Anda di halaman 1dari 23

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR

DENGAN PERILAKU BELAJAR SISWA KELAS IV

SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN JAGAKARSA

JAKARTA SELATAN

Oleh

HERDIANA

1107618060

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PROPOSAL

Ditulis untuk memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2022

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap individu dalam


upaya untuk mengembangkan dirinya agar terlepas dari ketidaktahuan
dan ketidakmampuan. Dengan demikian, taraf hidup seseorang dapat
menjadi lebih baik setelah adanya kompetensi yang diperoleh dari
pendidikan. Kemudian pendidikan memiliki peran sebagai pembentuk
Sumber Daya Manusia yang tidak hanya berkompeten, tetapi juga
bermoral, dan memiliki karakter. Sebagaimana yang tertuang dalam Pasal
3 UU Nomor 20 Tahun 2003 bahwa fungsi dan tujuan Pendidikan
Nasional, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. 1

Belajar secara umum diartikan sebagai tahapan perubahan seluruh


tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan faktor kognitif. 2 Pada
praktiknya, seseorang belajar selain karna kebutuhannya akan ilmu
pengetahuan, tetapi juga ada motivasi yang menyertainya. Motivasi
merupakan faktor penggerak atau pendorong yang dapat memicu
timbulnya semangat serta mampu merubah tingkah laku manusia/individu
untuk melakukan sesuatu.3 Motivasi dalam kegiatan belajar merupakan
salah satu faktor yang berperan dalam menumbuhkan semangat siswa
1
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Diakses
pada 27 November 2021
2
Syarifan Nurjan. Psikologi Belajar (Ponorogo: WADE GROUP, 2016). hlm. 17.
untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi akan mempunyai banyak
energi dan semangat untuk melakukan kegiatan belajar. Dalam hal ini
berarti, ada atau tidaknya motivasi siswa memengaruhi perilaku yang
dilakukannya dalam belajar.

Motivasi menjadi salah satu faktor yang memengaruhi bagaimana


tindakan seseorang dalam melakukan sesuatu, diantaranya adalah
kegiatan belajar. Dalam proses belajar, motivasi merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan karena seseorang membutuhkan motivasi untuk
mempelajari hal baru dan mengakomodasinya menjadi sebuah
pengetahuan. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku, bisa dikatakan juga bahwa motivasi berarti
keadaan seseorang untuk mau melakukan sesuatu demi mencapai suatu
tujuan.4 Oleh karena itu, motivasi belajar merupakan daya penggerak
dalam diri siswa yang menciptakan serangkaian usaha untuk menjamin
kelangsungan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar. Dalam
hal ini dapat diartikan pula bahwa motivasi belajar merupakan faktor yang
menjadi dorongan bagi siswa dalam melakukan berbagai perilaku belajar
untuk mencapai suatu tujuan. Hal tersebut dilihat dari individu yang
memiliki motif berprestasi, seperti menyelesaikan tugas, tidak menunda-
nunda, dan mau bertanya pada guru atau teman bila ada pelajaran yang
belum dimengerti.5

Perilaku belajar merupakan suatu tindakan atau pola perilaku yang


dilakukan siswa sebagai respon dari proses belajar yang dilakukannya.
Perilaku belajar menurut Wiyono & Ruyani merupakan suatu cara
bagaimana individu melaksanakan kegiatan belajar, seperti bagaimana
mereka mempersiapkan belajar, mengikuti pelajaran, aktivitas belajar
mandiri yang dilakukan, dan cara melaksanakan ujian. 6 Perilaku belajar
3
Tohidi Hamid and Jabbari M. Mehdi, “The effects of motivation in education”, Procedia -
Social and Behavioral Sciences. vol 31, 2012, Hlm. 821 Diakses pada 29 November 2021
4
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2016),
hlm.1
5
Ibid. hlm. 23
6
Darul Wiyono dan Nur Ahmad ruyani, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku belajar
mahaiswa dengan mengguanakan pendekatan partial least square-structural equation
merupakan perubahan dalam tingkah laku, perubahan itu bisa mengarah
pada perilaku baik dalam proses belajar, akan tetapi ada juga
kemungkinan mengarah pada perilaku yang buruk dalam proses belajar. 7
Perilaku belajar siswa mencerminkan motivasi yang ada pada dirinya
untuk belajar. Salah satu yang menjadi masalah umum adalah siswa
memiliki perilaku belajar kurang baik seperti misalnya siswa yang tidak
menghargai guru, tidak memerhatikan guru saat proses belajar mengajar,
tidak memiliki sopan santun misalnya melawan perkataan guru dan
bahkan sering tidak mengerjakan tugas.

Sementara siswa dikatakan memiliki perilaku belajar yang baik, jika


siswa tersebut mempunyai cara-cara belajar yang baik, seperti memiliki
persiapan sebelum mengikuti pelajaran, disiplin dalam waktu belajar, aktif
dalam mengikuti pelajaran, membuat catatan atau intisari dari pelajaran
yang telah diajarkan, mengulang kembali pelajaran yang telah diajarkan di
rumah. Perilaku belajar siswa akan baik bila siswa termotivasi untuk
belajar, sedangkan siswa yang terlihat tidak memiliki motivasi dalam
belajar sering kali menunjukkan perilaku yang kurang baik saat
pembelajaran dan menunjukan sikap malas. Akibatnya, siswa sering kali
dianggap sebagai siswa yang bermasalah, karena hal tersebut biasanya
berdampak pula pada hasil belajar siswa yang rendah.

Berdasarkan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang


berlangsung secara daring maupun luring pada saat peneliti
melaksanakan PKM di SDN Rawamangun 02 Pagi pada Agustus hingga
Desember 2021, peneliti mendapati cukup banyak siswa yang
menunjukkan rendahnya motivasi dalam belajar yang mengakibatkan
munculnya perilaku belajar seperti tidak fokus, malas-malasan, tidak
mengerjakan tugas, tidak berpartisipasi aktif saat pembelajaran sehingga
di akhir semester siswa mendapatkan hasil yang kurang memuaskan.

modeling (pls-sem) analysis. Jurnal Sekretaris dan Administrasi Bisnis Vol. III No. 2,
2019. Diakses pada 3 Desember 2021
7
Windi Utami, “Hubungan Kebiasaan Bermain Game Online dengan Perilaku Belajar
Siswa kelas V SD Al-Kautsar”, Skripsi, FKIP(Bandar Lampung: Universitas Lampung,
2019), hlm. 8.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, peneliti tertarik untuk
mengetahui seberapa signifikan hubungan motivasi belajar terhadap
perilaku belajar siswa kelas IV SD khususnya di kecamatan Jagakarsa.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:

1. Motivasi Belajar siswa cenderung rendah.


2. Perilaku belajar siswa tidak efisien.
3.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi tersebut, maka
diperlukan pembatasan agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu
meluas. Oleh karena itu peneliti membatasi permasalahan pada :
“Hubungan Motivasi Belajar dengan Perilaku Belajar Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar di Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan”
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan
masalah dalam penelitian sebagai berikut: “Adakah hubungan yang
signifikan antara motivasi belajar dengan perilaku belajar?”
E. Tujuan Umum Penelitian
Setelah masalah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini
sebagai berikut: “Mengetahui signifikansi hubungan antara motivasi
belajar dengan perilaku belajar.”
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoretis
maupun praktis, sebagai berikut :
1. Teoretis
a. Penelitian ini harapannya dapat memberikan kontribusi bagi
Pendidikan di Indonesia
b. Menambah khasanah pengetahuan tentang hubungan motivasi
dengan perilaku belajar siswa.
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna secara praktis, bagi :
a. Peneliti : Memperdalam ilmu pengetahuan tentang motivasi, dan
perilaku belajar siswa hingga dapat di praktikan dalam proses
belajar mengajar kelak.
b. Guru : Memberikan gambaran kepada guru mengenai hubungan
motivasi dengan perilaku belajar siswa sebagai pedoman untuk
melaksanakan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

BAB II

KERANGKA TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

A. Perilaku Belajar

Perilaku Belajar adalah suatu sikap yang melekat pada diri siswa
dalam merespon dan menganggapi setiap kegiatan belajar mengajar yang
terjadi, apakah ia antusias dan bertanggung jawab atas kesempatan
belajar yang diberikan kepadanya 8. Perilaku belajar merupakan
perubahan dalam tingkah laku, perubahan itu bisa mengarah pada
perilaku baik dalam proses belajar akan tetapi ada juga kemungkinan
mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk dalam proses belajar. Hal
ini berarti berhasil dan gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik baik ketika
berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sejalan
dengan pernyataan Mardiana (2012) yang menyatakan dengan perilaku
belajar yang positif akan mendorong peserta didik mendapatkan
hubungan yang baik dengan guru, maupun teman-temannya, akan tetapi

8
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian (Bandung : Alfabeta, 2012), h.64
jika seorang peserta didik tidak dapat menunjukkan perilaku positif, maka
dia akan mengalami kesulitan dalam belajar. Hal tersebut dikarenakan
perilaku belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang dalam
proses belajar.
Perilaku belajar merupakan suatu tindakan atau pola perilaku yang
dilakukan siswa sebagai respon dari proses belajar yang dilakukannya.
Perilaku belajar menurut Wiyono & Ruyani merupakan suatu cara
bagaimana individu melaksanakan kegiatan belajar, seperti bagaimana
mereka mempersiapkan belajar, mengikuti pelajaran, aktivitas belajar
mandiri yang dilakukan, dan cara melaksanakan ujian 9. Lebih lanjut, Syah
(dalam Windi, 2019) mengungkapkan bahwa perilaku belajar merupakan
perubahan dalam tingkah laku, perubahan itu bisa mengarah pada
perilaku baik dalam proses belajar, akan tetapi ada juga kemungkinan
mengarah pada perilaku yang buruk dalam proses belajar.
Bentuk perilaku belajar siswa menurut Azizah (2017: 1-2)
dibedakan menjadi : (1) perilaku belajar dalam mengikuti pelajaran, (2)
perilaku belajar dalam mengulangi pelajaran, (3) perilaku belajar dalam
membaca buku (4) perilaku belajar dalam mengunjungi Perpustakaan, (5)
Perilaku belajar dalam menghadapi ujian. Adapun ciri-ciri perubahan khas
yang menjadi karakteristik perilaku belajar adalah: (1) perilaku yang
dilakukan secara sadar (2) perilaku yang menjadi respon atas rangsangan
atau stimulus yang diberikan (3) perilaku yang membawa pengaruh,
makna, dan manfaat tertentu bagi siswa (Syah, 2013: 114). Perilaku
belajar mengakibatkan perubahan dalam diri siswa yang pada umumnya
dimanifestasikan atau diwujudkan dalam bentuk: kebiasaan, keterampilan,
pengamatan, berpikir asosiatif dan daya ingat, berpikir rasional dan kritis,
sikap inhibisi, apresiasi, dan tingkah laku afektif (Syah, 2013: 116).

B. Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti kekuatan dalam diri
individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.
9
Sugiyono, op.cit.,h. 172-173.
Motif tersebut tidak dapat diamati secara langsung melainkan melalui
perubahan tingkah laku berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit
tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Motif tersebut kemudian
diinternalisasi menjadi suatu dorongan yang dapat menggerakan
seseorang bertingkah laku, dan hal tersebut dapat membedakan antara
dapat melaksanakan dengan mau melaksanakan. Dalam hal ini motivasi
lebih dekat pada mau melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan definisi diatas, dapat di ketahui bahwa motivasi rangsangan
atau dorongan yang dapat terjadi apabila adanya keinginan dan kemauan
untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai
tujuan tertentu.
Sardiman (2011:75) motivasi belajar merupakan faktor psikis yang
bersifat non-intelektual, perannya yang khas adalah dalam hal
penumbuhan gairah merasa senang dan semangat untuk belajar. Hal itu
mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.
Uno (2014: 23) mengklasifikasikan Indikator motivasi belajar sebagai
berikut: (1) Adanya Hasrat dan keinginan berhasil, (2) Adanya dorongan
dan kebutuhan dalam belajar, (3) Adanya harapan dan cita-cita masa
depan, (4) Adanya penghargaan dalam belajar, (5) Adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar, dan (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif
sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Berdasarkan uraian diatas dapat diartikan motivasi belajar merupakan
keseluruhan dorongan penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki peserta didik dapat tercapai.
Djamarah (2015:157) mengemukakan bahwa terdapat tiga fungsi
motivasi dalam belajar yaitu: (1) Motivasi sebagai pendorong untuk
berbuat. Hasrat untuk belajar pada siswa akan muncul karena adanya
rangsangan seperti rasa ingin tahu siswa, sehingga hal tersebut
mendorong siswa untuk mempelajari sesuatu. (2) Menentukan arah
perbuatan. Dengan adanya motivasi, siswa akan menentukan
sikap/perilaku ataupun cara dalam meraih tujuan yang hendak dicapainya.
(3) Menyeleksi perbuatan. Siswa yang memiliki motivasi dapat memilah
perbuatan yang harus dilakukan dan perbuatan yang harus ditinggalkan
guna mencapai tujuannya.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut dikemukakan hasil penelitian yang relevan dengan


Hubungan Motivasi Belajar dengan Perilaku Belajar. Diantarnya yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Wati Ningsih dengan judul : Hubungan
Motivasi Belajar dengan Perilaku Belajar Mahasiswa STAI Bumi Silampari
Lubuklinggau. Penelitian tersebut menunjukan hasil sebagai berikut :
Motivasi belajar mahasiswa STAI Bumi Silampari Lubuklinggau yang
mendapat kategori tinggi sebanyak 19 mahasiswa (12,41%), kategori
sedang sebanyak 107 mahasiswa (69,94%), dan kategori rendah
sebanyak 27 mahasiswa (17,64%). Berdasarkan hasil penelitian yang
peneliti peroleh bahwa motivasi belajar mahasiswa STAI Bumi Silampari
Lubuklinggau berada di kategori “sedang” 107 mahasiswa (69,94%). Hal
itu tampak dari indikator motivasi belajar peneliti gunakan untuk menelaah
motivasi belajar mahasiswa prodi PAI STAI Bumi Silampari Lubuklinggau.
Perilaku belajar mahasiswa STAI Bumi Silampari Lubuklinggau yang
mendapat kategori tinggi sebanyak 36 mahasiswa (23,53%), kategori
sedang sebanyak 90 mahasiswa (58,83%), dan kategori rendah sebanyak
27 mahasiswa (17,64%). Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti
peroleh bahwa perilaku belajar mahasiswa STAI Bumi Silampari
Lubuklinggau berada di kategori “sedang” 90 mahasiswa (58,83%). Hal itu
tampak dari indiator perilaku belajar peneliti gunakan untuk menelaah
perilaku belajar mahasiswa prodi PAI STAI Bumi Silampari Lubuklinggau.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang positif
antara motivasi belajar dengan perilaku belajar mahasiswa STAI Bumi
Silampari Lubuklinggau.
D. Kerangka Berpikir
Motivasi merupakan salah satu komponen penting yang
memengaruhi perilaku belajar siswa. Setiap orang memiliki motivasi
berbeda yang menggerakkan mereka untuk melakukan sesuatu. Begitu
pula dengan belajar, motivasi menjadi pendorong yang membuat orang
memilih untuk belajar dan perilaku apa yang ditimbulkan sebagai respon
dalam belajar. Bila siswa termotivasi untuk belajar maka perilaku yang
ditimbukan sebagai respon akan positif, pun sebaliknya bila siswa tidak
termotivasi atau bahkan tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka
cenderung akan timbul rasa malas atau perilaku yang negatif terhadap
proses belajar yang dilakukannya.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka teoretik, hasil penelitian yang relevan, dan
kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan bahwa
terdapat hubungan yang positif antara Motivasi Belajar dengan Perilaku
Belajar.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar dengan perilaku belajar
siswa kelas IV sekolah dasar di kecamatan Jagakarsa.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar yang ada pada
wilayah administrasi Jakarta Selatan khusus nya kecamatan Jagarkarsa.
Penelitian akan dilaksanakan pada Januari sampai dengan Maret 2023.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode survei
dengan teknik korelasional, dengan cara pengumpulan data melalui
instrumen. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan
dihubungkan yaitu motivasi belajar sebagai variabel X dan perilaku belajar
sebagai variabel Y. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk konstelasi hubungan
antara variabel, sebagaimana pada gambar berikut:

Motivasi Belajar Perilaku Belajar


(Variabel X) (Variabel Y)

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV sekolah
dasar di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Sedangkan populasi
terjangkau dalam penelitian ini adalah Siswa kelas IV di beberapa Sekolah
Dasar di kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Adapun rinciannya
Sebagai berikut :
Daftar Nama SD Negeri di Kecamatan Jagakarsa
Jumlah
No NPSN Nama Sekolah Alamat Peserta
Didik

SDN Jagakarsa 01
1 20105929
Pagi

SDN Jagakarsa 02
2 20105930
Pagi

SDN Jagakarsa 03
3 20105931
Pagi

SDN Jagakarsa 05
4 20105933
Pagi
SDN Jagakarsa 06
5 20105934
Pagi

SDN Jagakarsa 07
6 20105935
Pagi

SDN Jagakarsa 11
7 20105938
Pagi

SDN Jagakarsa 12
8 20105939
Pagi

SDN Jagakarsa 13
9 20105940
Pagi

SDN Jagakarsa 14
10 2010594
Pagi

2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Penentuan
sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus yang diadaptasi oleh
Suharsimi Arikunto, jika populasi lebih dari 100 maka dapat diambil 10-
15% atau 20-25% atau lebih. Dalam hal ini, pada penelitian ini jumlah
populasinya 785 yang menunjukkan lebih dari 100 maka sampel penelitian
diambil dari 13% dari 785 yaitu 102,05 yang dibulatkan ke puluhan
terdekat menjadi 100 responden.
Besaran sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin,
N
yaitu10: n=
1+ N . e 2
Keterangan:
n :sampel
N :populasi
10
Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 213.
E :derajat kesalahan = 10% atau 0,10
Dengan demikian, perhitungan besaran sampel sebanyak siswa kelas IV
di kecamatan Jagakarsa.
N
n¿ = ❑ = ❑ =¿
1+ N . e ❑ ❑
2

Berdasarkan hasil perhitungan ditatas, maka besaran sampel sebanyak X


siswa kelas IV yang berada di Kecamatan Jagakarsa.
Teknik pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik Simple Random Sampling atau sampel acak
sederhana.
Daftar Nama SDN Sampel Penelitian
Jumlah
Peserta
No NPSN Nama Sekolah Alamat
Didik
Kelas IV

Jl. Jagakarsa 1
No.5A, RT.2/RW.7,
Jagakarsa, Kec.
SDN Jagakarsa 01 Jagakarsa, Kota
1 20105929 34
Pagi Jakarta Selatan,
Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
12620

Jl. Sirsak No.34,


RT.8/RW.7,
Jagakarsa, Kec.
SDN Jagakarsa 02 Jagakarsa, Kota
2 20105930 60
Pagi Jakarta Selatan,
Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
12620
Jl Batas Dua 17-A
RT 001%2F03
Jagakarsa
Jagakarsa Jakarta
Selatan DKI
SDN Jagakarsa 11 Jakarta, RT.5/RW.2,
3 20105938 34
Pagi Jagakarsa, Kec.
Jagakarsa, Kota
Jakarta Selatan,
Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
12620

Jl. Joe Klp. Tiga Jl.


H.Mursid No.25C,
RT.1/RW.3,
Jagakarsa, Kec.
SDN Jagakarsa 12
4 20105939 Jagakarsa, Kota 72
Pagi
Jakarta Selatan,
Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
12520

Jl. kebagusan
Wates No.11,
RT.11/RW.5,
Jagakarsa, Kec.
SDN Jagakarsa 13
5 20105940 Jagakarsa, Kota 34
Pagi
Jakarta Selatan,
Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
12550
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, dibutuhkan data primer untuk kedua variable,
baik variable X mau[un variable Y. Peneliti menggunakan kuesioner
(angket) untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan. Angket tersebut
berisi beberapa daftar pertanyaan yang kemudian disebarkan untuk diisi
oleh para responden. Pengisian kuesioner ini bersifat tertutup, dan di
dalam daftar pertanyaan telah disediakan alternatif jawaban agar
responden dapat memilih jawaban yang dianggap paling sesuai dengan
kondisi yang dialami.
Daftar pertanyaan dalam kuesioner dibuat berdasarkan indikator-
indikator yang telah dikembangkan dari berbagai konsep variabel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Definisi konseptual
a. Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak dari
dalam diri maupun dari luar seseorang yang menimbulkan
serangkaian usaha dalam belajar sesuatu hal yang baru untuk
menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh seseorang itu dapat tercapai
dengan optimal.
b. Perilaku Belajar
Perilaku belajar merupakan suatu tindakan atau pola perilaku
yang dilakukan siswa sebagai respon dari proses belajar yang
dilakukannya.
2. Definisi Operasional
a. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri
siswa sehingga menimbulkan kegiatan belajar sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
b. Perilaku Belajar
Perilaku belajar merupakan perubahan dalam tingkah laku,
yang mengarah pada perilaku baik dalam proses belajar, akan tetapi
ada juga kemungkinan mengarah pada perilaku yang buruk dalam
proses belajar
3. Kisi-Kisi Instrumen
Berdasarkan definisi konseptual dan definisi operasional yang
telah diuraikan di atas, maka kisi-kisi instrumen yang digunakan dapat
dilihat pada tabel berikut.
Dari kisi-kisi instrumen yang telah dipaparkan, angket disusun
berdasarkan indikator-indikator dari variabel yang diteliti kemudian
dituangkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan dengan rentang nilai 5,
4, 3, 2, 1 sebagai berikut: Selalu (SL), Sering (SR), Jarang (JR), Pernah
(PH) dan Tidak Pernah (TP).

Kisi-kisi intrumen motivasi belajar siswa kelas IV SD di Kecamatan


Jagakarsa

Nomor Butir

Level Pernyataan
Aspek Indikator Afektif Positi Negat
f if
Frekuensi Belajar A2 1 2
Seberapa sering
siswa belajar selain
di sekolah
A2 3,4 5
Berapa lama waktu
yang dilakukan
untuk belajar
Sikapdalam A2 7 9
Melakukan usaha
menghadapi
seperti bertanya
kesulitan belajar
Mencari A2 11,15 12
informasi dari
sumber lain
sampai ketemu
Memasrahkan A2 8,13 6
keadaan dan
melanjutkan belajar
yang lain
Alasan Belajar Perintah orang A3 10,14 20
tua
Cita-cita dan A2 16, 17
impian
Kebutuhan diri A3 18 19
Sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat oleh peneliti maka peneliti
memindahkannya ke dalam sebuah format instrumen penelitian yang
nantinya akan diberikan kepada responden sebagai kuesioner. Jumlah
total butir pertanyaan yang ada dalam instrumen berjumlah 20 butir
pertanyaan. Adapun skala pengukuran instrumen menggunakan skala
Likert dengan lima pilihan jawaban, setiap item jawaban skala likert
dinyatakan dalam bentuk kategori dengan masing-masing skor yang dapat
dilihat pada tabel di bawah ini
4. Validasi Instrumen
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur. Hasil penelitian yang valid bila terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya
terjadi pada obyek yang diteliti11. Pengujian validitas menggunakan
analisis skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap
skor butir. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product
moment dari Karl Pearson12:
r N ∑ XY− ( ∑ X ) ( ∑ Y )
xy=¿ ¿
√❑

Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y
N = Jumlah sampel
X = Skor tiap butir
Y = Skor total
11
Ibid, h. 239.
12
Sudjana, Metoda Statistika (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466.
∑XY = Jumlah perkalian antara X dan Y
∑X = Jumlah skor tiap butir
∑Y = Jumlah skor total
∑X2 = Jumlah kuadrat skor tiap butir
∑Y2 = Jumlah kuadrat skor total
Bila butir pertanyaan dari angket tidak memenuhi tingkat
validitas, maka butir item tidak dapat digunakan sebagai alat ukur
penelitian. Untuk mendapatkan tingkat validitas, r hitung harus lebih besar
dengan rtabel pada taraf signifikansi α = 0.05.
5. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabel artinya dapat dipercaya, sehingga instrumen penelitian
dapat diandalkan. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus
alpha cronbach13 sebagai berikut:

][ ]

∑ σ 2b
r 11=
[ n
(n−1)
1− ❑

Keterangan :
r11 : Reliabilitas instrumen
n : Banyaknya butir soal
∑σ2b : Jumlah varian butir
σ2t : Varians total

Jika rh >rt = Instrumen dinyatakan reliable


Jika rh <rt = Instrumen dinyatakan tidak reliable
Pengukuran terhadap variabel X dan Y akan memperoleh hasil
berupa angka dan tingkat hubungan yang menyatakan tinggi atau
rendahnya reliabilitas.
F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data berfungsi untuk menjawab rumusan masalah


dalam penelitian ini dan menguji hipotesis yang dilakukan dengan uji

13
Husein Umar, Riset Sumber Daya Manusia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1997), h. 177.
regresi dan korelasi. Data dianalisis secara bertahap, dengan Analisis
Statistik Deskriptif

Data yang diperoleh dideskripsikan dengan statistik deskriptif.


Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul tanpa
bermaksud membuat generalisasi. Statistik deskriptif ini meliputi
penentuan skor maksimum, nilai rata-rata, dan simpangan baku.
Kemudian sebagai prasayarat analisis dilakukan. Uji Normalitas
Distribusi

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang


diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang
digunakan dikenal sebagai Uji Liliefors, dimana data dianggap normal
apabila Lhitung (Lo) lebih kecil dari Ltabel. Rumus yang digunakan yaitu :
Lo = F (Fzi ) – S (Zi)

Keterangan:
Lo = Harga mutlak terbesar
F ( z i ) = Peluang angka baku
S ( z i ) = Proporsi angka baku

Untuk melakukan pengujian, maka langkah-langkah yang ditempuh


adalah sebagai berikut:
a) Pengamatan X1, X2, .., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, …,
xi – x
Zn dengan menggunakan rumus : Zi =
s
Dimana, Zi = bilangan baku
x i= data sampel
x = rata-rata sampel
s = simpangan baku
1) Untuk tiap bilangan menggunakan daftar distribusi
normal baku, kemudian dihitung peluang F (zi) = P (Z ≤
Zi).
2) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, …., Zn yang lebih
kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan
oleh S(zi) maka:
banyaknya Z 1 , Z 2 ,… … … Z n yang ≤ Zi
S zi =
n

3) Hitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian tentukan harga


mutlaknya.
4) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga
mutlak selisih tersebut.
Kriteria normalitas yaitu:
1) Lo <Ltabel : Hipotesis nol (Ho) diterima, dengan
kesimpulan populasi berdistribusi normal.
2) Lo >Ltabel : Hipotesis nol (Ho) ditolak, dengan kesimpulan
populasi tidak berdistribusi normal.14
1. Uji Signifikansi dan Linieritas
Uji signifikansi menunjukkan hipotesis yang telah terbukti pada
sampel dapat diberlakukan ke populasi. Sedangkan uji linieritas
bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel
lain atau untuk menguji apakah variabel X dan variabel Y merupakan
hubungan yang linier. Rumus regresi linier adalah dengan persamaan
sebagai berikut:15

Y = α + bX

Y^ = Variabel tidak bebas


X = Variabel bebas
α = Nilai intercept (konstan)
b = Koefisien arah regresi

14
Ibid.,
15
Sudjana, Op.Cit.,h. 332.
Rumus untuk mencari nilai konstan (a) dan koefisien arah regresi
(b) dalam rumus linier adalah16 :
(∑Y ¿¿ 2)−( ∑ Y ) ( ∑ XY )
α = (∑Y ) 2
N ∑ X −(∑ X)
2
¿

N ∑ XY −( ∑ X )(∑ Y )
b= 2
N ∑ X −(∑ X )
2

Keterangan:
α = Nilai intercept (konstan)
b = Koefisien arah regresi
Y = Variabel tidak bebas
X = Variabel bebas

Selanjutnya adalah melakukan uji kelinieran regresi yang


dimaksudkan untuk melihat apakah regresi yang diperoleh signifikan jika
digunakan untuk membuat kesimpulan mengenai hubungan antar
variabel yang sedang dianalisis. Uji ini dilakukan dengan menggunakan
bantuan tabel ANAVA dengan taraf signifikansi α = 0,05. Untuk
mengetahui signifikan tidaknya persamaan regresi tersebut dilihat
dengan uji F. Bila F hitung> F tabel maka persamaan regresi tersebut
signifikan. Sedangkan untuk mengetahui linier tidaknya persamaan
regresi tersebut dilihat dengan uji F. Bila F hitung< F tabel maka persamaan
regresi tersebut linier. Berikut merupakan tabel perhitungan analisis
varians untuk uji kelinieran regresi:17

Tabel Perhitungan Analisis Varians


Sumber Varians DK JK KT=JK/DK F

16
Situmorang, Riawaty. 2022. “Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Hasil Belajar pada Mata
Pelajaran IPS SiswaKelas VIII UPT SMP Negeri 10 Medan”. Medan. hlm 2
17
Wiyono, Darul dan ruyani, Nur Ahmad. 2019. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Belajar
Mahasiswa dengan Menggunakan Pendekatan Partial Least Square- Structural Equation
Modeling(Pls-Sem) Analysis. JSAB. hlm
Regresi (a) 1 2
(∑ Y i ) /n
2
(∑ Y i ) /n S 2 reg
S 2 res
Regresi (b a) 1 JK (b a) JK (b a)

DAFTAR PUSTAKA

Nurjan, Syarifan. 2016. Psikologi Belajar. Ponorogo: WADE GROUP


Tohidi Hamid and Jabbari M. Mehdi. 2012. The effects of motivation in
education- Procedia -Social and Behavioral Sciences 31 p.821.
Iran. Diakses pada 29 November 2021 dari
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042811030
771
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Diakses pada 27 November 2021 dari
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/43920/uu-no-20-tahun-
2003
B. Uno Hamzah.2016.Teori Motivasi dan pengukurannya.Jakarta: Bumi
Aksara.
Windi Utami. 2019. “Hubungan Kebiasaan Bermain Game Online dengan
Perilaku Belajar Siswa kelas V SD Al-Kautsar”, Skripsi, FKIP.
Bandar Lampung: Universitas Lampung diakses pada 29
November 2021 dari
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/pgsd/article/view/19027
Darul Wiyono dan Nur Ahmad ruyani. 2019 faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku belajar mahaiswa dengan mengguanakan
pendekatan partial least square-structural equation modeling (pls-
sem) analysis. Jurnal Sekretaris dan Administrasi Bisnis Vol. III
No. 2, 2019. Diakses pada 3 Desember 2021 dari
https://jurnal.asmtb.ac.id/index.php/jsab/article/view/118
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuntotatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Nur Khoiri,.2018. Metodologi Penelitian Pendidikan, Prosedur Penelitian.


Semarang

Anda mungkin juga menyukai