Anda di halaman 1dari 100

61

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Gambaran Umum TK Karakter Indonesia Heritage Foundation

TK Karakter termasuk ke dalam bagian dari Sekolah Karakter

yang terdiri dari KB, TK, SD, SMP dan SMA. Sekolah tersebut

dinaungi oleh Yayasan Warisan Nilai Luhur Indonesia atau Indonesia

Heritage Foundation yang didirikan oleh Ratna Megawangi bersama

dengan suaminya, Sofyan Djalil, pada bulan Juni tahun 2000. TK

Karakter IHF terletak di Jalan Raya Bogor No. 31, Cimanggis, Depok,

Jawa Barat.

Gambar 4.1 Gedung Sekolah Karakter IHF (CD01)

61
62

Gambar 4.2 Ruang kelas (CD02)

TK Karakter IHF menggunakan sistem semi outdoor untuk

setiap ruang kelasnya. Hal ini menyesuaikan dengan filosofi dari

model PHBK (Pendekatan Holistik Berbasis Karakter) yakni

memberikan peluang kepada peserta didik untuk bereksplorasi dan

menyatu dengan alam. TK Karakter terletak di satu area, terdiri dari 4

bangunan berlantai dua dan terdapat 1 kelas di setiap lantainya.

No. Nama Bangunan Ruangan


1. TK 1 Lantai 1 = TK A Tanggung Jawab,
ruang observasi 1, TK A Ceria
Lantai 2 = TK A Kreatif, TK B
Pantang Menyerah
2. TK 2 Lantai 1 = KB Mandiri, ruang
observasi 2, ruang penyimpanan
ATK, ruang sentra imajinasi
Lantai 2 = TK B Pemimpin, TK B
Aman, ruang observasi 3
3. SD 1 Lantai 1 = Aula
Lantai 2 = Perpustakaan, kantor
guru
Tabel 4.1 Letak Ruangan di TK Karakter
63

Selain itu, TK Karakter IHF juga memiliki 1 ruang serbaguna

bernama HTC (Harmoni Training Center), ruang sentra memasak, dan

lapangan. Di area TK juga terdapat playground yang terdiri dari rumah

pohon, kolam pasir, taman, serta alat main seperti ayunan dan

jungkat-jungkit.

Gambar 4.3 Rumah Pohon (CD03)

Gambar 4.4 Playground (CD04)

Adapun jumlah pendidik di TK Karakter adalah sebanyak 8 guru

kelas, 3 guru level (KB, TK A dan TK B) yang berpindah di setiap kelas

sesuai levelnya, 1 guru toilet training, dan 2 staf yang membantu di


64

level KB setiap hari Jumat karena hari tersebut ada senam bersama

dan kegiatan puncak pilar. Kualifikasi tenaga pendidiknya yaitu

minimal S1, mengikuti pelatihan kurang lebih 1 tahun di IHF yang

disebut Sekolah Guru, ikut dalam kepanitiaan acara di IHF, dan

mampu berbahasa Inggris. Guru mengikuti les bahasa Inggris di setiap

hari Rabu pukul 15.30-16.30 WIB untuk melatih kemampuan

berbahasa Inggris. Lalu untuk jumlah peserta didik di kelompok A

berjumlah 13 orang di setiap kelas, di kelompok B berjumlah 15-20

orang di setiap kelas.

Kurikulum yang digunakan di TK Karakter mengacu pada

kurikulum Pendidikan Nasional (Kurikulum 2013 PAUD). Namun

model pembelajaran yang digunakan adalah model Pendidikan

Holistik Berbasis Karakter (PHBK). Model ini bertujuan untuk

membentuk karakter positif melalui pilar serta belajar secara efektif

dan menyenangkan dalam mengembangkan seluruh aspek.

TK Karakter Indonesia Heritage Foundation (IHF) memiliki visi

yaitu membangun karakter anak melalui pendidikan holistik berbasis

karakter. Sedangkan misi dari TK Karakter Indonesia Heritage

Foundation (IHF) yaitu membentuk anak dengan karakteristik sebagai

berikut : (1) Berkarakter dan Bermanfaat : Mencakup 9 Pilar Karakter;

(2) Pembelajar Sejati : Memiliki rasa ingin tahu tinggi, minat baca
65

tinggi, aktif dan antusias; (3) Kreatif dan Terbuka : kreatif, kritis,

analitis, reflektif, terbuka; (4) Menguasai Keterampilan Hidup :

Problem solver, komunikator yang efektif, mudah beradaptasi, mampu

menghadapi tantangan, berani mengambil resiko; (5) Memiliki

Semangat/ Etos Kerja. Berdasarkan visi dan misi tersebut dapat

ditarik kesimpulan yaitu menjadikan anak bangsa cerdas dan

berkarakter sehingga sekolah mengintegrasikan pembelajaran

karakter dalam setiap kegiatan.

TK Karakter Indonesia Heritage Foundation (IHF)

menyelenggarakan program pendidikan untuk tiga kelompok usia

yaitu : (1) Kelompok Bermain (KB) usia 3-4 tahun, dibagi menjadi dua

kelas (3 hari seminggu); (2) Kelompok A usia 4-5 tahun, pada hari

Senin-Kamis pukul 08.00-11.15 WIB dan pada hari Jum’at pukul

08.00-11.00 WIB; (3) Kelompok B usia 5-6 tahun, pada pukul 08.00-

11.15 WIB dan pada hari Jum’at pukul 08.00-11.00 WIB.


66

B. Deskripsi Khusus

1. Program Pengembangan Keterampilan Sosial Anak Usia 4-5

Tahun dengan Model PHBK (Pendidikan Holistik Berbasis

Karakter)

a) Reduksi Data

Data tentang program pengembangan keterampilan sosial anak

usia 4-5 tahun di TK Karakter Indonesia Heritage Foundation (IHF)

didapatkan berdasarkan hasil catatan lapangan, catatan

wawancara, dan catatan dokumentasi yang dikumpulkan pada

saat penelitian dilakukan. Program pengembangan keterampilan

sosial anak usia 4-5 tahun ini dipaparkan oleh guru, kepala

sekolah dan orang tua melalui hasil wawancara yang dilakukan

oleh peneliti dan catatan dokumentasi sebagai berikut :

Untuk kurikulum acuan kita menggunakan kurikulum dari Diknas


yaitu Kurikulum 2013 untuk model atau cara
mengimplementasikannya seperti apa kita pakai PHBK atau
Pendidikan Holistik Berbasis Karakter. (CWKS.,p4.,kl1)
Kemudian jika di kelas ada secara formal yaitu kita memberikan
waktu khusus untuk penanaman karakter selama 15-20 menit.
(CWG3.,p1.,kl6) Jadi di pembelajaran secara khusus ini
disampaikan secara detail dengan kalimat terbuka kepada anak.
(CWKS.,p7.,kl2) Cara memperkenalkannya bisa lewat buku
cerita bisa lewat praktek langsung. (CWG2.,p1.,kl1) Untuk
pembagiannya, di hari pertama sampai hari keempat yaitu
knowing-feeling dengan buku pilar, boneka tangan, buku cerita
dan diskusi. (CWG1.,p1.,kl4) Sedangkan hari terakhir/ kelima
itu puncaknya dengan acting. (CWG1.,p1.,kl5) Lalu untuk acting
biasanya dengan simulasi, games, dan lainnya terkait dengan
konsep yang disampaikan. (CWKS.,p7.,kl4) Kemudian ada
program secara terintegrasi yaitu pembiasaan kepada anak
67

agar nilai-nilai bisa terinternalisasi dengan kuat. (CWKS.,p7.,kl5)


Biasanya guru selalu memberikan apresiasi dan motivasi,
sehingga guru diminta untuk mencari kebaikan anak sekecil
apapun karena kebaikan-kebaikan itulah yang nantinya akan
terinternalisasi pada diri anak. (CWKS.,p7.,kl6) Secara
informalnya itu dari mulai anak datang sampai pulang itu
biasanya guru melakukan afirmasi kepada anak seperti, “Ayo
yuk kita bertanggung jawab” dan sebagainya. (CWG3.,p1.,kl7)
Setiap hari setiap saat guru juga selalu mengapresiasi apa
yang anak lakukan, jika belum berkembang kita terus motivasi.
(CWG2.,p1.,kl2) Namun masih banyak lagi karena semua
program itu melibatkan karakter, seperti yang kemarin ada
Market Day dalam hal kerja samanya. (CWG3.,p1.,kl8) Lalu ada
juga di sini Gesit atau Gerakan Aksi Cepat Tanggap, nah itu jika
ada bencana alam apa terjadi di Indonesia kita bantu jadi anak-
anak mengumpulkan celengan nanti diberikan ke kominitas dan
itu mengembangkan juga empati anak. (CWG3.,p1.,kl9)
Selanjutnya program yang bekerja sama dengan orang tua yaitu
kuesioner dan rekomendasi yang ada di buku penghubung,
technical meeting di awal tahun dan perjanjian dengan orang
tua untuk bekerja sama dengan sekolah dalam
mengembangkan karakter, serta parenting-parenting yang
bekerja sama dengan komite sekolah. (CWKS.,p7.,kl8) Lalu ada
parent sharing yaitu pertemuan dengan orang tua untuk
menyamakan visi misi sekolah dan pola asuh di rumah dengan
di sekolah (CWG1.,p1.,kl2) Selain itu ada buku penghubung
orang tua yang berisi kegiatan anak di sekolah selama satu
minggu dan info-info untuk orang tua serta weekly plan atau
kegiatan di minggu berikutnya (CWG1.,p1.,kl3) Kita juga bekerja
sama dengan orang tua yakni menyamakan kegiatan di sekolah
dengan di rumah. (CWG2.,p1.,kl5) Lalu ada buku penghubung
berisi informasi tentang perkembangan anak selama di sekolah
dan kerja sama apa yang bisa dilakukan saat pengembangan di
rumah. (CWG2.,p1.,kl6) Setelah diterima ada yang namanya
sekolah orang tua di sekitar bulan Mei, jadi satu hari full orang
tua ikut seminar tentang menyamakan paradigma pendidikan
karakter. (CWG3.,p1.,kl3) Sekolah orang tua ini berkelanjutan
sesuai dengan jenjang perkembangan anak. (CWG3.,p1.,kl4)
Lalu ada juga technical meeting untuk menjelaskan program
apa saja yang ada di sekolah. (CWG3.,p1.,kl5) Pertama itu ada
buku penghubung orang tua yang diberikan seminggu sekali.
(CWOT1.,p1.,kl2) Jadi di dalam buku penghubung ada lembar
isian terkait perkembangan anak di sekolah dan yang harus diisi
68

orang tua saat di rumah. (CWOT1.,p1.,kl3) Ada juga parenting


sharing, jadi semacam seminar untuk orang tua sehingga tidak
hanya anak yang sekolah tapi orang tua juga mendapat ilmu.
(CWOT1.,p1.,kl4) Lalu ada juga parenting sharing itu seminar
orang tua yang diadakan beberapa bulan sekali.
(CWOT2.,p1.,kl2) Biasanya sesuai kebutuhan per level atau ada
juga parenting sharing akbar yang digabung level TK sampai
SMA. (CWOT3.,p1.,kl2) Kalau untuk parenting sharing per
level itu guru hanya membantu memberikan masukan
selebihnya orang tua yang punya ide menentukan temanya apa,
pembicaranya siapa, sekolah tinggal membantu di segi biaya.
(CWOT3.,p1.,kl3) Tapi untuk parenting sharing akbar
kebalikannya, guru yang terlibat dan komite yang membantu
dari segi dana. (CWOT3.,p1.,kl4) Jadi di sini orang tua juga
belajar agar nyambung antara yang di sekolah dengan yang di
rumah. (CWOT3.,p1.,kl5) Lalu ada technical meeting juga di
awal jadi sekolah ngasih tau peran orang tua itu ada apa aja sih.
(CWOT3.,p1.,kl6)
Program pengembangan keterampilan sosial terangkum dalam

program pilar karakter yang ada di sekolah dengan mengacu pada

kurikulum 2013 PAUD. Program tersebut dibagi menjadi 2 yaitu

program di kelas (formal/khusus dan informal/terintegrasi), dan

yang melibatkan orang tua.

Program pilar formal dimuat dalam modul pilar sekolah.

Pelaksanaan program pilar formal memiliki waktu khusus selama

15-20 menit sebelum pembelajaran. Di sini anak dikenalkan

secara detail tentang pilar karakter melalui buku cerita/ buku pilar/

boneka tangan/ video kemudian dilakukan diskusi antara guru dan

anak. Guru memiliki target pilar setiap pekannya yang tertera di

program tahunan sekolah.


69

Gambar 4.5 Program Semester 1 Gambar 4.6 Program Semester 2


Karakter (CD05) Karakter (CD06)

Sekolah memiliki dua modul yakni modul pilar dan modul

pembelajaran. Di dalam modul pembelajaran dimuat program

tahunan, program semester, RPPM dan RPPH hingga lembar

penialaian. Program tahunan seperti yang tertera pada gambar di

atas berisi tentang tema-tema sekolah selama satu tahun, baik

tema pembelajaran maupun tema pilar. Dalam menerapkan

pembelajaran di kelas, sekolah memiliki tema yang telah

terstruktur bersamaan dengan tema pilar. Tema pilar tersebut

terintegrasi dengan tema pembelajaran di kelas, contohnya pada


70

tema negaraku pilar yang dipelajari adalah pilar toleransi, cinta

damai dan bersatu.

Gambar 4.7 RPPM (CD07) Gambar 4.8 RPPH (CD08)


Di dalam RPPM terdapat rencana kegiatan selama satu minggu

lengkap dengan sentra di setiap harinya. Selain itu terdapat materi

yang masuk dalam pembiasaan (pilar karakter terintegrasi) seperti

bertanggung jawab setelah kegiatan, mendengarkan cerita, doa

sehari-hari, cara antre, dan mencuci tangan. Pilar karakter

terintegrasi merupakan pilar karakter yang menjadi pembiasaan di

kelas. Pilar tersebut tidak mengacu pada tema pilar di dalam

program tahunan.
71

Sedangkan di dalam RPPH tercantum kegiatan harian dari awal

hingga anak pulang, termasuk kegiatan pilar khusus. Di dalam

pelaksanaan pembelajaran, kegiatan dimulai pada pukul 08.00

WIB dengan kegiatan morning circle seperti permainan bebas di

lapangan atau halaman sekolah. Kegiatan dilanjutkan dengan

rutinitas harian pada pukul 08.15 WIB seperti doa, pengenalan

tema, jadwal kegiatan, peraturan di kelas, sampai mengenal hari,

tanggal, bulan serta tahun. Selanjutnya adalah kegiatan jurnal pagi

pada pukul 08.30 WIB, kegiatan tersebut lebih menekankan pada

kegiatan motorik halus seperti menggambar bebas, menggunting,

menempel dan mewarnai. Lalu pada pukul 08.50 WIB dimulai

kegiatan pilar khusus/ formal.

Pada pukul 09.10 WIB anak melakukan kegiatan makan

bersama di kelas dan bermain bebas dipukul 09.30 WIB. Kegiatan

bermain bebas dilakukan di luar kelas selama 30 menit. Pada

pukul 10.00 WIB dimulai kegiatan sentra sesuai tema. Setiap

harinya dilakukan kegiatan di satu sentra dengan tahapan-tahapan

yang tertera dalam RPPH. Lalu sebelum pulang, ada kegiatan

literasi selama 10 menit. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan

pembacaan buku cerita dalam rangka mengenalkan huruf pada

anak. Kemudian pada pukul 11.00 WIB dilakukan kegiatan

penutup seperti mengapresiasi dan mendiskusikan pengalaman


72

anak di hari tersebut, menginformasikan kegiatan besok, dan

berdoa.

Selain itu terdapat perencanaan penilaian dan keterangan

media yang digunakan di setiap harinya. Untuk penilaian, sekolah

menggunakan sistem catatan anekdot, skala capaian

perkembangan dan portofolio.

Gambar 4.9 Indikator Konsep Pilar (CD09)

Perencanaan kegiatan program pengembangan pilar tertera di

dalam modul pilar sekolah. Modul pengembangan pilar ini dibuat

sendiri oleh sekolah melalui Divisi Litbang. Modul tersebut berisi

indikator konsep pilar, perencanaan program pilar khusus di setiap

harinya, format buku penghubung orang tua yang memuat

kuesioner dan rekomendasi pilar serta referensi buku cerita yang

bisa digunakan dalam kegiatan pilar khusus/ formal.


