Anda di halaman 1dari 15

Meningkatkan Minat Belajar dan Literasi Bahasa Siswa Melalui Pembuatan Sudut Baca Bagi

Siswa Kelas V SD GMIT Fatumnasi

Pifa A. Lakapu1, Jean Imaniar Djara2, Dyen E. Lakapu3, Rince S. M Benu4, Dian Sidiarna Nenoliu5

Institut Pendidikan Soe1,2,3,5, Universitas San Pedro4

Abstrak:
Penelitian ini membahas tentang upaya guru dalam pengelolaan sudut baca untuk
menumbuhkan minat baca peserta didik kelas V SD GMIT Fatumnasi.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif yaitu dimana peneliti
berperan secara langsung sebagai perencana, pelaksanaan, pengumpulan data,
menganalisis data dan sekaligus pelapor data. Pengumpulan data di lakukan dengan
observasi, teknik wawancara langsung dan dokumentasi. Peneliti menemukan
bahwasanya upaya guru dalam pemanfaatan sudut baca untuk menumbuhkan minat
baca peserta didik yaitu, (1). Mendorong anak bercerita tentang apa yang telah
dibacanya, (2). Tukar buku dengan teman, (3). Menyediakan buku yang menarik minat
baca peserta didik, (4). Menyediakan waktu membaca, dan (5). Memberikan hadiah.
Kendala dalam menumbuhkan minat baca peserta didik tersebut ialah, minimnya
ruangan kelas, kurangnya variasi buku atau keterbatasan buku dan terdapat peserta didik
yang tidak suka membaca. Adapun untuk mengatasi kendala tersebut yaitu membuat
dekorasi pojok baca yang rapi dan indah, mengusulkan pihak sekolah menaikan
anggaran perpustakaan, dan memberikan motivasi serta dukungan. Hasil dari penelitian
ini bahwasannya Adanya sudut baca membuat peserta didik merasa senang dan lebih
giat dalam membaca.

Kata Kunci: Minat Belajar, Literasi, Sudut Baca

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena
melalui pendidikan mampu membentuk watak yang bermartabat serta peradaban guna mencerdaskan
kehidupan bangsa . Dalam Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun
2003 Pasal 4 ayat 3 sampai 5 menyebutkan bahwa Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan siswa yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan diselenggarakan
dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas siswa dalam
proses pembelajaran.
Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung
bagi segenap warga masyarakat. Berdasarkan Undang – Undang tersebut, maka pemerintah
mengembangkan budaya membaca dengan mengeluarkan Peraturan Menteri pendidikan dan
kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi pekerti Luhur kepada
siswa dengan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Hasil survey di permulaan tahun 2000 yang telah dilakukan oleh IEA (International Education
Achievement) memperlihatkan bahwa anak – anak Indonesia memiliki kualitas membaca yang berada
pada peringkat ke 29 dari 31 negara yang diteliti di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika (Rohman, 2017).
Sehingga tidak heran jika indek kuaitas sumber daya manusia Indonesia masih di bawah dibandingkan
dengan negara tetangga linnya seperti Malaysia, Singapura, atau Thailand.
Berdasarkan hasil PISA 2009 dinyatakan bahwa siswa Indonesia ada pada peringkat ke 57 dengan
perolehan skor 396 dimana skor rata – rata OECD 493, sedangkan hasil PISA 2012 memperlihatkan
bahwa siswa Indonesia berada pada peringkat ke 64 dengan skor 396 dimana skor rata-rata OECD 496
dengan jumlah negara yang berpartisipasi dalam pisa 2009 dan 2012 sebanyak 65 negara (Hidayah,
2017). Dengan berdasar pada data tersebut dapat dinyatakan bahwa praktik pelaksanaan pendidikan
yang diselenggarakan di Indonesia belum menunjukkan bahwa sekolah berfungsi menjadi sebuah
organisasi belajar yang berusaha mewujudkan tujuan agar semua warga sekolah terampil membaca guna
mendukung untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Dengan melihat kondisi tersebut maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mengembangkan sebuah gerakan membaca dalam wadah Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang
melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan. GLS yang ditetappkan melalui
Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2013 ini bertujuan agar membantu siswa dalam meningkatkan
budaya membaca dan menulis di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan suatu usaha yang dilaksanakan secara menyeluruh
dan berkesinambungan serta berkelanjutan guna mewujudkan sekolah menjadi organisasi pembelajar
yang memiliki warga literat sepanjang hayat dengan melibatkan masyarakat (Sadli & Saadati, 2019).
Salah satu tujuan dari gerakan literasi sekolah ini adalah meningkatkan kesadaran siswa bahwa
membaca itu sangat penting serta membawa wawasan yang lebih luas (Dharma, 2013).
Menurut Rumengan & Talakua (2020), “minat belajar yang dimiliki siswa berbeda satu dengan
yang lainnya”. Minat belajar dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya penggunaan gadget
(Musariffah, 2018). Dapat disimpulkan bahwa minat adalah orang akan berusaha untuk mencapai tujuan
(Achru 2019). Jadi dari pengertian di atas adalah salah satu pendorong dalam keberhasilan belajar
adalah minat belajar terutama minat belajar yang tinggi. Minat belajar tidak muncul sendiri, tetapi ada
banyak faktor yang dapat mempengaruhi munculnya minat belajar, dan ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi minat belajar siswa antara lain: minat belajar dapat diperoleh melalui
pembelajaran, bahan pelajaran dan sikap guru, keluarga, teman pergaulan, lingkungan, cita-cita, media
massa dan fasilitas.
Minat belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek
potensi kemanusiaan saja. Dimyati dan Mudjiono (2006) mendefinisikan minat belajar sebagai hasil
interaksi antara belajar dan mengajar. Dari sudut pandang guru, kegiatan mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar. Dari sudut pandang siswa, minat belajar merupakan akhir pembelajaran
dan puncak pembelajaran. Minat belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SD GMIT Fatumnasi, kualitas akademik siswa SD
GMIT Fatumnasi kelas V dikategorikan standar, termasuk kemampuan literasi mereka. Sementara itu
masalah yang paling sering dihadapi adalah ketidakhadiran siswa. Seringkali siswa membolos bahkan
tidak hadir dari jam pelajaran pertama sampai jam pelajaran terakhir. Bahkan menurut orang tua, para
siswa seringkali berpamitan untuk pergi ke sekolah namun kenyataannya mereka tidak pergi ke sekolah,
melainkan bermain dengan temannya di luar lingkungan sekolah. Orang tua juga kurang menyadari
peran mereka dalam mendampingi siswa belajar di rumah sehingga seringkali PR siswa tidak
diselesaikan karena kurangnya monitor dari orang tua. Para guru telah melakukan upaya semaksimal
mungkin, mulai dari memberikan motivasi, mengadakan rapat bersama orang tua, hingga melakukan
perkunjungan ke rumah para siswa untuk mengatasi masalah ini. Meskipun demikian, belum ada
perubahan signifikan sesuai yang diharapkan.
SD GMIT Fatumnasi merupakan salah satu lembaga pendidikan dasar yang ada di wilayah desa
Fatumnasi, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan. SD GMIT Fatumnasi memiliki 6
rombongan belajar, 3 guru PNS, 6 guru honor, dan 70 siswa. Sebagai lembaga pendidikan dasar, SD
GMIT Fatumnasi memiliki peran besar dalam mempersiapkan generasi penerus masyarakat desa
Fatumnasi demi pengembangan potensi sumber daya manusia dari desa ini. Sejak didirikan pada tahun
Kondisi ini merupakan masalah yang perlu dikaji dari berbagai segi agar bisa ditemukan solusi
yang tepat. Mengingat SD GMIT Fatumnasi adalah salah satu lembaga pendidikan dasar yang memiliki
peran penting dalam membentuk generasi penerus masyarakat Desa Fatumnasi, maka perlu ada
pendekatan khusus dalam mengurangi angka ketidakhadiran siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka muncul upaya dalam meningkatkan minat belajar dan literasi
bahasa Siswa melalui pembuatan sudut baca bagi siswa kelas V SD GMIT Fatumnasi. Oleh karena itu
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Meningkatkan Minat Belajar dan Literasi Bahasa Siswa
melalui Pembuatan Sudut Baca Bagi SD GMIT Fatumnasi.

