap konselor atau peneliti. dapat berkembang secara optimal
Hubungan konselor dan peserta didik tidak hanya

587
PENERAPAN KONSELING INDIVIDU TEKNIK SELF MANAGEMENT TERHADAP SCHOOL REFUSAL
PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 8 SURABAYA

b) Peserta didik dapat merasakan bebas dari control setelah adanya pemberian layanan konseling individu
orang lain dan dapat menjadi dirinya sendiri yang diberikan.
karena telah berperan aktif dalam proses Selain dengan adanya hasil analisis data yang
penerapan teknik self management telah tertera diatas, penurunan tingkat school refusal pada
c) Dengan menyerahkan perubahan yang terjadi peserta didik kelas X SMAN 8 Surabaya juga ditunjukkan
sepenuhnya pada peserta didik, dia akan dengan ada perubahan perilaku dari peserta didik tersebut.
meninjau kembali perubahan-perubahan yang Dalam kurun waktu sejak dilaksanakannya konseling
terjadi melalui usahanya sendiri dan lebih pertama hingga terakhir, peserta didik telah melakukan
bersifat permanen kewajibannya sebagai pelajar yakni datang kesekolah
d) Peserta didik mampu mengarahkan dirinya untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Serta, peserta
sendiri dalam menjalani hidupnya dengan sebaik didik telah berusaha menyelesaikan tunggakan tugas yang
mungkin dimiliki secara bertahap. Oleh karena itu, sesuai dengan
Dalam hal ini aspek-aspek yang mungkin hipotesis yang ada yaitu bahwa penerapan Konseling
berperan sebagai sumber terjadinya perilaku school Individu Teknik Self-Management dapat mengatasi school
refusal mendapatkan modifikasi yang lebih disesuaikan refusal peserta didik kelas X SMAN 8 Surabaya, hal ini
untuk membantu peserta didik dalam mengatasi school dapat kita buktikan yakni dengan melihat perbandingan
refusal yang dialami. Ketka modifikasi terhadap hasil dari sebelum dan sesudah pemberian konseling
lingkungan telah dilakukan, langkah berikutnya adalah individu. Dan juga hasil penelitian ini memperkuat
mencatat apa saja konsekuensi atau akibat dari segala penelitian yang telah dilakukan oleh (Mirzandi, 2019)
tujuan yang dapat dicapai maupun tujuan yang tidak
tercapai. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat tetap PENUTUP
konsekuensi dengan perilaku berdasarkann dengan tujuan Simpulan
yang akan tercapai dan menghilangkan kebiasaan atau Upaya yang dilakukan untuk mengatasi perilaku
perilaku yang tidak sesusai. Dengan demikian, dengan school refusal adalah dengan menerapkan layanan
diterapkannya teknik ini, selain peserta didik dapat konseling individu dengan teknik self-managemant. Self
mencapai perubahan yang diinginkan, kemampuan peserta management atau yang biasa dikenal dengan pengelolahan
didik juga dapat berkembang dalam untuk pengelolahan diri merupakan teknik untuk mengelolah perilaku
diri. seseorang yang memiliki tujuan untuk memberi arahan
Upaya penanganan school refusal menggunakan dan mengatur diri agar dapat mencapai kemandirian agar
konseling individu dengan teknik self management hidupnya lebih produktif. Dengan adanya penerapan
dilakukan secara bertahap dalam empat kali pertemuan. teknik self-management ini diharapkan terjadi perubahaan
Tahap-tahap yang dilakukan pada konseling adalah perilaku yang pada saat proses konseling terjadi, peserta
sebagai berikut: didik dapat mengarahkan perilakunya sendiri dengan satu
1. Tahap pertama konseling individu adalah dengan atau lebih strategi terapi secara kombinatif. Sehingga
melakukan assessment awal. Pada tahap ini dapat ditarik kesimpulan bahwa self management ini
peneliti mengidentifikasi masalah peserta didik, merupakan proses yang dilakukan dengan tujuan agar
dan menetapkan masalah utama peserta didik. konseli atau peserta didik dapat berkembang dan
2. Tahap kedua adalah menentukan tujuan dari mengelolah dirinya agar lebih baik sehingga dapat
adanya konseling. Selama pertemuan pada tahap membentuk konseli untuk menjalani kesehariannya
ini peserta didik dan peneliti menentukan tujuan termasuk pada aspek pendidikan konseli.
utama apa yang hendak dicapai melalui Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
konseling. terdapat tiga peserta didik kelas X yang memiliki perilaku
3. Tahap ketiga merupakan pelaksanaan teknik school refusal yang tinggi. Pada awalnya, ke-tiga peserta
konseling. didik tersebut mengalami school refusal pada kategori
4. Tahap keempat merupakan penutupan dan yang tinggi. Namun dengan adanya pemberian layanan
evaluasi. Pada tahap terakhir ini peneliti konseling individu teknik self-managamenet, peserta didik
melakukan evaluasi sekaligus memberikan mengalami penurunan sehingga berada pada kategori
penilaian langsung terhadap peserta didik. rendah. Hasil dari pemberian layanan tersebut adalah
Pada pertemuan terakhir dengan peserta didik, sebagai berikut:
peneliti juga memberikan post-test kepada mereka. 1. Peserta didik yang mengalami school refusal
berdasarkan hasil post test yang tertera dapat dijadikan pada saat sebelum memperoleh layanan
dasar dalam upaya mengetahui apakah terjadi penurunan konseling individu berada pada kategori tinggi,
tingkat school refusal yang dialami oleh peserta didik

588
PENERAPAN KONSELING INDIVIDU TEKNIK SELF MANAGEMENT TERHADAP SCHOOL REFUSAL
PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 8 SURABAYA

kemudian setelah memperoleh layanan konseling


individual dengan teknik Self-Managemant, DAFTAR PUSTAKA
peserta didik berada pada kategori rendah.
Ampuni, S., & Andayani, B. (2007). Memahami anak
2. School refusal yang dialami oleh peserta didik
dan remaja dengan kasus mogok sekolah:
setelah penerapan layanan konseling individu
Gejala, penyebab, struktur kepribadian, profil
mengalami penurunan dan berada pada kategori
keluarga, dan keberhasilan penanganan. Jurnal
rendah hasil. Hal ini diperkuat dengan adanya
Psikologi, 34(1), 55-75.
hasil analisis data menggunakan spss yang
menunjukkan angka 0,007 yaitu lebih kecil dari Apsari, M. F. (2017). Konseling Individual Mangatasi
0,05 yang membuktikan bahwa terjadi perbedaan Perilaku Membolos Menggunakan Pendekatan
atau perubahaan yang signifikan antara sebelum Behavioral Dengan Teknik Self-Management
dan sesudah pemberian layanan konseling Pada Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 5
individu. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018,
School refusal umumnya dapat disebabkan oleh Skipsi, UIN Raden Intan Lampung.
beberapa faktor seperti kurangnya kesadaran diri peserta Barida, M., & Prasetiawan, H. (2018). Urgensi
didik, kurangnya dorongan dari keluarga, adanya pengembangan model konseling kelompok
ketakutan atau kekhawatiran terhadap hal yang belum teknik self management untuk meningkatkan
terjadi, dan juga adanya ketidaknyamanan terhadap kecerdasan moral siswa SMP. Jurnal Fokus
lingkungan sekolah. Konseling, 4(1), 27-36.
Saran
Terdapat beberapa saran yang dapat Budiargi, R. D. A., & Nursalim, M. (2021). Hubungan
dipertimbangkan dan diberikan oleh peneliti kepada Antara Stres Akademik dan Bullying Terhadap
beberapa pihak berdasarkan dari penelitian yang telah Tingkat School Refusal Pada Peserta Didik
dilakukan khususnya sebagai berikut: Kelas XI SMAN 3 Blitar. Jurnal BK UNESA,
1. Bagi peserta didik 12(2).
Peserta didik yang memiliki school refusal baik Depdiknas. 2006. Pemendiknas No 22 Tahun 2006
pada tingkat rendah hingga tinggi diharapkan Tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas
untuk dapat menguranginya dengan menerapkan
self-management agar dapat membawa Fadisaputri, D. (2018). Pengaruh Konseling Individu
perubahan yang baik bagi dirinya. Dan peserta Dengan Teknik Self Managament untuk
didik tidak lagi tertinggal dalam mata pelajaran Mengurangi Perilaku Membolos Pada Siswa
maupun memiliki pekerjaan rumah yang (Penelitian pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri
menumpuk yang tentu saja dapat menimbulkan 13 Magelang) Skripsi, Universitas