73

Indikator konsep pilar disesuaikan dengan kelompok usia anak

seperti KB (3-4 tahun), TK A (4-5 tahun) dan TK B (5-6 tahun).

Seperti yang tertera pada gambar di atas pada konsep bersyukur

untuk TK A salah satunya adalah terbiasa berdoa dengan sikap

doa yang benar (khusyuk), tanpa perlu diingatkan oleh guru.

Kemudian untuk program secara informal/ terintegrasi tidak

diberikan waktu khusus melainkan mulai saat pembelajaran

dimulai hingga anak pulang. Bentuk program ini seperti

pembiasaan, pemberian apresiasi dan motivasi kepada anak.

Program terintegrasi ini tercantum dalam RPPM dan RPPH

pembelajaran.

Gambar 4.10 Program Perencanaan Pilar Metode Knowing


dan Feeling (CD10)
74

Gambar 4.11 Program Perencanaan Pilar Metode Acting dan


Feeling (CD11)

Program pilar khusus/ formal terbagi menjadi pilar dengan

metode knowing-feeling serta acting-feeling. Metode knowing-

feeling adalah pengenalan pilar kepada anak dengan diskusi. Lalu

untuk metode acting-feeling adalah simulasi dari pilar yang sudah

dipelajari sebelumnya.

Pada perencanaan pilar baik metode knowing-feeling maupun

acting-feeling memuat kegiatan yang dilakukan, tahapan kegiatan

tersebut mulai dari memulai sampai afirmasi, media yang

digunakan, serta pertanyaan yang diajukan guru saat diskusi

berlangsung. Kegiatan afirmasi bertujuan untuk menegaskan tema

pilar yang dipelajari dengan melalui kegiatan bernyanyi lagu pilar,


75

puisi, atau yel-yel dengan tepuk pilar. Guru juga ikut andil dalam

menciptakan lagu pilar.

Program pengembangan karakter berikutnya adalah yang

melibatkan orang tua, ada parenting sharing atau sekolah orang

tua dan buku penghubung. Parenting sharing ini merupakan

seminar yang dibagi menjadi dua, yaitu per level dan akbar

(semua level digabung). Untuk konsep parenting sharing level

diserahkan ke komite dan orang tua. Orang tua bisa memberikan

ide tema dan pembicara untuk seminar sedangkan guru

membantu memberikan masukan terkait ide tersebut. Lalu untuk

parenting sharing akbar seperti technical meeting dengan orang

tua di awal berkaitan penyamaan paradigma pendidikan karakter

dengan orang tua.


76

Gambar 4.12 Buku penghubung (CD12)

Kemudian untuk buku penghubung orang tua biasanya

diberikan setiap pekan di hari Jumat. Buku penghubung berisi

kegiatan anak di sekolah selama satu minggu dan info-info untuk

orang tua serta weekly plan atau kegiatan di minggu berikutnya,

penilaian perkembangan anak dalam satu pekan, serta kuesioner

dan rekomendasi pilar yang harus diisi oleh orang tua saat di

rumah.

Buku penghubung juga menjadi media komunikasi antara guru

kelas dan orang tua terkait perkembangan karakter anak saat di

rumah. Orang tua bisa menuliskan keterangan berupa pertanyaan

atau keluhan yang dialami saat di rumah di kolom yang tersedia.


77

Guru juga akan membalas pertanyaan atau keluhan yang diterima

dengan memberikan arahan kepada orang tua terkait apa yang

harus dilakukan.

Gambar 4.13 Rekomendasi Pilar Gambar 4.14 Kuesioner Pilar (CD14)


(CD13)

Di dalam rekomendasi pilar terdapat indikator konsep pilar

sesuai tema pilar pekanan, serta tips yang bisa diterapkan orang

tua dalam menerapkan konsep pilar tersebut saat di rumah.

Misalnya salah satu tips dalam mengembangkan konsep

bersyukur yaitu, orang tua dapat membiasakan anak untuk berdoa

dalam kegiatan yang dilakukan sehari-hari di rumah. Tanamkan


78

kepada anak bahwa berdoa adalah salah satu bentuk rasa syukur

manusia kepada Tuhan.

Lalu untuk kuesioner pilar memuat tentang tanggal penerapan

atau pengembangan pilar tersebut saat di sekolah, lembar skala

capaian perkembangan karakter anak yang diisi orang tua saat di

rumah, serta paraf orang tua dan guru di bagian bawah. Dalam hal

ini orang tua juga ikut mengevaluasi anak saat di rumah dengan

menuliskan penilaian sesuai indikator pilar yang ada di tabel.

Penilaian tersebut merupakan penilaian yang orang tua lakukan

selama satu pekan saat di rumah.

Proses pengembangan karakter di kelas dapat dilihat dari hasil

catatan lapangan sebagai berikut :

Pada pukul 08.50 WIB, guru membacakan buku pilar. (CL5.,


p3., kl1) Tema pilar yang diceritakan yaitu Jujur dan berkata
bijak. (CL5., p3., kl2) Guru melakukan diskusi dengan anak
dengan mengajukan pertanyaaan, “Siapa yang mau jadi anak
berkata bijak?” dan “Bagaimana caranya?”. (CL5., p3., kl3) Lalu
ada anak yang menjawab, “Ga boleh diketawain” dan “Kalau
ngomong bisik-bisik”. (CL5., p3., kl4) Setelah diskusi, anak-anak
pun bernyanyi lagu tentang berkata bijak. (CL5., p3., kl5) Pada
pukul 08.50 WIB anak melakukan kegiatan pilar dan diskusi.
(CL7., p3., kl1) Kali ini guru menceritakan tentang pilar berkata
bijak dengan menggunakan boneka tangan katak, beruang dan
bebek. (CL7., p3., kl2) Setelah selesai guru bertanya kepada
anak, “Berkata bijak itu seperti apa ya?”, “Tadi siapa tokoh yang
sudah dan belum berkata bijak?” serta “Kenapa sih kita harus
berkata bijak?”. (CL7., p3., kl3) Setelah itu pada pukul 09.00
WIB, guru melakukan kegiatan pilar kebersihan dengan
menonton video tutorial menggosok gigi. (CL10., p3., kl1)
setelah itu guru juga melakukan kegiatan diskusi dengan anak
dengan menanyakan, “Siapa yang tadi pagi gosok gigi?”, “Apa
79

yang terjadi jika kita ngga gosok gigi?”. (CL10., p3., kl2) Pada
pukul 08.50 WIB dimulai kegiatan buku cerita pilar. (CL1., p3.,
kl1) Pada hari ini buku pilar yang dibacakan adalah karakter
pantang menyerah. (CL1., p3., kl2) Setelah itu, guru
melakukan diskusi dengan anak berkaitan dengan buku
tersebut. (CL1., p3., kl3) Saat sedang menggambar, guru
kemudian mengambil selembar kertas kosong dan satu buah
pensil warna hitam. (CL8., p4., kl1) Guru kemudian duduk di
meja bersama anak-anak, “Ibu juga mau gambar sesuatu ah”
katanya. (CL8., p4., kl2) Kemudian ada beberapa anak yang
menoleh. (CL8., p4., kl3) Setelah selesai menggambar, guru
menunjukkan gambarnya kepada anak-anak, “Anak-anak
gimana gambar ibu bagus ngga?” katanya bertanya kepada
anak-anak. (CL8., p4., kl4) Ada satu anak yang menjawab,
“Bagus”. (CL8., p4., kl5) Lalu guru pun mengatakan, “Tapi ibu
ngga mau diwarnain ah gambarnya, begini aja”. (CL8., p4., kl6)
Lalu ada satu anak bernama Alby menjawab, “Tapi lebih bagus
kalo dikasih warna”. (CL8., p4., kl7) Kemudian guru bertanya
kembali, “Emang kalo ngga diwarnain, gambar ibu jelek ya?”.
(CL8., p4., kl8) Lalu ada satu anak bernama Nara yang
menjawab, “Bagus juga sih, tapi lebih bagus kalo warnanya
banyak”. (CL8., p4., kl9) Akhirnya guru mengatakan, “Terima
kasih ya kepada anak-anak yang sudah berkata bijak”. Lalu
dilanjutkan dengan bernyanyi lagu berkata bijak. (CL8., p4., kl9)

Kegiatan pilar dimulai pukul 08.50 WIB setelah guru melakukan

pembukaan di kelas. Untuk metode knowing dan feeling biasanya

guru bercerita dengan buku LK pilar atau buku cerita pilar atau

boneka tangan, atau hanya memutar video. Setelah bercerita atau

menonton video, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi. Guru

memberikan pertanyaan 5w1h (apa, mengapa, siapa, dimana,

bagaimana, seperti apa) berkaitan dengan pilar yang dijelaskan.

Sedangkan untuk metode acting dan feeling biasanya diadakan di

hari Jumat. Guru melakukan pengembangan melalui simulasi atau


80

games tergantung pada modul pilar. Setelah diskusi dilakukan

kegiatan bernyanyi atau tepuk sesuai pilar karakter yang diajarkan.

Gambar 4.15 Guru membacakan buku cerita pilar 3 berkata bijak (CD15)

Gambar 4.16 Guru membacakan buku pilar 3 jujur dan berkata bijak (CD16)

Kegiatan pembacaan buku cerita pilar atau buku pilar biasanya

dilakukan setiap hari senin, selasa dan rabu. Hal tersebut

disesuaikan dengan yang terdapat dalam modul pilar. Tahapan


81

kegiatannya juga sama, pertama guru membacakan buku cerita/

buku pilar kemudian guru melakukan diskusi dengan anak. Guru

akan memberikan pertanyaan terbuka berdasarkan cerita di dalam

buku tersebut.

Gambar 4.17 Guru bercerita menggunakan boneka tangan (CD17)

Lalu untuk di hari kamis, biasanya guru mengenalkan pilar

melalui bercerita dengan boneka tangan atau memutarkan video.

Boneka tangan tersebut juga diproduksi sendiri oleh sekolah. lalu

untuk video bisanya guru memutarkan melalui laptop atau

handphone.
82

Gambar 4.18 Guru melakukan diskusi dengan anak (CD18)

Gambar 4.19 Guru melakukan kegiatan acting saat jurnal menggambar (CD19)

Kegiatan pengembangan melalui metode acting, biasanya

melebur dengan kegiatan yang lain. Namun ada skenario yang

tertera di perencanaan guru. Lalu untuk kegiatan bernyanyi dan

tepuk bertujuan sebagai afirmasi atau penguat sehingga

pembelajaran karakter bisa diingat oleh anak. Lagu diciptakan

sendiri oleh sekolah sedangkan tepuk tersebut bisa diciptakan


83

sendiri oleh guru maupun mengajak anak untuk membuat

bersama.

b) Display Data

Program pengembangan keterampilan sosial anak usia 4-5

tahun terangkum dalam program pengembangan karakter.

Program tersebut dibagi menjadi 2 yaitu program di kelas dan

yang melibatkan orang tua (parenting sharing dan buku

penghubung). Parenting sharing ini merupakan seminar yang

dibagi menjadi dua, yaitu per level dan akbar (semua level

digabung). Untuk konsep parenting sharing level diserahkan ke

komite dan orang tua. Orang tua bisa memberikan ide tema dan

pembicara untuk seminar sedangkan guru membantu memberikan

masukan terkait ide tersebut. Lalu untuk parenting sharing akbar

seperti technical meeting dengan orang tua di awal berkaitan

penyamaan paradigma pendidikan karakter dengan orang tua.

Kemudian untuk buku penghubung orang tua biasanya

diberikan setiap pekan di hari Jumat. Buku penghubung berisi

kegiatan anak di sekolah selama satu minggu dan info-info untuk

orang tua serta weekly plan atau kegiatan di minggu berikutnya,

penilaian perkembangan anak dalam satu pekan, serta kuesioner


84

dan rekomendasi pilar yang harus diisi oleh orang tua saat di

rumah.

Program di kelas ada dua jenis yaitu secara formal/ khusus

selama 15-20 menit dan informal/ terintegrasi yakni mulai saat

pembelajaran dimulai hingga anak pulang.

(CWKS.,p4.,kl1, CWG3.,p1.,kl6, CWKS.,p7.,kl2, CWG2.,p1.,kl1,


CWG1.,p1.,kl4, CWG1.,p1.,kl5, CWKS.,p7.,kl4, CWKS.,p7.,kl5,
CWKS.,p7.,kl6, CWG3.,p1.,kl7, CWG2.,p1.,kl2, CWG3.,p1.,kl8,
CWG3.,p1.,kl9, CWKS.,p7.,kl8, CWG1.,p1.,kl2, CWG1.,p1.,kl3,
CWG2.,p1.,kl5, CWG2.,p1.,kl6, CWG3.,p1.,kl3, CWG3.,p1.,kl4,
CWG3.,p1.,kl5, CWOT1.,p1.,kl2, CWOT1.,p1.,kl3,
CWOT1.,p1.,kl4, CWOT2.,p1.,kl2, CWOT3.,p1.,kl2,
CWOT3.,p1.,kl3, CWOT3.,p1.,kl4, CWOT3.,p1.,kl5,
CWOT3.,p1.,kl6)

Pelaksanaan program pengembangan secara formal/ khusus di

kelas dilakukan oleh guru. Kegiatan pun tertera dalam

perencanaan harian dalam modul pilar.

(CL5., p3., kl1, CL5., p3., kl2, CL5., p3., kl3, CL5., p3., kl4,
CL5., p3., kl5, CL7., p3., kl1, CL7., p3., kl2, CL7., p3., kl3,
CL10., p3., kl1, CL10., p3., kl2, CL1., p3., kl1, CL1., p3., kl2,
CL1., p3., kl3, CL8., p4., kl1, CL8., p4., kl2, CL8., p4., kl3, CL8.,
p4., kl4, CL8., p4., kl5, CL8., p4., kl6, CL8., p4., kl7, CL8., p4.,
kl8, CL8., p4., kl9, CL8., p4., kl9). Didukung dengan catatan
85

dokumentasi (CD05, CD06, CD07, CD08, CD09, CD10, CD11,


CD12, CD13, CD14, CD15, CD16, CD17, CD18, CD19)

Pelaksanaan program dimulai pukul 08.50 WIB setelah guru

melakukan pembukaan di kelas. Untuk metode knowing dan

feeling dilakukan di hari Senin sampai Kamis, biasanya guru

bercerita dengan buku LK pilar atau buku cerita pilar atau boneka

tangan, atau hanya memutar video. Setelah bercerita atau

menonton video, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi. Guru

memberikan pertanyaan 5w1h (apa, mengapa, siapa, dimana,

bagaimana, seperti apa) berkaitan dengan pilar yang dijelaskan.

Kegiatan tersebut dilakukan secara klasikal. Sedangkan untuk

metode acting dan feeling biasanya diadakan di hari Jumat. Guru

melakukan pengembangan melalui simulasi atau games

tergantung pada modul pilar. Setelah diskusi dilakukan kegiatan

bernyanyi atau tepuk sesuai pilar karakter yang diajarkan.


