Anda di halaman 1dari 8

Received: 2 Oktober 2019 p-ISSN: 1907-6746

Accepted: 2 Oktober 2019 e-ISSN: 2579-4142

Published: 2 Oktober 2019

DIDAKTIKA
Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar
Volume X, Nomor X, X–X, XXXX
Membangun Budaya Membaca Pada Anak Melalui Gerakan Literasi
Journal homepage: https://journal.uny.ac.id/index.php/didaktika

Irmala Karindo Anindya1


1Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Abstract

Indonesia still has a big task in the educational world, especially to boost the interest of reading Society for the
government in this case is the education Minister taking concrete steps to strengthen character education through
literacy activities School. This policy is a real manifestation of government steps that realize the reading is the
key to forming a good character, the more reading the wider the way people view it and vice versa. In the 21st
century learning each child is expected to have a critical, creative, and innovative thinking in a cooperative and
collaborative learning process. For it is already the duty of every teacher to direct and guide them. But
unfortunately many children when entering elementary school who do not have the ability to read but they are
expected to understand the reading. The question is, how can they be able to understand when reading only they
have not been able to?. Then here we will display the theory and implementation of the theory about growing
interest in children and the obstacles that are often encountered in language learning in children.

Keywords: Reading culture, read interest, literacy

Abstrak

Indonesia masih mempunyai tugas besar dalam dunia pendidikan terutama untuk mendongkrak minat baca
masyarakat untuk itu pemerintah dalam hal ini adalah menteri pendidikan mengambil langkah nyata untuk
memperkuat pendidikan karakter melalui kegiatan literasi sekolah. Kebijakan ini merupakan wujud nyata langkah
pemerintah yang menyadari bahwasannya membaca adalah kunci untuk membentuk karakter yang baik,
semakin banyak membaca maka semakin luas cara pandang seseorang begitu pula sebaliknya. Dalam
pembelajaran abad 21 setiap anak diharapkan mempunyai pemikiran yang kritis, kreatif, inovatif dalam proses
pembelajaran yang kooperatif dan kolaboratif. Untuk itu sudah menjadi tugas setiap guru untuk mengarahkan
dan membimbing mereka. Namun sayangnya banyak anak ketika masuk di sekolah dasar yang belum memiliki
kemampuan membaca padahal mereka sudah diharapkan mampu memahami bacaan. Pertanyaannya,
bagaimana mungkin mereka mampu memahami ketika membaca saja mereka belum mampu?. Maka disini akan
kami paparkan teori serta implementasi teori tentang menumbuhkan minat baca pada anak serta kendala-
kendala yang sering dihadapi dalam pembelajaran bahasa pada anak.