kerugian pada diri peserta didik. Serta Muhammadiyah Magelang.
diharapkan agar selalu mentaati tata tertib Hardani, H. A., Ustiawaty, J., Istiqomah, R. R., Fardani,
sekolah. R. A., Sykmana, D. J., & Auliya, N. H. (2020).
2. Bagi guru BK Buku metode penelitian kualitatif &
Peneliti berharap agar guru bk tetap memberikan kuantitatif. Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu
bantuan kepada peserta didik yang mengalami Group.
hambatan dan mengalami school refusal dengan
penyebab apapun. Hal ini dapat dilakukan Hariyanto, H. (2019). Mengatasi Perilaku Membolos
dengan melaksanakan pemberian layanan Melalui Konseling Individu Dengan Pendekatan
bimbingan konseling secara maksimal, baik itu Behavior Teknik Self-Management Pada Siswa
konseling individu, konseling kelompok, Kelas XII TSM SMK PGRI 1 Pogalan
Trenggalek. SPEED Journal: Journal Of Special
bimbingan kelompok, maupun bimbingan
Education, 3(1), 19-27.
klasikal.
3. Bagi peneliti selanjutnya Lestari, M. D., & Nursalim, M. (2020). Studi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi Kepustakaan Faktor-Faktor Penyebab “School
referemsi bagi peneliti selanjutnya dengan Refusal” Di Sekolah Dasar. Jurnal BK UNESA,
menggunakan variabel lain yang lebih signifikan 11(4).
serta dapat menggunakan teknik konseling yang
Manurung, N. (2012). School refusal pada anak sekolah
berbeda dan lebih efektif.
dasar. Jurnal Psikologi Undip, 11(1).

589
PENERAPAN KONSELING INDIVIDU TEKNIK SELF MANAGEMENT TERHADAP SCHOOL REFUSAL
PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 8 SURABAYA

Mirzandi, M. (2019). Implementasi Konseling Individual


Dengan Teknik Self Managament Dalam
Menangani Perilaku Membolos Peserta Didik
Kelas XI di SMA Budaya Bandar Lampung
Tahun Ajaran 2018/2019, Skripsi, UIN Raden
Intan Lampung Nasution, E. S. (2017).
Gambaran School Refusal Pada Anak. Jurnal
Psikologi Pendidikan dan Pengebangan SDM,
6(1).
Nursalim, M. (2013). Strategi dan intervensi
konseling. Jakarta: Akademia Permata.
Sugiharto, DYP. (2007). Konseling Proaktif dengan
strategi pengelolaan diri. Semarang.
Sulistyarini, & Jauhar, M. (2014). Dasar dasar
Konseling. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta
Ulfa, M., & Suarningsih, N. K. (2018). Efektivitas
Layanan Konseling Kelompok Melalui Teknik
Self Management untuk Meningkatkan
Kebiasaan Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 1
Kapontori. PSIKOLOGI KONSELING, 12(1).
Zayul, M. A., & Harwanti, N. (2019). Mengatasi Perilaku
Membolos Melalui Konseling Individual
Menggunakan Pendekatan Behavior Dengan
Teknik Self Management Pada Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 TegalDlimo. Sosioedukasi:
Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan dan Sosial, 8(2),
134-147.

590

Anda mungkin juga menyukai