86

Catatan Lapangan

Proses pelaksanaan program pengembangan pilar formal/ khusus


CL5., p3., kl1, CL5., p3., kl2, CL5., p3., kl3, CL5., p3., kl4, CL5., p3., kl5, CL7., p3., kl1,
CL7., p3., kl2, CL7., p3., kl3, CL10., p3., kl1, CL10., p3., kl2, CL1., p3., kl1, CL1., p3., kl2,
CL1., p3., kl3, CL8., p4., kl1, CL8., p4., kl2, CL8., p4., kl3, CL8., p4., kl4, CL8., p4., kl5,
CL8., p4., kl6, CL8., p4., kl7, CL8., p4., kl8, CL8., p4., kl9, CL8., p4., kl9

Catatan Wawancara
Catatan Dokumentasi
Program pengembangan
1. Perencanaan program
keterampilan sosial
pengembangan pilar
CWKS.,p4.,kl1, CWG3.,p1.,kl6,
CD05, CD06, CD07, CD08,
CWKS.,p7.,kl2, CWG2.,p1.,kl1,
CD09, CD10, CD11
CWG1.,p1.,kl4, CWG1.,p1.,kl5,
CWKS.,p7.,kl4, CWKS.,p7.,kl5, 2. Proses pelaksanaan program
CWKS.,p7.,kl6, CWG3.,p1.,kl7, pengembangan pilar formal/
CWG2.,p1.,kl2, CWG3.,p1.,kl8, khusus
CWG3.,p1.,kl9, CWKS.,p7.,kl8, CD12, CD13, CD14, CD15,
CWG1.,p1.,kl2, CWG1.,p1.,kl3, CD16, CD17, CD18, CD19
CWG2.,p1.,kl5, CWG2.,p1.,kl6,
CWG3.,p1.,kl3, CWG3.,p1.,kl4,
CWG3.,p1.,kl5, CWOT1.,p1.,kl2,
CWOT1.,p1.,kl3, CWOT1.,p1.,kl4,
CWOT2.,p1.,kl2, CWOT3.,p1.,kl2,
CWOT3.,p1.,kl3, CWOT3.,p1.,kl4,
CWOT3.,p1.,kl5, CWOT3.,p1.,kl6

Bagan 4.1 Konstelasi Triangulasi Data Program Pengembangan Keterampilan Sosial


c) Verifikasi Data/
Anak Kesimpulan
Usia 4-5 Tahun di TK Karakter
87

c) Verifikasi Data/ Kesimpulan

Senin-
Kamis Jumat

Diskusi Simulasi

Apresiasi Pembiasaan Motivasi


Knowing- Acting-
feeling feeling

Anak masuk-pulang
08.50 – 09.10 WIB

Pilar Khusus/Formal Pilar Terintegrasi

Program Pengembangan Keterampilan


Sosial Anak Usia 4-5 tahun

Parenting Sharing Buku Penghubung

Akbar Level Laporan Rekomen- Kuesioner


perkembangan dasi pilar pilar
anak 1 pekan
Dirancang Dirancang komite, dari guru
sekolah, orang tua disetujui sekolah, Tips
Evaluasi
sebagai peserta orang tua sebagai mengem-
perkembang
peserta bangkan
-an anak
konsep
oleh orang
Technical pilar untuk
tua di rumah
meeting Seminar orang tua

Bagan 4.2 Program Pengembangan Keterampilan Sosial


Anak Usia 4-5 Tahun di TK Karakter
88

Program pengembangan keterampilan sosial anak usia 4-5

tahun di TK Karakter termasuk dalam pengembangan karakter.

Sekolah memiliki dua jenis program pengembangan karaker yakni

program di kelas dan program yang melibatkan orang tua.

Program di kelas dibagi menjadi dua jenis yaitu program

khusus/ formal dan terintegrasi/ informal. Program tersebut masuk

ke dalam perencanaan tahunan sampai harian yang dibuat oleh

sekolah (modul pilar). Program formal/ khusus ini dilakukan setiap

hari pukul 08.50-09.10 WIB selama 15-20 menit. Setiap hari Senin

sampai Kamis dengan metode knowing-feeling, sedangkan untuk

hari Jumat dengan metode acting-feeling. Kemudian untuk

program informal/ terintegrasi berupa pembiasaan, pemberian

apresiasi dan motivasi kepada anak.

Lalu program yang melibatkan orang tua yaitu parenting sharing

berupa seminar dengan orang tua dan buku penghubung.

Parenting sharing ada dua jenis yaitu parenting sharing per level

dan akbar (semua level). Parenting sharing per level dirancang

oleh komite dan orang tua terkait tema, pembicara dan kebutuhan

lainnya, lalu jika sudah selesai rancangan tersebut didiskusikan

bersama guru. Sedangkan untuk parenting sharing akbar

dirancang oleh sekolah. Kemudian untuk buku penghubung berisi

tentang perkembangan anak selama satu pekan, weekly plan


89

untuk pekan depan, serta lembar kuesioner dan rekomendasi yang

diisi orang tua terkait perkembangan anak saat di rumah.

2. Materi Pengembangan Keterampilan Sosial Anak Usia 4-5 Tahun

dengan Model PHBK (Pendekatan Holistik Berbasis Karakter)

a) Reduksi Data

Data tentang materi pengembangan keterampilan sosial anak

usia 4-5 tahun dengan model PHBK (Pendekatan Holistik Berbasis

Karakter) didapatkan berdasarkan hasil catatan lapangan, catatan

wawancara, dan catatan dokumentasi yang dikumpulkan pada

saat penelitian dilakukan. Materi yang digunakan dalam

pengembangan keterampilan sosial ini dipaparkan oleh kepala

sekolah dan guru melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti

sebagai berikut :

Materi yang digunakan adalah 9 pilar karakter ditambah


dengan K4. (CWKS.,p10.,kl1) K4 sendiri merupakan
bagian dari pilar 2 Mandiri, dipisah karena perlu lebih
mendalami lagi kepada anak tentang kebersihan,
keamanan, kesehatan dan kerapihan. (CWKS.,p10.,kl2)
Di setiap pilar ada kurang lebih 2-3 konsep yang berubah
di setiap pekannya. (CWKS.,p10.,kl3) Materi ini berganti
setiap pekan. (CWG1.,p7.,kl2) Nah semua pilar-pilar tadi
masuk ke tema-tema atau kegiatan sekolah.
(CWG3.,p7.,kl2)

Materi yang dipelajari dalam mengembangkan keterampilan

sosial mencakup ke dalam 9 pilar karakter dan K4 yang dimiliki


90

sekolah. Pilar sendiri memiliki makna sebagai fondasi atau sesuatu

yang penting untuk mencapai pemahaman dan pengetahuan baik

fisik maupun mental, khususnya pendidikan karakter jika dikaitkan

dengan konteks 9 pilar karakter. Konsep 9 pilar dan K4 tersebut

terdapat dalam dokumen yang dimiliki oleh sekolah lengkap

dengan konsep masing-masing pilar.

Gambar 4.20 Konsep-Konsep Pilar 9 Karakter Bagian 1 (CD20)


Lampiran 4
91

Gambar 4.21 Konsep-Konsep Pilar 9 Karakter Bagian 2 (CD21)


Lampiran 4

Pilar yang pertama yaitu cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya

yang meliputi konsep bersyukur, kasih sayang dan setia pada

kebenaran. Pilar yang kedua yaitu tanggung Jawab, disiplin dan

mandiri. Pilar yang ketiga yaitu jujur, amanah, dan berkata bijak.

Pilar berikutnya yaitu hormat, santun dan pendengar yang baik.

Pilar yang kelima yaitu dermawan, suka menolong dan kerja sama.

Selanjutnya pilar yang keenam yaitu percaya diri, kreatif, pantang

menyerah. Pilar yang ketujuh yaitu pemimpin yang baik dan adil

terdiri dari konsep pemimpin yang baik serta karakter adil. Pilar

berikutnya yaitu baik dan rendah hati. Pilar berikutnya yaitu

toleran, cinta damai dan bersatu. Sedangkan untuk K4 terdiri dari

kebersihan, kerapian, kesehatan dan keamanan.


92

Materi tersebut berganti setiap pekannya sesuai dengan yang

tertera dalam perencanaan. Di semester I yaitu mandiri, disiplin,

tanggung jawab, toleransi, cinta damai, bersatu, dermawan, suka

menolong, kerja sama, sopan santun, pendengar yang baik,

hormat dan patuh, baik hati, serta rendah hati. Lalu di semester II

yaitu syukur, setia, percaya diri, kreatif, pantang menyerah, jujur,

amanah, berkata bijak, kebersihan, kesehatan, kerapian,

keamanan, pemimpin yang baik, serta adil.

Materi pengembangan keterampilan sosial yang diterapkan

dalam kegiatan pembelajaran di kelas ditemukan dalam hasil

catatan lapangan.

Pada pukul 08.50 WIB guru menjelaskan tentang tema pilar


melalui poster pilar. (CL9., p2., kl3) Guru membacakan cerita
tentang menjaga kebersihan yaitu potong kuku dengan buku
pilar. (CL9., p2., kl4) Pada pukul 09.00 WIB, guru membacakan
buku pilar. (CL4., p3., kl1) Tema pilar yang diceritakan yaitu
Jujur dan berkata bijak. (CL4., p3., kl2) Pada pukul 08.50 WIB
dimulai kegiatan buku cerita pilar. (CL1., p3., kl1) Pada hari ini
buku pilar yang dibacakan adalah karakter pantang menyerah.
(CL1., p3., kl2)

Materi pengembangan keterampilan sosial yang diterapkan di

kelas diperkenalkan oleh guru sebelum melakukan kegiatan pilar

formal/ khusus dengan menggunakan poster pilar atau hanya

dengan menyebutkan nilai karakter dalam buku yang akan


93

dibacakan. Pembagian materi ini berdasarkan dari apa yang

tertera dalam program tahunan sekolah.

b) Display Data

Materi pengembangan keterampilan sosial terangkum dalam 9

pilar karakter dan K4 yang dirumuskan oleh sekolah.

(CWKS.,p10.,kl1, CWKS.,p10.,kl2, CWKS.,p10.,kl3,

CWG1.,p7.,kl2, CWG3.,p7.,kl2). Temuan ini diperkuat dengan

catatan dokumentasi (CD20, CD21)

Pilar yang pertama yaitu cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya

yang meliputi konsep bersyukur, kasih sayang dan setia pada

kebenaran. Pilar yang kedua yaitu tanggung Jawab, disiplin dan

mandiri. Pilar yang ketiga yaitu jujur, amanah, dan berkata bijak.

Pilar berikutnya yaitu hormat, santun dan pendengar yang baik.

Pilar yang kelima yaitu dermawan, suka menolong dan kerja sama.

Selanjutnya pilar yang keenam yaitu percaya diri, kreatif, pantang

menyerah. Pilar yang ketujuh yaitu pemimpin yang baik dan adil

terdiri dari konsep pemimpin yang baik serta karakter adil. Pilar

berikutnya yaitu baik dan rendah hati. Pilar berikutnya yaitu

toleran, cinta damai dan bersatu. Sedangkan untuk K4 terdiri dari

kebersihan, kerapian, kesehatan dan keamanan.


94

Materi pengembangan keterampilan sosial yang diterapkan

dalam kegiatan pembelajaran di kelas ditemukan dalam hasil

catatan lapangan.

(CL9., p2., kl3, CL9., p2., kl4, CL4., p3., kl1, CL4., p3., kl2, CL1.,
p3., kl1, CL1., p3., kl2)

Materi pengembangan keterampilan sosial yang diterapkan di

kelas diperkenalkan oleh guru sebelum melakukan kegiatan pilar

formal/ khusus dengan menggunakan poster pilar atau hanya

dengan menyebutkan nilai karakter dalam buku yang akan

dibacakan. Pembagian materi ini berdasarkan dari apa yang

tertera dalam program tahunan sekolah.


95

Catatan Lapangan
Catatan Dokumentasi
Materi pengembangan keterampilan
sosial Materi pengembangan
keterampilan sosial
CL9., p2., kl3, CL9., p2., kl4, CL4., p3.,
kl1, CL4., p3., kl2, CL1., p3., kl1, CL1., CD20, CD21
p3., kl2

Catatan Wawancara

Program pengembangan keterampilan sosial


CWKS.,p10.,kl1, CWKS.,p10.,kl2, CWKS.,p10.,kl3, CWG1.,p7.,kl2, CWG3.,p7.,kl2

Bagan 4.3 Konstelasi Triangulasi Data Materi Pengembangan Keterampilan

Sosial Anak Usia 4-5 Tahun di TK Karakter


96

c) Verifikasi Data/ Kesimpulan

Pendengar
Berkata
yang baik
bijak Hormat

Dermawan Suka
Jujur Amanah Santun
menolong

Tanggung Jawab
Kerja sama
Disiplin Pilar 3 Pilar 4 Pilar 5
Percaya
diri Kreatif
Mandiri Pilar 2 Pilar 6
Pantang menyerah
Materi
Pilar 1 Pilar 7
Bersyukur Adil

Kasih sayang & K4 Pilar 9 Pilar 8 Pemimpin yang baik


setia
Baik hati
Kebersihan

Toleran Bersatu Rendah hati


Kerapian si
Cinta
Kesehatan
damai

Keamanan

Bagan 4.4 Materi Pengembangan Keterampilan Sosial di TK Karakter


97

Materi pengembangan keterampilan sosial anak usia 4-5 tahun

termasuk ke dalam 9 pilar karakter dan K4 yang ada di sekolah.

konsep-konsep pilar karakter tersebut yaitu (1) Cinta Tuhan dan

segenap ciptaanNya; (2) Mandiri, disiplin dan tanggung jawab; (3)

Jujur, amanah dan berkata bijak; (4) Hormat, santun dan

pendengar yang baik; (5) Dermawan, suka menolong dan kerja

sama; (6) Percaya diri, kreatif dan pantang menyerah; (7)

Pemimpin yang baik dan adil; (8) Baik dan rendah hati; (9)

Toleransi, cinta damai dan bersatu. Sedangkan untuk K4 terdiri

dari kebersihan, kerapian, kesehatan dan keamanan.

Pembagian materi mulai dari KB, TK A hingga TK B disamakan,

perbedaannya terletak pada kompetensi yang dicapai. Tema pilar

berganti setiap pekannya. Di semester I yaitu mandiri, disiplin,

tanggung jawab, toleransi, cinta damai, bersatu, dermawan, suka

menolong, kerja sama, sopan santun, pendengar yang baik,

hormat dan patuh, baik hati, serta rendah hati. Lalu di semester II

yaitu syukur, setia, percaya diri, kreatif, pantang menyerah, jujur,

amanah, berkata bijak, kebersihan, kesehatan, kerapian,

keamanan, pemimpin yang baik, serta adil.


98

3. Metode Pengembangan Keterampilan Sosial Anak Usia 4-5 Tahun

dengan Model PHBK (Pendekatan Holistik Berbasis Karakter)

a) Reduksi Data

Data tentang metode yang digunakan dalam pengembangan

keterampilan sosial anak usia 4-5 tahun di TK Karakter didapatkan

berdasarkan hasil catatan lapangan, catatan wawancara dan

catatan dokumentasi yang dikumpulkan pada saat penelitian.

Metode yang digunakan dalam pengembangan keterampilan

sosial anak usia 4-5 tahun ini dipaparkan oleh guru dan kepala

sekolah melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai

berikut :

Metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan PHBK


atau Pendekatan Holistik Berbasis Karakter yang di dalamnya
lebih banyak porsi diskusi. (CWKS.,p8.,kl1) Lalu untuk acting
biasanya dengan simulasi, games, dan lainnya terkait dengan
konsep yang disampaikan. (CWKS.,p7.,kl4) Kemudian ada
program secara terintegrasi yaitu pembiasaan kepada anak
agar nilai-nilai bisa terinternalisasi dengan kuat.
(CWKS.,p7.,kl5) Biasanya guru selalu memberikan apresiasi
dan motivasi, sehingga guru diminta untuk mencari kebaikan
anak sekecil apapun karena kebaikan-kebaikan itulah yang
nantinya akan terinternalisasi pada diri anak. (CWKS.,p7.,kl6)
Metode yang digunakan PHBK yaitu Pendidikan Holistik
Berbasis Karakter, artinya di semua kegiatan ada penanaman
nilai karakternya. (CWG1.,p5.,kl1) Metode yang digunakan
PHBK yaitu Pendidikan Holistik Berbasis Karakter.
(CWG2.,p5.,kl1) Jadi secara keseluruhan sudah sejalan
dengan Diknas. (CWG2.,p5.,kl2) Pembelajarannya
menggunakan model santifik untuk membuat anak kreatif dan
berpikir HOTS (High Order Thinking Skill). (CWG2.,p5.,kl3)
Peran guru adalah selalu mengapresiasi apa yang anak
lakukan dengan “Terima kasih” atau pujian. (CWG2.,p3.,kl1)
99

Selain itu memotivasi anak yang belum berkembang dalam hal


keterampilan sosialnya. (CWG2.,p3.,kl2) Metode yang dipakai
itu diskusi dengan tanya-jawab, guru yang memancing anak
untuk mengeluarkan ide atau pendapat anak. (CWG3.,p5.,kl1)
Ada juga metode project based learning. (CWG3.,p5.,kl2) Peran
guru itu cukup dominan dan ada strukturnya, misalnya di setiap
hari senin sampai kamis itu pengenalan karakternya dari buku
atau boneka tangan dengan menggali pengetahuan anak.
(CWG3.,p3.,kl1)

Metode yang digunakan dalam pengembangan keterampilan

sosial anak usia 4-5 tahun dibagi menjadi dua. Pada program

khusus/ formal metode yang digunakan adalah dengan diskusi,

simulasi dan games. Di dalam program khusus/ formal terdapat

metode knowing-feeling dan acting-feeling. Metode knowing-

feeling bertujuan agar anak memahami konsep pilar dengan baik,

sedangkan metode acting-feeling bertujuan untuk mempraktekkan

konsep pilar. Lalu pada program terintegrasi/ informal metode

yang digunakan adalah dengan pembiasaan, dan dengan mencari

kebaikan-kebaikan anak sekecil apapun sehingga anak bisa

diapresiasi dan terus dimotivasi.

