Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Kelompok Bermain (KB) Anak Bangsa merupakan salah satu KB yang
ada di Indonesia, dimana pendiriannya merupakan realisasi dari program
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini yang diperuntukkan sebagai salah satu
pelayanan PDDK pada anak usia dini yang ada di masyarakat kita.
KB Anak Bangsa mempunyai Visi dan Misi sebagai berikut :
Visi : Mewujudkan masyarakat Kota Subulussalam yang berpendidikan,
berakhlak dan berwawasan nasional.
Misi : 1. Menggerakkan partisipasi masyarakat untuk berperan aktif
peduli terhadap pendidikan anak.
2. Memberikan pelayanan pendidikan yang murah, berkualitas dan
islami untuk masyarakat.
3. Memberikan wawasan pada masyarakat tentang pentingnya
PAUD.

Program S1 PG PAUD Universitas Terbuka menargetkan lulusan menjadi


Tenaga Pendidik PAUD Profesional yaitu yang dapat mengembangkan program
PAUD dan membuat inovasi-inovasi. Salah satu mata kuliah yang harus ditempuh
mahasiswa adalah Analisis Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini. Dalam
Penelitian di KB Anak Bangsa yang bertujuan mengumpulkan data mengenai
kegiatan. Kegiatan anak yang dianggap perlu diteliti lebih lanjut untuk selanjutnya
dianalisis secara kritis.

2. Fokus Penelitian
Setelah diadakan observasi di salah satu ruang Kelas Kelompok Bermain
Anak Bangsa maka penelitian ini difokuskan pada salah satu kegiatan anak yaitu
kegiatan mengelompokkan benda.

1
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Mengumpulkan data mengenai :
1. Alasan pendidik melakukan kegiatan mengelompokkan benda dari
bahan APE.
2. Tujuan pendidik melakukan kegiatan tersebut.
3. Kebijakan yang mendukung pendidik melakukan kegiatan tersebut.
2. Membuat analisis kritis (critical analysis) mengenai kegiatan tersebut.

4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk :
1. Memberi masukan terhadap kegiatan pengembangan anak di KB Anak
Bangsa.
2. Melatih mahasiswa melakukan tindakan kelas.
3. Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis suatu
kegiatan anak di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kemampuan Kognitif
1. Pengertian
Kemampuan kognitif merupakan salah satu dari bidang pengembangan
oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak susuai dengan
tahap perkembangannya. pengembangan kemampuan kognitif bertujuan agar anak
mampu mengolah perolehan belajarnya menemukan bermacam-macam alternatif
pemecahan masalah pengembangan kemampuan logika matematika, pengetahuan
ruang dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkan dan persiapan
pengembangan kemampuan berpikir teliti.
Kognitif atau intelektual adalah suatu proses berfikir berupa kemampuan
atau daya untuk menghubungkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya serta
kemampuan menilai dan mempertimbangkan segala sesuatu yang diamati dari
dunia sekitar (Yuliani Nurani Sujiono, DKK 2011 : 1.10).

2. Karakteristik pengembangan kemampuan kognitif


a. Mengelompokkan benda yang memiliki persamaan
b. Menghitung 1 sampai 20
c. Mengenal bentuk-bentuk sederhana
d. Memahami konsep makna berlawanan
e. Mampu membedakan bentuk-bentuk lingkaran atau persegi dengan objek
nyata atau gambar.
f. Memasangkan dan menyebutkan benda
g. Mengklasifikasikan angka, tulisan,buah dan sayur
h. Mengenal huruf kecil dan besar
i. Mengenal warna-warna (Yuliani Nuraini Sujiono, dkk, 2011:2. 162.17)

Kemampuan kognitif dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam


mengklasifikasikan dan mengelompokkan benda, yaitu membedakan berdasarkan
warna.

3
B. Mengelompokkan Benda
Menurut Carol Sefeld dan Barbara A. Wasik (2008 : 294 ) Penggolongan
(klasifikasi) adalah kegiatan mengelompokkan benda-benda yang serupa atau
memiliki kesamaan.
Shamsudin (2006 : 106) menjelaskan secara rinci bahwa pengelompokan
adalah kegiatan menyusun, memlih, mengumpulkan atau memisahkan suatu
himpunan benda ke dalam beberapa himpunan yang lebih kecil berdasarkan
atribut (ukuran, warna, bentuk) sehingga menjadi beberapa himpunan.
Slamet Suyanto (2005 : 162) mengemukakan klasifikasi adalah
mengelompokkan benda-benda ke dalam beberapa kelompok-kelompok tersebut
bisa berdasarkan warna, bentuk, ukuran dan jenisnya.

Menurut Brian Cambourne (1988) anak akan berhasil dalam mempelajari


literasi apabila terdapat kondisi-kondisi belajar sebagai berikut.
1. Ketenggelaman (Immersion)
Yang dimaksud dengan Immersion atau ketenggelaman adalah bahwa anak
“tenggelam” dalam suatu keadaan, lingkungan dan kondisi yang dipenuhi oleh
percakapan dan tulisan-tulisan, percakapan dan tulisan-tulisan tersebut merupakan
model atau contoh bagi anak untuk berbicara, membaca dan menulis. Dengan kata
lain, anak belajar secara alami bagaimana berbicara, membaca dan menulis dari
lingkungannya.
Implikasi dari teori tersebut adalah bahwa dalam ruang kelas guru perlu
menyediakan berbagai tulisan yang terdapat dalam nyanyian, puisi, chart, puisi,
big book serta berbagai karya anak-anak yang ditempel di dinding atau diantung
di dalam kelas. Perlu juga disediakan berbagai judul buku yang dijual di toko-toko
buku serta alat-alat menulis seperti kertas, pensil, pensil warna, krayon dan
sebagainya.

2. Demonstrasi (Demonstration)
Bagi anak kecil, mempelajari literasi tidak cukup hanya dengan melihat
tulisan-tulisan atau mendengarkan orang berbicara di sekelilingnya. Mereka perlu
demonstrasi yaitu melihat bagaimana orang dewasa berperilaku dan berbahasa.

4
Mereka juga perlu melihat benda-benda dan bagaimana orang dewasa menyebut
benda-benda tersebut.
Tugas guru adalah memberikan demonstrasi di setiap kegiatan yang
melibatkan anak dalam kegiatan literasi. Sepanjang siang guru berbicara kepada
anak sebenarnya sudah merupakan demonstrasi yang baik asalkan diikuti oleh
perilaku atau penunjukan benda-benda. Dengan demikian anak-anak dapat
mengamati dan pada akhirnya akan memahami hubungan bahasa dengan perilaku
dan benda-benda yang mereka lihat.

3. Keterlibatan (Engagement)
Seorang anak akan belajar dari suatu demonstrasi apabila ia terlibat di
dalamnya (Fisher, 1991) dan menurut Brian Cambourne (1988) anak akan terlibat
dalam suatu kegiatan apabila ia merasa kegiatan tersebut berarti dan berguna bagi
dirinya ketika ia berpikir bahwa ia akan mendapatkan pengalaman yang
menyenangkan. Oleh karena itu, guru perlu mengupayakan agar anak-anak
senantiasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan di kelas yaitu dengan menarik minat
anak dan membuat setiap kegiatan menyenangkan.

4. Harapan (Expectation)
Yang utama bagi anak dalam belajar literasi adalah mereka menyadari bahwa
orang tuanya atau gurunya berharap agar ia dapat mendengarkan, berbicara,
membaca dan menulis seperti mereka (orang dewasa). Harapan orang dewasa di
sekelilingnya akan mendorong anak untuk terlibat dalam setiap kegiatan literasi
yang ada di sekitarnya. Di sekolah, seorang guru hendaknya mempunyai harapan
yang besar bahwa anak didiknya akan dapat belajar mendengar, berbicara,
membaca dan menulis melalui kegiatan-kegiatan yang diciptakannya di dalam
kelas.

5. Tanggung Jawab (Responsibility)


Anak hendaknya mempunyai tanggung jawab terhadap belajarnya sendiri
karena dengan demikian motivasi intrinsiknya akan muncul dan mendorongnya
belajar. Tanggung jawab guru adalah menyediakan kegiatan-kegiatan yang dapat

5
mengondisi anak untuk belajar. Namun anak bertanggung jawab untuk terlibat
dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Cara menimbulkan rasa tanggung jawab
tersebut misalnya dengan memberi kesempatan kepada mereka memilih kegiatan
yang mereka inginkan dalam waktu “bebas memilih”.

6. Kedekatan Ucapan (Approximation)


Yang dimaksud dengan kedekatan ucapan adalah ucapan anak yang
mendekati kebenaran. Misalnya, seorang anak mengucapkan “tutu” untuk kata
susu. Biasanya para orang tua tidak mengoreksi kata-kata anaknya tetapi
meresponnya dengan benar, misalnya memberikan segelas susu pada anaknya.
Menurut Holdaway (1984) pendekatan ucapan mendominasi belajar anak,
khususnya pada awal-awal belajar mereka di sekolah. Jadi kedekatan ucapan
dilakukan anak adalah wajar bahkan merupakan sarana bagi anak untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Bahkan pada tempatnya apabila guru
mengoreksi ucapan anak. Yang perlu dilakukan guru adalah memberikan
kesempatan kepada anak untuk “mengambil risiko” mengucapkan dan memonitor
ucapannya sendiri serta merespon ucapan anak dengan tepat.

7. Penggunaan (Use)
Kondisi belajar terbaik bagi anak yang belajar membaca adalah ketika ia
membaca dan bagi anak yang belajar menulis adalah ketika ia menulis. Smith
(1983) mengatakan bahwa anak belajar membaca dengan membaca dan belajar
menulis dengan menulis. Dengan demikian anak harus mempunyai kesempatan
membaca dan menulis yang sesungguhnya dalam belajar literasi. Anak harus
diberikan kesempatan menggunakan atau mempraktikkan pengetahuannya tentang
membaca dan menulis yang didapatnya dari pengalaman dan pengamatannya
dalam kehidupan sosial baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kegiatan
membaca dan menulis di dalam kelas dapat berupa kegiatan yang direncanakan
oleh guru seperti membaca big-book, menulis daftar kegiatan yang akan dilakukan
anak-anak hari itu, dan sebagainya; atau kegiatan yang dipilih sendiri oleh anak,
seperti membaca buku pilihan mereka sendiri, menuliskan sesuatu pada gambar
yang mereka buat dan sebagainya.

6
8. Tanggapan (Respons)
Tanggapan adalah sesuatu yang diperlukan anak dalam kehidupan sosial di
rumah maupun di sekolah. Ketika mereka bercerita, mereka ingin orang lain
menanggapi, seperti teman, orang tua, guru atau siapa saja yang ada di dekat
mereka. Atau pada saat mereka bertanya pada orang dewasa, mereka
mengharapkan tanggapan.
Di dalam kelas guru hendaknya menanggapi keinginan dan perbuatan anak
secara alami. Misalnya, menjawab pertanyaan, mengomentari pekerjaan mereka
ketika mereka menunjukkannya, membantu mereka jika membutuhkan
pertolongan, dan sebagainya.

7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah anak-anak peserta didik, pendidik, Pimpinan
Kelompok Bermain Anak Bangsa.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode interpretatif yaitu menginterpretasikan
data mengenai fenomena / gejala yang diteliti di lapangan.

3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Observasi
Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan
untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati perilaku anak dalam
situasi tertentu. Observasi dalam penelitian dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan. Selama dua jam pelajaran yaitu pada tanggal 8 April 2019.
Penelitian menggunakan observasi untuk memperoleh data yang berkaitan
dengan aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung melalui
pembelajaran mencoba dan menceritakan apa yang terjadi jika benda-
benda didekatkan dengan magnet.
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang bisa
digunakan untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai fokus
penelitian. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan mengadakan tanya
jawab secara langsung dengan pendidik dan hasil belajar kemampuan
bahasa anak melalui kegiatan bercerita menggunakan buku cerita.
3. Dokumentasi

8
BAB IV
ANALISIS DATA

1. Tabulasi Data

Wawancara
Wawancara
Observasi dengan Pimpinan Dokumentasi
dengan guru
KB
Guru Hari ini adalah Kelompok Dalam rencana
memperlihatkan media balok dan bermain kami kegiatan tertulis
media yang kami memberikan menerima usia 3-4 bahwa anak-anak
digunakan untuk kegiatan untuk tahun dan kami akan belajar
mengelompokka mengembangkan sudah mengelompokkan
n benda berupa tahap kognitif mengembangkan benda-benda
batu berwarna anak melalui tahap kognitif anak yang ada di
kegiatan sejak dini dengan sekitarnya
mengelompokkan mengelompokkan
benda benda
Anak-anak Dengan anak- Kami berkeinginan
mengelompokka anak agar kemampuan
n benda sesuai mengelompokkan kognitif anak dapat
warna benda sesuai berkembang
warna, maka anak dengan optimal
berlatih termasuk
mengembangkan kemampuan
kemampuan berpikir anak
berfikir anak
Dalam kegiatan
ini sangat penting
bagi anak usia
dini dalam
mengembangkan
kognitifnya dalam

9
mengembangkan
aspek kognitifnya
ada berapa
kegiatan yang
didapatkan anak,
bentuk, warna,
urutan besar-kecil
dan lain-lain

2. Analisis Krisis
Dari data tersebut, kegiatan mengelompokkan benda yang di lakukan di KB
Anak Bangsa sudah berjalan sesuai dengan pengembangan kognitif yang ada, cara
guru untuk menarik perhatian anak dalam pengembangan ini juga tepat, sehingga
anak meningkat kemampuan kognitif anak. Kemampuan guru dalam
menyampaikan dan mengorganisasikan kelas juga sudah cukup baik, terbukti anak
antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan mengelompokkan benda.
Kegiatan mengelompokkan benda ini ditujukan dengan harapan agar kemampuan
kognitif anak akan meningkat, anak mampu mengelompokkan dan
mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, dengan demikian kegiatan
pembelajaran di KB Anak Bangsa sudah terprogram dan berjalan baik. Kegiatan
mengelompokkan benda dengan batu warna berjalan dengan baik, hasilnya dapat
mengelompokkan batu warna dengan tepat. Secara umum kelemahan dari
kegiatan mengelompokkan warna ini adalah bahan yang digunakan kurang
variatif, hanya ada 3 macam warna yang digunakan, selain itu penggunaan batu
juga dapat diganti dengan benda lain agar lebih menarik minat anak.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
10
A. Kesimpulan
Dari tabulasi dan analisis data di atas dapat disimpulkan beberapa hal yaitu
sebagai berikut :
1. Kegiatan pembelajaran di KB Anak Bangsa sudah terprogram dan berjalan
dengan baik.
2. Pengembangan kognitif anak dapat dilakukan salah satunya melalui
kegiatan mengelompokkan benda. Kegiatan ini bertujuan agar kemampuan
kognitif anak meningkat, anak dapat mengelompokkan dan
mengklarifikasikan benda berdasarkan warna.
3. Kegiatan pembelajaran di KB Anak Bangsa menggunakan model
pembelajaran berdasarkan area.

B. Saran
1. Dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak usia dini melalui
kegiatan mengelompokkan benda KB Anak Bangsa sebaiknya pendidik
lebih hanya menyiapkan bahan yang lebih variatif dan juga warna yang
lebih banyak.
2. Kognitif anak melalui kegiatan mengelompokkan benda harus benar-benar
disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dan dilakukan secara
terpadu dengan pengembangan-pengembangan lainnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Seefeld, Suyanto (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta :


Hikayat Publishing.
Yuliani Nuraini Sujiono, dkk. (2011). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta :
Universitas Terbuka.

12

Anda mungkin juga menyukai