TINJAUAN PUSTAKA
Minat Belajar

Dalam proses pembelajaran, minat belajar merupakan salah satu aspek krusial yang perlu
diperhatikan oleh guru sebagai pendidik. Menurut Syardiansah (2016), pencapaian hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa karena adanya dorongan minat yang timbul
dari kebutuhan dan keinginan siswa. Sementara itu, Lakapu (2020) menambahkan bahwa tinggi atau
kurangnya motivasi yang dimiliki oleh masing-masing siswa sangat mempengaruhi dalam pencapaian
hasil belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi akan merasa terdorong untuk belajar, sedangkan
siswa yang kurang motivasi dalam belajarnya akan mempengaruhi proses belajar dan mengalami
hambatan dalam peningkatan hasil belajarnya. Inilah mengapa penting bagi seorang guru untuk
melakukan analisis kebutuhan siswa sebelum melaksanakan pembelajaran.
Minat memiliki suatu peranan penting dalam kehidupan sesorang. Minat sangat mempengaruhi
aktivitas, sikap, perilaku dan tindakan seseorang. Minat merupakan sebuah ketertarikan terhadap sesuatu
hal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia minat adalah “kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu, nafsu dan keinginan”. Minat adalah keinginan yang berasal dari hati itu sendiri. Selain itu,
Sardiman (2016:76) menyatakan bahwa “minat diartikan sebagai suatu situasi yang terjadi ketika
seseorang mempersepsikan ciri-ciri atau makna sementara dalam suatu situasi yang berkaitan dengan
keinginan atau kebutuhannya sendiri”. Tingkat minat seseorang mempengaruhi perilakunya. Indikator
minat belajar merupakan sebuah acuan pengukuran untuk mencari tahu minat belajar siswa (Slameto
2017). Terdapat beberapa unsur indikasi minat belajar yang dimiliki siswa dalam proses pembelajaran
baik di ruang lingkup sekolah maupun ruang lingkup keluarga. Indikator minat siswa sebagai berikut:
rasa suka dan ketertarikan terhadap hal uang dipelajari, Keinginan siswa untuk belajar, Perhatian
terhadap belajar, Keantusiasan serta partisipasi dan keaktifan siswa dalam belajar.
Pendapat berikutnya yaitu, tentang indikator yang dapat digunakan untuk mengukur minat siswa
menurut Komariyah dkk (2018: 3) menyebutkan kenyataan bahwa prestasi siswa akan lebih baik apabila
memiliki minat yang besar terhadap pelajaran yang diajarkan. Jika masalah pendidikannya adalah siswa
kurang belajar, kondisi ini menghambat tercapainya tujuan pembelajaran yaitu tercapainya perubahan
kognitif, afektif dan psikomotorik. Karena minat berhubungan dengan belajar, maka guru hendaknya
lebih memperhatikan minat belajar siswa.
Seseorang yang telah mempunyai minat belajar dapat dilihat dari antusiasnya yang dimiliki dalam
mengikuti pembelajaran. Minat belajar seseorang tidak selalu stabil, tetapi selalu berubah. Oleh karena
itu, harus diarahkan dan dikembangkan kepada suatu pilihan yang ditentukan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi minat tersebut. Menurut Mashudi & Baskorowati (2015 : 85-86), menjabarkan minat
seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal berikut ini: Faktor kebutuhan dari dalam, kebutuhan yang
berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan, faktor motif sosial. Tumbulnya minat dalam diri seseorang
di dorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari
lingkungan dimana seseorang berada faktor emosional. Faktor ini mengukur intensitas perhatian
seseorang terhadap pelajaran, sehingga ia lebih termotivasi untuk giat menjalani dan mempelajarinya.
Berdasarkan definisi minat belajar tersebut dapat disampaikan bahwa minat belajar adalah tingkat
kemanusiaan siswa dalam menerima, menolak serta menilai informasi-informasi dalam proses belajar
mengajar minat belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari metari
mengalami proses belajar mengajar. Minat belajar siswa dapat kita ketahui setelah diadakan evaluasi.
Salah satu bentuk minat belajar yang diupayakan diraih melalui bidang pendidikan adalah tingkat belajar
siswa.
Achru P (2019) menyatakan bahwa minat terbentuk dari berbagai unsur antara lain perasaan,
kesenangan, kecenderungan hati, dan keinginan yang tidak disengaja yang sifatnya aktif untuk
menerima sesuatu dari luar (lingkungan). Minat memberi stimulus kepada seseorang untuk berusaha
mencapai tujuannya sehingga dikategorikan sebagai salah satu aspek psikis manusia yang dapat
mendorong untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, minat belajar terbentuk dari kondisi yang
menyenangkan sehingga siswa sadar akan kebutuhan dan keinginan mereka terhadap proses
pembelajaran, tanpa adanya paksaan atau perasaan tertekan. Dengan mempertimbangkan aspek
pembentuk minat belajar, maka guru perlu menciptakan situasi maupun lingkungan belajar yang
menyenangkan agar minat siswa dapat terbentuk.
Ada tiga hal yang menurut W. Olson (dalam Syardiansah 2016) dapat memupuk dan
meningkatkan minat belajar yaitu:
1. Perubahan dalam lingkungan, kontak, bacaan, hobi dan olahraga, pergi berlibur ke
lokasi yang berbeda-beda. Mengikuti pertemuan yang dihadiri oleh orang-orang yang
harus dikenal, membaca artikel yang belum pernah dibaca dan membawa hobi dan
olahraga yang beraneka ragam, hal ini akan membuat lebih berminat.
2. Latihan dan praktek sederhana dengan cara memikirkan pemecahan- pemecahan
masalah khusus agar menjadi lebih berminat dalam memecahkan masalah khusus
agar menjadi lebih berminat dalam memecahkan persoalan-persoalan.
3. Membuat orang lain supaya lebih mengembangkan diri yang pada hakekatnya
mengembangkan diri sendiri.
Literasi Bahasa

Literasi didefinisikan sebagai melek aksara, kemampuan untuk memahami teks,


kemampuan membaca dan menulis, dan kemampuan memahami simbol-simbol bahasa yang
digunakan manusia dalam berkomunikasi (Untari, 2017, Mardliyah 2019, dan Wulandari 2021).
Seiring berjalannya waktu, definisi literasi berkembang dan tidak hanya mencakup bidang
bahasa, melainkan mencakup berbagai bidang seperti yang disebutkan oleh Suragangga (2017)
yaitu literasi dini, dasar, perpustakaan, media, teknologi, dan visual.
“Literasi dini merupakan kompetensi menyimak dengan memahami penggunaan bahasa
lisan di lingkungannya. Literasi dasar meliputi kompetensi berbahasa Indonesia (menyimak,
membaca, berbicara dan menulis), berhitung, dan berpikir kritis. Literasi perpustakaan yakni
kegiatan membedakan buku bacaan bergenre fiksi dan non fiksi sampai mempunyai wawasan
kognitif dalam mengetahui benar informasi dalam menyelesaikan suatu karya tulis atau
penelitian. Literasi media yaitu mengetahui perbedaan bentuk media dan memahami maksud
penggunaannya. Literasi teknologi merupakan kemampuan memahami komponen teknologi
beserta penggunaannya. Literasi visual adalah literasi tingkat lanjut dari literasi media dan
literasi teknologi dengan mengembangkan kemampuan belajar visual dan audiovisual. (Yuliana,
Wikanengsih, dan Kartiwi, 2020. Hal. 244)”

Literasi adalah kemampuan mengakses, memahami dan menggunakan sesuatu dengan


tepat melalui kegiatan membaca, menulis, menyimak atau berbicara (Budiharto, Triyono, &
Suparman, 2018). Pendapat lain menyatakan bahwa Literasi adalah keahlian yang
berhubungan dengan kegiatan membaca, menulis, dan berfikir yang berfokus untuk
peningkatan kemampuan memahami informasi secara kritis, kreatif dan inovatif (Suyono,
Harsiati, & Wulandari, 2017). Literasi bukan hanya sekedar membaca dan menulis tetapi
meliputi keterampilan berfikir kritis memanfaatkan sumber pengetahuan yang berbentuk cetak,
visual, maupun digital.
Salah satu program yang dijalankan pemerintah adalah Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa yang diintegrasikan dengan
kurikulum pembelajaran (Mutia, Atmazaki, & Nursaid, 2018). Upaya pemerintah dalam
meningkatkan kemampuan literasi adalah dengan mengeluarkan Permendikbud Nomor 23
Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
Menurut Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud (2020), melalui program
Indonesian National Assessment Program (INAP) atau Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia
(AKSI) pada tahun 2016, Puspendik Kemendikbud melakukan uji keterampilan membaca,
matematika, dan sains siswa SD kelas IV dan hasilnya menunjukkan bahwa dalm bidang
membaca, 46,83% siswa di Indonesia dalam kategori kurang, 47,11% dalam kategori cukup,
dan hanya 6,06% dalam kategori baik. Hal ini membuktikan bahwa siswa di Indonesia masih
memiliki kemampuan literasi yang rendah. Oleh karena itu, pemerintah mencanangkan program
Gerakan Literasi Sekolah sejak Maret 2016 demi perbaikan kondisi tersebut.
Sebagai program pemerintah yang memiliki sasaran ekosistem sekolah pada jenjang
pendidikan dasar dan pendidikan menengah, Gerakan Literasi Sekolah mengacu pada 4
Nawacita Kemendikbud, yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat
Indonesia; meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya; melakukan
revolusi karakter bangsa; dan memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia. Dengan demikian, tujuan Gerakan Literasi Sekolah antara lain:
1. Menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran berbudaya literasi.
2. Membentuk warga sekolah yang literat dalam hal:
a. baca tulis,
b. numerasi,
c. sains
d. digital
e. finansial
f. budaya dan kewargaan

Sudut Baca
Sudut baca merupakan sebuah tempat yang terletak di sudut ruangan yang dilengkapi
dengan koleksi buku (Safaat 2019). Tujuan pembentukan sudut baca adalah untuk mendekatkan
perpustakaan kepada pembaca sehingga pembaca memiliki kebiasaan dan frekuensi membaca
yang lebih tinggi karena sumber bacaan semakin dekat dengan lokasi pembaca. Peran sudut
baca disebutkan oleh Maulida (dalam Safaat 2019) antara lain sebagai:
1. Media atau jembatan yang menghubungkan antara sumber informasi dan ilmu
pengetahuan yang terkandung didalam koleksi pustaka.
2. Lembaga untuk membangun minat baca kegemaran membaca, kebiasaan
membaca dan budaya membaca melalui penyedia berbagai bahan bacaan sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.
3. Fasilitator, mediator, motivator bagi masyarakat yang ingin mencari,
memanfaatkan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.
4. Agen perubahan, agen pengembangan dan agen kebudayaan manusia.
5. Lembaga pendidikan non formal bagi anggota masyarakat. Memungkinkan
masyarakat belajar mandiri, melakukan penelitian, menggali dan memanfaatkan
informasi dan ilmu pengetahuan.
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia (2016) menyebutkan
bahwa salah satu tujuan sudut baca adalah untuk menumbuhkan minat baca masyarakat.
Dengan demikian, sudut baca dapat digunakan sebagai stimulus bagi siswa di sekolah dasar
agar semakin giat membaca sehingga secara tidak langsung mendorong minat belajar mereka.
Kemendikbud (2016) juga menambahkan tahap-tahap membuat sudut baca antara lain:
a. Menyediakan sebagian area di untuk menyimpan koleksi bahan pustaka;
b. Merancang denah penempatan dengan memperhatikan pencahayaan, sirkulasi
udara, keamanan dan kenyamanan pegawai dan pengunjung;
c. Merancang model penataan koleksi bahan pustaka dengan menyediakan tempat
atau rak koleksi yang cukup, kuat, dan aman dan menentukan, memilah, dan
menyediakan jenis koleksi bahan pustaka yang akan ditempatkan di sudut baca
ruangan;
d. Melengkapi koleksi bahan pustaka di sudut baca ruangan;
e. Menata koleksi bahan pustaka pada tempat atau rak yang telah disediakan dan
menyiapkan buku rekap baca;
f. Koleksi sudut baca ruangan sebaiknya selalu diperbarui untuk mempertahankan
minat baca pegawai dan pengunjung minimal satu bulan sekali.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa sudut baca cukup berhasil dalam mendukung
program gerakan literasi sekolah yang dicanangkan oleh pemerintah. Maytawati (2019)
menyatakan bahwa sudut baca memenuhi kebutuhan informasi siswa secara efektif. Sejalan
dengan ini, Ramandanu (2019) menambahkan bahwa sudut baca mampu menumbuhkan minat
baca siswa.

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan secara
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha
menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, dengan tujuan
menggambarkan secara sistematis, fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat.
Setting Penelitian ini dilaksanakan di SD GMIT Fatumnasi. Alasan peneliti memilih
karena peneliti bertugas di SD GMIT Fatumnasi dan sudah terdapat sudut baca, terutama di
kelas V.
Dalam pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara antara lain adalah :
1. Interview
Teknik interview menurut Mardalis adalah suatu proses tanya jawab lisan antara dua
orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan
mendengarkan.
2. Observasi (pengamatan)
Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melihat dengan
mengamati secara langsung objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek
tersebut. Kegiatan observasi meliputi pengamatan dan pencatatan secara sistematis kejadian-
kejadian, pelaku, maupun objek yang dilihat serta hal-hal lain diperlukan dalam penelitian yang
sedang dilakukan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditunjukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian,
meliput buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan, kegiatan, serta hal-hal yang
relevan dengan eksperimen itu.
Teknik yang biasanya digunakan para peneliti untuk mengumpulkan data adalah
wawancara mendalam, observasi, dan pengumpulan dokumen (Afrizal, 2017)
1) Wawancara yaitu suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara
langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap
tentang topik yang diteliti
2) Observasi peneliti untuk mengetahui sesuatu yang sedang terjadi atau yang
sedang dilakukan merasa perlu untuk melihat sendiri, mendengarkan sendiri atau merasakan
sendiri.
3) Dokumentasi, para peneliti mengumpulkan bahan tertulis seperti berita di media,
notulen-notulen rapat, surat menyurat dan laporan-laporan untuk mencari informasi yang
diperlukan
Dalam penelitian ini, mengunakan teknik penelitian kualitatif. Data yang telah di
kumpulkan baik melalui wawancara mendalam, pengamatan maupun pencatatan dokumen di
kumpulkan dan di analisa dengan membuat penafsiran. Proses analisis data dalam penelitian ini
atau dalam menggunakan metode kualitatif yakni di lakukan pada waktu bersamaan dengan
proses pengumpulan data berlangsung.
Adapun menurut (Huberman & Miiles, 1992:2) analisis data dapat dilakukan dengan
tiga alur, yakni :
1. Penyajian Data
Data penelitian kualitatif, dimana penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
teks yang bersifat naratif.
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses seleksi pemfokusan, penyederhanaan data yang kasar
yang muncul dari catatan tertulis di lapangan yang mengatur data sedemikian rupa. Mereduksi
data dengan cara merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan hal-hal yang penting dan
membuang hal-hal yang dianggap kurang penting.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan yaitu suatu kegiatan yang dikonfigurasi secara utuh. Kesimpulan-
kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat
pemikiran kembali dari peneliti selama menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan
lapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di SD GMIT Fatumnasi di kelas V pada semester genap tahun
pelajaran 2022/2023. SD GMIT Fatumnasi adalah salah satu sekolah yang masuk ke dalam
wilayah Timor Tengah Selatan. Sarana dan prasarananya mencukupi dengan jumlah siswa dan
guru yang seimbang. Siswa perempuan di sekolah ini lebih banyak jumlahnya daripada siswa
laki-laki, begitu juga dengan guru honorer yang lebih banyak disetiap kelas dibandingkan
dengan guru PNS. Pojok baca ini adalah salah satu bentuk usaha yang dilakukan oleh pihak
sekolah untuk meningkatkan minat baca siswa pada SD GMIT Fatumnasi. Dengan adanya
pojok baca ini guru maupun siswa akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan
siswa dapat menggunakan pojok baca disaat waktu luang untuk membaca tanpa harus merasa
kesulitan untuk mendapatkan buku karena di SD GMIT Fatumnasi belum memiliki
perpustakaan yang memadai.
Penelitian ini dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 29-31 Maret 2023, lalu sempat
terhenti dikarenakan libur ramadhan dan Idul Fitri, maka dilanjutkan lagi pada tanggal 18-20
Mei 2023. Peneliti mewawancarai 2 orang guru yang mengajar di kelas V (guru bahasa
Indonesia dan guru agama), serta wali kelas V. Kemudian peneliti melakukan penyebaran
angket kepada 30 responden. Berikutnya untuk memperkuat hasil wawancara peneliti juga
melakukan observasi kepada guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung dalam
menggunakan pojok baca serta mengobservasi keadaan pojok baca di kelas tersebut.
PEMBAHASAN
1. Pembuatan Sudut Baca di SD GMIT Fatumnasi
Pembuatan sudut baca di SD GMIT Fatumnasi sudah berjalan, walaupun buku-buku yang
disediakan masih belum mencukupi tetapi peningkatan kualitas dan pemanfaatan tetap
dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Sebelum
pelajaran dimulai, guru mengadakan kegiatan membaca selama kurang lebih 15 menit diawal
pembelajaran setiap harinya, kegiatan ini dilakukan sebelum pembelajaran dimulai. Siswa-siswi
masuk ke kelas kemudian membaca doa bersama, dan barulah membaca bersama selama 15
menit, setelah itu, kemudian pembelajaran dimulai. Pada awal kegiatan ini banyak siswa yang
masih malas dan tidak tertarik untuk membaca, karena mereka masih terbiasa bermain bersama
temannya sampai bel berbunyi sebelum pembelajaran dimulai. Membutuhkan waktu yang
lumayan lama untuk membiasakan siswa melakukan kegiatan ini. Sudut baca yang ada
bertujuan untuk memicu rasa suka dan ketertarikan siswa dalam membaca buku. Dengan rasa
suka tersebut siswa akan lebih sering mengunjungi sudut baca untuk meningkatkan minat baca.
Hal ini sesuai dengan ungkapan Morrow yang mengatakan bahwa: tujuan sudut baca adalah
agar memudahkan siswa untuk mencari informasi dan menumbuhkan minat membaca pada
siswa ( Morrow, 2014).
2. Pemanfaatan Sudut Baca Untuk Meningkatkan Literasi Bahasa Dan Minat
Belajar Pada Anak
Timbulnya minat terhadap suatu objek ditandai dengan adanya rasa senang atau tertarik.
Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih
menyukai sesuatu dari pada yang lainnya, tetapi juga dapat diimplementasikan melalui
partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Seperti yang ada di SD GMIT Fatumnasi. Dalam
kegiatan membaca, peneliti melihat minat siswa sangat antusias dan senang dalam membaca di
sudut baca. Pada saat proses pembelajaran guru memberikan dorongan kepada siswa untuk
meningkatkan minat baca. Salah satunya dengan mengunjungi sudut baca untuk membaca
atau meminjam buku yang disukai. Pada akhirnya, secara perlahan siswa-siswi menyukai
kegiatan mebmaca melalui sudut baca ini. Minat membaca siswa ditandai dari keaktifan
siswa dalam mengunjungi sudut baca untuk membaca dan meminjam buku yang ada di sudut
baca. Artinya, siswa telah memanfaatkan fasilitas sudut baca.
Hal diatas sesuai dengan teori yang berpendapat bahwa minat merupakan dorongan
untuk memahami kata demi kata dan isi yang terkandung dalam teks bacaan tersebut, sehingga
pembaca dapat memahami hal-hal yang dituangkan dalam bacaan itu. Tampubolon dalam
Dalman (2013) menjelaskan bahwa minat baca adalah kemauan atau keinginan seseorang untuk
mengenali huruf untuk menangkap makna dari tulisan tersebut.
Prasetyono menambah rasa keingintahuan atas perhatian (attention) terhadap suatu
objek dapat menimbulkan rasa ketertarikan atau menarik minat pada suatu (interest). Rasa
ketertarikan akan menimbulkan rangsangan atau keinginan (desire) untuk melakukan
sesuatu (membaca). Keinginan yang tinggi dalam diri seorang anak akan menimbulkan gairah
untuk terus membaca untuk memenuh kebutuhan (action), sehingga anak selalu berusaha untuk
mendapatkan bacaan untuk memenuhi kebutuhannya. Pelaksanaan pemanfaatan sudut baca
dalam meningkatkan minat baca siswa di SD GMIT Fatumnasi dilaksanakan dengan beberapa
cara diantaranya:
a) Penyusunan buku harus rapi dan menarik.
b) Adanya buku bacaan cerita atau nonfiksi.
c) Penyusunan tata ruang harus sesuai.
d) Motivasi dan dorongan oleh guru kepada siswa untuk selalu membaca
Setelah beberapa cara yang telah dilakukan oleh guru, cara tersebut sudah diterapkan oleh
guru agar dapat menumbuhkan minat baca siswa, dengan adanya cara tersebut terdapat
perubahan pada siswa yang sebelumya mau berkunjung ke sudut baca hanya karna ditugaskan
guru, tetapi dengan adanya cara tersebut siswa ada kemauan berkunjung ke sudut baca untuk
menambah wawasan dengan membaca, dan mencari buku dalam mengerjakan tugas. Ada
beberapa cara guru yang dapat membantu siswa untuk memanfaatkan sudut baca kelas, antara
lain:
a) Membuat dan menyepakati peraturan untuk mengunakan/membaca koleksi buku di sudut
baca kelas.
b) Mengembangkan bahan karya teks (printh rich materials), berupa karya siswa dalam
pembelajaran di kelas, program sekolah, dan memajangnya.
c) Mengajak siswa memilih buku untuk dibaca mandiri atau dibacakan nyaring oleh
guru dalam kegiatan 15 menit membaca sebelum pembelajaran dimulai.
Mengingat membaca merupakan dasar bagi seseorang memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan pembentukan sikap. Maka membiasakan membaca 15 menit merupakan
langkah penting untuk menumbuhkan kebiasan atau budaya membaca siswa. Seperti yang
diterapkan pada SD GMIT Fatumnasi.
Alasan dilakukan kegiatan ini ialah untuk menanamkan pembiasaan membaca buku pada
siswa, karena saat ini Indonesia merupakan salah satu negara dengan minat baca yang rendah.
Dalam memanfaatkan sudut baca untuk meningkatkan minat baca siswa, ada beberapa factor
yang menghambat pemanfaatan sudut baca diantaranya ialah kurangnya tempat untuk membuat
sudut baca lebih banyak di setiap kelas dan sedikitnya jenis buku yang disediakan. Hal ini sangat
disayangkan, dengan kurangnya jenis buku yang ada maka siswa akan cepat merasa bosan
dengan buku yang hanya itu saja.

3. Upaya Guru Kelas V Dalam Pemanfaatan Sudut Baca Untuk Menumbuhkan Minat
Belajar Dan Literasi Bahasa Siswa
Sudut baca merupakan sebuah ruangan yang terletak disudut kelas yang dilengkapi
dengan koleksi buku dan berperan sebagai perpanjangan fungsi perpustakaan. Melalui sudut baca
siswa dilatih untuk membiasakan membaca buku, sehingga menjadikan siswa gemar membaca.
Sudut baca didesain dengan tampilan yang menarik sehingga siswa lebih berminat untuk
membaca buku tersebu (Kemendikbud, 2016:13) Adanya sudut baca siswa lebih mudah untuk
membaca buku yang mereka inginkan tanpa harus berkunjung ke perpustakaan terlebih dahulu.
Upaya guru dalam pemanfaatan sudut baca di kelas V SD GMIT Fatumnasi mendapatkan
hasil yang cukup memuaskan. Siswa menjadi lebih gemar dalam membaca, siswa juga akan
membaca buku tanpa diminta oleh guru maupun membaca disaat ada tugas saja. Banyaknya
upaya yang telah dilakukan oleh guru membuahkan hasil dalam proses menumbuhkan minat
baca siswa
Setelah dilakukannya penelitian, peneliti menemukan temuan tentang bagaimana upaya
guru dalam pemanfaatan sudut baca untuk menumbuhkan minat baca siswa di kelas V SD GMIT
Fatumnasi. Maka ada beberapa temuan penelitian yaitu sebagai berikut:
a) Mendorong anak bercerita tentang apa yang telah dibacanya
Upaya guru dalam menumbuhkan minat baca siswa dengan berbagai cara telah ia lakukan
termasuk mendorong anak untuk menceritakan kembali isi dari bacaan yang telah dibacanya.
Untuk melihat sejauh mana pemahaman anak tentang pengetahuan yang telah dibaca tersebut
Siswa sangat perlu dorongan berupa support maupun arahan dari guru untuk lebih gemar
dalam membaca, membaca buku tidak sekedar habis dibaca lalu ditutup saja. Jadi dalam
menumbuhkan minat baca guru tidak hanya meminta siswa membaca buku lalu menutupnya
kembali, namun siswa harus diminta berani untuk menceritakan kembali isi buku yang telah ia
baca. Dengan begitu siswa akan sunguh-sungguh dalam membaca dan mengingat apa yang telah
ia baca.
b) Tukar buku dengan teman
Salah satu upaya untuk menumbuhkan minat baca siswa yaitu dengan menukarkan buku
yang telah ia baca dengan buku teman maupun kerabat. Berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan bahwa minat baca peserta didkk tumbuh setelah menukarkan buku dengan temanya.
Hal tersebut dikarenakan siswa menjadi lebih berpeluang untuk membaca buku yang telah
diinginkan dan siswa lebih kaya akan pengetahuan
c) Menyediakan buku yang menarik minat baca siswa
Pada dasarnya siswa tingkat Sekolah Dasar masih berada difase mudah bosan, dengan
begitu siswa perlu banyak referensi buku yang berbeda-beda untuk dibacanya. Tidak hanya buku
cerita saja tetapi juga harus memuat buku pembelajaran
d) Menyediakan waktu membaca
Tanda minat baca siswa telah tumbuh ialah dengan melihat bahwa siswa membaca tanpa
diminta, dan siswa meluangkan waktu untuk membaca disaat waktu luang
Sebagaimana yang didapat oleh penulis ketika penelitian di SD GMIT Fatumnasi, peneliti
menyimpulkan bahwa ditemukannya siswa yang sedang membaca disaat jam kosong maupun
jam istirahat. Oleh karena itu usaha guru dalam menumbuhkan minat baca siswa dengan
memanfaatkan sudut baca mampu dijalankan oleh siswa
e) Memberi Hadiah
Memberikan hadiah atau reward sebagai tanda suatu penghargaan atas prestasi yang telah
dimliki menjadi kebahagian tersendiri untuk siswa Sebagaimana yang didapat oleh penulis ketika
melakukan penelitian di SD GMIT Fatumnasi, peneliti menyimpulkan dari temuan-temuannya
bahwa guru selalu berupaya memberikan hadiah kepada siswa, agar anak selalu bersemangat
dalam membaca buku.

4. Kendala-Kendala Dalam Menumbuhkan Minat Baca Dengan Memanfaatkan Sudut


Baca Di SD GMIT Fatumnasi
a) Minimnya ruangan kelas
Minimnya ruangan kelas menjadi salah satu kendala dalam pemanfaatan sudut baca di
SD GMIT Fatumnasi. Karena sebaiknya di dalam penataan ruang harus merancang denah
penempatan dengan memperhatikan pencahayaan, sirkulasi udara, keamanan dan kenyamanan
siswa.
b) Kurangnya variasi buku atau keterbatasan buku
Kurangnya minat baca pada anak bisa juga karena tidak ada atau kurangnya sarana untuk
kegiatan tersebut. Dirumah orang tua mungkin kurang menyediakan buku-buku bacaan
berkualitas sehingga anak tak diperkenalkan dengan kegiatan membaca.
c) Siswa yang tidak suka membaca
Lamb dan Arnold (dalam Rahim, 2005:17) mengatakan bahwa walaupun tidak
mempunyai gangguan pada alat penglihatannya beberapa anak mengalami kesukaran belajar
membaca. Hal itu dapat terjadi karena belum berkembangnya kemampuan mereka dalam
membedakan simbol-simbol cetakan, seperti huruf-huruf, angka-angka, dan kata-kata, misalnya
anak belum bisa membedakan b, p, dan d. perbedan pendengaran (auditory discrimination)
adalah kemampuan mendengarkan kemiripan dan perbedaan bunyi bahasa sebagai faktor penting
dalam menentukan kesiapan membaca anak.

5. Upaya Mengatasi Kendala Dalam Menumbuhkan Minat Baca Siswa Dengan


Memanfaatkan Sudut Baca
a) Mendekorasi sudut baca dengan rapi dan indah
Sudut baca didesain dengan tampilan yang menarik sehingga siswa lebih berminat untuk
membaca buku tersebut, bahan dasar yang digunakan untuk membuat sudut baca menggunakan
alat dan bahan yang sederhana sehingga tidak membutuhkan dana yang terlalu besar. Bahan
dasar yang digunakan yaitu meja yang tidak terpakai yang ada di belakang kelas. Meja tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai pojok baca untuk meminimalisir pengeluaran dan memanfaatkan
bahan yang tidak terpakai di kelas (Hamid, 2015)
b) Pihak sekolah menaikan anggaran perpustakaan
Sebagai solusi atau permasalahan penyebab rendahnya minat baca terutama pada anak
dan remaja ini perlu dilakukan kerja sama antara pihak-pihak terkait seperti pemerintah, para
pendidik, juga orang tua.
c) Memberikan motivasi dan dorongan
Anak-anak usia sekolah sangat membutuhkan dorongan dan semangat dari orang tua
maupun guru mereka. Berikan motivasi kepada anak dan jelaskan kepada mereka pentingnya
kegiatan ini, sehingga mereka akan semakin paham akan manfaat membaca.

KESIMPULAN
Dari beberapa permasalahan yang peneliti kemukakan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulkan antara lain:
1. Upaya guru dalam memanfaatkan sudut baca untuk menumbuhkan minat baca siswakelas V
dengan berbagai cara yaitu yang pertama dengan mendorong anak bercerita tentang apa yang
telah dibacanya, setelah bercerita anak diminta untuk tukar buku dengan teman, setelah itu
guru menyediakan buku yang menarik minat baca peserta didik, lalu menyediakan waktu
membaca dan yang terakhir yaitu memberikan reward atau memberikan hadiah.
2. Kendala yang dihadapi guru dalam menumbuhkan minat baca siswadengan memanfaatkan
sudut baca adalah minimnya ruangan kelas, kurangnya variasi buku atau keterbatasan buku,
dan siswayang tidak suka membaca.
3. Upaya untuk mengatasi kendala dalam menumbuhkan minat baca dengan memanfaatkan
sudut baca adalah dengan mendekorasi sudut baca dengan rapi dan indah agar
ketidaknyamanan siswa bisa tertutupi, menaikan anggaran perpustakaan, dan memberikan
motivasi serta dukungan kepada siswa tersebut

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengelolaan sudut baca di lingkungan sekolah dalam
menumbuhkan budaya literasi pada siswa SD GMIT Fatumnasi maka peneliti menyarankan agar:
1. Memberikan fasilitas yang memadai terutama koleksi yang ada disudut baca perlu
diperbarui satu bulan sekali.
2. Memajang koleksi buku seperti buku komik atau buku cerita.
3. Siswa perlu menjaga kebersihan pada area sudut baca tidak membuang sampah agar
pengujung nyaman pada saat berkunjung disudut baca
4. Menata ruangan sudut baca sebaik-baiknya agar dapat menarik daya tarik siswauntuk lebih
rajin berkunjung ke sudut baca.
5. Mengganti bahan bacaan yang ada di sudut baca tiap bulan dengan buku yang berbeda-
beda.

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2017. Metode Penelitian Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung Pengguna


Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Depok: Rajawali Pers
Andi Achru P. (2019). Pengembangan Minat Belajar Dalam Pembelajaran. Jurnal Idaarah,
Vol. Iii, No. 2, Pp 205-215
Budiharto, Triyono, & Suparman. (2018). Literasi Sekolah Sebagai Upaya Penciptaan
Masyarakat Pebelajar Yang Berdampak Pada Peningkatan Kualitas Pendidikan. Ilmu
Sejarah, Sosial, Budaya Dan Kependidikan, 5(1), 153–166.
Dalman. 2017. Keterampilan Membaca. Jakarta: Rajawali pers
Dharma, K. B. (2013). Implementasi Gerakan Literasi Sekolah dalam Menumbuhkan
Minat Membaca SIswa di Sekolah Dasar. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Farida Rahim. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
Hamid, R. A. (Ed.). (2015). Kearifan Tempatan: Dari Lisan Ke Aksara Dan Media
(Penerbit USM). Penerbit USM.
Hidayah, A. (2017). Jurnal Penelitian dan Penalaran ( THE INFORMATION
LITERACY ) TIPE THE BIG6. Pena, 4, 623–635.
KEMENDIKBUD. (2016). Gerakan Literasi Untuk Tumbuhkan Budaya Literasi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Komariyah Siti., Afifah, D. S. N., & Resbiantoro, G. (2018). Analisis Pemahaman Konsep
dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Minat Belajar Siswa.
Sosiohumaniora. Vol.4, No. 1, February 2018.
Lakapu, P. A. 2020. Pengaruh Motivasi dan Sarana Sekolah Terhadap Hasil Belajar Siswa
Di Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Review Pendidikan Dasar: Vol 6, No 1.
Mardliyah, A. A. (2019). Budaya Literasi Sebagai Upaya Peningkatan Keterampilan
Berpikir Kritis di Era Industri Revolusi 4.0. Prosiding SNP2M (Seminar Nasional
Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat), 0, 171–176.
Mashudi, M., & Baskorowati, L. (2015). Estimasi Parameter Genetik pada Uji Keturunan
Alstonia Scholoris Umur Dua Tahun di GunungKidul Yogyakarta. Jurnal Pemuliaan
Tanaman Hutan.
Maytawati, G. H. (2019). Efektivitas Program Sudut Baca dalam Memenuhi Kebutuhan
Informasi Siswa SMP N di Surabaya. Skripsi Departemen Ilmu Informasi dan
Perpustakaan FISIP Universitas Airlangga.
Morrow, L. M. 2014. Relationships Between Literature Programs, Library Corner Designs,
and Children’s Use of Literature. Journal of Education Research. Vol 75(6), hal 339-
344.
Mutia, P., Atmazaki, & Nursaid. (2018). Implementasi aktivitas literasi di SMA Negeri
Batusangkar. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 7(3), 257–266.
Pemerintah Indonesia. Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Sekertariat Negara Republik Indonesia No. 4301. Jakarta.
Rahim, F. (2005). Pelaksanaan pengajaran membaca di kelas IV SD 08 Padang. Jurnal
Bahasa dan Seni, 33(1), 1-19.
Ramandanu, F. (2019). Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Melalui Pemanfaatan Sudut Baca
Kelas Sebagai Sarana Alternatif Penumbuhan Minat Baca Siswa. Jurnal Mimbar
Ilmu, Vol. 24 No. 1. 10-19.
Rohman, S. (2017). Membangun Budaya Membaca Pada Anak Melalui Program Gerakan
Literasi Sekolah. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 4(1), 151–174.
Rumengan, Y,. & Talakua, C. (2020). Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Mobile
Learning Berbasis Smartphone terhadap Minat Belajar Siswa SMA Negeri 1 Seram
Utara Barat. Jurnal BIOEDUN: Program Study Pendidikan Biologi, 10(2), 33-40.
Sadli, M., & Saadati, B. A. (2019). Analisis Pengembangan Budaya Literasi Dalam
Meningkatkan Minat Membaca Siswa Di Sekolah Dasar. TERAMPIL: Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 6(2), 151–164.
https://doi.org/10.24042/terampil.v6i2.4829
Safa’at. (2019). Peran Sudut Baca Dalam Upaya Meningkatkan Minat Baca Pegawai Dan
Pengunjung Di Lingkungan Kantor Kecamatan Kota Baru. Skripsi Jurusan Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab Dan Humaniora Uin Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Sardiman, A. M. (2016). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud. (2020). Desain Induk Gerakan Literasi
Sekolah. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Slameto, S. (2017). Peningkatan Kinerja Guru Melalui Pelatihan Beserta Faktor
Penentunya. Jurnal Pndidikan Ilmu Sosial, 27(2), 38-47.
Suyono, Harsiati, T., & Wulandari, I. S. (2017). Implementasi gerakan literasi sekolah
pada pembelajaran tematik di sekolah dasar. Suyono Titik Harsiati Ika Sari
Wulandari Universitas, 26(2), 116–123.
Syardiansah. (2016). Hubungan Motivasi Belajar dan Minat Belajar terhadap Prestasi
Belajar Mahasiswa. Jurnal Manajemen dan Keuangan, Vol.5, No.1,
Syardiansah. (2016). Hubungan Motivasi Belajar dan Minat Belajar terhadap Prestasi
Belajar Mahasiswa. Jurnal Manajemen dan Keuangan, Vol.5, No.1,
Untari, E. (2017). Pentingnya pembelajaran multiliterasi untuk mahasiswa pendidikan guru
sekolah dasar dalam mempersiapkan diri menghadapi kurikulum 2013. Wahana
Sekolah Dasar, 25(1), 16–22.
Wulandari, H. (2021). English Literacy Building through Bilingual Story: Children vs
Adults. Issues in Applied Linguistics: Research & Practice. Deepublish Publisher:
Yogyakarta.
Yuliana, S., Wikanengsih, dan Kartiwi, Y. M. (2020). Penguatan Literasi Berbahasa
Indonesia Dengan Gerakan Literasi Sekolah Pada Siswa SMP. Parole (Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) Volume 3 Nomor 3, p. 243-254

Anda mungkin juga menyukai