Metode yang digunakan dalam pengembangan keterampilan

sosial ini ditemukan dalam hasil catatan lapangan dan catatan

dokumentasi ketika pembelajaran berlangsung di kelas. Metode

yang digunakan pada program khusus/ formal adalah sebagai

berikut :
100

Pada pukul 09.00 WIB, guru membacakan buku pilar. (CL4.,


p3., kl1) Tema pilar yang diceritakan yaitu Jujur dan berkata
bijak. (CL4., p3., kl2) Guru melakukan diskusi dengan anak
dengan mengajukan pertanyaaan, “Siapa yang sudah berkata
bijak/ berkata jujur?”, “Dimana saja kita harus berkata bijak/
jujur?”, “Bagaimana caranya kita berkata bijak dengan teman?”.
(CL4., p3., kl3) Setelah diskusi, anak-anak pun bernyanyi lagu
tentang berkata bijak. (CL4., p3., kl4) Selain itu, guru juga
memimpin anak untuk melakukan tepuk berkata bijak. (CL4.,
p3., kl5) Pada pukul 08.50 WIB dimulai kegiatan buku cerita
pilar. (CL1., p3., kl1) Pada hari ini buku pilar yang dibacakan
adalah karakter pantang menyerah. (CL1., p3., kl2) Setelah itu,
guru melakukan diskusi dengan anak berkaitan dengan buku
tersebut. (CL1., p3., kl3) Saat sedang menggambar, guru
kemudian mengambil selembar kertas kosong dan satu buah
pensil warna hitam. (CL8., p4., kl1) Guru kemudian duduk di
meja bersama anak-anak, “Ibu juga mau gambar sesuatu ah”
katanya. (CL8., p4., kl2) Kemudian ada beberapa anak yang
menoleh. (CL8., p4., kl3) Setelah selesai menggambar, guru
menunjukkan gambarnya kepada anak-anak, “Anak-anak
gimana gambar ibu bagus ngga?” katanya bertanya kepada
anak-anak. (CL8., p4., kl4) Ada satu anak yang menjawab,
“Bagus”. (CL8., p4., kl5) Lalu guru pun mengatakan, “Tapi ibu
ngga mau diwarnain ah gambarnya, begini aja”. (CL8., p4., kl6)
Lalu ada satu anak bernama Alby menjawab, “Tapi lebih bagus
kalo dikasih warna”. (CL8., p4., kl7) Kemudian guru bertanya
kembali, “Emang kalo ngga diwarnain, gambar ibu jelek ya?”.
(CL8., p4., kl8) Lalu ada satu anak bernama Nara yang
menjawab, “Bagus juga sih, tapi lebih bagus kalo warnanya
banyak”. (CL8., p4., kl9) Akhirnya guru mengatakan, “Terima
kasih ya kepada anak-anak yang sudah berkata bijak”. Lalu
dilanjutkan dengan bernyanyi lagu berkata bijak. (CL8., p4., kl9)
Guru membacakan cerita tentang menjaga kebersihan yaitu
potong kuku dengan buku pilar. (CL9., p2., kl4) Setelah itu guru
melakukan tanya-jawab dengan anak dengan memberikan
pertanyaan, “Siapa yang sudah potong kuku?” , “Kalau kita
tidak memotong kuku apa yang terjadi?”. (CL9., p2., kl5) Anak
bernyanyi lagu tentang kebersihan dan melakukan tepuk anak
cinta kebersihan. (CL9., p2., kl6)
101

Gambar 4.22 Guru melakukan tanya-jawab dengan anak (CD22)

Metode yang digunakan pada saat program khusus/ formal

diantaranya adalah membacakan buku cerita pilar kepada anak.

Buku tersebut mengandung nilai karakter sesuai dengan tema pilar

yang ada di pekan tersebut. Lalu setelah selesai membacakan

cerita, metode berikutnya yang digunakan adalah diskusi. Guru

memberikan pertanyaan terbuka kepada anak berkaitan dengan

pilar yang dipelajari. Pertanyaan tersebut terdiri dari pertanyaan

5w1h (apa, dimana, mengapa, siapa, kapan, bagaimana, yang

mana), seperti “Siapa yang sudah berkata bijak/ berkata jujur?”,

“Dimana saja kita harus berkata bijak/ jujur?”, “Bagaimana caranya

kita berkata bijak dengan teman?”.


102

Gambar 4.23 Guru dan anak-anak bernyanyi lagu pilar (CD23)

Gambar 4.24 Tepuk pilar (CD24)

Setelah diskusi, guru biasanya akan melakukan kegiatan

afirmasi atau penekanan pilar kembali. Kegiatan afirmasi tersebut

bertujuan agar anak memahami konsep dari pilar karakter yang

diajarkan. Kegiatan afirmasi tersebut yaitu dengan bernyanyi lagu

pilar, membacakan puisi dan melakukan tepuk pilar atau salah

satu diantaranya. Lagu dan tepuk pilar tersebut ada beberapa

yang diciptakan sendiri oleh guru dan dimuat dalam modul pilar,
103

seperti lagu konsep bersyukur yang diciptakan oleh bu Trias yang

merupakan guru kelompok B.

Gambar 4.25 Simulasi pilar berkata bijak di kegiatan jurnal


menggambar (CD25)

Setelah metode knowing-feeling selesai dilakukan di hari Senin-

Kamis, selanjutnya guru akan menerapkan metode acting-feeling

di hari Jumat. Metode acting-feeling ini dilakukan dengan melalui

simulasi atau games. Simulasi tersebut melebur dengan kegiatan

di kelas. Simulasi ini juga telah dibuat skenarionya di dalam

perencanaan program pilar yang terdapat di modul pilar.


104

Gambar 4.26 Gambar guru saat simulasi pilar (CD26)

Hal tersebut dilakukan guru pada saat konsep berkata bijak,

simulasi dilakukan saat kegiatan jurnal menggambar. Guru ikut

melakukan kegiatan menggambar bersama anak-anak. Guru

menggambar bus yang merupakan tokoh bernama tayo. Saat itu

guru tidak memberi warna pada gambarnya, lalu guru berkata,

“Anak-anak bagaimana gambar ibu bagus ngga?”. Kemudian ada

satu anak yang menjawab, “Bagus”. Lalu guru pun mengatakan,

“Tapi ibu ngga mau diwarnain ah gambarnya, begini aja”. Lalu ada

satu anak bernama Alby menjawab, “Tapi lebih bagus kalo dikasih

warna”. Kemudian guru bertanya kembali, “Emang kalo ngga

diwarnain, gambar ibu jelek ya?”. Lalu ada satu anak bernama

Nara yang menjawab, “Bagus juga sih, tapi lebih bagus kalo
105

warnanya banyak”. Guru juga melakukan komunikasi untuk

melihat apakah anak-anak sudah dapat berkata bijak, seperti

melakukan dialog. Di akhir simulasi, guru juga akan memberikan

apresiasi dengan mengucapkan, “Terima kasih ya kepada anak-

anak yang sudah berkata bijak”. Setelah itu, kegiatan afirmasi

seperti pada metode knowing-feeling pun tetap dilakukan.

Selain itu, pada program terintegrasi peneliti juga menemukan

metode yang digunakan oleh guru dalam mengembangkan

keterampilan sosial anak, sebagai berikut :

Saat sedang menggambar, ada satu anak yang mengadu


kepada guru bahwa temannya tidak meminjamkan barang
kepadanya. (CL1., p4., kl5) Guru mengatakan, “Coba tanya
sama dia bisanya kapan?”. (CL1., p4., kl6) Lalu anak itu tetap
tidak mau meminjamkan barangnya. (CL1., p4., kl7) Guru pun
mengatakan, “Yaudah kalo dia tidak mau meminjamkan, kamu
tidak boleh memaksa. Nanti ditanya lagi, aku udah boleh
minjem belum? Gitu ya”. (CL1., p4., kl8) Di tengah-tengah
kegiatan tersebut, ada dua anak yang sedang berselisih (Hasha
dan Eza). Hasha mengatakan bahwa Eza telah
mengganggunya. (CL2., p2., kl5) Kemudian guru mengatakan,
“Tidak apa-apa bilang aja, aku gamau main sama kamu kalau
kamu gangguin aku”. (CL2., p2., kl6) Setelah itu, guru
mengatakan kepada Hasha untuk mencari tempat duduk yang
nyaman. (CL2., p2., kl7) Pada kegiatan tersebut ada anak
bernama Fadhlan yang tidak mau mengikuti kegiatan. (CL2.,
p4., kl9) Fadhlan mengatakan bahwa ia tidak bisa
menggunting. (CL2., p4., kl10) Guru lalu memberikan motivasi
kepada Fadhlan, “Coba dulu ya, pasti bisa. Pakai gunting yang
baru”. (CL2., p4., kl11) Guru pun mengatakan, “Terima kasih ya
bagi yang sudah duduk di karpet, yang sudah duduk di karpet
ada Mirza, Disy”. (CL2., p5., kl5) Guru menyebutkan satu per
satu anak yang sudah tertib dan mengikuti aturan. (CL2., p5.,
106

kl6) Sehingga anak yang masih belum tertib pun ikut duduk di
karpet seperti yang lain. (CL2., p5., kl7) Selain mengevaluasi
kegiatan hari ini, guru juga melakukan evaluasi pada anak yang
belum bisa tertib di hari itu. (CL2., p7., kl1) Ada dua anak yang
dievaluasi yakni Fadhlan dan Eza. (CL2., p7., kl2) Guru
bertanya kenapa hari ini belum bisa tertib, “Kenapa hari ini
iseng sama temennya?” dan “Kenapa hari ini tidak mau
mengikuti kegiatan menggunting?”. (CL2., p7., kl3) Setelah
mendengar penjelasan dari anak, guru pun mengatakan, “Ibu
yakin Fadhlan sama Eza pasti bisa tertib, mudah-mudahan
besok bisa tertib kembali ya, bisa ya?” katanya. (CL2., p7., kl4)
Anak pun mengangguk dan dipersilahkan untuk mengambil tas
dan baris di bawah. (CL2., p7., kl5) Guru meminta tolong dua
anak (Balqis dan Charvi) untuk membagikan buku jurnal kepada
anak yang lain. (CL4., p2., kl4) Setelah selesai menggambar,
ada anak yang berlarian di kelas lalu guru berkata, “Terima
kasih ya buat yang sudah tertib”. (CL4., p2., kl5) Beberapa
anak yang berlari kemudian duduk kembali. (CL4., p2., kl6) Ada
satu anak yang saat hendak mengambil cat air, mengotori lantai
dengan cat air tersebut. (CL5., p4., kl7) Kemudian guru
memintanya untuk bertanggung jawab. (CL5., p4., kl8) Guru
meminta tolong untuk membasahi kanebo yang ada di kelas lalu
mengelap lantai yang kotor. (CL5., p4., kl9) Anak yang tadi pun
melakukan apa yang diminta oleh guru. (CL5., p4., kl10)
Setelah selesai menggambar, anak menceritakan gambarnya
kepada guru satu per satu. (CL6., p2., kl6) Lalu guru mengajak
anak untuk bertanggung jawab dengan meminta satu anak
untuk mengajak teman yang lain bertanggung jawab. (CL6., p2.,
kl7) Lalu anak itu pun mengajak teman yang lain untuk
menyimpan kembali buku jurnal ke dalam rak dan merapikan
kursi dan meja kelas. (CL6., p2., kl8) Guru juga mengucapkan
terima kasih kepada anak-anak yang sudah mau bertanggung
jawab. (CL6., p2., kl9) Ada satu anak yang saat kegiatan
selesai, merapikan kursi yang telah digunakan. (CL10., p5., kl1)
Lalu guru mengatakan, “MasyaAllah Disy inisiatif ya. Terima
kasih Disy”. (CL10., p5., kl2) Lalu di sisi lain ada anak yang
sedang saling tarik-menarik kertas CD di karpet kemudian
kertas tersebut sobek. (CL10., p6., kl1) Guru bertanya kepada
Fadhlan, “Ini punya siapa? Punya Fadhlan?” lalu Fadhlan
mengangguk. (CL10., p6., kl2) Guru bertanya kembali, “Yang
robekin siapa?” kemudian Fadhlan menjawab “Alby”. (CL10.,
p6., kl3) Lalu guru meminta Alby untuk bertanggung jawab
dengan memintanya mengambil lakban. (CL10., p6., kl4) Alby
107

pun mengambil lakban dan guru membantu Alby untuk


merekatkan kembali kertas yang sobek. (CL10., p6., kl5)

Metode yang digunakan pada saat program terintegrasi/

informal diantaranya adalah memberikan arahan kepada anak.

Guru membantu anak untuk bertanggung jawab saat anak

melakukan kesalahan. Hal ini seperti yang terjadi saat ada anak

yang tidak sengaja merobek karya milik temannya, lalu guru

mengarahkan anak tersebut untuk bertanggung jawab merekatkan

kertas yang sobek tadi dengan lakban dibantu dengan guru.

Lalu anak juga diajak untuk menyeslesaikan masalah sendiri,

seperti jika ada anak yang tidak mau meminjamkan barang

kepadanya guru meminta anak tersebut untuk bertanya dengan

temannya “Coba tanya sama dia bisanya kapan?”. Jika temannya

masih tidak mau meminjamkan barangnya, guru pun mengatakan

“Yaudah kalo dia tidak mau meminjamkan, kamu tidak boleh

memaksa. Nanti ditanya lagi, aku udah boleh minjem belum? Gitu

ya”. Jadi, guru tidak langsung terlibat melainkan memberikan

arahan lebih dulu terkait apa yang harus dilakukan. Jika memang

masih belum diselesaikan, baru guru yang terlibat langsung.

Selain itu, guru juga memotivasi anak yang belum berkembang

pilar karakternya. Guru juga senantiasa mengapresiasi anak yang

sudah melakukan kebaikan-kebaikan seperti sudah tertib saat guru


108

menjelaskan, bertanggung jawab merapikan meja setelah kegiatan

dan sebagainya. Guru senantiasa mengucapkan, “Terima kasih

untuk anak yang sudah tertib” atau “Wah... hebat sekali ya

inisiatif”.

Guru juga senantiasa memberikan kalimat positif saat hendak

menegur anak. Jika ada anak yang masih bermain saat kegiatan di

kelas, guru mengatakan “Ibu senang kalau Hasya berbagi

mainannya nanti saat bermain”. Lalu jika ada anak yang belum

merapikan barang-barang setelah kegiatan guru mengatakan,

“Siapa yang mau bertanggung jawab?”.

Dari metode-metode yang diterapkan tersebut, peneliti

menemukan beberapa keterampilan sosial yang muncul pada

anak saat di kelas maupun saat bermain di luar. Pertama, yaitu

berkomunikasi dengan baik. Hal ini terlihat saat anak menceritakan

hasil gambar di kegiatan jurnal pagi, menjawab pertanyaan guru

ketika diskusi dan bermain bersama teman saat istirahat.


109

Gambar 4.27 Anak menceritakan hasil gambarnya kepada guru


(CD27)

Gambar 4.28 Anak bermain bersama saat istirahat (CD28)

Selain itu, anak juga mampu bertanggung jawab saat di kelas.

Hal ini terlihat saat ada anak yang menumpahkan cat air ke lantai,

setelah diarahkan oleh guru anak pun mengambil kanebo dan

mengelap lantai yang kotor.


110

Gambar 4.29 Anak membersihkan lantai dengan kanebo (CD29)

Lalu perilaku tanggung jawab ini juga terlihat saat anak

merapikan barang-barangnya kembali setelah melakukan kegiatan

makan atau kegiatan lainnya di kelas.

Gambar 4.30 Anak merapikan tempatnya setelah makan dengan

sapu (CD30)
111

Kemudian, ditemukan juga kemampuan bekerja sama. Tidak

hanya saat bermain tapi juga terlihat saat mereka merapikan

mainan dan barang-barang setelah kegiatan jurnal pagi bersama-

sama.

Gambar 4.31 Anak bekerja sama merapikan pensil warna (CD31)

b) Display Data

Metode yang digunakan dalam mengembangkan keterampilan

sosial anak usia 4-5 tahun dengan model PHBK (Pendekatan

Holistik Berbasis Karakter) di TK Karakter.

(CWKS.,p8.,kl1, CWKS.,p7.,kl4, CWKS.,p7.,kl5, CWKS.,p7.,kl6,

CWG1.,p5.,kl1, CWG2.,p5.,kl1, CWG2.,p5.,kl2, CWG2.,p5.,kl3,

CWG2.,p3.,kl1, CWG2.,p3.,kl2, CWG3.,p5.,kl1, CWG3.,p5.,kl2,

CWG3.,p3.,kl1)
112

Metode yang digunakan dalam pengembangan keterampilan

sosial anak usia 4-5 tahun dibagi menjadi dua. Pada program

khusus/ formal metode yang digunakan adalah dengan diskusi,

simulasi dan games. Lalu pada program terintegrasi/ informal

metode yang digunakan adalah dengan pembiasaan, dan dengan

mencari kebaikan-kebaikan anak sekecil apapun sehingga anak

bisa diapresiasi dan terus dimotivasi.

Metode pengembangan keterampilan sosial anak usia 4-5

tahun pada program khusus/ formal di TK Karakter.

(CL1., p3., kl1, CL1., p3., kl2, CL1., p3., kl3, CL4., p3., kl1,
CL4., p3., kl2, CL4., p3., kl3, CL4., p3., kl4, CL4., p3., kl5, CL8.,
p4., kl1, CL8., p4., kl2, CL8., p4., kl3, CL8., p4., kl4, CL8., p4.,
kl5, CL8., p4., kl6, CL8., p4., kl7, CL8., p4., kl8, CL8., p4., kl9,
CL8., p4., kl9, CL9., p2., kl4, CL9., p2., kl5, CL9., p2., kl6).
Didukung dengan catatan dokumentasi peneliti (CD22, CD23,
CD24, CD25, CD26)

Metode yang digunakan pada saat program khusus/ formal

diantaranya adalah diskusi dengan memberikan pertanyaan

terbuka kepada anak, membacakan buku cerita terkait nilai

karakter, bernyanyi dan melakukan tepuk sesuai dengan pilar

karakter. Lalu guru juga melakukan simulasi karakter yang melebur

dengan kegiatan di kelas.


113

Lalu metode pengembangan keterampilan sosial anak usia 4-5

tahun pada program terintegrasi/informal di TK Karakter.

(CL1., p4., kl5, CL1., p4., kl6, CL1., p4., kl7, CL1., p4., kl8,
CL2., p2., kl5, CL2., p2., kl6, CL2., p2., kl7, CL2., p4., kl9, CL2.,
p4., kl10, CL2., p4., kl11, CL2., p5., kl5, CL2., p5., kl6, CL2.,
p5., kl7, CL2., p7., kl1, CL2., p7., kl2, CL2., p7., kl3, CL2., p7.,
kl4, CL2., p7., kl5, CL4., p2., kl4, CL4., p2., kl5, CL4., p2., kl6,
CL6., p2., kl6, CL6., p2., kl7, CL6., p2., kl8, CL6., p2., CL10.,
p5., kl1, CL10., p5., kl2)kl9, CL10., p5., kl1, CL10., p5., kl2,
CL5., p4., kl7, CL5., p4., kl8, CL5., p4., kl9, CL5., p4., kl10,
CL10., p6., kl1, CL10., p6., kl2, CL10., p6., kl3, CL10., p6., kl4,
CL10., p6., kl5)

Metode yang digunakan pada saat program terintegrasi/

informal diantaranya adalah memberikan arahan kepada anak

yang sedang berselisih dengan temannya atau membantu anak

untuk bertanggung jawab saat anak melakukan kesalahan. Selain

itu, guru juga memotivasi anak yang belum berkembang pilar

karakternya. Guru juga senantiasi mengapresiasi anak yang sudah

melakukan kebaikan-kebaikan seperti sudah tertib saat guru

menjelaskan, bertanggung jawab merapikan meja setelah kegiatan

dan sebagainya. Guru juga senantiasa memberikan kalimat positif

saat hendak menegur anak.


114

Catatan Lapangan

Metode pengembangan keterampilan sosial pada program khusus/formal


CL1., p3., kl1, CL1., p3., kl2, CL1., p3., kl3, CL8., p4., kl1, CL8., p4., kl2, CL8., p4., kl3,
CL8., p4., kl4, CL8., p4., kl5, CL8., p4., kl6, CL8., p4., kl7, CL8., p4., kl8, CL8., p4., kl9,
CL8., p4., kl9, CL9., p2., kl4, CL9., p2., kl5, CL9., p2., kl6
Metode pengembangan keterampilan sosial pada program terintegrasi/informal
CL2., p2., kl5, CL2., p2., kl6, CL2., p2., kl7, CL2., p4., kl9, CL2., p4., kl10, CL2., p4.,
kl11, CL2., p5., kl5, CL2., p5., kl6, CL2., p5., kl7, CL2., p7., kl1, CL2., p7., kl2, CL2.,
p7., kl3, CL2., p7., kl4, CL2., p7., kl5, CL5., p4., kl7, CL5., p4., kl8, CL5., p4., kl9, CL5.,
p4., kl10, CL10., p6., kl1, CL10., p6., kl2, CL10., p6., kl3, CL10., p6., kl4, CL10., p6.,
kl5

Catatan Wawancara

Metode pengembangan Catatan Dokumentasi


keterampilan sosial
1. Metode pada program
CWKS.,p8.,kl1, CWKS.,p7.,kl4, khusus/formal
CWKS.,p7.,kl5, CWKS.,p7.,kl6, CD22, CD23, CD24, CD25
CWG1.,p5.,kl1, CWG2.,p5.,kl1, 2. Metode pada program
CWG2.,p5.,kl2, CWG2.,p5.,kl3, terintegrasi/informal
CWG2.,p3.,kl1, CWG2.,p3.,kl2, CD26
CWG3.,p5.,kl1, CWG3.,p5.,kl2, 3. Keterampilan sosial yang
CWG3.,p3.,kl1 muncul
CD27, CD28, CD29, CD30,
CD31

Bagan 4.5 Konstelasi Triangulasi Data Metode Pengembangan Keterampilan

Sosial Anak Usia 4-5 Tahun di TK Karakter


115

c) Verifikasi Data/ Kesimpulan

Bernyanyi

Melebur dengan
kegiatan di kelas

Membaca buku
Diskusi Games Simulasi
cerita/pilar

Knowing- Acting-
feeling feeling

Khusus/
formal

Metode

Terintegrasi

Memberi semangat, Memberi tahu dan


memuji dan memberikan arahan
membantu

Bagan 4.6 Metode Pengembangan Keterampilan Sosial Anak Usia 4-5 Tahun
di TK Karakter
116

Metode yang digunakan dalam pengembangan keterampilan

sosial anak usia 4-5 tahun dibagi menjadi dua. Pada program

khusus/ formal terdapat metode knowing-feeling dan acting-

feeling. Metode knowing-feeling bertujuan agar anak memahami

konsep pilar dengan baik sehingga cara yang dilakukan adalah

dengan membacakan buku cerita dan diskusi. Guru memberikan

pertanyaan terbuka 5w1h berkaitan dengan pilar (apa, siapa,

kapan, dimana, mengapa, bagaimana dan yang mana). Lalu

metode acting-feeling bertujuan untuk mempraktekkan konsep

pilar sehingga cara yang dilakukan adalah dengan melakukan

simulasi karakter yang melebur dengan kegiatan di kelas. Selain

itu metode lainnya adalah bernyanyi, membacakan puisi dan

melakukan tepuk sesuai dengan pilar karakter.

Lalu pada program terintegrasi/ informal metode yang

digunakan adalah dengan pembiasaan, dan dengan mencari

kebaikan-kebaikan anak sekecil apapun sehingga anak bisa

diapresiasi dan terus dimotivasi. Guru memberikan arahan kepada

anak yang sedang berselisih dengan temannya atau membantu

anak untuk bertanggung jawab saat anak melakukan kesalahan.

Guru juga menggunakan kalimat positif jika hendak menegur anak.


117

4. Media Pengembangan Keterampilan Sosial Anak Usia 4-5 Tahun

dengan Model PHBK (Pendekatan Holistik Berbasis Karakter)

a) Reduksi Data

Data tentang media yang digunakan dalam mengembangkan

keterampilan sosial anak usia 4-5 tahun di TK Karakter didapatkan

berdasarkan hasil catatan lapangan, catatan wawancara dan

catatan dokumentasi yang dikumpulkan pada saat penelitian

dilakukan. Media yang digunakan dalam mengembangkan

keterampilan sosial ini dipaparkan oleh kepala sekolah dan guru

melalui wawancara sebagai berikut :

Media yang digunakan kita ada buku pilar, buku cerita pilar
yang dibuat sendiri oleh sekolah, boneka tangan dan modul.
(CWKS.,p9.,kl1) Medianya seperti buku cerita, boneka tangan,
video dan buku pilar yang utama. (CWG1.,p6.,kl1) Medianya
seperti buku cerita pilar dan modul yang dimiliki sekolah.
(CWG2.,p6.,kl1) Kalau untuk pengembangan karakter sendiri
tergantung, kalau senin sampai kamis itu kan knowing-feeling
medianya itu buku pilar, buku cerita pilar dan modul pilar, kalau
hari kamis itu biasanya menggunakan boneka tangan.
(CWG3.,p6.,kl1) Kalau untuk hari Jumat itu acting jadi
medianya di sesuaikan dengan yang ada di modul.
(CWG3.,p6.,kl2)

Penggunaan media yang digunakan dalam pengembangan

keterampilan sosial anak usia 4-5 tahun dibagi menjadi dua yakni

saat knowing-feeling dan acting. Saat knowing-feeling yakni di hari

senin-kamis medianya adalah buku pilar, buku cerita pilar, modul

pilar, boneka tangan dan video. Lalu untuk acting di hari Jumat
118

disesuaikan dengan yang ada di modul karekter. Buku pilar dan

buku cerita pilar diterbitkan sendiri oleh sekolah dan beberapa

buku cerita pilar ditulis oleh guru di sekolah tersebut.

Selain itu, media yang digunakan dalam pengembangan

keterampilan sosial ini ditemukan dalam hasil catatan lapangan

dan catatan dokumentasi.

Pada pukul 08.50 WIB guru menjelaskan tentang tema pilar


melalui poster pilar. (CL9., p2., kl3) Guru membacakan cerita
tentang menjaga kebersihan yaitu potong kuku dengan buku
pilar. (CL9., p2., kl4) Setelah itu pada pukul 09.00 WIB, guru
melakukan kegiatan pilar kebersihan dengan menonton video
tutorial menggosok gigi yang diputar melalui handphone dan
speaker. (CL10., p3., kl1) Pada pukul 08.50 WIB anak
melakukan kegiatan pilar dan diskusi. (CL7., p3., kl1) Kali ini
guru menceritakan tentang pilar berkata bijak dengan
menggunakan boneka tangan katak, beruang dan bebek. (CL7.,
p3., kl2)

Gambar 4.32 Poster pilar (CD32) Gambar 4.33 Modul pilar (CD33)
119

Media poster pilar ini berisi tentang tema pilar yang berlangsung

di hari tersebut. Guru menggunakan poster ini sebelum kegiatan

program pilar khusus/ formal dimulai. Media modul pilar berisi

indikator konsep pilar tiap level, tahapan kegiatan dalam program

khusus/formal dan media yang digunakan. Modul pilar ini

digunakan oleh guru sebagai pedoman untuk melaksanakan

program pilar di kelas secara khusus/formal.

Gambar 4.34 Buku cerita pilar (CD34) Gambar 4.35 Bagian belakang buku
(CD35)
120

Media buku cerita pilar seperti media buku cerita pada

umumnya, hanya saja di buku cerita pilar tersebut memuat nilai-

nilai karakter yang tertera di sampul buku. Di bagian belakang

setiap buku tertera butir pertanyaan 5w1h (apa, mengapa,

bagaimana, siapa, dimana, yang mana) yang menjadi pedoman

guru dalam berdiskusi dengan anak. hal ini seperti yang dimuat

pada buku Kacamata Kakek yaitu, “Siapa yang membantu

Kakek?”, “Kemana Malik mencari kacamata?”, “Apa buktinya kalau

Malik adalah anak yang pantang menyerah?”, “Jika besok

kacamata kakek tidak ada, dimana kita mencari?”, “Bagaimana

perasaan kita saat dibantu?”, “Ceritakan pengalamanmu saat

pantang menyerah!”.

Gambar 4.36 Buku pilar (CD36) Gambar 4.37 Bagian Isi buku pilar(CD37)
121

Buku cerita pilar maupun buku pilar diterbitkan sendiri oleh

sekolah. Berbeda dengan buku cerita pilar, buku pilar seperti

semacam buku LK yang berisi gambar suatu kondisi berkaitan

dengan penerapan nilai karakter yang tepat dan tidak tepat. Guru

akan membacakan buku tersebut dan mengajak diskusi dengan

bertanya yang mana gambar yang tepat dalam merespon sesuatu.

Buku pilar tersebut juga lebih rinci dalam menggambarkan

konsep suatu pilar ke dalam kejadian sehari-hari yang mungkin

dialami anak. Hal ini seperti yang tertera dalam gambar di atas,

yang mengenalkan konsep berkata bijak. Terdapat poin “Aku

berkata bijak untuk menjaga perasaan teman” di bagian atas

kolom gambar. Lalu di bawahnya ada gambar yang menceritakan

tentang 3 anak perempuan yang menghadiri sebuah pesta. Di

bawah gambar tersebut terdapat pertanyaan, “Manakah anak yang

sudah berkata bijak?”. Lalu terdapat 2 pilihan gambar. Gambar

pertama, anak merespon dengan “Wah bajumu bagus dan sangat

serasi”. Kemudian di gambar kedua, anak merespon dengan “Hei

lihat bajunya jelek sekali, hahaha”.


122

Anak akan diajak untuk membandingkan kondisi dari kedua

gambar, lalu diminta untuk memilih mana yang menggambarkan

anak yang berkata bijak. Lalu diskusi pun berlanjut dengan

pertanyaan 5w1h dari guru.

Gambar 4.38 Boneka tangan (CD38)

Media boneka tangan ini digunakan oleh guru untuk bercerita

terkait nilai karakter yang sedang dipelajari. Guru biasanya

menggunakan media boneka tangan di hari kamis sebagai variasi

media dari buku.


123

b) Display Data

Media pengembangan keterampilan sosial anak usia 4-5 tahun

dibagi menjadi dua yaitu dalam metode knowing-feeling dan

acting.

(CWKS.,p9.,kl1, CWG1.,p6.,kl1, CWG2.,p6.,kl1, CWG3.,p6.,kl1,


CWG3.,p6.,kl2)

Penggunaan media yang digunakan dalam pengembangan

keterampilan sosial anak usia 4-5 tahun dibagi menjadi dua yakni

saat knowing-feeling dan acting-feeling. Saat knowing-feeling

yakni di hari senin-kamis medianya adalah buku pilar, buku cerita

pilar, modul pilar, boneka tangan dan video. Lalu untuk acting di

hari Jumat disesuaikan dengan yang ada di modul karekter. Buku

pilar dan buku cerita pilar diterbitkan sendiri oleh sekolah dan

beberapa buku cerita pilar ditulis oleh guru di sekolah tersebut.

Selain itu, media yang digunakan dalam pengembangan

keterampilan sosial ini ditemukan dalam hasil catatan lapangan

dan catatan dokumentasi.