1
2| Anindya

Kata kunci: budaya membaca, minat baca, literasi


2 Anindya

PENDAHULUAN kita untuk meningkatkan minat membaca


kepada anak sebagai dasar pemahaman
Semua orang berkembang melalui pengetahuan dan pembentukan karakter bagi
pendidikan. Dengan adanya pendidikan pembaca pada diri manusia.
memberikan gambaran kepada manusia
tentang kemampuan yang tidak terbatas. Dan
setiap manusia memiliki potensi yang perlu
diasah melalui pendidikan. maka pendidikan PEMBAHASAN
sudah seharusnya mengcover seluruh potensi 1. Membangun Kebiasaan Membaca Pada
yang dimiliki mereka. Ki Hadjar Anak
mendefinisikan pendidikan sebagai tuntunan
dalam hidup tumbuh dan berkembangnya Peraturan Menteri Pendidikan dan
anak–anak, karena hakekat pendidikan adalah Kebudayaan RI Nomor 23 F Tahun 2015
menuntun segala kodrat/potensi yang ada berisi tentang Kegiatan Gerakan
pada anak–anak, agar mereka dapat meraih Penumbuhan Budi Pekerti di Sekolah
kebahagiaan dan keselamatan dalam melalui pembiasaan pembiasaan angka ke
kehidupan sebagai manusia (individual) VI salah satu kewajiban seorang anak
maupun kehidupan sosial sebagai anggota dalam pembelajaran adalah:
masyarakat.(Ki Hadjar Dewantara, 1977:20). Menggunakan 15 menit sebelum hari
Tingkat kemajuan pendidikan berbanding pembelajaran untuk membaca buku
lurus dengan budaya membaca. Parameter selain buku mata pelajaran (setiap hari).
kualitas suatu bangsa dapat dilihat dari (Permendikbud No.23 tahun 2015).
kondisi pendidikannya. Namun di Indonesia dengan adanya peraturan tersebut,
masih terdapat fenomena “pengangguran pemerintah mengupayakan untuk
intelektual” atau “pengangguran berdasi”. membiasakan membaca kepada setiap
kualitas suatu bangsa dilihat dari kondisi anak. Oleh karena itu pemerintah
pendidikannya. Namun di Indonesia masih mengajak seluruh pilar pendidikan yang
terdapat fenomena ”pengangguran terdiri atas keluarga, sekolah dan
intelektual”. permasalahan tersebut masyarakat. Selain itu memberikan
disebabkan rendahnya minat membaca. kewajiban membaca dalam segala
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh kegiatan pembelajaran di kelas.
International Education Achievement (IEA)
Pemerintah memiliki empat hal yang
pada awal tahun 2000 menunjukan bahwa
dilakukan untuk memajukan pendidikan
kualitas membaca anak anak Indonesia
dunia pendidikan melaui proses yang
menduduki peringkat 29 dari 31 negara di
berlangsung di sekolah:
Asia, Afrika, Eropa dan Amerika. Dengan
demikian tidak heran jika budaya membaca di a. Berfikir kritis
Indonesia masih rendah. Hilangnya budaya
membaca merupakan penyebabkan Menurut Fitriawati (2010:36)
rendahnya kualitas belajar siswa. Didukung berpikir kritis merupakan sebuah proses
dengan perkembangan komunikasi dan sistematis yang memungkinkan siswa
teknologi yang menawarkan kemudahan di untuk merumuskan dan mengevaluasi
dunia digital akan menjadi kendala apabila keyakinan dan pendapat mereka sendiri.
tidak dimanfaatkan dengan baik oleh pihak Berpikir kritis adalah sebuah proses
orang tua dan sekolah sebagai dasar terorganisasi yang memungkinkan siswa
pendidikan. Ketergantungan gadget sangat mengevaluasi bukti, asumsi, logika dan
berpengaruh terhadap peningkatan minat bahasa yang mendasari pernyataan orang
membaca anak. Pendampingan orang tua dan lain. Berpikir kritis juga merupakan
guru sebagai pilar pendidikan dan filter berpikir dengan baik, dan merenungkan
informasi sangat penting di upayakan. Hal ini tentang proses berpikir merupakan
dilakukan agar meminimalisir dampak negatif bagian dari berpikir dengan baik.
yang diterima oleh anak, selain itu Sesorang yang berfikir kritis memiliki
meningkatkan minat membaca secara
ciri khusus yang dapat diidentifikasi
konvensional. Oleh karena itu penting bagi dengan melihat bagaimana sesorang
DIDAKTIKA: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, vol(no), years |3

menyikapi suatu masalah. Argumen pemahaman dalam mengembangkan


tersebut nampak pada kebiasaan mereka sesuatu.
bertindak dan memanfaatkan kecerdasan
dan pengetahuannya. Berikut pendapat Pendapat diatas dapat kita garis
tentang karakter atau ciri orang yang bawahi bahwa berfikir kritis sangat
berfikir kritis. Ada enam kecakapan berpengaruh dalam kegiatan memahami
berfikir kritis yang terdiri dari bacaan untuk mencari pemecahan
interprestasi, analisis, evaluas, inference, masalah dan pemahaman pembaca.
penjelasan dan regulasi diri. Meningkatkan daya berfikir kritis pada
anak usia dasar dapat dilakukan dengan
Interpretasi, adalah memahami dan pembiasaan anak untuk mengeksplor
mengekspresikan makna atau signifikan sesuatu di sekitarnya. Mulai dengan
dari berbagai macam pengalaman, situasi, pengenalan lingkungan, membaca buku
data, kejadian-kejadian, penilaian, bergambar, melakukan games sederhana
kebiasaan atau adat, kepercayaan- terkait susun kata, kalimat dan lain
kepercayaan, aturan-aturan, prosedur sebagainya. Pengenalan buku sebagai
atau kriteria-kriteria. Analisis, adalah jendela dunia mampu meningkatkan
mengidentifikasi hubungan-hubungan minat anak dalam membaca sehingga
inferensional yang dimaksud dan aktual dapat mengolah daya berfikir kreatif.
diantara pernyataan-pernyataan,
pertanyaanpertanyaan, konsep-konsep, 2.
deskripsi-deskripsi. Evaluasi, adalah 3. Mengetahui Kriteria yang akan
menaksir kredibilitas pernyataan- disesuaikan dengan cara meningkatkan
pernyataan atau representasi- minat membaca.
representasi yang merupakan laporan-
laporan atau deskripsi. Sebelum membahas tentang dunia
anak terutama tentang menumbuhkan
Inference, mengidentifikasi dan budaya membaca pada diri mereka,
memperoleh unsur-unsur yang masuk terlebih dahulu kita harus mengetahui
akal, membuat dugaan-dugaan dan kriteria usia anak-anak sehingga kita
hipotesis, dan menyimpulkan dapat mengetahui cara-cara membangun
konsekuensikonsekuensi dari data. budaya baca pada mereka. pemahaman
Penjelasan, mampu menyatakan hasil- terhadap tahapan perkembangan anak
hasil dari penjelasan seseorang, akan membantu dalam seleksi bacaan,
mempresentasikan penalaran seseorang tetapi itu bukanlah sesuatu yang kaku,
dalam bentuk argumen-argumen yang bukan sebuah harga mati. Konsep tahapan
kuat. Regulasi diri, berarti secara sadar tersebut mempunyai derajat prediksi
diri memantau kegiatan-kegiatan kognitif dalam suasana budaya yang stabil, tetapi
seseorang, unsur-unsur yang digunakan belum memperhitungkan adanya
dalam kegiatan-kegiatan tersebut dan perubahan budaya, waktu, dan geografi,
hasil-hasil yang diperoleh, dan karenanya diperlukan penelitian
b. Berfikir kreatif lebih lanjut yang memperhitungkan
aspek-aspek itu. Pengertian anak menurut
Coleman dan Hammen UU No. 23 Tahun 2002 tentang
(Muanisah,2010:5) menyatakan bahwa perlindungan anak tercantum dalam Pasal
berpikir kreatif merupakan cara berpikir I butir I UU No 23/2002 berbunyi: “Anak
yang menghasilkan sesuatu yang baru adalah seseorang yang belum berusia 18
dalam konsep, pengertian, penemuan dan (delapan belas tahun), termasuk anak
karya seni. Sejalan dengan pendapat yang masih dalam kandungan”.( UU No. 23
Coleman dan Hammen, Sukmadinata Tahun 2002, 2007: 3).
mengemukakan berpikir kreatif adalah
suatu kegiatan mental untuk Dalam pengertian dan batasan
meningkatkan kemurnian dan ketajaman tentang anak sebagai mana dirumuskan
dalam pasal I butir I UU No.23/2002 ini
tercakup 2 (dua) unsur penting yang
4| Anindya

menjadi unsur definisi anak, yakni : karakteristik yang membedakannya


Pertama: anak adalah seseorang yang dengan tahapan yang lain, dan hal itu juga
belum berusia 18 (delapan belas) tahun. berkaitan dengan respon anak terhadap
termasuk orang dewasa yang secara bacaan yang akan mereka minati sehingga
mental tidak cakap, tidak diklasifikasikan konsekuensinya adalah adanya
sebagai seorang anak namun sudah kecenderungan pemilihan bahan bacaan
masuk kategori orang dewasa. untuk setiap anak.
Kedua: anak yang masih dalam Pada tahap praoprerasional (2-7
kandungan. Jadi, UU No.23/2002 ini tahun) anak dapat mengoperasikal
bukan hanya melindungi anak yang sudah sesuatu yang berhubungan dengan
lahir tetapi diperluas, yakni termasuk aktifitas mental. Aktifitas yang dilakukan
anak dalam kandungan. (No.23/2002 meliputi belajar tentang aktualisasi diri
tentang Perlindungan Anak, Komnas PA, melalui bahasa (berbicara), menggambar
2004: 29). dan bermain. Pada usia ini anak memiliki
daya inggin tahu lebih tinggi dengan apa
Anak merupakan tunas generasi yang ia temukan, orang tua sebagai pusat
penerus cita-cita bangsa. Anak yang belajar anak wajib memanfaatkan masa
merupakan potensi dan sumber daya tersebut dengan menanamkan
manusia bagi pembangunan nasional, pengalaman yang berkesan melalui
memerlukan pembinaan dan lingkungan sekitar.
perlindungan. Karena walau pun seorang
anak memiliki potensi dalam diri mereka Pembacaan dongeng atau buku cerita
namun tetap saja mereka memerlukan pada tahap praoprasional kepada anak
bimbingan dan pengarahan agar potensi akan mengembangkan imajinasi dan
tersebut tidak salah dalam berfikir kritis terhadap tokoh dan alur
perkembangannya. Sedangkan umur yang diceritakan. Hal tersebut tentunya
minimal seorang anak memasuki sekolah meningkatkan kemampuan anak dalam
dasar adalah 6 tahun, adapun jika ada memahami apa yang mereka dengarkan
anak yang ingin mengikuti sekolah dasar (terampil menyimak bacaan).
sebelum usia 6 tahun maka dianjurkan
memiliki rekomendasi dari psikolog atau Tahap oprasional konkret merupakan
guru yang memiliki kompetensi dalam tahap dimana anak berimplikasi terhadap
bidangnya. buku bacaan sastra yang sesuai dengan
karakteristik pada tahap perkembangan
4. Perkembangan Kecerdasan Anak intelektual di atas antara lain adalah
buku-buku bacaan yang memiliki
Anak memiliki kriteria yang berbeda karakteristik seperti buku bacaan narasi
dengan orang dewasa dan tentunya atau eksplanasi, buku buku bacaan yang
membutuhkan perlakukan yang berbeda. berisi objek gambar dan bacaan narasi
Selanjutnya akan kita bahas mengenai
perkembangan intelektual anak. 5. Perkembangan Bahasa dan Minat
Berbicara masalah pertumbuhan dan Membaca
perkembangan intelektual (kognitif)
anak, pada umumnya orang merujuk teori Minat merupakan bagian penting
Jean Piaget yang mengemukakan bahwa dalam keberhasilan pembelajaran yang di
perkembangan intelektual merupakan tempuh seseorang. Menurut Taufani
hasil interaksi seorang anak dengan (2008 : 39) Minat merupakan gambaran
lingkungannya. Semua anak melewati sifat dan sikap seseorang ketika
tahapan intelektual dalam proses yang menginginkan sesuatu. Mengatakan
sama walau tidak harus dalam umur yang bahwa minat bukanlah sebuah bawaan
sama. dari lahir, minat sangat dipengaruhi
bakat, dalam arti minat dapat diciptakan,
Piaget membedakan perkembangan di bina agar tumbuh dan berkembang
intelektual anak ke dalam empat tahapan menjadi kebiasaan. Minat berhubungan
dan tiap tahapan mempunyai langsung dengan perasaan oleh karena itu
DIDAKTIKA: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, vol(no), years |5

melakukan sesuatu dengan keterpaksaan yang positif begitu pula sebaliknya.


dapat menghilangkan minat dalam diri Pemilihan bacaan juga haruslah
anak khususnya dalam kegiatan mempertimbangkan faktor budaya
membaca. Membaca dapat diartikan karena anak dibesarkan dan belajar tidak
sebagai proses memperoleh pengertian dalam kefakuman budaya. Membaca
atau pengetahuan dari kumpulan huruf merupakan salah satu fungsi yang paling
dan kata yang dapat diartikan. penting dalam hidup setiap manusia.
Semua proses belajar didasarkan pada
Dari pengertian diatas dapat diartikan kemampuan membaca.
bahwa minat membaca adalah suatu
perhatian yang kuat dan mendalam Dengan kemampuan membaca yang
diserta dengan perasaan senang terhadap membudaya dalam diri setiap anak, maka
kegiatan membaca sehingga tingkat keberhasilan di sekolah maupun
mengarahkan anak untuk membaca dalam kehidupan di masyarakat akan
dengan kemauan sendiri, tanpa harus di membuka peluang kesuksesan hidup yang
paksa. lebih baik. Bukan hanya itu kebiasaan
membaca juga dapat membentuk karakter
Minat seorang anak dalam membaca seorang anak. Seperti yang diterangkan di
tidak muncul dengan sendirinya. Seorang atas bahwa Kementerian Pendidikan dan
anak yang memiliki minat baca tinggi Kebudayaan (Kemendikbud) terus
membutuhkan beberapa hal diantaranya menggenjot minat baca masyarakat
lingkungan yang mendukung, bahan khususnya peserta didik. Melalui
bacaan yang menarik serta bimbingan membaca pemerintah mengharapkan
terhadap bacaan yang sesuai dengan terbentuk karakter yang baik sejak dini.
tingkatan umur anak. Ketika seorang anak Karakter tersebut berasal dari materi
telah memiliki minat membaca maka baca yang berisi nilai-nilai budi pekerti,
sangat menguntungkan dalam proses berupa kearifan lokal, nasional, dan global
pembelajaran yang akan di lalui di masa dan disampaikan sesuai tahap
depan. Anak yang berstatus bayi mulai perkembangan peserta didik. Terobosan
belajar bahasa lewat bunyi dan penting ini hendaknya melibatkan semua
ucapanucapan yang didengarnya dari pemangku kepentingan di bidang
sekelilingnya. pendidikan, mulai dari tingkat pusat,
Orang tua sebagai pendidik dasar bagi provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan
anak wajib menyiapkan fasilitas pendidikan yaitu sekolah. Pelibatan orang
penunjang pada tiap tahap tua peserta didik dan masyarakat juga
perkembangan. menjadi komponen penting dalam
keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah
6. Membangun Budaya Membaca Pada Anak (GLS).
Anak memiliki dunia mereka sendiri
untuk itu mereka memerlukan banyak PENUTUP
bimbingan, anak belum dapat memilih
bacaan sastra yang baik untuk dirinya Kesimpulan
sendiri. Anak akan membaca apa saja Setelah melakukan telaah tentang minat baca
bacaan yang ditemui tak peduli cocok atau dalam program literasi sekolah dapat
tidak untuknya karena memang belum disimpulkan beberapa hal diantaranya :
tahu. Agar anak dapat memperoleh
bacaan yang sesuai dengan 1. Setiap anak mempunyai kemampuan
perkembangannya, semua pihak mulai berbahasa dan membaca.
dari keluarga, sekolah dan masyarakat
harus peduli dengan bacaan sastra yang 2. Adapun kemampuan berbahasa dan
mereka konsumsi. Bacaan sastra yang membaca pada diri mereka mempunyai
tepat akan berperan menunjang tahapan perkembangan yang berbeda-
pertumbuhan dan perkembangan beda antara satu anak dengan anak yang
berbagai aspek kedirian anak ke arah lain.
6| Anindya

3. Untuk memaksimalkan potensi bahasa Gardner, Howard. 1983. Frames Of Mind : The
dan baca tersebut dibutuhkan peran aktif Theory Of Multiple Intelegences. New
dari berbagai pihak, mulai keluarga, York Basic Book. New York.
sekolah hingga masyarakat.
Mengenal Lebih Dekat UU No.23/2002. 2004.
4. Kendala utama dalam memaksimalkan tentang Perlindungan Anak. Komnas
kemampuan bahasa dan menumbuhkan PA. Jakarta.
minat baca pada diri anak adalah
minimnya sumber-sumber bacaan yang Permendibud No.23 tahun 2015 tentang PPK
sesuai dengan dunia anak sehingga Piaget, Jean. terj. Paul Suparno. 2001. Teori
mereka lebih memilih untuk Perkembangan Kognitif. Kanisius.
menghabiskan waktu dengan hiburan lain Yogyakarta.
yang memang jumlahnya lebih banyak.
Tadjab. 1994. Ilmu Jiwa Pendidikan, Cet. I.
REFERENSI Karya Abditama. Surabaya.
Taufani, G.K. 2008. Menginstal Minat Baca
Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Peserta Didik. PT.Globalindo Universal
Permainan Membaca dan Menulis di Multikreasi. Bandung.
Taman Kanak-Kanak. Direktorat Teguh, Mulyo. Gerakan Literasi Sekolah Dasar
Pendidikan Dasar dan Menengah. pdf Undang-Undang No. 23Tahun
Jakarta. 2002. 2007. Tentang Perlindungan
Dewantara, Ki Hadjar. 1977. Pendidikan. Anak. Citra Umbara. Bandung.
Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai