Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Berdasarkan berita dari Detik.com yang diterbitkan Jumát 4 Januari


2019 bahwa menurut survei yang dilakukan Program for International Student
Assessment (PISA) atau Program untuk Penilaian Siswa Internasional yang
dirilis tahun 2015, bahwa minat baca anak-anak Indonesia berada pada
ranking 62 dari 70 negara. Hasil itu menunjukkan minat baca masyarakat
Indonesia masih amat minim, dan cukup memprihatinkan.

Sebagian besar siswa belum merasakan kegiatan membaca sebagai suatu


kebutuhan. Padahal membaca mempunyai banyak sekali manfaat, di antaranya
mendapatkan informasi, juga memperluas wawasan. Sebetulnya membaca itu
merupakan kegiatan yang mudah dilakukan namun sulit untuk menjadikan
suatu kebiasaan. Sebagian besar siswa mau membaca apabila ada perintah dari
guru atau jika akan ada ulangan. Sedikit sekali siswa yang memanfaatkan
waktu luangnya untuk membaca di perpustakaan. Jadi, sebagian besar siswa
masih beranggapan bahwa membaca sebagai sebuah kewajiban, bukanlan
suatu kebutuhan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa membaca merupakan fondasi dasar bagi


kemampuan siswa dalam belajar. Siswa yang memiliki kebiasan membacanya
sangat jarang, akan berdampak pada hasil belajarnya. Kemampuan membaca
juga selaras dengan tingkat kemampuan mereka untuk menulis. Semakin
banyak bacaan yang dibaca, maka semakin luas pengetahuan atau informasi
yang diperoleh, Sehingga semakin banyak pula gagasan yang dapat
dituangkan dalam bentuk tulisan.

Kreativitas dan motivasi guru sangat menentukan dalam meningkatkan


gemar membaca siswa sejak dini. Untuk meningkatkan kegemaran membaca
siswa guru harus memiliki strategi dan cara-cara yang tepat. Apalagi dalam
era digital saat ini, tantangan untuk meningkatkan minat baca anak semakin
berat. Oleh karena itu perlu adanya upaya mengubah metode pembelajaran
menjadi lebih kreatif Sehingga mampu mendorong semangat siswa untuk
gemar membaca.

Pemerintah meluncurkan Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada


tahun 2015 sebagai jawaban atas rendahnya budaya literasi yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia. Dari beberapa penelitian selama dekade ini, terlihat
Indonesia masih jauh di bawah negara-negara lain dalam hal literasi. Survei
yang dilakukan oleh Central Connecticut State University di New Britain,
misalnya, menempatkan Indonesia di peringkat 60 dari 61 negara terkait minat
baca. Survei dilakukan sejak 2003 hingga 2004, menempatkan Indonesia
berada di atas Bostwana di peringkat 61 dan di bawah Thailand di posisi 59.
Dalam survei ini, Finlandia menempati posisi teratas disusul Norwegia,
Denmark dan Swedia. Peringkat ditentukan dari variabel hasil tes pemahaman
literasi terhadap siswa untuk melihat perilaku literasi mereka. Selain itu, ada
15 variabel lain yang terbagi dalam lima kategori, yaitu p\erpustakaan, koran,
input sistem pendidikan, output sistem pendidikan, dan ketersediaan komputer
sesuai dengan jumlah populasi (Media Indonesia, 30 Agustus 2016).

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Programme for Internstional


Student Assesment (PISA) 2012 menempatkan Indonesia pada posisi 64 dari
65 negara dalam budaya literasi masyarakat pada tahun 2012. Untuk minat
baca siswa dalam penelitian sebelumnya pada tahun 2009, PISA
menempatkan Indonesia di urutan 57 dari 65 negara (Republika, 15 Desember
2014). Di tahun 2012 juga United Nations Educational, Scientific, and
Cultural Organization (UNESCO) menyebutkan indeks minat baca Indonesia
baru mencapai 0,001. Berarti dari 1.000 orang, hanya satu orang saja yang
memiliki minat baca. UNESCO juga menyebut Indonesia berada pada
peringkat 60 dari 61 negara dalam hal minat baca. (solopos.com , 10 Oktober
2016).
Inilah latar belakang pemerintah meluncurkan program GLS melalui
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Menurut menteri
pendidikan saat itu, Anies Baswedan, pertama mengajarkan anak membaca,
lalu membiasakan anak membaca hingga menjadi karakter, setelah itu barulah
menjadi budaya. Dalam Program GLS ditekankan pada membiasakan anak
membaca bukan buku pelajaran 15 menit sebelum pembelajaran dimulai untuk
mewujudkan budaya baca seperti yang tercantum dalam Permendikbud nomor
23 tahun 2015 tentang gerakan penumbuhan budi pekerti.

Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan


mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui
berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis,
dan/atau berbicara. Selanjutnya GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan
secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran
yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik (Panduan
Gerakan Literasi Sekolah). GLS tidak hanya sekedar membaca tapi sebuah
upaya menciptakan lingkungan sekolah secara utuh, yang di dalamnya
termasuk warga sekolah berupaya menciptakan budaya literasi. Selain
membaca, seorang literat harus mampu mengolah dan menggunakan semua
kemampuan bahasa.
Target utama dari GLS yang dicanangkan kemendikbud ini adalah
menciptakan ekosistem pendidikan di sekolah yang literat. Ada lima indikator
ekosistem pendidikan di sekolah yang literat, diantaranya:
1. menyenangkan dan ramah peserta didik, sehingga menumbuhkan
semangat
warganya dalam belajar
2. semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai
sesama;
3. menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan;
4. memampukan warganya cakap berkomunikasi dan dapat
berkontribusi kepada
Lingkungan sosialnya.
5. mengakomodasi partisipasi seluruh warga sekolah dan lingkungan
menyenangkan
dan Ramah
Rumah adalah tempat sebuah keluarga berkumpul dan bertemu. Rumah
yang sehat secara psikologis dapat dilihat dari raut bahagia penghuninya.
Rumah akan menjadi tempat yang menyenangkan dan sangat dirindukan
ketika penghuninya merasa nyaman dan aman. Sekolah merupakan rumah
kedua bagi peserta didik karena selama usia sekolah mereka pulang pergi
antara rumah dan sekolah. Sekolah tidak hanya menjadi ruang kaku tempat
mentransfer segala ilmu pengetahuan tapi harus menjadi tempat yang juga
dirindukan oleh peserta didik

Sekolah harus bisa menjadi rumah kedua jika situasi sekolah


menyenangkan buat peserta didik. Kondisi peserta didik yang dinamis dan
beragam perlu pengelolaan sekolah yang komplek dan menyeluruh. Tidak
sepeti di rumah, keinginan dan minat peserta didik bermacam-macam dan
sangat berwarna. Sekolah perlu menganalisa latar belakang peserta didik
kemudian mencari hubungan yang dapat mempersatukan keberagaman. Perlu
ada batasan pemunculan ego dari individu warga sekolah termasuk guru di
dalamnya, sehingga di sekolah nampak kepentingan bersama yang menonjol.
Pembatasan tersebut tentu berkaitan erat dengan aturan dan tata tertib
sekolah. Tapi tentu dalam penerapannya harus ada saling pengertian antara
warga sekolah. Bukan hanya boleh dan tidak, penghargaan dan hukuman, tapi
lebih kepada pemahaman serta alasan logis latar belakang peraturan. Kesan
yang ditonjolkan adalah pembuat aturan dan pelaksana aturan menerima
dengan terbuka. Lantas menaati peraturan tersebut dengan penuh kesadaran.
Ramah tidak sekedar bahasa tutur dan sikap yang halus dari guru dan
orang dewasa di sekitar sekolah. Tetapi juga merupakan komunikasi dua arah
yang saling sadar antar warga sekolah. Komunikasi yang efektif akan sangat
penting dalam menciptakan ramah ini. Komunikasi yang luwes baik verbal
maupun nonverbal sangat menentukan penciptaan kesan ramah tadi karena
ramah adalah hasil dari komunikasi itu sendiri.
Empati, peduli, dan menghargai sesama
Sikap empatik terhadap orang lain dapat tumbuh dengan proses
penyadaran ‘Jika aku menjadi dia’. Pembiasaan merasakan apa yang dirasakan
oleh orang lain sangat penting untuk menumbuhkan rasa peduli dan
menghargai sesama.
Sekolah selain membuat peraturan dan tata tertib, perlu merangsang
kepekaan peserta didik terhadap lingkungan sekitarnya. Sekolah jangan
dipersempit hanya menjadi sebuah ruang tempat peserta didik menimba ilmu
pengetahuan yang sangat kognitif. Tetapi sekolah harus menjadi sebuah
lingkungan komplek yang membentuk sikap dan karakter peserta didik.
Pembiasaan seperti menengok teman yang sakit, berkunjung ke panti asuhan,
melihat secara langsung pekerjaan orang tua, kerja bakti membersihkan
lingkungan sekolah, dapat dijadikan sarana untuk membentuk kepekaan sosial
mereka. Sikap yang empatik, peduli, dan saling menghargai menjadi
komponen utama selain kemampuan akademik dalam sekolah.
Semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan
Sedari lahir manusia dibekali sifat rasa ingin tahu yang tinggi. Ketika
tahap anak-anak rasa ingin tahu dapat tumbuh dan berkembang dengan
berbagai pertanyaan dalam benaknya. Lingkungan yang baik adalah
lingkungan yang dapat memelihara rasa ingin tahu ini terus berkembang.
Berikan peserta didik alasan-alasan logis yang menantang mereka untuk
mencari tahu tentang segala sesuatu. Biasakan dalam pembelajaran di awali
dengan pembahasan topik masalah. Kata kuncinya adalah membuat mereka
penasaran.
Hadirkan pula manfaat dari memperoleh ilmu pengetahuan atau konsep
materi yang sedang dipelajari. Peserta didik harus dapat merasakan manfaat
ilmu pengetahuan secara langsung untuk membuat mereka sadar pentingnya
belajar. Berkembangnya rasa ingin tahu dan tersadarnya mereka terhadap
manfaat ilmu pengetahuan dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap
pengetahuan itu sendiri.
Selama ini, peserta didik tidak diberikan penyadaran akan pentingnya
ilmu pengetahuan. Sehingga mereka menggap belajar hanya sebuah rutinitas
wajib yang harus dilakukan dan membosankan. Selain jenuh di sekolah dan
timbul rasa tidak butuh, dampak yang lebih fatal adalah menyuburkan sikap
malas belajar.
Cakap berkomunikasi dan kontribusi terhadap lingkungan sosial
Masyarakat abad 21 yang penuh tantangan dan rintangan terutama
penguasaan teknologi dan saratnya informasi. Mudahnya informasi menyebar
hanya dalam hitungan detik, menjadi sebuah sarana yang efisien dalam
menangkap informasi. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, selain untuk
menangkap informasi dan menyampaikannya kembali, kemampuan ini
menyangkut keterampilan menyaring informasi yang diperoleh.
Masalah informasi saat ini, menyentuh ranah pribadi dan sosial. Banyak
masyarakat yang tergerak setelah menerima informasi baik secara pribadi atau
berkelompok. Seperti kasus pengumpulan poin, sumbangan bencana alam,
aksi memungut sampah, dan masih banyak lagi dimana semua berawal dari
informasi viral di dunia maya.
Keterampilan berkomunikasi yang baik, santun, dan efektif diperlukan
dalam lingkungan sekolah sehingga peserta didik terbiasa bersikap ilmiah
dalam menanggapi sebuah topik masalah. Ketika mereka bersinggungan
dengan lingkungan sosialnya, maka mereka dapat berperan sebagai pelaku
aksi bukan objek dari masalah-masalah sosial. Peserta didik diharapkan dapat
menunjukkan sikap peduli, tergerak, dan menjadi pelaku mengatasi masalah
sosial di lingkungannya. Tentu disesuaikan dengan aspek perkembangan
mentalnya. Misalnya, untuk peserta didik sekolah dasar mereka peduli
terhadap masalah kebersihan lingkungan, kegiatan pengajian, perayaan hari
besar agama atau nasional. Mereka aktif dan partisipatif di dalamnya.
Mengakomodasi partisipasi seluruh warga sekolah dan lingkungan
Sekolah dengan ekosistem pendidikan yang baik adalah dapat
menghidupakan unsur-unsur penunjang sekolah. Selain peserta didik dan guru,
warga sekolah lainnya termasuk orangtua dan masyarakat sekitarnya adalah
unsur biotik sebuah ekosistem. Sarana prasarana, kurikulum, tata tertib dan
aturan, serta pembiayaan pendidikan sebagai unsur abiotik ekosistem di
sekolah. Lingkungan yang sehat di sekolah harus dapat memadukan dan
mewadahi segala bentuk partisipasi warganya.
Melalui komunikasi yang baik, diharapkan akan tergambar keinginan
dan harapan warga sekolah. Mereka diberi ruang yang luas untuk turut aktif
menghidupkan ekosistem sekolah. Ketika ada permasalahan dalam
pembelajaran, tugas proyek misalnya. Guru tidak lagi bergerak sendiri tetapi
ikut melibatkan warga sekolah lainnya. Dalam hal ini, tidak hanya tertuju pada
biaya tapi tenaga dan pikiran juga kita libatkan di dalamnya.
Hubungan antara GLS dengan Ekosistem Pendidikan
Gerakan Literasi Sekolah menjadi katalisator dalam mewujudkan
ekosistem pendidikan. GLS menjadi jembatan untuk mewujudkan lingkungan
sekolah yang menyenangkan dan ramah. Program GLS bukan hanya sekedar
kegiatan membaca, tapi bagaimana meningkatkan minat baca warga sekolah.
Tentu untuk meningkatkan minat baca perlu dikemas dengan kegiatan yang
menyenangkan dan nyaman. Di setiap kelas dibuat pojok-pojok baca dengan
terus menambah koleksi buku serta desain yang atraktif dan menarik perhatian
peserta didik.
Selain menyenangkan, guru dengan ramah mengajak peserta didik
masuk ke dalam pojok baca dan mulai membaca bersama dengan nyaman dan
penuh makna. Selesai membaca melakukan refleksi berupa resensi sederhana
tentang isi buku yang telah dibaca. Dalam kegiatan akhir ini, terjadi interaksi
antara guru dengan peserta didik atau peserta didik dengan peserta didik.
Kegiatan ini dapat juga dijadikan sarana untuk mengembangkan sikap
empati, peduli, dan menghargai sesama. Setiap peserta didik diupayakan
mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sekait isi buku.
Peserta didik lain menyimak dan menanggapi dengan cara yang baik, santun,
dan menyampaikan alasan yang logis dalam berpendapat.
GLS memiliki tiga tahapan dalam pelaksanaannya di setiap sekolah.
Tahap pertama adalah tahap pembiasaan melalui kegiatan membaca 15 menit
sebelum pembelajaran. Tahap kedua pengembangan berupa melalui kegiatan
menanggapi buku pengayaan. Terkhir, tahap pembelajaran yakni
menggunakan buku pengayaan dan strategi membaa di semua mata pelajaran.
Dalam kegiatan pembiasaan perlu menata sarana dan lingkungan kaya
literasi. Penataan ruang kelas, kantin, UKS, ruang olahraga, halaman sekolah
dan halaman sekolah. Ruang baca dan penyediaan buku bacaan yang sesuai
dengan perkembangan peserta didik mutlak diperlukan. Kita juga bisa
memanfaatkan dinding, anak tangga dan tiang gedung untuk memperkaya teks
dengan membubuhkan infografis, poster, kartu artikel, dan berbagai media
baca lain yang menarik. Perlu diperhatikan komposisi warna dalam
penataannya karena anak mudah tertarik terhadap warna yang mencolok.
Melibatkan masyarakat untuk menciptakan suasana lingkungan yang literat
juga sangat dibutuhkan. Ini sekait dengan biaya penataan sarana tadi tidak
sedikit. Partisipasi orang tua, tokoh masyarakat, dinas terkait termasuk
melibatkan badan atau lembaga perpustakaan yang ada di sekitar sekolah
sangat mendukung terciptanya lingkungan literat.
Tahapan berikutnya dalam GLS sangat tergantung pada ketersediaan
buku pengayaan dan kemampuan guru dalam menciptakan suasana yang
literat. Ini menjadi masalah yang paling penting untuk segera dicari
pemecahannya. Seperti kita ketahui ketersediaan buku menjadi masalah utama
dalam mensukseskan GLS. Buku yang tersedia di perpustakaan terbatas.
Daerah yang jauh dari pusat kota juga mengalami kendala dalam mencari
buku-buku yang sesuai dengan peserta didik. Untuk penggunaan buku digital
pun masih sangat terbatas. Ini bisa disiasati dengan pembuatan kliping,
mencetak artikel dari berbagai sumber, mengadakan donasi buku di
lingkungan sekolah, dan bekerja sama dengan sekolah lain yang memiliki
koleksi buku lebih lengkap.
Untuk tahap pengembangan, peserta didik tidak sekedar dituntut
membaca. Mereka juga diminta untuk mengetahui penggunaan perpustakaan
yang baik, proses produksi buku dan menulis. Kegiatan harus ditujukan untuk
mendekatkan mereka pada kegiatan literasi yang lebih luas. Walaupun bukan
termasuk penilaian akademik tetapi kegiatan GLS dalam tahapan ini sudah
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan di sekolah. Ekosistem
sekolah sudah mulai terwujud di tahap ini. Indikatornya adalah guru dan
peserta didik cinta buku dan menulis.
Terakhir GLS telah terintegrasi dalam pembelajaran. Peserta didik
dalam tahapan ini diarahkan memiliki kemampuan kebahasaan dari tingkat
awal sampai lanjut. Mulai dari kemampuan fonetik di kelas rendah sampai
membuat karya tulis yang baik di kelas tinggi.

Seluruh tahapan GLS ditujukan untuk meningkatkan penguatan


pendidikan karakter sehingga pada akhrinya dapat terwujud ekosistem
pendidikan yang diharapkan di lingkungan sekolah. Ekosistem yang baik
dapat meningkatkan tidak hanya kualitas intelegensi peserta didik tapi jauh
dari itu dapat menumbuhkan karakter peserta didik yang seusai dengan jati diri
bangsa. Kini tinggal para pemangku kepentingan baik yang ada di sekolah,
dinas pendidikan dan pemimpin daerah dapat mengakomodir terutama
pembiayaan serta aturan yang mendukung terlaksananya GLS. Sekolah harus
mampu mengelola seluruh sumber daya yang ada dengan mengacu pada
prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Terakhir guru sebagai ujung
tombak GLS harus menjadi pelopor literasi, dengan menjadi guru yang literat,
guru yang cinta buku dan guru yang menghasilkan karya tulis.
B. Tujuan Pengembangan Sekolah
Melalui kegiatan pembuatan Pojok Literasi diharapkan akan
Meningkatkan Minat Baca Tulis Siswa. Sehingga kedepannya nilai
keluusan kelas enam meninggkat tahun sebelumnya,
C. Hasil yang Diharapkan
Hasil yang Diharapkan antara lain
1. Pojok literasi berperan untuk memotivasi siswa untuk lebih gemar
membaca dan memiliki daya pikir yang baik dan kritis.

2. Merangsang siswa gemar membaca dan memiliki daya pikir yang baik

3. Mendekatkan buku pada siswa sehingga siswa lebih tertarik membaca.


4. Membantu Perpustakaan Sekolah dalam membudayakan rutinitas
membaca, di saat buku yang ingin dibaca siswa tidak tersedia di
Perpustakaan Sekolah.
5. Dapat dikaitkan sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran oleh guru.

6. Pojok literasi dapat berperan untuk mendekatkan buku dan bacaan lainnya
kepada siswa.

7. Pojok literasi memberi kemudahan dan kenyamanan kepada siswa untuk


membaca buku kapanpun pada waktu yang lowong, tanpa mereka perlu
mondar mandir ke perpustakaan, sebab di kelas sudah tersedia buku-buku
non pelajaran.

8. Guru dapat menjadikan pojok baca sebagai bagian dari kegiatan


pembelajaran..

D. Sumber Daya
Sumber daya yang diperlukan antara lain:
a. Dana berasal dari swadaya
b. Tenaga yaitu bantuan dari warga sekolah dan komite
BAB II
KONDISI SEKOLAH SAAT INI TERKAIT 8 SNP
A. Profil Sekolah
1. Visi Sekolah
“ Terwujudnya peserta didik yang beriman, cerdas, berkarakter,
dan berwawasan global “
2. Misi Sekolah
1. Menanamkan keimanan melalui kegiatan keagamaan
2. Meningkatkan kualitas akademis dan non akademis
3. Mengembangkan ketrampilan di bidang IPTEK,
Bahasa,olahraga dan Seni budaya
4. Membina karakter siswa melalui kegiatan pembiasaan dan
pengembangan diri yang terencana dan berkesinambungan
5. Mengembangkan kegiatan yang menumbuhkan kesadaran warga
sekolah sebagai bagian masyarakat global
3. Tujuan Sekolah
Mengacu pada visi dan misi sekolah, serta tujuan umum
pendidikan dasar, tujuan sekolah dalam mengembangkan
pendidikan ini adalah sebagai berikut ini.
1. Terwujudnya pendidikan Dasar yang berkualitas berdasarkan
iman, takwa serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi

2. Menghasilkan pereta didik yang kreatif, inovatif, kompetitif dan


mampu menguasai tekhnologi
Tujuan Jangka Menengah/Program
2 Tahunan

1. Meningkatkan prestasi siswa di bidang

intrakurikuler dan ekstrakurikuler

2. Meningkatkan ahlaq moral bidang keagamaan

seluruh warga sekolah

3. Menambah kegiatan ekstrakurikuler Pencak Silat

4. Mempersiapkan guru berprestasi

5. Menyediakan ruang guru

6. Melengkapi sarana dan prasarana

7. Melaksanakan pengecatan pagar sekolah

Tujuan Jangka Panjang/Program 4


Tahunan

1. Menghasilkan guru-guru yang


profesional dan berpendidikan minimal
S1
2. Menghasilkan siswa-siswa yang cerdas,
terampil dan relegius
3. SISWA
DATA PERSONIL DAN Memiliki ruang laboratorium komputer
.
4. Memiliki ruang perpustakaan
1. Jumlah Personil

Jumlah Pegawai
Jumlah Guru (PNS dan Non PNS)
No. Non PNS

Urt Guru Guru


Wakil Guru Guru Pend.Jas. Penjaga
Kasek Bahasa TU
Kasek Kelas Agama Sekolah
Inggris Orkes

1 1 1 13 2 1 2 1 1

Jml 1 1 13 2 1 1 1 1

2. Jumlah Tenaga Honorer (SD Negeri)

Jumlah Honorer
Jml Semua
Guru Honorer Non Guru

Penjaga Non
Gr.Kls Agama Bhs.Ing Penjas Jml TU Jumlah Guru
Sek. Guru

1 1 1 1 4 1 1 2 4 2
3. Jumlah Siswa dan Rombongan Belajar (Kelas Paralel)

Jumlah Rombongan Belajar / Siswa


Romb. Romb. Romb. Romb. Romb. Romb. Jumlah
Belajar Belajar Belajar Belajar Belajar Belajar Seluruh

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Kelas V Kelas VI


14
3 3 1 1 3 3

L P JM L P JM L P JM L P JM L P JM L P JM L P JM
L L L L L L L

3 59 96 41 28 69 14 18 32 16 16 32 48 4 89 45 48 93 20 21 411
7 1 1 0

Sarana

Keterangan Jumlah
Keterangan
No. Nama Sarana Ada Tidak Baik Rusak Rusak Berat
Ringan

1 Ruang Belajar /Kelas √ 7

2 Kantor Kasek √

3 Kantor Guru √

4 Ruang TU √

5 UKS √ 1
6 Perpustakaan √ 1

8 WC Guru √ 4

9 WC Murid √ 4

10 Gudang √ 1

Prasarana

Keterangan Jumlah
Luas
No. Nama Prasarana Ada Tidak Baik Rusak Rusak
Ringan Berat

1 Jalan Masuk √ √

2 Lapangan Upacara √ √

3 Lapangan Olah Raga √ √

4 Rumah Dinas Kasek √ √

5 Rumah Dinas Guru √

6 Tempat Parkir √

7 Kantin √ √

8 Pos Satpam - √

9 Taman √ √

10 Tempat Ibadah √ √
c. Barang Inventaris Sekolah

Keterangan Jumlah
No. Nama Barang Rusak Rusak
Ada Tidak Baik
Ringan Berat

1 Meja Murid √ 164 100

2 Kursi/bangku Murid √ 200 100

3 Meja Guru/Kasek √ 5 5

4 Kursi Guru/Kasek √ 1

5 Meja Tamu √ 1

6 Kursi Tamu √ 3

7 Lemari Kelas √ 13

8 Lemari Kantor √ 5 3

9 Lemari/Rak Perpustakaan √ 7

10 Komputer √ 2 1

11 Meja Komputer √ 2 1

12 Mesin Ketik √

13 Papan Tulis Hitam √

14 White Board √ 7 1

15 AC √ 4

16 Kipas Angin √ 7

17 TV / VCD / Audio Visual √ 2

18 Pengeras Suara √ 2

19 Jam Dinding √ 4 4

20 Lemari File √ 1

21 Papan Absen √ 1

22 Laptop √ 7 1

23 Infocus √ 5
24 Printer √ 3 2

25 Mic Wireless √ 4

26 Sonic Gear Speaker √ 3

V. PRESTASI

1. Rekapitulasi Nilai UN Tertinggi Terendah

2015 - 2016 2016 - 2017 2017 - 2018


Tahun
Tertin Terend Tertin Terend Tertin Terend
Mata
ggi ah ggi ah ggi ah
Pelajaran

B. 96.0 30.0 90.0 36.0 93.0 35.7


Indonesi
a

Matemat 100.0 20.0 97.5 25.0 95.5 14.4


ika

IPA 90.0 22.5 90.0 37.5 91.5 30.3

Klasifikas
B C C
i
2. Lomba-Lomba (dari Th. 2010 – 2014)

Siswa

No. Mata Lomba Tingkat Juara


Hifzul AQur’an Putra Tk.
1 Kota Jakarta Timur I
Kelurahan tahun 2010

Pildacil Putri Tk. Kelurahan


2 I
tahun 2010

Pildacil Putra Tk. Kelurahan


3 III
tahun 2010

Khot menyalin huruf Al Qur’an


4 II
Putri tahun 2010

Lomba Menari dalam rangka


JUARA
5
Hari Pahlawan tahun 2010 UMUM

Lomba Menari kategori B dalam

6 rangka Hari Pahlawan tahun HARAPAN I


2010

Lempar Bola Putri POR SD/02SN


7 II
Tk. Kecamatan tahun 2010

Volley Putri POR SD Tk. Kel.


8 I
tahun 2010

Volley Putra POR SD Tk.


9 II
Kelurahan tahun 2010

Bola Volley Mini Putri POR

10 SD/O2SN Tk. Kecamatan tahun III


2010

11 Tolak Peluru POR SD Tk. II


Kecamatan tahun 2010

Lomba Katak O2SN Tk.


12 I
Kecamatan tahun 2011

Lomba Atletik O2SN Tk. Provinsi


13 III
tahun 2011

Lomba Tari Yamko Rambe Walikota Jakarta


14 I
Tahun 2016 Timur

Lomba Tari Ayam den


15 III
Lapeh Tahun 2016

Lomba Pidato Bahasa


16 Tingkat Nasional II
Arab Tahun 2016

Lomba Kid Atletik Tahun


17 Tingkat Kecamatan III
2017

18 Lomba Karate Tahun 2017 Nasional III

19 Lomba FLS2N Tahun 2017 Gugus V

20 Lomba Atletik tahun 2017 Tingkat Kecamatan I

VI. KEGIATAN SISWA

a) Pembiasaan Harian

No. Hari Kegiatan Penanggung Jawab

1 Senin 1. Upacra Bendera 1. Guru Piket


2. Berdo’a sebelum 2. Guru Piket
belajar
3. Fakhrushawky
3. Sholat Dzuhur
Berjama’ah
2 Selasa 1. Berdo’a sebelum 1. Guru Piket
belajar
2. Guru Ekskul
2. Pramuka Pramuka
3. Sholat Dzuhur 3. Fakhrushawky
Berjama’ah

3 Rabu 1. Berdo’a sebelum 1. Guru Piket


belajar
2. Emmas Sianturi
2. Bernyanyi
3. Fakhrushawky
3. Sholat Dzuhur
Berjama’ah
4 Kamis 1. Berdo’a sebelum 1. Guru Piket
belajar
2. Fakhrushawky
2. Sholat Dzuhur
3. Guru Ekskul Menari
Berjama’ah
3. Menari
5 Jum’at 1. Berdo’a sebelum 1. Guru Piket
belajar
2. Andwi Sri Bayudara
2. Senam
3. Rukoyah
3. Membaca Quran

b) Pembiasaan Tahunan

No. Bulan Kegiatan Penanggung


Jawab

1 April Upacara Semua Tenaga


Memperingati Hari Pendidik dan
Kartini Tenaga
Kependidikan

a. 2 Mei A. Upacra Hari


Pendidik Nasional
b). Upacara Hari
Kebangkitan
Nasional

3 Juni a). Memperingati


Hari Pancasila
- Pentas Seni Siswa
b). Memperingati
Hari Ulang Tahun

Kota Jakarta

4 Agustus a). Upacara Hari


Pramuka

b). Upacara
Memperingati Hari

Kemerdekaan RI

a). Upacara
5 Oktober
Memperingati Hari

Kesaktian
Pancasila

b). Upacara
Memperingati Hari
Sumpah

Pemuda

6 November Upacara
Memperingati Hari
Guru dan PGRI

7 Muharam Peberian Santunan


kepada Siswa Yatim
dan Yatim Piatu

a). Buka Puasa


8 Ramadhan
bersama, kultum dan

shalat berjama’ah

b). Menerima dan


Menyalurkan Zakat

Fitrah

9 Syawal Halal bi Halal


BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : ZURYETTI, MPd

2. Tempat Tanggal Lahir : Pekanbaru, 08 Januari 1966


3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. NIP / NRK (bagi PNS) : 196601081986072001 /
114661
6. Pangkat / Golongan Ruang : Pembina Tk.I / IVb
7. Jabatan : Kepala Sekolah
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Mengajar : Kelas VI
10. Masa Kerja : 32 tahun 4 bulan
11. Pendidikan : S2
BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Juati, S.Pd

2. Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 8 September 1959


3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. NIP / NRK (bagi PNS) : 195909081982072002 /
076195
6.
7. Pangkat / Golongan Ruang : Pembina Tk. I / IV b
8. Jabatan : Guru
9. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
10. Mengajar : Kelas V
11. Masa Kerja : 36 tahun 4 bulan
12. Pendidikan : S1
BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Wilnafitra, S.PdI

2. Tempat Tanggal Lahir : Solok, 19 Mei 1959


3. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. NIP / NRK (bagi PNS) : 195905191983032002 / 078440
6. Pangkat / Golongan Ruang : Pembina Tk. I / IV b
7. Jabatan : Guru PAI
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Mengajar : Kelas I-VI
10. Masa Kerja : 35 tahun 8 bulan
11. Pendidikan : S1
BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Mudjiatmaka, S.Pd

2. Tempat Tanggal Lahir : Kulon Progo, 02 Juli 1960


3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. Nip / Nrk (bagi PNS) : 196007021985101001 / 102428
6. Pangkat / Golongan Ruang : Pembina Tk. I / IV b
7. Jabatan : Guru Kelas
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Mengajar : Kelas VI c
10. Masa Kerja : 33 Th 1 Bulan
11. Pendidikan : S1
BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Drs. Teguh Sadhana

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 02 Juli 1962


3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. Nip / Nrk (bagi PNS) : 1962052619850810001 /
101862
6. Pangkat / Golongan Ruang : Pembina / IV A
7. Jabatan : Guru Kelas
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Mengajar : Kelas VC
10. Masa Kerja : 33 Tahun 3 Bulan
11. Pendidikan : S1
BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Retno Indah Ariyati, S.Pd

2. Tempat Tanggal Lahir : Kebumen. 01 Agustus 1962


3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. Nip / Nrk (bagi PNS) : 196408011986032010 /
106621
6. Pangkat / Golongan Ruang : Pembina Tk .I / IV b
7. Jabatan : Guru Kelas
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Mengajar : Kelas VI a
10. Masa Kerja : 32 Tahun 8 Bulan
11. Pendidikan : S1
BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Sriyati, S.Pd

2. Tempat Tanggal Lahir : Dukun, 05 April 1964


3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. Nip / Nrk (bagi PNS) : 196404051985062002 /
088456
6. Pangkat / Golongan Ruang : Pembina Tk. I / IV b
7. Jabatan : Guru Kelas
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Mengajar : Kelas I a
10. Masa Kerja : 33 Tahun 5 Bulan
11. Pendidikan : S1
BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Dirk Johana

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 16 April 1958


3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. Nip / Nrk (bagi PNS) : 195804161978012001 /
061435
6. Pangkat / Golongan Ruang : Penata / III c
7. Jabatan : Guru Kelas
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Mengajar : Kelas III
10. Masa Kerja : 39 Tahun 9 Bulan
11. Pendidikan : SPG
BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Sri Murwani, S.PdI

2. Tempat Tanggal Lahir : Sragen, 19 Desember 1962


3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. Nip / Nrk (bagi PNS) : 196212191985032003 /
088445
6. Pangkat / Golongan Ruang : Penata Muda / III b
7. Jabatan : Guru Kelas
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Mengajar : Kelas VI b
10. Masa Kerja : 33 Tahun 8 Bulan
11. Pendidikan : S1
BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Diah Wardini, S.Pd.MM

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 09 April 1979


3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. Nip / Nrk (bagi PNS) : 197904092008012021 /
174126
6. Pangkat / Golongan Ruang : Penata Muda Tk. I/ III b
7. Jabatan : Guru Kelas
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Mengajar : Guru Kelas
10. Masa Kerja : 10 Tahun 10 Bulan
11. Pendidikan : S2
BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Suwarni, S.Pd

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Desember 1968


3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. Nip / Nrk (bagi PNS) : 196812291991022002 /
114936
6. Pangkat / Golongan Ruang : Pembina / IV A
7. Jabatan : Guru Kelas
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Mengajar : Guru Kelas V
10. Masa Kerja : 27 tahun 09 bulan
11. Pendidikan : S1
BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Rukoyah, S.Pd

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 04 Oktober 1976


3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. Nip / Nrk (bagi PNS) : 197610042014122002
6. Pangkat / Golongan Ruang : Penata Muda / III a
7. Jabatan : Guru Kelas
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Mengajar : Kelas V
10. Masa Kerja : 4 tahun 11 bulan
11. Pendidikan : S1
BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Evalolita, S.P, M.Pd

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Maret 1974


3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. Nip / Nrk (bagi PNS) : 197403242014122002 /
189958
6. Pangkat / Golongan Ruang : Pengatur Muda / II a
7. Jabatan : Guru Kelas
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Mengajar : Kelas II
10. Masa Kerja : 4 tahun 11 bulan
11. Pendidikan : S1
BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Iis Sudarminingsih, S.Pd

2. Tempat Tanggal Lahir : Sukabumi, 21 Desember


1969
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. Nip / Nrk (bagi PNS) : 196912212016112001 /
192799
6. Pangkat / Golongan Ruang : Penata Muda / III a
7. Jabatan : Guru Kelas
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Mengajar : Kelas I
10. Masa Kerja : 2 tahun
11. Pendidikan : S1
BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Dedeh Zubaidah

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 18 Mei 1968


3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. Nip / Nrk (bagi PNS) : 196805182016112001 /
192600
6. Pangkat / Golongan Ruang : Penata Muda / III A
7. Jabatan : Guru Kelas
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Mengajar : Kelas II
10. Masa Kerja : 2 Tahun
11. Pendidikan : S1
BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Andwi Sri Bayudara, S.PdI

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Desember 1976


3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. Nip / Nrk (bagi PNS) : -
6. Pangkat / Golongan Ruang : -
7. Jabatan : Guru PJOK
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Mengajar : Kelas V-VI
10. Masa Kerja :
11. Pendidikan : S1
BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Nurfaidah, S.Pd

2. Tempat Tanggal Lahir : Pemalang, 25 Agustus 1983


3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. Nip / Nrk (bagi PNS) :
6. Pangkat / Golongan Ruang :
7. Jabatan : Guru Kelas
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Mengajar : Kelas I
10. Masa Kerja :
11. Pendidikan : S1
BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Retno Ratih Srihayu, A.Md

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Agustus 1978


3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. Nip / Nrk (bagi PNS) : -
6. Pangkat / Golongan Ruang : -
7. Jabatan : Operator / Tenaga
Administrasi
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Tupoksi : Administrasi & Operator
10. Masa Kerja :
11. Pendidikan : D3
BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Fakhrushawky, S.PdI

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Juli 1990


3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. Nip / Nrk (bagi PNS) :
6. Pangkat / Golongan Ruang :
7. Jabatan : Guru PAI
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Mengajar : Kelas II, III, IV
10. Masa Kerja :
11. Pendidikan : S1
BIODATA PERSONA

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Widya Permata Sari, SPd

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 25 April 1987


3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. Nip / Nrk (bagi PNS) :
6. Pangkat / Golongan Ruang :
7. Jabatan : Guru Bahasa Inggris
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Mengajar : Kelas II, III, V, VI
10. Masa Kerja :
11. Pendidikan : S1
BIODATA PERSONAL

1. Nama (Lengkap dengan gelar) : Fajar Hari Riswanto

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Februari 1974


3. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
4. Agama : Islam / Kristen / Katolik / Hindu /
Budha
5. Nip / Nrk (bagi PNS) :
6. Pangkat / Golongan Ruang :
7. Jabatan : Penjaga Sekolah
8. Tempat Tugas : SDN Malaka Sari 13
9. Mengajar : -
10. Masa Kerja :
IDENTITAS
Nama Sekolah : SDN MALAKA SARI 13
NPSN : 20108620
Kabupaten : Kota Jakarta Timur
Provinsi : Prop. D.K.I. Jakarta
2016 2017 2018
Capaian Sekolah : 4.57 5.1 5.14
Capaian Kabupaten/Kota : 4.79 5.52 5.62
Capaian Provinsi : 4.77 5.46 5.58
Capaian Nasional : 4.34 5.13 5.51
CAPAIAN PER STANDAR

Radar PMP 2018 Radar PMP Antar Tahun


Standar… Standar…
10
Standar… Standar Isi 10
Standar… Standar Isi
5 5
Standar…
0 Standar Proses Standar…
0 Standar…
Standar… Standar… Standar… Standar…
Standar… Standar…

Capaian 2018 Kota Jakarta Timur 2018 Capaian 2016 Capaian 2017
Prop. D.K.I. Jakarta 2018 Nasional 2018 Capaian 2018

Kota Prop.
Capaian Capaian Capaian Jakarta D.K.I. Nasional
Nomor Standar Nasional Pendidikan
2016 2017 2018 Timur Jakarta 2018
2018 2018
1 Standar Kompetensi Lulusan 5.54 5.91 5.23 6.35 6.35 6.18
2 Standar Isi 5.49 5.05 5.63 6.01 5.99 5.82
3 Standar Proses 5.02 6.14 6.41 6.63 6.62 6.53
4 Standar Penilaian Pendidikan 2.8 4.9 5.67 6.21 6.18 6.06
5 Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 4.46 3.65 4.78 4.19 4.08 3.9
6 Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan 4.29 4.38 2.05 4.05 4.03 3.9
7 Standar Pengelolaan Pendidikan 4.29 5 5.5 6.05 6.01 5.84
8 Standar Pembiayaan 4.69 5.76 5.85 5.44 5.41 5.82

KATEGORI CAPAIAN
Kategori Batas Bawah Batas Atas
 Menuju SNP 1 0 2.04
 Menuju SNP 2 2.05 3.7
 Menuju SNP 3 3.71 5.06
 Menuju SNP 4 5.07 6.66
 SNP 6.67 7

STANDAR/INDIKATOR/SUB INDIKATOR CAPAIAN 2016 CAPAIAN 2017 CAPAIAN 2018


Nomor Standar/Indikator/SubIndikator Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 Standar Kompetensi Lulusan 5.54  5.91  5.23 

1.1. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi 6.95  6.95  6.84 

sikap
1.1.1. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap 7  7  6.79 

beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME


1.1.2. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap 6.99  6.97  6.91 

berkarakter
1.1.3. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap 6.96  6.97  7 

disiplin
1.1.4. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap 6.99  6.99  6.86 

santun
1.1.5. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap 6.99  6.82  6.79 

jujur
1.1.6. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap 7  6.98  7 

peduli
1.1.7. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap 6.69  6.86  6.24 

percaya diri
1.1.8. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap 7  6.96  6.86 

bertanggungjawab
1.1.9. Memiliki perilaku pembelajar sejati 6.91  6.94  7 

sepanjang hayat
1.1.10. Memiliki perilaku sehat jasmani dan rohani 6.99  7  7 

1.2. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi 3.5  3.03  

pengetahuan
1.2.1. Memiliki pengetahuan faktual, prosedural, 3.5  3.03  

konseptual, metakognitif
1.3. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi 6.16  6.31  6.24 

keterampilan
1.3.1. Memiliki keterampilan berpikir dan 5.7  5.6  5.46 

bertindak kreatif
1.3.2. Memiliki keterampilan berpikir dan 5.46  5.5  4.66 

bertindak produktif
1.3.3. Memiliki keterampilan berpikir dan 5.9  6.79  7 

bertindak kritis
1.3.4. Memiliki keterampilan berpikir dan 7  6.67  6.91 

bertindak mandiri
1.3.5. Memiliki keterampilan berpikir dan 6.93  6.97  6.91 

bertindak kolaboratif
1.3.6. Memiliki keterampilan berpikir dan 5.99  6.33  6.53 

bertindak komunikatif
2 Standar Isi 5.49  5.05  5.63 

2.1. Perangkat pembelajaran sesuai rumusan 6.93  4.83  5.92 

kompetensi lulusan
2.1.1. Memuat karakteristik kompetensi sikap 6.98  3.16  4.85 

2.1.2. Memuat karakteristik kompetensi 6.98  4.19  6 

pengetahuan
2.1.3. Memuat karakteristik kompetensi 7  3.56  5.65 

keterampilan
2.1.4. Menyesuaikan tingkat kompetensi siswa 6.81  6.63  6.56 

2.1.5. Menyesuaikan ruang lingkup materi 6.89  6.62  6.56 
pembelajaran
2.2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 3  4.63  5.26 

dikembangkan sesuai prosedur


2.2.1. Melibatkan pemangku kepentingan dalam 2.3  3.04  3.81 

pengembangan kurikulum
2.2.2. Mengacu pada kerangka dasar penyusunan 3.69  7  7 

2.2.3. Melewati tahapan operasional  2.88  4.04 

pengembangan
2.2.4. Memiliki perangkat kurikulum tingkat  5.61  6.2 

satuan pendidikan yang dikembangkan


2.3. Sekolah melaksanakan kurikulum sesuai  5.68  5.72 

ketentuan
2.3.1. Menyediakan alokasi waktu pembelajaran 6.2  7  7 

sesuai struktur kurikulum yang berlaku


2.3.2. Mengatur beban belajar bedasarkan bentuk  2.09  2.22 

pendalaman materi
2.3.3. Menyelenggarakan aspek kurikulum pada 6.91  7  7 

muatan lokal
2.3.4. Melaksanakan kegiatan pengembangan diri  6.65  6.66 

siswa
3 Standar Proses 5.02  6.14  6.41 

3.1. Sekolah merencanakan proses 5.64  6.35  6.57 

pembelajaran sesuai ketentuan


3.1.1. Mengacu pada silabus yang telah 3.54  6.37  6.76 

dikembangkan
3.1.2. Mengarah pada pencapaian kompetensi 7  6.94  7 

3.1.3. Menyusun dokumen rencana dengan 5.04  5.63  5.71 

lengkap dan sistematis


3.1.4. Mendapatkan evaluasi dari kepala sekolah 7  6.47  6.82 

dan pengawas sekolah


3.2. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan 4.96  6.61  6.83 

tepat
3.2.1. Membentuk rombongan belajar dengan 6.15  6.4  6.4 

jumlah siswa sesuai ketentuan


3.2.2. Mengelola kelas sebelum memulai 6.32  6.8  7 

pembelajaran
3.2.3. Mendorong siswa mencari tahu 3.69  6.62  6.93 

3.2.4. Mengarahkan pada penggunaan 6.36  6.63  6.95 

pendekatan ilmiah
3.2.5. Melakukan pembelajaran berbasis 6.73  6.78  7 

kompetensi
3.2.6. Memberikan pembelajaran terpadu 6.71  6.76  7 

3.2.7. Melaksanakan pembelajaran dengan 6.3  6.63  6.94 

jawaban yang kebenarannya multi dimensi;


3.2.8. Melaksanakan pembelajaran menuju pada 6.3  6.64  6.92 

keterampilan aplikatif
3.2.9. Mengutamakan pemberdayaan siswa 6.92  6.85  7 
sebagai pembelajar sepanjang hayat
3.2.10. Menerapkan prinsip bahwa siapa saja 4.05  6.86  7 

adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di


mana saja adalah kelas.
3.2.11. Mengakui atas perbedaan individual dan 2.33  6.82  7 

latar belakang budaya siswa.


3.2.12. Menerapkan metode pembelajaran sesuai  5.96  6.49 

karakteristik siswa
3.2.13. Memanfaatkan media pembelajaran dalam 1.51  5.57  5.83 

meningkatkan efisiensi dan efektivitas


pembelajaran
3.2.14. Menggunakan aneka sumber belajar 2.05  6.32  6.75 

3.2.15. Mengelola kelas saat menutup 4  6.86  7 

pembelajaran
3.3. Pengawasan dan penilaian otentik 4.46  5.45  5.83 

dilakukan dalam proses pembelajaran


3.3.1. Melakukan penilaian otentik secara  2.99  4.7 

komprehensif
3.3.2. Memanfaatkan hasil penilaian otentik  6.47  7 

3.3.3. Melakukan pemantauan proses 3.48  5.66  5.87 

pembelajaran
3.3.4. Melakukan supervisi proses pembelajaran 4.99  5.72  5.19 

kepada guru
3.3.5. Mengevaluasi proses pembelajaran 4.78  5.37  5.84 

3.3.6. Menindaklanjuti hasil pengawasan proses 4.59  6.51  6.37 

pembelajaran
4 Standar Penilaian Pendidikan 2.8  4.9  5.67 

4.1. Aspek penilaian sesuai ranah kompetensi 3.3  5.76  6.01 

4.1.1. Mencakup ranah sikap, pengetahuan dan 2.41  6.68  6.66 

keterampilan
4.1.2. Memiliki bentuk pelaporan sesuai dengan 4.19  4.84  5.36 

ranah
4.2. Teknik penilaian obyektif dan akuntabel 2.45  3.93  5.43 

4.2.1. Menggunakan jenis teknik penilaian yang 2.41  4.45  5.94 

obyektif dan akuntabel


4.2.2. Memiliki perangkat teknik penilaian lengkap 2.5  3.41  4.93 

4.3. Penilaian pendidikan ditindaklanjuti 2.89  6.08  6.65 

4.3.1. Menindaklanjuti hasil pelaporan penilaian 3.34  6.76  7 

4.3.2. Melakukan pelaporan penilaian secara 2.44  5.39  6.31 

periodik
4.4. Instrumen penilaian menyesuaikan aspek 2.49  3.67  5.13 

4.4.1. Menggunakan instrumen penilaian aspek 2.32  3.64  4.32 

sikap
4.4.2. Menggunakan instrumen penilaian aspek 2.62  3.93  5.61 

pengetahuan
4.4.3. Menggunakan instrumen penilaian aspek 2.53  3.43  5.48 

keterampilan
4.5. Penilaian dilakukan mengikuti prosedur 2.87  5.05  5.09 

4.5.1. Melakukan penilaian berdasarkan 3.34  5.44  6.28 

penyelenggara sesuai prosedur


4.5.2. Melakukan penilaian berdasarkan ranah 2.41  4.64  5.65 

sesuai prosedur
4.5.3. Menentukan kelulusan siswa berdasarkan  5.08  3.35 

pertimbangan yang sesuai


5 Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 4.46  3.65  4.78 

5.1. Ketersediaan dan kompetensi guru sesuai 5.44  3.89  6.06 

ketentuan
5.1.1. Berkualifikasi minimal S1/D4 6.58  0  5.83 

5.1.2. Rasio guru kelas terhadap rombongan 6.12  0.22  7 

belajar seimbang
5.1.4. Bersertifikat pendidik  7  5.44 

5.1.5. Berkompetensi pedagogik minimal baik 3.81  3.81  3.81 

5.1.6. Berkompetensi kepribadian minimal baik   

5.1.7. Berkompetensi profesional minimal baik 5.26  5.26  5.26 

5.1.8. Berkompetensi sosial minimal baik   0 

5.2. Ketersediaan dan kompetensi kepala 5.13  4.75  6.7 

sekolah sesuai ketentuan


5.2.1. Berkualifikasi minimal S1/D4 7  7  7 

5.2.2. Berusia sesuai kriteria saat pengangkatan 7  7  7 

5.2.3. Berpengalaman mengajar selama yang  0  7 

ditetapkan
5.2.4. Berpangkat minimal III/c atau setara 7  7  7 

5.2.5. Bersertifikat pendidik  0  7 

5.2.6. Bersertifikat kepala sekolah  0  7 

5.2.7. Berkompetensi kepribadian minimal baik 3.5   3.5 

5.2.8. Berkompetensi manajerial minimal baik 4.66   4.66 

5.2.9. Berkompetensi kewirausahaan minimal baik 5.83  5.83  5.83 

5.2.10. Berkompetensi supervisi minimal baik 1.16  4.66  1.16 

5.2.11. Berkompetensi sosial minimal baik 4.89  4.89  4.89 

5.3. Ketersediaan dan kompetensi tenaga 2.8  5.04  2.52 

administrasi sesuai ketentuan


5.3.1. Tersedia Kepala Tenaga Administrasi   0 

5.3.2. Memiliki Kepala Tenaga Administrasi   0 

berkualifikasi minimal SMK/sederajat


5.3.3. Memiliki Kepala Tenaga Administrasi   

bersertifikat
5.3.4. Tersedia Tenaga Pelaksana Urusan 7  7  7 

Administrasi
5.3.5. Memiliki Tenaga Pelaksana Urusan 7  7  7 

Administrasi berpendidikan sesuai


ketentuan
5.3.6. Berkompetensi kepribadian minimal baik   

5.3.7. Berkompetensi sosial minimal baik   

5.3.8. Berkompetensi teknis minimal baik   


5.3.9. Berkompetensi manajerial minimal baik   

5.4. Ketersediaan dan kompetensi laboran 2.8  0  0 

sesuai ketentuan
5.4.1. Tersedia Kepala Tenaga Laboratorium  0  0 

5.4.2. Memiliki Kepala Tenaga Laboratorium  0  0 

berkualifikasi sesuai
5.4.3. Memiliki Kepala Tenaga Laboratorium   

bersertifikat
5.4.4. Tersedia Kepala Tenaga Laboratorium   0 

berpengalaman sesuai
5.4.5. Tersedia Tenaga Teknisi Laboran 0  0  0 

5.4.6. Memiliki Tenaga Teknisi Laboran   

berpendidikan sesuai ketentuan


5.4.7. Tersedia Tenaga Laboran 0   0 

5.4.8. Memiliki Tenaga Laboran berpendidikan  0  

sesuai ketentuan
5.4.9. Berkompetensi kepribadian minimal baik   

5.4.10. Berkompetensi sosial minimal baik   

5.4.11. Berkompetensi manajerial minimal baik   

5.4.12. Berkompetensi profesional minimal baik   

5.5. Ketersediaan dan kompetensi pustakawan 2.8  0  0 

sesuai ketentuan
5.5.1. Tersedia Kepala Tenaga Pustakawan  0  0 

5.5.2. Memiliki Kepala Tenaga Pustakawan  0  0 

berkualifikasi sesuai
5.5.3. Memiliki Kepala Tenaga Pustakawan   

bersertifikat
5.5.4. Memiliki Kepala Tenaga Pustakawan   0 

berpengalaman sesuai
5.5.5. Tersedia Tenaga Pustakawan 0  0  0 

5.5.6. Memiliki Tenaga Pustakawan berpendidikan   0 

sesuai ketentuan
5.5.7. Berkompetensi manajerial minimal baik   

5.5.8. Berkompetensi pengelolaan informasi   

minimal baik
5.5.9. Berkompetensi kependidikan minimal baik   

5.5.10. Berkompetensi kepribadian minimal baik   

5.5.11. Berkompetensi sosial minimal baik   

5.5.12. Berkompetensi pengembangan profesi   

minimal baik
6 Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan 4.29  4.38  2.05 

6.1. Kapasitas daya tampung sekolah memadai 6.27  4.8  2.05 

6.1.1. Memiliki kapasitas rombongan belajar yang 7  6  

sesuai dan memadai


6.1.2. Rasio luas lahan sesuai dengan jumlah siswa 5.55  6  5.68 

6.1.3. Kondisi lahan sekolah memenuhi  6.06  

persyaratan
6.1.4. Rasio luas bangunan sesuai dengan jumlah   2.84 

siswa
6.1.5. Kondisi bangunan sekolah memenuhi  4.57  1.75 

persyaratan
6.1.6. Memiliki ragam prasarana sesuai ketentuan  2.74  2.8 

6.2. Sekolah memiliki sarana dan prasarana 0.4  2.34  2.81 

pembelajaran yang lengkap dan layak


6.2.1. Memiliki ruang kelas sesuai standar 1.22  4.73  6.22 

6.2.2. Memiliki laboratorium IPA sesuai standar  1.75  2.33 

6.2.3. Memiliki ruang perpustakaan sesuai standar 0  1.65  1.99 

6.2.4. Memiliki tempat bermain/lapangan sesuai  0  0 

standar
6.2.10. Kondisi ruang kelas layak pakai 0  4.2  4.66 

6.2.11. Kondisi laboratorium IPA layak pakai  0  0 

6.2.12. Kondisi ruang perpustakaan layak pakai  2.33  0 

6.2.13. Kondisi tempat bermain/lapangan layak   

pakai
6.3. Sekolah memiliki sarana dan prasarana 6.18  3.11  1.34 

pendukung yang lengkap dan layak


6.3.1. Memiliki ruang pimpinan sesuai standar  3.03  3.03 

6.3.2. Memiliki ruang guru sesuai standar  0.58  0 

6.3.3. Memiliki ruang UKS sesuai standar  2.62  2.18 

6.3.4. Memiliki tempat ibadah sesuai standar  3.5  3.5 

6.3.5. Memiliki jamban sesuai standar 6.18  3.72  5.42 

6.3.6. Memiliki gudang sesuai standar  0  0 

6.3.7. Memiliki ruang sirkulasi sesuai standar   

6.3.11. Menyediakan kantin yang layak  7  

6.3.12. Menyediakan tempat parkir yang memadai  6.99  

6.3.14. Kondisi ruang pimpinan layak pakai  3.5  0 

6.3.15. Kondisi ruang guru layak pakai  0  0 

6.3.16. Kondisi ruang UKS layak pakai  1.74  2.8 

6.3.17. Kondisi tempat ibadah layak pakai  3.5  3.5 

6.3.18. Kondisi jamban sesuai standar  1.75  4.66 

6.3.19. Kondisi gudang layak pakai   

6.3.20. Kondisi ruang sirkulasi layak pakai  7  

7 Standar Pengelolaan Pendidikan 4.29  5  5.5 

7.1. Sekolah melakukan perencanaan 5.52  5.37  5.91 

pengelolaan
7.1.1. Memiliki visi, misi, dan tujuan yang jelas 6.91  5.6  6.05 

sesuai ketentuan
7.1.2. Mengembangkan rencana kerja sekolah 6.22  5.53  6.2 

ruang lingkup sesuai ketentuan


7.1.3. Melibatkan pemangku kepentingan sekolah 3.44  4.98  5.48 

dalam perencanaan pengelolaan sekolah


7.2. Program pengelolaan dilaksanakan sesuai 4.89  5.81  6.15 

ketentuan
7.2.1. Memiliki pedoman pengelolaan sekolah 4.74  4.8  5.75 
lengkap
7.2.2. Menyelenggarakan kegiatan layanan 3.78  6.27  6.84 

kesiswaan
7.2.3. Meningkatkan dayaguna pendidik dan 6.65  5.64  5.9 

tenaga kependidikan
7.2.4. Melaksanakan kegiatan evaluasi diri 4.66  6.41  6.52 

7.2.5. Membangun kemitraan dan melibatkan 5.31  5.51  6.05 

peran serta masyarakat serta lembaga lain


yang relevan
7.2.6. Melaksanakan pengelolaan bidang 4.2  6.26  5.87 

kurikulum dan kegiatan pembelajaran


7.3. Kepala sekolah berkinerja baik dalam 3.96  1.85  1.99 

melaksanakan tugas kepemimpinan


7.3.1. Berkepribadian dan bersosialisasi dengan 4.2   

baik
7.3.2. Berjiwa kepemimpinan  5.04  5.5 

7.3.3. Mengembangkan sekolah dengan baik 4.66   0 

7.3.4. Mengelola sumber daya dengan baik  6.07  6.48 

7.3.5. Berjiwa kewirausahaan 5.83   0 

7.3.6. Melakukan supervisi dengan baik 1.16   0 

7.4. Sekolah mengelola sistem informasi 2.8  4.87  5.6 

manajemen
7.4.1. Memiliki sistem informasi manajemen 2.8  4.87  5.6 

sesuai ketentuan
8 Standar Pembiayaan 4.69  5.76  5.85 

8.1. Sekolah memberikan layanan subsidi silang 2.33  6.99  6.99 

8.1.1. Membebaskan biaya bagi siswa tidak 0  7  7 

mampu
8.1.2. Memiliki daftar siswa dengan latar belakang 0  7  7 

ekonomi yang jelas


8.1.3. Melaksanakan subsidi silang untuk 7  7  7 

membantu siswa kurang mampu


8.2. Beban operasional sekolah sesuai 6.99  7  7 

ketentuan
8.2.1. Memiliki biaya operasional non personil 6.99  7  7 

sesuai ketentuan
8.3. Sekolah melakukan pengelolaan dana 4.74  3.29  3.56 

dengan baik
8.3.1. Mengatur alokasi dana yang berasal dari 7  0  0 

APBD/APBN/Yayasan/sumber lainnya
8.3.2. Memiliki laporan pengelolaan dana 5.16  4.39  5.84 

8.3.3. Memiliki laporan yang dapat diakses oleh 2.06  5.49  4.85 

pemangku kepentingan
B. Capaian 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP)

Berdasarkan rapot mutu SDN Malaka Sari 13 pada tahun


2018
1. Standar Kelulusan
Ada beberapa indikator yang belum memenuhi standar masih
memperoleh nilai di bawah bintang empat atara lain pada
indicator:
a. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan
memperoleh bintang merah 1 dengan nilai nol.
b. Memiliki pengetahuan faktual, prosedural, konseptual,
metakognitif memperoleh bintang 1 dengan nilai nol
2. Standar Isi
Ada beberapa indicator yang belum memenuhi standar masih
memperoleh nilai di bawah bintang empat antara lain;
a. Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak produktif
memperoleh bintang tiga dengan nilai 4,66
b. Memuat karakteristik kompetensi sikap memperoleh bintang
tiga dengan nilai 4,85
c. Melibatkan pemangku kepentingan dalam pengembangan
kurikulum memperoleh bintang tiga dengan nilai 3,81
d. Mengacu pada kerangka dasar penyusunan
Melibatkan pemangku kepentingan dalam pengembangan
kurikulum memperoleh bintang tiga memperoleh nilai 4,04
e. Mengatur beban belajar bedasarkan bentuk pendalaman materi
memperoleh bintang tiga dengan nilai 2,22
4. Standar Proses
Ada satu indicator yang belum memenuhi standar masih
memperoleh nilai di bawah bintang empat ada satu indicator yaitu:
 Melakukan penilaian otentik secara komprehensif memperoleh
bintang tiga dengan nilai 4,7
5. Standar Penilaian Pendidikan
Ada beberapa indicator yang belum memenuhi standar masih
memperoleh nilai di bawah bintang empat antara lain;
a. Memiliki perangkat teknik penilaian lengkap memperoleh nilai
bintang tiga dengan nilai 4,93
c. Menggunakan instrumen penilaian aspek sikap memperoleh
bintang tiga dengan nilai 4,32.
d. Menentukan kelulusan siswa berdasarkan pertimbangan yang
sesuai memperoleh bintang dua dengan nilai 3,35.
6. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
a. Berkompetensi pedagogik minimal baik memperoleh bintang tiga
dengan nilai 3,81.
b. Berkompetensi kepribadian minimal baik memperoleh bintang dua
dengan nilai 3,5
c. Tersedia Kepala Tenaga Administrasi
d. Memiliki Kepala Tenaga Administrasi bersertifikat
e. Berkompetensi kepribadian minimal baik
f. Berkompetensi kepribadian minimal baik
g. Berkompetensi teknis minimal baik
h. Berkompetensi manajerial minimal baik
i. Berkompetensi manajerial minimal baik
j. Berkompetensi manajerial minimal baik
C. Indikator

1. Dalam waktu 1 (satu) tahun telah tersedianya buku-buku bacaan yang


bervariasi di sekolah. Mulai dari buku paket, buku-buku tentang
pendidikan, ilmu pengetahuan, fiksi, dan karya siswa.

2. Dalam waktu 1 (satu) tahun tersedianya beragam buku komik dan


buku bacaan yang mendidik lainnya yang dikemas dengan gambar-
gambar yang menarik.

3. Terselenggaranya kegiatan penerbitan karya tulis siswa dan pemberian


penghargaan kepada siswa yang menulis;
4. Terciptanya kondisi lingkungan yang memotivasi siswa gemar
membaca melalui terselenggaranya berbagai kegiatan siwa bercerita
mengenai buku yang dibacanya, dan lomba resensi buku

5. Terwujudnya Kerjasama sekolah dengan Perpustakaan Nasional untuk


kunjungan rutin siswa

6. Terciptanya slogan-slogan setiap ruangan kelas yang meningkatkan


membudayakan membaca kepada siswa.

7. Terbangunnya kerja sama antara guru, orang tua, dan komite sekolah
untuk mengembangkan gemar baca di kalangan siswa sekolah

8. Orang tua murid berperan serta memberikan contoh membaca untuk


anak-anaknya.
BAB III
PELAKSANAAN PENGEMBANGAN SEKOLAH
A. Persiapan
Persiapan pembuatan pojok literasi dimulai dari:
a. Rapat panitia kecil.
b. Rapat dengan dewan guru.
c. Peberbitan SK
d. Rapat pengurus komite kelas dan sekolah.
e. Merancang langkah – langkah pembuatan literasi.
f. Merancang kegiatan-kegiatan penggunaan pojok literasi

B. Pelaksanaan
Waktu : dimulai jam 12,30 – 17.00 (setelah jam PBM )
Pelaksanaan : dimulai tanggal 2- 30 September 2019
1. Pelaksanaan pembuatan pojok literasi
a. Guru membuat konsep Pojok Baca kemudian mulai menyiapkan
segala perlengkapannya. Mulai fasilitas baca, hiasan, pagar
pembatas hingga penyediaan buku-buku.
b. Pagar atau pembatas area Pojok Baca bisa menggunakan tali
plastik yang dibalut dengan kertas hias. Kaitkan pada tiang kokoh
(bisa menggunakan paralon dan pot yang disemen) yang
ditempatkan membentuk area baca.
c. Hiaslah dinding dengan desain artistik, bisa ditempel kertas
origami yang sudah dibentuk dengan berbagai desain, membuat
pohon literasi, kalimat-kalimat motivasi pendidikan dan
sebagainya
d. Bila diberi kursi justru tampak sempit, gunakan meja baca lesehan.
g. Tempatkan rak buku secara artistik dengan buku-buku atau bahan
bacaan lain yang telah disiapkan sebelumnya.
h. Buatlah jadwal piket untuk menjaga kebersihan Pojok Baca.
No Kegiatan Waktu Pelaksanaan Penanggung
Jawab

1. Rapat panitia keci Senin, 3 September Kepala Sekolah


2019
2. Rapat dewan guru Selasa, 3 September Bu Eva Lolita,
2019 S.Pd

3. Rapat pengurus Jumat, 6 September Bu Suwarni, S.Pd


komite 2019
4. Merancang Kamis, 12 September Bu Eva Lolita,
langkah pembuatan 2019 S.Pd
pojok literasi
dikelas dan koridor
kelas
5. Pembuatan pojok 13 – 21 September Bu Rokhayah
literasi kelas 2019 S,Pd
koridor dan kelas
6. Menyusun Jadwal Senin, 23 September Bu Eva Lolita
kegiatan literasi 2019 S,Pd

C. Monitoring dan Evaluasi


Memantau dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan apakah
sudah sesuai atau tidak dengan apa yang telah direncanakan
D. Refleksi

Gerakan Literasi merupakan salah satu bentuk penumbuhan budi


pekerti atau pendidikan karakter. Hal yang menjadi dasar adalah
Permendidbud nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi
Pekerti. Bentuk gerakan literasi di sekolah antara lain, pembiasaan
membaca buku nonteks 15 menit sebelum pembelajaran, membuat
pojok literasi, majalah dinding(madding),laporan baca buku,dan
sebagainya.
Literasi merupakan hal yang paling mendasar. Mengapa demikian?
Karena memilih dan memilah informasi tentunya dilakukan dengan
membaca. Harapannya siswa SDN Malaka Sari 13gemar membaca.
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran
1. Penyediaan buku-buku bacaan yang bervariasi di sekolah

Untuk membentuk budaya literasi siswa, sekolah menyediakan buku-buku


yang dapat diakses tidak hanya terbatas pada buku paket, tetapi buku-buku
yang disediakan dalam pojok baca bisa tentang pendidikan, ilmu
pengetahuan, buku fiksi, buku koleksi peserta didik sendiri, dan beberapa
karya siswa. Sehingga mereka dapat bertukar pinjam dengan teman-teman.

2. Penyediaan buku komik yang mendidik yang dikemas dengan


gambar-gambar yang menarik.
Komik adalah salah satu bentuk bacaan yang bisa menjadi salah satu pintu
masuk untuk kesenangan anak membaca. Pesan yang disampaikan mudah
dicerna anak. Bahkan anak yang belum bisa baca-tulis pun akan
menangkap ceriteranya.

3. Pemberian motivasi kepada siswa untuk membuat karya tulis, dengan


diberi penghargaan

Guru memberikan motivasi melalui pemberian tugas kepada siswa.


Sebagai contoh tugas membuat karya tulis berupa autobiografi oleh murid
kelas SD kelas enam (VI). Siswa diminta menulis riwayat hidupnya
dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Tulisannya mencakup
kesenangan, kenangan, prestasi, dan aktivitas lainnya yang dirasakan
sangat penting dalam perjalanan hidupnya. Atau pada kesempatan lain
siswa ditugaskan membuat laporan tentang kesan-kesan yang
menyenangkan selama liburan sekolah.

4. Menciptakan kondisi lingkungan agar siswa gemar membaca

Guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk menceriterakan kembali


buku yang telah dibaca, mengadakan lomba meresensi buku, bedah buku,
pameran buku bekerjasama dengan penerbit dan masyarakat pecinta buku,
bekerja sama dengan komite sekolah.
5. Sekolah Melakukan Kerjasama dengan Perpustakaan Nasional

Sekolah membuat kerjasama dengan pengelola perpustakaan nasional


untuk membuat jadwal kunjungan ke perpustakaan dan taman bacaan
secara berkala, dan siswa diberi tugas oleh guru untuk menuliskan
sinopsis dari buku tertentu

6. Membuat dan menempelkan slogan-slogan di kelas untuk


meningkatkan membudayakan membaca kepada siswa.

Terdapat banyak slogan untuk memotivasi minat membaca siswa seperti


“Tiada Hari Tanpa Membaca”, “ Gunakan waktu luang untuk membaca”,
dan “ Buku adalah jendela ilmu pengetahuan”, dan lain-lain.

7. Membangun kerja sama antara guru, orang tua, dan komite sekolah
untuk membuat kegiatan yang rekreatif dan edukatif untuk
mengembangkan gemar baca di kalangan siswa sekolah
Orang tua dan komite sekolah diminta partisipasi untuk menyumbang
beberapa buku ke sekolah secara periodik untuk terus mengembangkan
koleksi buku-buku yang tersedia bagi pojok literasi. Selain itu, orang tua
dan komite sekolah turut serta dalam menciptakan kegiatan yang kreatif
untuk meningkatkan gemar membaca para siswa.

8. Memotivasi orang tua murid agar memberikan contoh membaca


untuk anak-anaknya.

Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orang tua agar dapat menjadi
teladan bagi anak-anakny, antara lain:

 Menjadikan membaca sebagai bagian dari kehidupan anak mereka. Hal


sederhana yang dapat dilakukan orang tua antara lain adalah:
membiarkan anak-anak mereka membaca menu, rambu jalanan,
petunjuk pada mainan, ramalan cuaca, acara TV, dan semua informasi
praktis harian.
 Memastikan bahwa di rumah mereka selalu tersedia bacaan seperti
koran, majalah, komik, dll.

Anda mungkin juga menyukai