(CL9., p2., kl3, CL9., p2., kl4, CL10., p3., kl1, CL7., p3., kl1,
CL7., p3., kl2). Didukung dengan catatan dokumentasi yang
peneliti kumpulkan (CD32, CD33, CD34, CD35, CD36, CD37,
CD38)
124

Media yang digunakan dalam pengembangan keterampilan

sosial saat di kelas sesuai dengan modul pilar. Saat hendak

memulai kegiatan pilar khusus/ formal guru menggunakan media

poster pilar yang berisi tentang tema pilar yang berlangsung di hari

tersebut. Kemudian saat metode knowing-feeling yakni dalam

mengenalkan dan memberi pemahaman kepada anak guru

menggunakan media buku cerita pilar atau buku pilar. Buku

tersebut diterbitkan sendiri oleh sekolah, sedangkan buku cerita

pilar beberapa ditulis sendiri oleh guru di sekolah. Di bagian

belakang setiap buku tertera butir pertanyaan 5w1h (apa,

mengapa, bagaimana, siapa, dimana, yang mana) yang menjadi

pedoman guru dalam berdiskusi dengan anak.

Perbedaan antara buku cerita pilar dengan buku pilar adalah

pada kontennya. Buku cerita pilar seperti media buku cerita pada

umumnya, hanya saja di buku cerita pilar tersebut memuat nilai-

nilai karakter yang tertera di sampul buku. Sedangkan buku pilar

seperti semacam buku LK yang berisi kondisi dalam bentuk

gambar penerapan nilai karakter yang tepat dan tidak tepat. Guru

akan membacakan buku tersebut dan mengajak diskusi dengan

bertanya yang mana gambar yang tepat dalam merespon sesuatu.


125

Selain itu di setiap hari kamis, guru biasanya menggunakan

media boneka tangan atau video. Lalu untuk metode acting,

medianya disesuaikan dengan yang ada di modul pilar.

Catatan Lapangan

Media pengembangan keterampilan sosial pada program


khusus/formal
CL9., p2., kl3, CL9., p2., kl4, CL10., p3., kl1, CL7., p3., kl1, CL7., p3.,
kl2

Catatan Wawancara
Catatan Dokumentasi

Media pengembangan
keterampilan sosial Media pada program
khusus/formal
CWKS.,p9.,kl1, CWG1.,p6.,kl1,
CWG2.,p6.,kl1, CWG3.,p6.,kl1, CD32, CD33, CD34, CD35, CD36,
CWG3.,p6.,kl2 CD37, CD38

Bagan 4.7 Konstelasi Triangulasi Data Media Pengembangan Keterampilan

Sosial Anak Usia 4-5 Tahun di TK Karakter


126

c) Verifikasi Data/ Kesimpulan

LK gambar opsional
(benar/salah)

Boneka Video Buku pilar


tangan

Dibuat oleh
Indikator Media
sekolah
konsep pilar

Modul pilar Poster pilar Buku cerita


Media pilar

Tahapan Tema Konsep Buku cerita


kegiatan pilar pilar dengan nilai
karakter

Ilustrasi pilar

Bagan 4.8 Media Pengembangan Keterampilan Sosial Anak Usia 4-5 Tahun
di TK Karakter

Media yang digunakan dalam pengembangan keterampilan

sosial saat di kelas sesuai dengan modul pilar. Saat hendak

memulai kegiatan pilar khusus/ formal guru menggunakan media

poster pilar yang berisi tentang tema pilar yang berlangsung di hari

tersebut. Kemudian saat metode knowing-feeling yakni dalam


127

mengenalkan dan memberi pemahaman kepada anak guru

menggunakan media buku cerita pilar atau buku pilar. Buku

tersebut diterbitkan sendiri oleh sekolah, sedangkan buku cerita

pilar beberapa ditulis sendiri oleh guru di sekolah. Di bagian

belakang setiap buku tertera butir pertanyaan 5w1h (apa,

mengapa, bagaimana, siapa, dimana, yang mana) yang menjadi

pedoman guru dalam berdiskusi dengan anak.

Perbedaan antara buku cerita pilar dengan buku pilar adalah

pada kontennya. Buku cerita pilar seperti media buku cerita pada

umumnya, hanya saja di buku cerita pilar tersebut memuat nilai-

nilai karakter yang tertera di sampul buku. Sedangkan buku pilar

seperti semacam buku LK yang berisi kondisi dalam bentuk

gambar penerapan nilai karakter yang tepat dan tidak tepat. Guru

akan membacakan buku tersebut dan mengajak diskusi dengan

bertanya yang mana gambar yang tepat dalam merespon sesuatu.

Selain itu di setiap hari kamis, guru biasanya menggunakan

media boneka tangan atau video. Lalu untuk metode acting,

medianya disesuaikan dengan yang ada di modul pilar.


128

5. Evaluasi Pengembangan Keterampilan Sosial Anak Usia 4-5

Tahun dengan Model PHBK (Pendekatan Holistik Berbasis

Karakter)

a) Reduksi Data

Data tentang evaluasi yang digunakan dalam pengembangan

keterampilan sosial anak usia 4-5 tahun di TK Karakter didapatkan

berdasarkan hasil catatan lapangan, catatan wawancara dan

catatan dokumentasi yang dikumpulkan pada saat penelitian.

Dalam pelaksanaannya evaluasi pengembangan keterampilan

sosial ini dilakukan oleh guru dan orang tua. Hal tersebut dapat

dipaparkan dari hasil catatan wawancara kepala sekolah dan guru.

Untuk penilaian guru, pertama guru mengevaluasi diri sendiri


terkait dengan pembelajaran yang sudah dilakukan dan
kemudian dimonitoring pengajarannya sudah baik atau belum.
(CWKS.,p11.,kl1) Kalau untuk anak ada anecdotal record dan
evaluasi berfokus yang ada di rapor. (CWKS.,p11.,kl2) Selain
itu ada evaluasi yang dilakukan di rumah juga melalui kuesioner
yang kita berikan kepada orang tua. (CWKS.,p11.,kl3)
Evaluasinya dengan diskusi menggunakan 5w1h jadi anak
ditanya, bagaimana perasaannya, tadi siapa yang sudah jadi
anak dermawan misalnya, kapan, lalu kenapa harus dermawan
dan sebagainya (CWG1.,p8.,kl1) Selain itu ada juga
anecdoctal record yang disampaikan di rapor dan buku
penghubung orang tua. (CWG1.,p8.,kl2) Jika ada anak yang
belum berkembang keterampilan sosialnya, guru menerapkan
peran secara nonformal yakni terus mengulang-ulang nilai pilar
walaupun tema pilarnya sudah berganti. (CWG1.,p8.,kl3) Ada
evaluasi yang berfokus dan tidak berfokus. (CWG2.,p8.,kl1)
Evaluasi tidak berfokus seperti anecdoctal record atau
pencatatan perkembangan anak setiap hari. (CWG2.,p8.,kl2)
Lalu penilaian berfokus sesuai indikator yang telah ditentukan.
(CWG2.,p8.,kl3) Jika ada indikator yang belum tercapai, guru
129

harus memberikan catatan informasi kenapa anak belum


mencapai indikator perkembangan tersebut. (CWG2.,p8.,kl4)
Ada evaluasi yang berfokus dengan indikator-indikator yang
bisa dilihat di rapor anak. (CWG3.,p8.,kl1)

Pelaksanaan evaluasi pengembangan keterampilan sosial anak

usia 4-5 tahun dilakukan setiap hari. Evaluasi dibagi menjadi dua

macam, ada evaluasi berfokus dan tidak berfokus. Evaluasi

berfokus yakni evaluasi yang sesuai dengan indikator pencapaian

yang telah ditentukan, evaluasi ini yaitu di lembar penilaian (skala

capaian) dan di rapor anak. Sedangkan evaluasi tidak berfokus

seperti catatan anekdot (anecdotal record). Guru juga bisa

melakukan evaluasi dengan diskusi menggunakan 5w1h dengan

menanyakan, bagaimana perasaannya hari ini, lalu kenapa harus

berbuat baik dan sebagainya.

Selain itu ada juga evaluasi yang dilakukan oleh orang tua saat

di rumah. Orang tua melakukan evaluasi perkembangan anak di

rumah dengan menggunakan kuesioner yang ada di buku

penghubung. Lalu kepala sekolah juga mengadakan evaluasi

kepada guru-guru dengan memonitoring pengajarannya sudah

baik atau belum melalui rapat.

Pelaksanaan evaluasi dilakukan saat kegiatan pembelajaran di

kelas, guru berdiskusi dengan anak di akhir dan menulisnya di


130

catatan anekdot. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil catatan

lapangan dan catatan dokumentasi.

Setelah kegiatan literasi selesai, guru melakukan evaluasi


kegiatan pada hari ini. (CL1., p5., kl2) Guru bertanya kepada
anak, “Hari ini kita sudah melakukan kegiatan apa saja ya?”.
(CL1., p5., kl3) Guru juga menanyakan perasaan anak pada
hari ini, “Bagaimana perasaannya anak-anak pada hari ini?”
serta “Kenapa senang?”. (CL1., p5., kl6) Selain mengevaluasi
kegiatan hari ini, guru juga melakukan evaluasi pada anak yang
belum bisa tertib di hari itu. (CL2., p7., kl1) Ada dua anak yang
dievaluasi yakni Fadhlan dan Eza. (CL2., p7., kl2) Guru
bertanya kenapa hari ini belum bisa tertib, “Kenapa hari ini
iseng sama temennya?” dan “Kenapa hari ini tidak mau
mengikuti kegiatan menggunting?”. (CL2., p7., kl3) Setelah
mendengar penjelasan dari anak, guru pun mengatakan, “Ibu
yakin Fadhlan sama Eza pasti bisa tertib, mudah-mudahan
besok bisa tertib kembali ya, bisa ya?” katanya. (CL2., p7., kl4)
Anak pun mengangguk dan dipersilahkan untuk mengambil tas
dan baris di bawah. (CL2., p7., kl5)

Gambar 4.39 Lembar Penilaian (Skala Capaian) (CD39)


131

Gambar 4.40 Penilaian Skala Capaian Perkembangan (CD40)

Skala capaian perkembangan tersebut diisi oleh guru dengan

menggunakan skala BM (Belum muncul), KM (Kadang-kadang

muncul), SM (Sering muncul) dan K (Konsisten) sesuai dengan

nama anak. Indikator penilaian di dalam skala capaian

perkembangan disesuaikan dengan kurikulum 2013 PAUD.

Indikator tersebut dibagi ke dalam 5 aspek perkembangan yakni

nilai agama dan moral, fisik motorik, bahasa, kognitif, sosial

emosional dan seni.

Aspek keterampilan sosial sendiri termuat di dalam

perkembangan sosial emosional yang terdapat tujuh poin. Poin

tersebut adalah menjalin pertemanan dengan anak lain,

mempertahankan haknya untuk melindungi diri dengan bantuan


132

orang lain, mengendalikan perasaan, mengadukan masalah

kepada orang dewasa ketika mengalami ketidaknyamanan dengan

teman, mau berpisah dengan ibunya tanpa menangis, memilih

satu macam dari 2-3 pilihan yang tersedia serta memilih satu dari

berbagai kegiatan/ benda yang disediakan.

Gambar 4.41 Lembar Catatan


Anekdot (CD41)

Catatan anekdot berisi tentang hal-hal yang terjadi selama anak

di sekolah. Guru biasanya mencatat kejadian-kejadian tersebut

saat itu juga secara deskriptif. Hasil dari catatan anekdot inilah

yang nantinya akan dilaporkan kepada orang tua setiap pekan


133

melalui buku penghubung. Di bagian bawah catatan anekdot

terdapat poin skala capaian perkembangan seperti pada gambar di

atas terdapat K2 = Identifikasi gejala alam dengan rasa ingin tahu

dan B8= Kalimat pendek.

Gambar 4.42 Penilaian Kuesioner


Pilar (CD42)

Kemudian untuk penilaian oleh orang tua dilakukan dengan

mengisi lembar kuesioner pilar karakter yang ada di buku

penghubung. Orang tua mengisi dengan keterangan BM (Belum

muncul), KM (Kadang-kadang muncul), SM (Sering muncul) dan K

(Konsisten) untuk setiap indikator karakter. Kuesioner tersebut


134

berisi nama anak, tabel penilaian orang tua serta tanda tangan

orang tua dan guru kelas.

Gambar 4.43 Raport/ Laporan


Gambar 4.44 Penilaian Raport/ Laporan
Perkembangan (CD43) Perkembangan (CD44)

Lalu untuk raport/ laporan perkembangan digunakan untuk

memberikan penilaian tiap semester dan dibagikan setiap

pergantian semester. Untuk penilaian di raport mencakup 5

perkembangan (nilai noral dan agama, kognitif, fisik motorik, sosial

emosional, bahasa dan seni) dan penilaian nilai karakter anak.

Penilaian tersebut menggunakan skala pencapaian (BM, KM, SM

dan K) dan secara deskriptif di bagian bawah skala pencapaian


135

tersebut. Jika sudah berkembang misalnya pilar kasih sayang,

guru menjelaskan pada saat kapan anak tersebut berkembang

karakter kasih sayangnya. Sebaliknya jika ada karakter yang

belum berkembang, disebutkan juga alasan kenapa belum

berkembang dengan baik.

Gambar 4.45 Guru Melakukan Penilaian Di Catatan Anekdot


(CD45)

Gambar 4.46 Guru Memasukkan Penilaian Di Buku Penghubung


(CD46)
136

Evaluasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Jika

guru menemukan kejadian atau percakapan yang tidak biasa pada

anak, langsung guru catat di catatan anekdot. Untuk laporan

perkembangan yang akan diberikan ke orang tua, guru sudah

menyelesaikannya di hari kamis sehingga hari jumat sudah bisa

diberikan ke orang tua.

b) Display Data

Pelaksanaan evaluasi pengembangan keterampilan sosial anak

usia 4-5 tahun di TK Karakter pada anak dilakukan oleh guru

kelas.

(CWKS.,p11.,kl1, CWKS.,p11.,kl2, CWKS.,p11.,kl3,


CWG1.,p8.,kl1, CWG1.,p8.,kl2, CWG1.,p8.,kl3, CWG2.,p8.,kl1,
CWG2.,p8.,kl2, CWG2.,p8.,kl3, CWG2.,p8.,kl4, CWG3.,p8.,kl1,
CWG1.,p2.,kl1, CWG1.,p2.,kl2, CWG1.,p2.,kl3, CWG2.,p2.,kl1,
CWG2.,p2.,kl2, CWG2.,p3.,kl2, CWG3.,p2.,kl1)

Dalam melakukan penialain, sekolah memilik indikator

pencapaian yang tertera di modul sekolah dan rapor. Evaluasi

dilakukan setiap hari dan dibagi menjadi dua macam, ada evaluasi

berfokus dan tidak berfokus. Evaluasi berfokus yakni evaluasi

yang sesuai dengan indikator pencapaian yang telah ditentukan,

evaluasi ini yaitu di lembar penilaian (skala capaian) dan di rapor

anak. Sedangkan evaluasi tidak berfokus seperti catatan anekdot


137

(anecdotal record). Guru juga bisa melakukan evaluasi dengan

diskusi menggunakan 5w1h dengan menanyakan, bagaimana

perasaannya hari ini, lalu kenapa harus berbuat baik dan

sebagainya.

Selain itu ada juga evaluasi yang dilakukan oleh orang tua saat

di rumah. Orang tua melakukan evaluasi perkembangan anak di

rumah dengan menggunakan kuesioner yang ada di buku

penghubung. Lalu kepala sekolah juga mengadakan evaluasi

kepada guru-guru dengan memonitoring pengajarannya sudah

baik atau belum melalui rapat.

Pelaksanaan evaluasi dilakukan saat kegiatan pembelajaran di

kelas, guru berdiskusi dengan anak di akhir dan menulisnya di

catatan anekdot. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil catatan

lapangan dan catatan dokumentasi.

(CL1., p5., kl2, CL1., p5., kl3, CL1., p5., kl6, CL2., p7., kl1,
CL2., p7., kl2, CL2., p7., kl3, CL2., p7., kl4, CL2., p7., kl5)
Temuan ini didukung dengan catatan dokumentasi (CD39,
CD40, CD41, CD42, CD43, CD44, CD45, CD46)

Evaluasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Jika

guru menemukan kejadian atau percakapan yang tidak biasa pada

anak, langsung guru catat di catatan anekdot. Untuk laporan


138

perkembangan yang akan diberikan ke orang tua, guru sudah

menyelesaikannya di hari kamis sehingga hari jumat sudah bisa

diberikan ke orang tua. Penilaian di catatan anekdot dicatat secara

deskriptif yang nantinya akan dicantumkan di laporan

perkembangan setiap pekan di buku penghubung. Sedangkan di

skala capaian perkembangan berupa keterangan BM (Belum

muncul), KM (Kadang-kadang muncul), SM (Sering muncul) dan K

(Konsisten). Lalu untuk di kuesioner orang tua juga menggunakan

keterangan tersebut (BM, KM, SM, K). Untuk di raport atau laporan

perkembangan dilakukan setiap semester dalam bentuk skala

pencapaian dan uraian secara deskriptif.

Catatan Lapangan
Catatan Wawancara
Evaluasi pengembangan keterampilan
sosial
Media pengembangan CL1., p5., kl2, CL1., p5., kl3, CL1., p5.,
keterampilan sosial kl6, CL2., p7., kl1, CL2., p7., kl2, CL2.,
p7., kl3, CL2., p7., kl4, CL2., p7., kl5
CWKS.,p11.,kl1, CWKS.,p11.,kl2,
CWKS.,p11.,kl3, CWG1.,p8.,kl1,
CWG1.,p8.,kl2, CWG1.,p8.,kl3,
CWG2.,p8.,kl1, CWG2.,p8.,kl2,
CWG2.,p8.,kl3, CWG2.,p8.,kl4, Catatan Dokumentasi
CWG3.,p8.,kl1, CWG1.,p2.,kl1,
CWG1.,p2.,kl2, CWG1.,p2.,kl3, Evaluasi pengembangan keterampilan
CWG2.,p2.,kl1, CWG2.,p2.,kl2, sosial
CWG2.,p3.,kl2, CWG3.,p2.,kl1
CD39, CD40, CD41, CD42, CD43, CD44,
CD45, CD46
Bagan 4.9 Konstelasi Triangulasi Data Evaluasi Pengembangan
Keterampilan Sosial Anak Usia 4-5 Tahun di TK Karakter
139

c) Verifikasi Data/ Kesimpulan

BM (Belum muncul),
KM (Kadang-kadang  Buku Mencakup 5 perkembangan
penghubung (nilai noral dan agama,
muncul), SM (Sering
: kuesioner kognitif, fisik motorik, sosial
muncul) dan K
orang tua emosional, bahasa dan seni)
(Konsisten)
 Raport : guru dan penilaian karakter anak.

Skala Capaian
Perkembangan

Evaluasi

Catatan Diskusi dengan


Anekdot anak

Catatan Dilaporkan Evaluasi di akhir kegiatan


kejadian anak dalam buku pembelajaran
setiap hari penghubung
dan raport

Bagan 4.10 Evaluasi Pengembangan Keterampilan Sosial Anak Usia 4-5


Tahun di TK Karakter

Evaluasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung.

Dalam melakukan penialain, sekolah memilik indikator pencapaian

yang tertera di modul sekolah dan rapor. Evaluasi dilakukan setiap

hari dan dibagi menjadi dua macam, ada evaluasi berfokus dan
140

tidak berfokus. Evaluasi berfokus yakni evaluasi yang sesuai

dengan indikator pencapaian yang telah ditentukan, evaluasi ini

yaitu di lembar penilaian (skala capaian) dan di rapor anak.

Sedangkan evaluasi tidak berfokus seperti catatan anekdot

(anecdotal record). Guru juga bisa melakukan evaluasi dengan

diskusi menggunakan 5w1h dengan menanyakan, bagaimana

perasaannya hari ini, lalu kenapa harus berbuat baik dan

sebagainya. Penilaian di catatan anekdot dicatat secara deskriptif

yang nantinya akan dicantumkan di laporan perkembangan setiap

pekan di buku penghubung.

Selain itu ada juga evaluasi yang dilakukan oleh orang tua saat

di rumah. Orang tua melakukan evaluasi perkembangan anak di

rumah dengan menggunakan kuesioner yang ada di buku

penghubung dengan menggunakan keterangan BM (Belum

muncul), KM (Kadang-kadang muncul), SM (Sering muncul) dan K

(Konsisten). Lalu kepala sekolah juga mengadakan evaluasi

kepada guru-guru dengan memonitoring pengajarannya sudah

baik atau belum melalui rapat.


141

C. Temuan Penelitian

Berdasarkan deskripsi khusus yang dijelaskan di atas, maka

dapat dideskripsikan beberapa temuan penelitian yang didapat yaitu

yang pertama adalah program pengembangan keterampilan sosial.

Program pengembangan keterampilan sosial anak usia 4-5 tahun

dengan model PHBK (Pendekatan Holistik Berbasis Karakter) di TK

Karakter adalah program di kelas dan program yang melibatkan orang

tua. Program di kelas dibagi menjadi dua jenis yaitu program khusus/

formal dan terintegrasi/ informal. Program tersebut masuk ke dalam

perencanaan tahunan sampai harian yang dibuat oleh sekolah (modul

pilar). Program formal/ khusus ini dilakukan setiap hari pukul 08.50-

09.10 WIB selama 15-20 menit. Setiap hari Senin sampai Kamis

dengan metode knowing-feeling, sedangkan untuk hari Jumat dengan

metode acting-feeling. Metode knowing-feeling adalah pengenalan

pilar kepada anak dengan diskusi. Lalu untuk metode acting-feeling

adalah simulasi dari pilar yang sudah dipelajari sebelumnya.Kemudian

untuk program informal/ terintegrasi berupa pembiasaan, pemberian

apresiasi dan motivasi kepada anak.

Penerapan program pengembangan keterampilan sosial anak

usia 4-5 tahun di kelas yakni program formal/khusus dilakukan dengan

mengenalkan tema pilar di hari tersebut, lalu guru membacakan cerita

berkaitan dengan pilar baik melalui buku maupun boneka tangan, lalu
142

anak diajak untuk berdiskusi dengan memberikan berbagai pertanyaan

terbuka berkaitan dengan pilar. Kemudian di akhir kegiatan guru dan

anak bernyanyi lagu atau tepuk pilar sebagai afirmasi dari kegiatan

tersebut. Sedangkan untuk program informal/ terintegrasi berupa

pembiasaan, pemberian apresiasi dan motivasi kepada anak dilakukan

selama anak berada di lingkungan sekolah. Tidak terikat waktu

maupun tema pilar. Program ini juga sekaligus mengulang-ulang

konsep pilar yang telah dipelajari sebelumnya.

Lalu program yang melibatkan orang tua yaitu parenting sharing

berupa seminar dengan orang tua dan buku penghubung. Parenting

sharing ada dua jenis yaitu parenting sharing per level (sesuai dengan

kebutuhan tiap level) dan akbar (semua level). Kemudian untuk buku

penghubung berisi tentang perkembangan anak selama satu pekan,

weekly plan untuk pekan depan, serta lembar kuesioner dan

rekomendasi yang diisi orang tua terkait perkembangan anak saat di

rumah.

Lalu materi pengembangan keterampilan sosial anak usia 4-5

tahun dengan model PHBK (Pendekatan Holistik Berbasis Karakter) di

TK Karakter termasuk ke dalam 9 pilar karakter dan K4 yang ada di

sekolah. konsep-konsep pilar karakter tersebut yaitu (1) Cinta Tuhan

dan segenap ciptaanNya; (2) Mandiri, disiplin dan tanggung jawab; (3)

Jujur, amanah dan berkata bijak; (4) Hormat, santun dan pendengar
143

yang baik; (5) Dermawan, suka menolong dan kerja sama; (6) Percaya

diri, kreatif dan pantang menyerah; (7) Pemimpin yang baik dan adil;

(8) Baik dan rendah hati; (9) Toleransi, cinta damai dan bersatu.

Sedangkan untuk K4 terdiri dari kebersihan, kerapian, kesehatan dan

keamanan.

Kemudian metode pengembangan keterampilan sosial anak

usia 4-5 tahun dengan model PHBK (Pendekatan Holistik Berbasis

Karakter) di TK Karakter dibagi menjadi dua. Pada program khusus/

formal metode yang digunakan adalah dengan diskusi dengan

memberikan pertanyaan terbuka kepada anak, membacakan buku

cerita terkait nilai karakter, bernyanyi dan melakukan tepuk sesuai

dengan pilar karakter. Lalu guru juga melakukan simulasi karakter

yang melebur dengan kegiatan di kelas. Lalu pada program

terintegrasi/ informal metode yang digunakan adalah dengan

pembiasaan, dan dengan mencari kebaikan-kebaikan anak sekecil

apapun sehingga anak bisa diapresiasi dan terus dimotivasi. Guru

memberikan arahan kepada anak yang sedang berselisih dengan

temannya atau membantu anak untuk bertanggung jawab saat anak

melakukan kesalahan.
144

Selanjutnya media pengembangan keterampilan sosial anak

usia 4-5 tahun dengan model PHBK (Pendekatan Holistik Berbasis

Karakter) di TK Karakter sesuai dengan modul pilar. Saat hendak

memulai kegiatan pilar khusus/ formal guru menggunakan media

poster pilar yang berisi tentang tema pilar yang berlangsung di hari

tersebut. Kemudian saat metode knowing-feeling guru menggunakan

media buku cerita pilar atau buku pilar. Buku tersebut diterbitkan

sendiri oleh sekolah, sedangkan buku cerita pilar beberapa ditulis

sendiri oleh guru di sekolah. Di bagian belakang setiap buku tertera

butir pertanyaan 5w1h (apa, mengapa, bagaimana, siapa, dimana,

yang mana) yang menjadi pedoman guru dalam berdiskusi dengan

anak. Selain itu di setiap hari kamis, guru biasanya menggunakan

media boneka tangan atau video. Lalu untuk metode acting, medianya

disesuaikan dengan yang ada di modul pilar.

Terakhir yakni evaluasi pengembangan keterampilan sosial

anak usia 4-5 tahun dengan model PHBK (Pendekatan Holistik

Berbasis Karakter) di TK Karakter adalah evaluasi berfokus dan tidak

berfokus. Evaluasi berfokus yakni evaluasi yang sesuai dengan

indikator pencapaian yang telah ditentukan, evaluasi ini yaitu di lembar

penilaian (skala capaian) dan di rapor anak. Sedangkan evaluasi tidak

berfokus seperti catatan anekdot (anecdotal record). Guru juga bisa

melakukan evaluasi dengan diskusi menggunakan 5w1h dengan


145

menanyakan, bagaimana perasaannya hari ini, lalu kenapa harus

berbuat baik dan sebagainya. Penilaian di catatan anekdot dicatat

secara deskriptif yang nantinya akan dicantumkan di laporan

perkembangan setiap pekan di buku penghubung. Selain itu ada juga

evaluasi yang dilakukan oleh orang tua saat di rumah. Orang tua

melakukan evaluasi perkembangan anak di rumah dengan

menggunakan kuesioner yang ada di buku penghubung dengan

menggunakan keterangan BM (Belum muncul), KM (Kadang-kadang

muncul), SM (Sering muncul) dan K (Konsisten). Lalu kepala sekolah

juga mengadakan evaluasi kepada guru-guru dengan memonitoring

pengajarannya sudah baik atau belum melalui rapat.

D. Pembahasan Temuan Penelitian

Berdasarkan temuan penelitian, TK Karakter Indonesia Heritage

Foundation (IHF) memiliki program, materi, metode, media dan teknik

evaluasi terkait pengembangan keterampilan sosial anak usia 4-5

tahun dengan model PHBK (Pendekatan Holistik Berbasis Karakter).

Adapun temuan penelitian terangkum dalam bagan sebagai berikut.


146

1. Perencanaan program pengembangan dibuat


oleh Divisi Litbang Sekolah
- Program Tahunan
- RPPM 1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya
- RPPH (bersyukur, kasih sayang dan setia
- Program Perencanaan Pilar kepada kebenaran)
2. Program Pengembangan 2. Mandiri, disiplin dan tanggung jawab
- Program pilar khusus/formal 3. Jujur, amanah dan berkata bijak
- Program pilar terintegrasi/informal 4. Hormat, santun dan pendengar yang baik
- Buku penghubung 5. Dermawan, suka menolong dan kerja
- Parenting sharing sama
3. Alur Pengembangan Pilar Khusus/Formal 6. Percaya diri, kreatif dan pantang
- Pembukaan (pengenalan tema pilar) menyerah
- Pengenalan pilar (senin-kamis) / simulasi 7. Pemimpin yang baik dan adil
pilar (jumat) 8. Baik dan rendah hati
- Diskusi 9. Toleransi, cinta damai dan bersatu
- Bernyanyi lagu pilar 10. K4 (kebersihan, kerapian, kesehatan,
- Tepuk pilar keamanan)

Perencanaan dan Program Materi


Pengembangan

Strategi Pengembangan Keterampilan Sosial Anak Usia 4-5 Tahun


dengan Model PHBK (Pendekatan Holistik Berbasis Karakter) di TK
Karakter Indonesia Heritage Foundation (IHF)

Media Metode Evaluasi

1. Membaca 1. Catatan anekdot


Guru membacakan cerita terkait pilar Setiap hari dan saat
1. Poster Pilar
kepada anak pembelajaran
2. Modul pilar
2. Diskusi berlangsung
3. Buku cerita pilar
Guru memberikan pertanyaan 5w1h 2. Skala capaian
4. Buku pilar
kepada anak perkembangan
5. Boneka tangan
3. Simulasi Setiap hari
6. Video
Praktek langsung pilar di hari Jumat 3. Diskusi dengan anak di
4. Memberitahu dan memberi arahan akhir pembelajaran
Guru memberikan arahan kepada anak
yang belum berkembang karakternya
5. Memberi semangat, memuji dan
membantu
6. Bernyanyi
Menyanyikan lagu pilar

Bagan 4.11 Bagan Temuan Penelitian Strategi Pengembangan Keterampilan Sosial


Anak Usia 4-5 Tahun dengan Model PHBK (Pendekatan Holistik Berbasis Karakter) di
TK Karakter Indonesia Heritage Foundation (IHF)
147

Program pengembangan keterampilan sosial anak usia 4-5

tahun di TK Karakter menggunakan model PHBK (Pendekatan Holistik

Berbasis Karakter). Karakteristik dari model PHBK yang pertama yakni

memberikan rasa aman dan nyaman ketika pembelajaran. Ini tentu

tepat untuk pengembangan keterampilan sosial karena menurut

Becker and Becker a good program prepares the child to cooperate

with teachers and peers and gives confidence. Program yang baik

mempersiapkan anak untuk bekerja sama dengan guru dan teman

sebaya serta memberikan rasa nyaman kepada anak.

Karakteristik berikutnya adalah hands-on activities, anak

dilibatkan langsung. Ini juga tepat dalam pengembangan keterampilan

sosial karena keterampilan sosial merupakan soft skill yang harus

terus diulang-ulang. Model PHBK juga bertujuan membentuk karakter

positif melalui pilar karakter. Ini tepat untuk pengembangan

keterampilan sosial karena konsep pilar karakter memuat konsep

keterampilan sosial. Model PHBK juga bersifat holistik (utuh/

menyeluruh) terintegrasi ke seluruh mata pelajaran. Oleh karena itu

bisa dikatakan bahwa keterampilan sosial merupakan pengembangan

yang berkaitan dengan seluruh aktivitas kehidupan.


148

Lalu sekolah memiliki program yang terintegrasi dengan semua

pihak baik guru maupun orang tua. Program tersebut diantaranya

adalah program di kelas seperti program pilar khusus/formal dan

terintegrasi/informal, dengan program yang melibatkan orang tua

seperti buku penghubung dan parenting sharing. Program pilar khusus

sudah tepat untuk mengembangkan keterampilan sosial. Hal ini sesuai

dengan pendapat Lynch and Simpson yang menyebutkan dalam

pengembangan keterampilan sosial ada beberapa instruksi yang bisa

guru terapkan di kelas yakni : (1) The teacher models the appropriate

behavior, (2) The child demonstrates the behavior with the teacher, (3)

The teacher models a correct and incorrect example of the target

social behavior sampai to promote generalization of the social skill,

the teacher reminds the child of the skill before the activity where it is

likely to be employed. Guru memberitahu konsep dari pilar karakter

kemudian didemonstrasikan dengan anak melalui simulasi. Selain itu,

guru juga membandingkan yang mana tindakan yang benar dan yang

salah saat mengenalkan konsep dengan buku LK pilar. Program ini

menjadi unik karena ada targetan pilar karakter di setiap pekan yang

dibedah secara mendalam di kelas.

Lalu untuk program informal/ terintegrasi juga sudah tepat. Hal

ini sesuai dengan pendapat Ho dan Funk bahwa metode dalam


149

pengembangan keterampilan sosial adalah coaching on the spot,

giving effective praise. Keterampilan sosial merupakan pembelajaran

yang memerlukan pembiasaan dan pengulangan, sehingga perlu

bimbingan secara langsung dan pujian dari guru yang bisa memotivasi

anak untuk terus mengembangkan keterampilan sosial.

Selain itu, sekolah juga memiliki program yang melibatkan

orang tua yakni parenting sharing dan buku penghubung. Menurut

NAEYC families should be involved as important sources of

information. Syverson dan Losardo juga mengatakan hal serupa

bahwa interviews with parents merupakan salah satu portofolio yang

bisa dijadikan evaluasi oleh guru. Sekolah bekerja sama dengan orang

tua tidak hanya dalam program sekolah tapi juga dalam membina

orang tua terkait pembelajaran karakter melalui seminar, sehingga

orang tua dengan sekolah memiliki visi dan misi yang sejalan.

Hal yang berbeda dari kedua program tersebut adalah dalam

parenting sharing orang tua melalui komite bisa mengajukan tema

seminar yang dibutuhkan. Sedangkan untuk buku penghubung

terdapat rekomendasi pilar yang bisa dijadikan tips orang tua dalam

mengembangkan keterampilan sosial di rumah. Selain itu ada juga

kuesioner pilar sebagai penilaian dari orang tua saat anak di rumah.

Peran orang tua juga diperlukan sebagai sumber evaluasi anak


150

sehingga pembelajaran keterampilan sosial menjadi

berkesinambungan antara di sekolah dan di rumah.

Lalu untuk perencanaan program tersebut, sekolah memiliki

modul pilar karakter yang berdasarkan kurikulum 2013. Hal ini sesuai

karena muatan di dalam kurikulum 2013 yang berisi program-program

pengembangan, yang terdiri atas nilai agama dan moral, fisik motorik,

kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni. Program tersebut

memuat proses pembelajaran yang mendukung kebebasan berpikir,

tanpa tekanan, sedikit instruksi dan pembatasan dari guru. Oleh

karena itu, dalam proses pembelajaran keterampilan sosial di kelas,

porsi diskusi lebih utama untuk diterapkan.

Proses pembelajaran pilar khusus di kelas, diawali dengan

pengenalan pilar pada hari senin-kamis, dilanjutkan dengan diskusi,

lalu dilanjutkan dengan bernyanyi dan tepuk pilar sebagai afirmasi

pilar. Kemudian di hari Jumat dilakukan simulasi pilar. Guru juga

melakukan pilar terintegrasi dengan memberikan pembiasaan,

motivasi dan apresiasi kepada anak. Dari sini terlihat berbagai metode

pengembangan banyak diterapkan oleh guru. Hal tersebut sesuai

dengan strategi penanaman sikap yang terdapat di kurikulum 2013

PAUD yakni mengetahui yang baik (knowing the good), memikirkan

yang baik (thinking the good), merasakan yang baik (feeling the good),
151

dan melakukan yang baik (acting the good), serta membiasakan yang

baik (habituating the good).

Metode yang digunakan dalam pengembangan keterampilan

sosial adalah membaca buku, diskusi, simulasi, memberi tahu dan

memberi arahan, memberi semangat, memuji dan membantu serta

bernyanyi. Jika dikaitkan dengan pendapat MacNaughton dan Williams

yang mengatakan bahwa metode pembelajaran untuk anak usia dini

terdiri dari demonstrating; describing; encouraging, praising and

helping; facilitating; feedback; grouping; listening; modelling;

positioning people; questioning; reading; recalling; singing; suggesting;

telling and instructing, maka metode pengembangan tersebut sudah

tepat untuk pengembangan keterampilan sosial.

Metode membaca buku akan memudahkan anak untuk

memahami konsep pilar karakter yang dipelajari, selain itu pengenalan

akan menjadi lebih mudah karena dilengkapi ilustrasi gambar. Di

dalam membaca juga memuat metode dari MacNaughton dan Williams

yakni describing (guru mendeskripsikan gambar dengan bercerita) dan

listening (anak memerhatikan guru). Ho dan Funk juga mengatakan

bahwa salah satu metode pengembangan keterampilan sosial adalah

using children’s books. Hal yang unik dari metode ini di sekolah

tersebut adalah konten yang disampaikan lebih terarah (tidak acak)


152

karena sesuai dengan perencanaan, setiap buku memiliki nilai

pengembangan sesuai target pilar yang hendak dicapai. Oleh karena

itu, anak juga bisa memperdalam pemahaman konsep pilar karena

ada diskusi dan fokus pilar yang diajarkan.

Metode kedua yaitu diskusi, juga sudah tepat dalam

pengembangan keterampilan sosial. Hal ini karena diskusi memuat

pertanyaan 5w1h (apa, mengapa, dimana, siapa, bagaimana, yang

mana) yang bisa membuat anak menyadari pentingnya keterampilan

sosial, serta membiasakan anak untuk mengungkapkan pendapat juga

melatih kemampuan berinteraksi anak (yang merupakan salah satu

komponen dari keterampilan sosial).

Metode ketiga yaitu simulasi, metode tersebut sudah tepat

sesuai dengan pendapat Lynch dan Simpson bahwa ada petunjuk

yang bisa guru terapkan di dalam kelas saat mengembangkan

keterampilan sosial. Petunjuk tersebut yaitu (1) The teacher models

the appropriate behavior, (2) The child demonstrates the behavior with

the teacher, (3) The teacher models a correct and incorrect example of

the target social behavior, (4) The teacher asks the child to identify the

correct social behavior. Guru melakukan demonstrasi dengan anak

saat simulasi dan diakhiri dengan evaluasi/ review mana tindakan yang

sudah benar dan salah serta siapa saja anak yang sudah muncul
153

keterampilan sosialnya. Hal ini diperkuat dengan pendapat Kid Sense

Child Development yang mengatakan bahwa role play and playing games

bisa dijadikan aktivitas dalam pengembangan keterampilan sosial.

Metode selanjutnya yaitu memberi tahu dan memberi arahan,

sudah tepat dalam pengembangan keterampilan sosial anak usia dini.

Hal ini sejalan dengan pendapat dari MacNaughton dan Williams serta

Ho dan Funk yakni coaching on the spot. Guru membimbing anak

secara langsung dengan menjadi teladan karena anak belajar dengan

mengamati orang di sekitarnya. Selain itu anak perlu bimbingan dalam

prakteknya. Hal yang berbeda yang peneliti temui di sekolah adalah

guru tidak langsung melibatkan diri tetapi menjadi mediator yang

mendengar anak dan memberi solusi. Jika ada anak yang berbuat

kesalahan, guru mengarahkan kepada anak terkait apa yang harus

anak lakukan untuk bertanggung jawab dan membantunya.

Metode berikutnya adalah memberi semangat, memuji dan

membantu juga sudah sesuai dalam pengembangan keterampilan

sosial. Pujian dan pemberian semangat menjadi faktor yang bisa

mengembangkan keterampilan sosial anak. Hal ini sesuai dengan

pendapat Becker and Becker bahwa a good program gives children

confidence. Kepercayaan diri anak akan muncul jika distimulasi

dengan pujian dan motivasi dari guru.


154

Hal unik yang peneliti temui adalah penggunaan kalimat positif

dari guru. Guru terbiasa menggunakan kalimat-kalimat positif bahkan

saat menegur dan mengevaluasi anak yang belum tertib. Jika ada

anak yang masih berlarian saat kegiatan di kelas, guru tidak

mengatakan, “Yang masih lari-larian ngga usah diajak untuk mewarnai

ya”, tapi mengatakan “Terima kasih ya yang sudah mau duduk rapi

dan menjadi pendengar yang baik”. Bahkan terkadang guru

menyebutkan nama anak yang sudah tertib untuk memotivasi anak

yang masih belum tertib. Atau dengan cara lainnya seperti dengan

mengatakan, “Fadhlan duduk yang baik ya, terima kasih anak santun”.

Guru konsisten untuk memberikan apresiasi kepada anak sekecil

apapun kebaikan dan usaha yang mereka lakukan.

Metode yang terakhir yakni bernyanyi, juga sudah tepat dalam

pengembangan keterampilan sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat

dari KidSense Child Development bahwa sing songs bisa dijadikan

aktivitas pilihan yang menyenangkan dalam pengembangan

keterampilan sosial. Bernyanyi juga membantu anak lebih cepat

mengingat dan memahami konsep pilar yang diajarkan. Hal unik yang

peneliti temui di sekolah berkaitan dengan metode ini yaitu lagu-lagu

pilar karakter diciptakan sendiri oleh guru-guru yang ada di sana.


155

Pengembangan keterampilan sosial ini juga memiliki materi

yang bervariasi berdasarkan 9 pilar karakter dan K4. Pilar karakter

tersebut sudah tepat dalam pengembangan keterampilan sosial

karena sudah memuat komponen dalam keterampilan sosial itu

sendiri. Jika dikaitkan dengan pendapat Lenihan, konsep pilar 1

(bersyukur, kasih sayang dan setia), pilar 4 (hormat, santun dan

pendengar yang baik) dan pilar 9 (toleran, cinta damai dan bersatu)

termasuk dalam foundation skills atau keterampilan dasar dalam

keterampilan sosial.

Pilar 2 (mandiri, disiplin dan tanggung jawab), pilar 6 (percaya

diri, kreatif dan pantang menyerah), pilar 8 (baik hati dan rendah hati)

serta K4 (kebersihan, kerapian, kesehatan dan keamanan) termasuk

dalam affective skills atau kemampuan afektif/ sikap. Pilar 3 (jujur,

amanah dan berkata bijak) dan pilar 5 (dermawan, suka menolong dan

kerja sama) termasuk dalam interaction skills atau kemampuan

berinteraksi atau menjalin hubungan dengan orang lain. Lalu pilar 7

(adil dan pemimpin yang baik) termasuk dalam cognitive skills atau

kemampuan kognitif yang berhubungan dengan pengambilan

keputusan dan norma lingkungan.

Selain itu, guru juga selalu bertanya bagaimana perasaan anak

setelah kegiatan/ hari ini/ jika berbuat baik (sesuai tema pilar). Ini tentu
156

melatih anak untuk mengekspresikan emosinya (yang merupakan

salah satu komponen penting dalam keterampilan sosial). Hal ini

sesuai dengan pendapat Lovecraft bahwa expressing emotions

merupakan salah satu keterampilan sosial yang penting untuk

dikembangkan.

Dari segi media, dalam menjalankan program pengembangan

keterampilan sosial guru menggunakan media modul pilar, buku cerita

pilar, buku pilar, boneka tangan, dan video. Poster pilar dan video

sudah tepat karena sesuai dengan pendapat dari Sumantri bahwa

salah satu media yang bisa digunakan dalam pembelajaran adalah

gambar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari KidSense Child

Development bahwa aktivitas visual juga merupakan aktivitas yang

dapat mengembangkan keterampilan sosial. Poster pilar digunakan

untuk pengenalan konsep yang akan dipelajari dan didisplay di kelas,

sehingga ada pengulangan yang akan memudahkan anak untuk

mengingat pembelajaran. Sedangkan video merupakan media yang

menarik dan interaktif.

Kemudian untuk buku cerita, buku LK pilar dan boneka tangan

merupakan media yang digunakan untuk pengenalan konsep pilar

dengan bercerita. Hal ini sudah tepat karena menurut KidSense Child

Development selain aktivitas visual, social stories juga bisa


157

mengembangkan keterampilan sosial anak. Di dalam bercerita untuk

anak usia dini, guru memerlukan media seperti buku anak dan boneka

tangan sehingga cerita lebih menarik. Hal yang berbeda yang peneliti

temukan adalah cerita dalam buku cerita tersebut ditulis sendiri oleh

guru yang memuat nilai-nilai karakter. Di bagian akhir buku tersebut

terdapat lembar pertanyaan 5w1h yang bisa diajukan guru saat diskusi

dengan anak sehingga memudahkan guru untuk bisa interaktif dengan

anak.

Modul pilar juga tidak kalah penting karena menurut Ho dan

Funk to extend and apply what children learn from reading stories,

plans follow up activities, such as hands-on crafts, games and songs.

Modul tersebut sebagai bentuk perencanaan dan petunjuk bagi guru

sehingga kegiatan lebih terstruktur dan terarah. Secara keseluruhan,

media yang digunakan sudah tepat untuk pengembangan

keterampilan sosial, namun peneliti tidak melihat guru menggunakan

alat main seperti mainan lego, mobil-mobilan dan sebagainya saat

simulasi. Padahal metode bermain juga tepat untuk pengembangan

keterampilan sosial seperti yang dikatakan Lynch dan Simpson bahwa

toys that promote cooperative play as well as isolate play are always

available in a classroom designed to facilitate social skill development.


158

Evaluasi yang diterapkan dalam pengembangan keterampilan

sosial yakni catatan anekdot, skala capaian perkembangan dan diskusi

dengan anak. Ketiga evaluasi tersebut sudah tepat untuk

pengembangan keterampilan sosial anak. Hal ini sesuai dengan

pendapat NAEYC, method appropriate to the classroom assessment of

young children, therefore, include results of teachers’ observations of

children, clinical interviews, collections of children’s work samples, and

their performance on authentic activities. Ini berarti catatan anekdot

dan skala capaian perkembangan didapat dari hasil observasi guru.

Selain itu, wawancara klinis juga dilakukan saat diskusi dengan anak.

Performance on authentic activities juga diterapkan saat simulasi pilar

karakter yang memang melebur dalam kegiatan di kelas.

Selain NAEYC, Dunphy juga berpendapat bahwa evaluasi

pengembangan keterampilan sosial dilakukan dengan observing and

empathising, conversations with children, clinical interviews, sustaining

learning and development through documentation, and portfolios.

Conversations with children juga diterapkan saat diskusi dengan anak

di akhir pembelajaran untuk melihat apakah tujuan pembelajaran

sudah tercapai atau belum. Jika ada anak yang belum tertib dan tidak

menurut ketika ditegur oleh guru, guru biasanya akan mengevaluasi

anak tersebut di akhir pembelajaran saat anak-anak yang lain pulang.


159

Guru lebih dahulu menanyakan alasan kenapa anak tersebut belum

bisa tertib. Guru bertanya, “Kenapa hari ini Fadhlan tidak mau ikut

menggunting?” atau “Kenapa hari ini iseng sama temennya?”. Setelah

mendengar penjelasan dari anak, guru pun memberikan motivasi

dengan mengatakan, “Ibu yakin Fadhlan sama Eza pasti bisa tertib,

mudah-mudahan besok bisa tertib kembali ya, bisa ya?”. Hal ini tentu

berbeda dengan yang biasa peneliti temui di sekolah lain yang lebih

menekankan pada dampak yang terjadi jika tidak tertib tadi.

Namun kekurangannya adalah peneliti tidak melihat guru

melakukan dokumentasi secara berkala di setiap kegiatan. Padahal

dokumentasi bisa menjadi bahan diskusi dengan orang tua dan anak.

Selain itu jumlah tenaga guru tetap di tiap kelas yang berjumlah

1 orang dirasa kurang, karena selain memberikan pembelajaran di

kelas guru juga harus mengevaluasi setiap anak di dalam catatan

anekdot. Hal ini terkadang membuat guru kesulitan atau mungkin

membuat guru melewatkan beberapa kejadian yang seharusnya

dicatat di dalam catatan anekdot.


160

E. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengalami beberapa

kendala yang menghambat proses pengambilan data penelitian.

Tetapi hal tersebut dapat diatasi oleh peneliti agar mendapatkan data

secara maksimal sesuai dengan yang diharapkan. Berikut

keterbatasan penelitian yang dialami peneliti yaitu :

1. Waktu pengambilan dokumentasi dilakukan saat pembelajaran

dimulai hingga selesai sehingga ada beberapa anak yang

terkadang tidak fokus saat pembelajaran

2. Adanya keterbatasan penelitian pada saat wawancara dengan

beberapa informan sehingga data yang didapat terkadang tidak

konsisten antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, informan

juga lebih fokus pada penjelasan pembelajaran karakter ketika

ditanya oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai