Anda di halaman 1dari 49

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA POP UP BOOK

TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA SISWA


KELAS III SD NEGERI KOMBO

PROPOSAL

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan

Program Sarjana (SI) Pendidikan

Oleh :

ANDI ASTRIYANI
NIM. 2020070321

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) TAMAN SISWA BIMA
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada dasarnya literasi merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari Dunia
pendidikan. Literasi menjadi sarana peserta didik dalam mengenal,
Memahami dan menerapkan ilmu yang didapat di bangku sekolah.
Kemampuan Berliterasi yang berkaitan erat dengan keterampilan membaca
peserta didik Berujung pada kemampuan memahami informasi secara
analisis, kritis dan Reflektif. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan
salah satu kebijakan yang Dicanangkan oleh pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan literasi tersebut. GLS Adalah “kegiatan atau usaha yang bersifat
partisipasi dengan melibatkan warga Sekolah dengan didukung kolaborasi
berbagai elemen upaya yang ditempuh Adalah untuk membiasakan siswa
untuk membaca” (Kemendikbud 2016:3). Ditjen Dikdasmen (2016:4)
menyatakan bahwa “kegiatan literasi memiliki manfaat Untuk meningkatkan
keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai Lebih baik lagi.
Materi baca berisikan nilai-nilai budi pekerti, berupa kegiatan Lokal, nasional
dan global yang disampaikan menurut tahap perkembangan Siswa”. Dengan
diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23
Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti merupakan salah Satu
terobosan yang dilakukan oleh pemerintah dalam mendorong minat baca
Masyarakat khususnya peserta didik. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuh
kembangkan minat baca serta meningkatkan keterampilan membaca peserta
didik. Suatu program yang dijalankan atau diberlakukan karena memiliki
tujuan yang Jelas. Hal ini sesuai dengan GLS yang bertujuan untuk
menumbuh kembangkan Budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan.
Menurut Antoro (dalam Salma dan Mudzanatun, 2019: 122)
membaca merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan Dalam kegiatan
berliterasi yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kemajuan Suatu
pendidikan. Pendidikan dapat dikatakan berhasil jika banyak anak yang
Gemar membaca, bukan karena mendapatkan nilai tinggi dalam pelajaran.
Membaca adalah salah satu kegiatan yang sangat penting dalam hidup.
Dengan Membaca siswa akan mendapatkan wawasan yang lebih luas,
gagasan yang Berkembang, dan kreativitas yang meningkat. Agar hal ini
dapat terwujud, maka Minat baca siswa perlu ditingkatkan.
Menurut Darmadi (dalam Faiza dan Sya’bani, 2020: 210) minat baca
merupakan suatu perasaan yang menunjukkan pada Kesukaan dan
ketertarikan yang berlebih dalam melaksanakan kegiatan membaca Yang
dilakukan tanpa adanya dorongan dari orang lain, melainkan dengan
Keingingan dan motivasi yang ada dalam diri individu yang disertai rasa
senang.
Namun, permasalahan yang terjadi saat ini di Indonesia yaitu
rendahnya minat Baca siswa. Hal ini didasarkan atas hasil uji yang dilakukan
oleh Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD-
Organization for Economic Cooperation and Development) dalam
Programme for Internasional Student Assesment (PISA) yang dikutip dalam
buku panduan gerakan literasi sekolah dasar. Hasil uji tersebut menunjukkan
pemahaman membaca siswa di Indonesia pada Tahun 2009 berada pada
peringkat ke-57 dengan skor 36 (skor rata-rata OECD 493), Sedangkan PISA
2012 menunjukkan siswa di Indonesia berada pada peringkat ke-64 dengan
skor 396 (skor rata-rata OECD 496). Ada 65 negara yang berpartisipasi
Dalam PISA 2009 dan 2012 (Faizah, 2016: 1). Selain dari hasil penelitian
tersebut, Rendahnya minat baca dapat disebabkan oleh beberapa hal. Menurut
Triatma (dalam Pradana, 2020: 94-104) rendahnya minat baca dapat
disebabkan oleh beberapa hal, Yaitu mahalnya harga buku dan keterbatasan
fasilitas perpustakaan. Dari Permasalahan yang telah dijelaskan dapat
diketahui bahwa rendahnya minat baca Di negara Indonesia mengharuskan
pemerintah untuk melakukan tindak lanjut Sebagai upaya dalam
meningkatkan minat baca.
Gerakan Literasi Sekolah” merupakan upaya untuk “menumbuhkan
Minat baca” di kalangan “siswa yang dikembangkan dalam peraturan menteri
Dan kebudayaan No. 23 tahun 2015 mengenai” penumbuhan “budi pekerti.
Berdasarkan peraturan tersebut, semua siswa diwajibkan untuk membaca
buku selama 15 menit sebelum” kelas “dimulai, dengan buku yang” bebas
untuk Dibaca tetapi juga harus mencantumkan unsur karakter. Kebanyakan
anak SD Membaca dongeng dan buku cerita rakyat karena “menghibur dan
mendidik Siswa SD. Kegiatan membaca selama 15 menit itu merupakan
proses Pembiasaan siswa agar mereka minat dalam hal membacanya. Namun
Kenyataannya ketika siswa” ditunggu oleh guru masih banyak siswa yang
Tidak ingin membaca buku, hanya buku itu di bolak “balik tanpa mengetahui
Isi bacaannya, namun rendahnya minat baca siswa bukan hanya membaca 15
Menit tetapi bisa juga dari rendahnya minat siswa dalam mengunjungi
Perpustakaan, dalam kenyataannya siswa lebih mementingkan untuk bermain
Dengan temannya dari pada berkunjung ke perpustakaan.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh
penulis Dengan guru literasi pada Selasa, 15 September 2023 di SD Negeri
Kombo Dapat diketahui bahwa minat baca siswa di SD Negeri Kombo
terutama pada Kelas IV sebelum dilaksanakannya Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) ini dapat Dikatakan rendah. Maka dari itu sekolah memberlakukan
kebijakan pemerintah Yaitu program Gerakan Literasi Sekolah. Pelaksanaan
program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dilaksanakan sejak tahun 2018
di SD Negeri Kombo Meliputi kegiatan sebagai berikut (1) Membaca buku
selama 15 menit sebelum Melaksanakan proses belajar-mengajar, (2)
Menyediakan pojok baca di setiap kelas, (3) Melaksanakan kegiatan rutin
setiap hari Sabtu untuk membaca buku selama 15 Menit bersama-sama di
lapangan sekolah dan menampilkan hasil bacaan dapat Berupa puisi, pantun,
mendongeng, dan lainnya. Program Gerakan Literasi Sekolah(GLS) yang
dilaksanakan tersebut merupakan salah satu upaya sekolah untuk meningkat
minat baca peserta didik. Akan tetapi, pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) belum dilaksanakan sesuai dengan tahapan yang ada yaitu tahap
Pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran. Dari tiga tahap
tersebut Terdapat dua tahap yang belum terlaksana dengan maksimal, yaitu
tahap Pengembangan dan tahap pembelajaran. Selain permasalahan tersebut,
ada juga Beberapa kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) seperti, ketersediaan buku yang masih kurang
memadai, beberapa Siswa tidak membaca melainkan hanya melihat-lihat
gambar yang terdapat pada Buku, dan masih ada siswa yang tidak mengikuti
aturan selama pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS), seperti bermain,
berbicara, dll. Kendala tersebut Menjadi perhatian bagi pihak sekolah. Maka
dari itu dengan tetep Memberlakukannya program Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) ini diharapkan dapat Mengatasi permasalahan yang timbul dan
diharapkan juga dapat meningkatkan Kemampuan dan minat baca siswa.
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan, maka penulis ingin
mengetahui Lebih dalam mengenai pengembangan program Gerakan Literasi
Sekolah Terhadap minat baca siswa kelas IV SD Negeri kombo melalui
penelitian Yang berjudul “Pengembangan program Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) Dengan menggunakan media pop up book untuk
meningkatkan minat baca siswa di kelas IV SD Negeri Kombo”.

B. Identitas Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat
Diidentifikasi permasalahan sebagai berikut.
1. Upaya mengembangkan Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
2. Kurangnya partisipasi warga sekolah dalam program Gerakan Literasi
Sekolah
3. Lingkungan yang menumbuhkan pembiasaan belum berjalan secara
Optimal
4. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya mengenai
membaca
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat lebih Fokus dan mendalam, maka penulis
Memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi. Oleh
karena Itu, pembahasan dalam penelitian hanya berkaitan dengan
pengembangan program Gerakan Literasi Sekolah dengan menggunakan
media Pop UP Book untuk meningkatkan minat baca Siswa.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SD
Negeri Kombo?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pengembangan
program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dalam upaya menumbuhkan
minat baca siswa dikelas IV SD Negeri Kombo?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengembangkan pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) Di SD Negeri Kombo
2. Untuk mengembangkan faktor pendukung pelaksanaan program Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) di SD Negeri Kombo
3. Untuk mengembangkan faktor penghambat pelaksanaan program Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) di SD Negeri Kombo

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat:
1. manfaat secara teoritis
Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan, terutama dalam meningkatkan pengetahuan literasi peserta
didik
2. Manfaat secara praktis
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Bagi peneliti.
Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan,
pengalaman dan Keterampilan serta wawasan berfikir penulis di
bidang penelitian tentang Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
b. Bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan bagi para guru dalam
meningkatkan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SD
Negeri Kombo
c. Bagi kepala sekolah
Sebagai dorongan untuk meningkatkan kelengkapan sarana
dan prasarana di Sekolah. Terutama sarana perpustakaan.
d. Bagi lembaga.
Penelitian ini bertujuan sebagai tambahan informasi tentang
bagaimana Implementasi program Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
e. Bagi siswa
Dengan adanya pengembangan Program Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) dengan menggunakan media Pop UP Book ini diharapkan
dapat meningkatkan minat baca Siswa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.Kajian Teori
1.Gerakan Literasi Sekolah ( GLS)
1.1 Pengertian Literasi
Pengertian literasi menurut Indarto (Astuti, 2018: 15) adalah suatu
kegiatan Yang meliputi kegiatan mengakses dan memahami dengan
melakukan macam-macam aktivitas seperti membaca, menulis dan praktik
sesuai dengan pengetahuan Dan hubungan sosial.
Sedangkan literasi menurut Kern (Hidayah, 2018: 7) Merupakan
berbagai kegiatan praktik, situasi sosial, historis, serta kultural yang
Digunakan dalam suatu kegiatan untuk menciptakan dan menafsirkan makna
Melalui teks.
Faizah, dkk (dalam Astuti, 2018: 16) mengutarakan pengertian literasi
dalam Konteks Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan keterampilan
seseorang dalam Mengakses, memahami, dan menggunakan suatu hal secara
cerdas yang dilakukan Melalui berbagai kegiatan, meliputi kegiatan membaca,
melihat, menyimak, Menulis, dan berbicara.
Dapat disimpulkan bahwa literasi merupakan kemampuan seseorang
yang Meliputi kemampuan membaca, menulis, menyimak, memahami,
mengakses, dan Menggunakan sesuatu dengan cerdas melalui berbagai
aktivitas. Literasi juga dapat Diartikan sebagai suatu kegiatan untuk
menciptakan dan menafsirkan makna Melalui teks yang berkaitan dengan
pengetahuan.
1.2 Pengertian Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Menurut Faizah, dkk (dalam Azmi, 2019: 13) Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) Adalah upaya menyeluruh yang melibatkan banyak publik untuk
mewujudkan Sekolah sebagai organisasi yang setiap warganya literat
sepanjang hayat.
Menurut Satrianto (dalam Purwo, 2017: 92) “Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) merupakan Sebuah upaya secara menyeluruh yang dilakukan sekolah
sebagai organisasi Pembelajar dan memiliki warga literat sepanjang hayat
melalui pelibatan publik”.
Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian Gerakan Literasi Sekolah
(GLS), Dapat disimpulkan bahwa Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah
upaya atau usaha Yang dilakukan menyeluruh untuk menjadikan sekolah
sebagai organisasi yang Memiliki warga literat sepanjang hayat melalui
pelibatan publik.

1.3 Tujuan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)


Suyono, dkk. (Burhan, dkk., 2020: 371) mengungkapkan tujuan dari
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yaitu menciptakan warga sekolah yang literat
agar mampu Memahami serta mengaplikasikan beragam teks di kehidupan
bermasyarakat.
Faizah (2016: 2) Gerakan Literasi Sekolah memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Tujuan Umum
Menumbuhkembangkan budi pekerti siswa serta menjadikan siswa
sebagai Pembelajar sepanjang hayat melalui pembudayaan ekosistem
literasi sekolah Yang diwujudkan dalam program Gerakan Literasi Sekolah
(GLS).
2) Tujuan Khusus
a) Menumbuhkan dan mengembangkan budaya literasi di sekolah.
b) Meningkatkan kecakapan warga dan lingkungan sekolah agar literan.
c) Menjadikan sekolah yang ramah lingkungan, serta sebagai taman
belajar Yang menyenangkan bagi warga sekolah agar dapat mengelola
pengetahuan Dengan baik.
d) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menyediakan berbagai
macam Buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) secara keseluruhan adalah untuk menciptakan
sekolah Sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga menjadikan
siswa yang Literan, serta dapat Menumbuhkembangkan budi pekerti siswa
agar dapat mengelola Dan mengaplikasikan pengetahuan baik di sekolah
maupun di kehidupan bermasyarakat.
1.4 Ruang Lingkup Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Menurut Faizah (2016: 3) ruang lingkung Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) di Jenjang Sekolah Dasar (SD) meliputi:
1) Lingkungan Fisik Sekolah
Lingkungan fisik sekolah ini terdiri dari fasilitas dan sarana pra sarana
literasi.
2) Lingkungan Sosial Dan Afektif
Lingkungan sosial dan afektif ini berupa dukungan dan keterlibatan
seluruh Warga sekolah secara aktif.
3) Lingkungan Akademik
Lingkungan akademik ini berupa program literasi yang dimana dalam
Pelaksanaannya memiliki peran dalam menumbuhkan minat baca dan
Menunjang kegiatan pembelajaran di SD.
1.5 Prinsip-prinsip Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Pada Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah yang dirancang langsung
oleh Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud (2017: 6) menjelaskan
bahwa ada 6 Prinsip-prinsip literasi sekolah, yaitu:
1) Sesuai dengan tahapan perkembangan siswa berdasarkan karakteristiknya.
2) Dilaksanakan secara seimbang. Artinya dilaksanakan dengan
menggunakan Beragam teks serta memperhatikan kebutuhan siswa.
3) Berlangsung secara terintegrasi dan holistik di semua area kurikulum.
4) Kegiatan literasi dilakukan secara berkelanjutan.
5) Melibatkan keterampilan berkomunikasi lisan.
6) Mempertimbangkan keragaman.
Beers (Wiedarti, 2019: 13-14) menjelaskan lebih rinci mengenai
prinsip-prinsip Gerakan Literasi Sekolah sebagai berikut:
1) Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat
Diprediksi Tahap perkembangan membaca dan menulis siswa dalam
belajar saling Beririsan antar tahap perkembangan. Dengan memahami
tahap perkembangan Literasi siswa dapat membantu sekolah dalam
memilih strategi pembiasaan dan Pembelajaran yang tepat dan sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan Mereka.
2) Program literasi yang baik bersifat berimbang Sekolah yang menerapkan
program literasi berimbang akan menyadari bahwa Tiap siswa memiliki
kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlunya Memvariasikan
strategi membaca dan jenis teks yang dibaca sesuai dengan jenjang
pendidikan. Program literasi yang bermakna dapat dilaksanakan Melalui
pemanfaatan bahan bacaan yang kaya akan ragam teks, seperti karya
Sastra untuk anak dan remaja.
3) Program literasi terintegrasi dengan kurikulum Pembiasaan dan
pembelajaran literasi di sekolah merupakan tanggung jawab Semua guru
di semua mata pelajaran, karena dalam pembelajaran mata pelajaran
Apapun membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Maka dari
itu,Diperlukannya pengembangan profesional guru dalam hal literasi
kepada Semua guru mata pelajaran.
4) Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun Misalnya, “menulis
surat kepada presiden”, atau “membaca untuk ibu “Merupakan contoh-
contoh kegiatan literasi yang bermakna.
5) Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan Kelas berbasis literasi
yang kuat diharapkan dapat menciptakan berbagai Kegiatan lisan, seperti
diskusi tentang buku selama melaksanakan pembelajaran Di kelas.
Kegiatan ini kemungkinan dapat memunculkan perbedaan pendapat
Sehingga kemampuan berpikir dapat diasah. Siswa perlu belajar untuk
Menyampaikan perasaan dan pendapatnya, serta saling mendengarkan, dan
Menghormati perbedaan pendapat.
6) Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman
Melalui kegiatan literasi diharapkan warga sekolah dapat menghargai
Perbedaan. Bahan bacaan untuk siswa perlu mencerminkan kekayaan
budaya Indonesia agar pengalaman multikultural dapat terekspos oleh
mereka.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) sangat memperhatikan tahapan perkembangan
setiap siswa Dan menghargai setiap keberagaman dan perbedaan yang ada
pada siswa. Hal ini Berguna bagi pihak sekolah dalam memilih kegiatan
pembiasaan, pengembangan Dan pembelajaran literasi yang sesuai dengan
kebutuhan siswa sehingga Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
dapat dijadikan sebagai kegiatan yang Dapat mengasah kemampuan
literasi siswa terutama kemampuan membaca dan
Menulis.
1.6 Tahap-tahap Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dilaksanakan dengan
memperhatikan Kesiapan seluruh sekolah di Indonesia. Kesiapan ini meliputi
kesiapan kapasitas Sekolah (ketersediaan bahan bacaan, ketersediaan fasilitas,
sarana, prasarana Literasi), kesiapan warga sekolah, dan kesiapan sistem
pendukung lainnya (keikutsertaan publik, dukungan dari kelembagaan, dan
perangkat kebijakan yang Relevan).
Untuk memastikan keberlangsungan pelaksanaan Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) dalam jangka panjang, maka Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
SD Dilaksanakan dalam tiga tahap yang dijelaskan dalam Buku Saku Gerakan
Literasi Sekolah yang dirancang langsung oleh Satgas Gerakan Literasi
Sekolah Kemendikbud (2017: 7). Tahapan pelaksanaan Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) Sebagai berikut.
1) Tahap Pembiasaan
Tahap pembiasaan ini berfungsi dalam menumbuhkan minat baca siswa.
Penumbuhan minat baca tersebut dilaksanakan melalui kegiatan
membaca Selama 15 menit.
2) Tahap Pengembangan
Pada tahap pengembangan ini dapat meningkatkan kemampuan literasi
dengan Melaksanakan kegiatan menanggapi buku pengayaan.
3) Tahap Pembelajaran
Tahap pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kemampuan literasi
di Semua mata pelajaran dengan menggunakan buku pengayaan dan
strategi Membaca di semua mata pelajaran.
Faizah (2016: 5) juga menjelaskan ada tiga tahap dalam pelaksanaan
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SD, yaitu:
1) Tahap Pembiasaan Kegiatan literasi dalam tahap pembiasaan ini
bertujuan untuk menumbuhkan Minat baca siswa terhadap bacaan dan
kegiatan membaca. Kegiatan pada tahap Pembiasaan berupa kegiatan
membaca selama 15 menit sebelum pembelajaran Dimulai.
2) Tahap Pengembangan
Kegiatan literasi dalam tahap pengembangan bertujuan untuk
mempertahankan Minat baca siswa terhadap bacaan dan kegiatan
membaca, serta meningkatkan Kelancaran dan pemahaman membaca
siswa.
3) Tahap Pembelajaran
Kegiatan literasi dalam tahap pembelajaran bertujuan untuk
mempertahankan Minat baca siswa terhadap bacaan dan kegiatan
membaca, serta meningkatkan Kemampuan literasi siswa dengan
menggunakan buku-buku pengayaan dan Buku teks pelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SD melalui tiga tahap, yaitu
tahap pembiasaan, Tahap pengembangan, tahap pembelajaran. Tahap
pembiasaan ini berupa kegiatan Literasi yang bertujuan menumbuhkan minat
baca siswa melalui kegiatan membaca Selama 15 menit sebelum kegiatan
belajar-mengajar dimulai. Tahap pengembangan Ini berupa kegiatan literasi
yang bertujuan untuk mempertahankan minat baca, serta Meningkatkan
kemampuan, kelancaran, dan pemahaman membaca melalui Kegiatan
menanggapi buku pengayaan. Tahap pembelajaran ini berupa kegiatan Literasi
yang bertujuan mempertahankan minat baca siswa, serta meningkatkan
Kemampuan literasi siswa di semua mata pelajaran dengan menggunakan
buku Pengayaan, buku teks pelajaran, serta menggunakan berbagai strategi
membaca Yang bervariasi.
1.7. Indikator Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dapat dinilai dari tahap-
tahap Pelaksanaannya. Menurut Kemendikbud (dalam Binasdevi, 2019: 33),
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) terdiri atas 3 tahap, yaitu:
1) Pembiasaan, hal ini dilakukan dengan cara penumbuhan minat baca
melalui Kegiatan 15 menit membaca; 2) Pengembangan merupakan
tahapan yang kedua Yang dimana hal yang perlu dilakukan adalah
meningkatkan kemampuan Literasi melalui kegiatan menanggapi buku
pengayaan; 3) Pembelajaran, pada Tahapan ini yang dilakukan adalah
meningkatkan kemampuan literasi disemua Mata pelajaran menggunakan
buku.
Penelitian ini berfokus pada penilaian pelaksanaan Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) berdasarkan indikator yang akan dicapai yang hanya
ditinjau dari tahap Pembiasaan, dikarenakan pada tahap pengembangan
dan pembelajaran belum Terlaksana dengan maksimal di SD Negeri
Kombo
Menurut Kemendikbud (Daulay, 2019: 11) indikator yang harus dicapai
dalam tahap pembiasaan yaitu:
1) Melaksanakan kegiatan 15 membaca yang dilaksanakan setiap hari.
2) Kegiatan 15 menit membaca telah dilaksanakan selama minimal 1
semester.
3) Siswa memiliki catatan membaca harian.
4) Guru, kepala sekolah, tenaga pendidik menjadi model dalam kegiatan
membaca 15 menit dengan ikut membaca selama kegiatan
berlangsung.
5) Ada perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan area baca yang nyaman
dengan Koleksi buku non-pelajaran.
6) Ada berbagai poster kampanye membaca di kelas, koridor, dan/area
lain di Sekolah.
7) Ada bahan kaya teks yang terpampang di tiap kelas.
8) Lingkungan yang bersih, sehat, dan kaya teks. Terdapat berbagai poster
tentang Pembiasaan hidup bersih, sehat, indah.
9) Sekolah berupaya melibatkan publik (orang tua, alumni, dan elemen
Masyarakat) untuk mengembangkan kegiatan literasi sekolah.
10) Kepala sekolah dan jajarannya berkomitmen melaksanakan dan
mendukung Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

Menurut Faizah (2016: 23-24) indikator pencapaian pada tahap


pembiasaan Sebagai berikut:
1) Ada kegiatan 15 menit membaca:
a. Membaca nyaring
b. Membaca dalam hati
2) Kegiatan 15 menit membaca dilakukan setiap hari (di awal, tengah, atau
Menjelang akhir pelajaran).
3) Buku yang dibacakan kepada atau dibaca oleh siswa dicatat judul dan
nama Pengarangnya dalam catatan harian.
4) Guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lain terlibat dalam
kegiatan 15 Menit dengan membacakan buku atau ikut membaca dalam
hati.
5) Ada perpustakaan sekolah atau ruangan khusus untuk menyimpan buku
nonpelajaran.
6) Ada sudut baca kelas di tiap kelas dengan koleksi buku non-pelajaran.
7) Ada poster-poster kampanye membaca di kelas, koridor, dan area lain di
Sekolah.
8) Ada bahan kaya teks di tiap kelas.
9) Kebun sekolah, kantin, dan UKS menjadi lingkungan yang kaya literasi.
Terdapat poster-poster tentang pembiasaan hidup sehat, kebersihan, dan
Keindahan di kebun sekolah, kantin dan UKS.
10) Sekolah berupaya untuk melibatkan publik (orang tua, alumni, dan
elemen Masyarakat lain) untuk mengembangkan kegiatan literasi sekolah.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan penelitian ini
berfokus Pada penilaian pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah berdasarkan
indikator tahap Pembiasaan, yaitu:
Tabel 2.1 Indikator Pencapaian pada Tahap Pembiasaan
NO Indikator

1 Terdapat kegiatan 15 menit membaca:


a. Membaca nyaring
b. Membaca dalam hati
2 Kegiatan 15 menit membaca dilaksanakan setiap hari (di awal,
tengah, atau menjelang akhir pelajaran)
3 Siswa memiliki catatan harian yang berisi judul buku dan nama
pengarang yang telah dibacakan kepada atau dibaca oleh siswa.
4 Guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lain ikut serta
dalam kegiatan 15 menit dengan membacakan buku atau ikut
membaca dalam hati selama kegiatan berlangsung
5 Ada perpustakaan sekolah, pojok baca di tiap kelas dan area baca
dengan koleksi buku non-pelajaran.
6 Ada poster-poster kampanye membaca di kelas, koridor, dan area
lain di sekolah
7 Ada bahan kaya teks yang terpampang di tiap kelas
8 Kebun sekolah, kantin, dan UKS menjadi lingkungan yang bersih,
sehat, kaya literasi. Terdapat poster-poster tentang pembiasaan
hidup sehat, kebersihan, dan keindahan di kebun sekolah, kantin
dan UKS
9 Sekolah berupaya untuk melibatkan publik (orang tua, alumni, dan
elemen masyarakat lain) dalam mendukung, melaksanakan dan
mengembangkan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

1.8. Faktor pendukung dan penghambat


Faktor Pendukung Program Gerakan Literasi Sekolah;
a. Sarana dan Prasarana
Adanya sarana untuk mensosialisasikan kebijakan atau program
Dari sekolah. Sarana itu berupa rapat kerja guru, rapat manajemen,
pertemuan orang tua, dan masih banyak sarana yang lain untuk
Menyampaikan kebijakan yang sudah dirancang. Adanya pojok
baca, Mading, dan perpustakaan merupakan penerapan dari prinsip
kegiatan Membaca dan menulis dilakukan kapanpun dan
dimanapun tersebut. Siswa Dengan mudah mengakses buku
sebagai sumber literasi. Bahkan adanya Pojok baca, akan semakin
mendekatkan anak-anak dengan buku. Sehingga Anak-anak akan
terbiasa dengan budaya membaca.
b. Bahan bacaan
Adanya hibah buku atau sumbangan buku dari orang tua. Program
Ini menjadi faktor pendukung untuk ketersediaan sumber literasi
untuk Anak.
c. Dukungan orang tua
Dukungan dari orang tua disampaikan melalui surat ke orang tua
Yang dititipkan melalui anak-anak dalam bentuk surat edaran
program Gerakan literasi sekolah.
d. Adanya alokasikan waktu dan dana untuk menunjang kecakapan
literasi Siswa.
e. Guru-guru mempunyai semangat belajar yang baik.
Namun, hambatan-hambatan pasti akan ada dalam menggapai
tujuan Yang diinginkan. Bila kita lihat kondisi real masyarakat
terdapat beberapa Hambatan terjadi di lapangan, diantaranya:
a. Kebiasaan Literasi di Sekolah Belum Menjadi Prioritas.
Baik di sekolah maupun di rumah belum menyadari arti
Pentingnya membaca. Kegiatan membaca hanya menjadi
kegiatan Penyelesaian akademik dan tugas semata. Membaca
masih didasari sikap Paksaan pemenuhan kewajiban, bukan
sebagai sarana hiburan dan Kebutuhan. Aktivitas ini berbeda
dengan negara maju, dimana membaca Merupakan kebutuhan
primer yang harus dipenuhi.
b. Kurangnya Buku Bacaan/ Sumber Bacaan
Salah satu kelemahan dalam menerapkan minat dan budaya
baca Adalah kurang tersedianya bahan bacaan. Siswa tidak
menemukan bahan Bacaan yang cocok, sehingga tidak ada
perasaan tertarik untuk membaca. Belum beragamnya karya
tulis mengakibatkan menurunnya minat Membaca siswa. Bila
kita lihat perpustakaan dan toko buku didominasi Bacaan
remaja dan karya ilmiah. Buku-buku yang sama sekali jauh
dari Kehidupan siswa, sehingga semakin menjauhkan siswa
dari buku.
c. Lingkungan Tidak Mendukung
Tidak ada contoh yang baik serta tidak ada dorongan dari
Lingkungan sekitar membuat siswa tidak merasa perlu untuk
membaca. Lingkungan yang apriori terhadap kebiasaan
membaca menjadi faktor Siswa enggan untuk membaca.
d. Merupakan Kegiatan yang Memerlukan Konsentrasi
Pada praktiknya membaca adalah aktivitas yang tidak bisa
Dilakukan dengan kegiatan lain, diperlukan perhatian dan
fokus agar dapat Menangkap dan memahami isi bacaan.

2. Media Pembelajaran
Media berasal dari Bahasa Latin yaitu Medius secara harfiah berarti
“tengah, perantara atau pengantar”. Dalam Bahasa Arab wasail, media adalah
Perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan”. Dalam
Kamus Bahasa Indonesia mengungkapkan bahwa media adalah alat (sarana)
Komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster dan spanduk”.
Sedangkan menurut para ahli, diantaranya: Heinich dan kawan-kawan
Mengemukakan istilah “media sebagai perantara yang mengantar informasi antara
Sumber dan penerimaan”. Gerlach dan Ely mengatakan bahwa “media apabila
Dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
Membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
Keterampilan atau sikap”. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan
Sekolah merupakan Media dalam pembelajaran merupakan alat perantara untuk
menyampaikan Pesan dari guru ke siswa agar siswa dapat dengan mudah
memahami materi Pembelajaran.
Gagne (dalam Solihatin dan Raharjo, 2007: 23) mengartikan media Sebagai
jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk
belajar. Senada dengan itu, Djamarah dan Zain (2006: 120) menyatakan Bahwa
media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur Pesan
guna mencapai tujuan pembelajaran.
Media Pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar Mengajar.
Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, Perasaan,
perhatian dan kemampuan atau keterampilan pembelajaran sehingga Dapat
mendorong terjadinya proses belajar.
Menurut Sardiman (2006:6) “Kata Media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium Yang secara harfiah berarti perantara
atau pengantar. Metode adalah perantara atau Pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan”. Media pembelajaran adalah Seperangkat alat komunikasi yang
melibatkan seseorang dalam proses belajar (Arda, Saehana, & Darsikin, 2015).
Pada penelitian Basri, Waspodo, dan Sumarni (2013) media pembelajaran adalah
alat bantu yang dapat digunakan sebagai media Dalam menyampaikan pesan
melalui proses pembelajaran.
Menurut Arsyad (2007:3) berkaitan dengan media bahwa “media apabila
Dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
Membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
Keterampilan, atau sikap”. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan
Seolah merupakan media. Terdapat banyaknya media pembelajaran, mulai dari
Yang sangat sederhana hingga ke kompleks, mulai dari yang hanya menggunakan
Indera mata hingga perpaduan lebih dari satu Indera. Dari yang harganya murah
Dan tidak memerlukan listrik hingga yang mahal dan sangat tergantung pada
Perangkat keras.
Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu keefektifan Proses
pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pesan pada saat itu. Selain
Membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat
Membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan materi dengan baik dan
Terpercaya.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Arsyad (2007:15) bahwa: “Dalam suatu
proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting Adalah metode mengajar
dan media pembelajaran. Pemilihan salah satu Metode mengajar tentu akan
mempengaruhi jenis media yang sesuai, Meskipun masih ada berbagai aspek yang
harus diperhatikan dalam Memilih media antara lain tujuan pembelajaran, jenis
tugas dan respons Yang di harapkan siswa kuasai setelah pembelajaran, termasuk
Karakteristik siswa. Meskipun demikian dapat dikatakan bahwa salah satu Fungsi
media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang dapat
Mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan Diciptakan
oleh guru”.
Solihatin dan Raharjo (2007: 32) menyatakan bahwa ada beberapa prinsip
Umum yang perlu diperhatikan dalam prinsip penggunaan dan pemanfaatan media
Pembelajaran, sebagai berikut:
1. Setiap jenis media memiliki kelebihan dan kelemahan.
2. Penggunaan beberapa macam media secara bervariasi memang perlu.
3. Penggunaan media harus dapat memperlakukan siswa secara aktif.
4. Sebelum media digunakan harus direncanakan secara matang dalam
Penyusunan rencana pelajaran.
5. Hindari penggunaan media yang hanya dimaksudkan sebagai selingan Atau
sekedar pengisi waktu kosong.
6. Harus senantiasa dilakukan persiapan yang cukup sebelum penggunaan
Media

Dalam mengembangkan proses belajar mengajar, guru dituntut untuk Dapat


mengembangkan keterampilan menggunakan dan membuat media. Jadi,Siswa
tidak hanya belajar dengan mendengarkan ceramah guru saja, tetapi juga Perlu
melihat langsung benda atau objek yang di pelajarinya, dengan demikian Dapat
membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan media
Adalah alat bantu atau segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
Pesan dari pengirim kepada penerima dalam proses pembelajaran, sehingga
Pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Media juga merupakan
alat Bantu yang digunakan dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara siswa
Dengan guru dalam proses pembelajaran.

2.2 Fungsi Dan Manfaat Media


Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa
Informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah
Prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna
Mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Arsyad (2007:21) mengemukakan bahwa “media berfungsi untuk
tujuan instruksi dimana informasi yang terdapat dalam Media itu harus melibatkan
siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam Bentuk aktivitas yang nyata
sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih
sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip Belajar agar dapat
menyiapkan instruksi yang efektif. Di samping menyenangkan, Media
pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan Dalam
memenuhi kebutuhan perorangan siswa”.
Ahmed Saberi (2011:89) mengemukakan fungsi pokok penggunaan Media dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan media dalam proses pembelajaran mempunyai fungsi
Tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar
Yang efektif.
2. Penggunaan media merupakan bagian yang integral dari keseluruhan
Situasi mengajar. Ini berati bahwa media merupakan salah satu unsur yang
Harus dikembangkan guru.
3. Media dalam penggunaannya integral dengan tujuan dan fungsi ini
Mengandung makna bahwa media harus melihat kepada tujuan dan bahan
Pelajaran.
4. Penggunaan media dalam pembelajaran bukan semata-mata alat hiburan,
Dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses supaya lebih
Menarik perhatian siswa.
5. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu untuk
Mempercepat proses pembelajaran dan membantu siswa dalam
menangkap Pengertian dan pemahaman dari proses pembelajaran yang
diberikan guru.
6. Penggunaan media dalam pembelajaran diutamakan untuk meningkatkan
Dan mempertinggi mutu belajar
Secara umum manfaat media pembelajaran ialah dapat dikatakan untuk
Memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan belajar
Mengajar lebih optimal, efektif, dan efisien baik dari segi teoretis maupun
Praktikum yang pada akhirnya teraplikasi dalam tindakan. Berbagai manfaat
Media pembelajaran telah dibahas oleh banyak ahli. Menurut Kemp dan Dayton
dalam Arsyad (2007:21) yaitu:
1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajaran yang Melihat
atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang Sama
2. Pengajaran bisa lebih menarik. Media dapat di asosiasikan sebagai Penarik
perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan.
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori Belajar dan
prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal Partisipasi siswa, umpan
balik dan penguatan.
4. Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat di persingkat karena
Kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk Mengantarkan
pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup Banyak dan
kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.
5. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan Gambar
sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan Elemen-elemen
pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan Baik, spesifik, dan
jelas.
6. Pengajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau Diperlukan
terutama jika media pembelajaran dirancang untuk Penggunaan secara
individu.
7. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap Proses
belajar dapat ditingkatkan.
8. Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif; beban guru untuk
Penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi
Bahkan dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada Aspek
penting lain dalam proses belajar mengajar, misalnya sebagai Konsultan atau
penasihat siswa.
Sedangkan menurut Sujana dan Rivai dalam Arsyad (2007:24)
Mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
Menumbuhkan motivasi belajar.
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
Dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai
Tujuan pengajaran.
3. Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata Komunikasi
verbal melalui penuntun kata-kata guru, sehingga siswa Tidak bosan dan
guru tidak kehabisan tenaga, apalagi jika guru mengajar Pada setiap jam
pelajaran.
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
Mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
Melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Dari penjelasan di atas maka media sangat berpengaruh dalam membantu
Guru dan siswa dalam lebih memahami pembelajaran yang diajarkan. Media
Pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat
Menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan
Secara verbal sedangkan manfaat media pembelajaran menimbulkan minat dalam
Belajar, memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan
Lingkungan dan kenyataan, memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri
Menurut kemampuan dan minatnya.

2.3 Pengertian Media Pop–UP Book


Media pembelajaran sebagai saluran penyampaian pesan dari guru
kepada Anak didik agar informasi tersebut dapat diterima dengan baik. Media
Pop-up Book merupakan salah satu media yang dapat digunakan sebagai
saluran Penyampaian pesan dari guru kepada anak. Media Pop-up book
merupakan salah Satu jenis media berbasis cetakan. Pop-up book adalah
sebuah buku yang Memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3
dimensi yang dapat Bergerak ketika halamannya dibuka (Kurniawati, 2016:
69).
Menurut Wikipedia,Istilah pop-up book sering digunakan untuk setiap
buku tiga dimensi atau buku Bergerak. Masing-masing yang dilakukan dengan
cara yang berbeda. Pop-up book Adalah sebuah buku yang menampilkan
potensi untuk bergerak dan interaksinya Melalui penggunaan kertas sebagai
bahan lipatan, gulungan, bentuk, roda atau Putarannya.
Media pembelajaran sebagai saluran penyampaian pesan dari guru
kepada Anak didik agar informasi tersebut dapat diterima dengan baik. Media
Pop-up Book merupakan salah satu media yang dapat digunakan sebagai
saluran Penyampaian pesan dari guru kepada anak. Media Pop-up book
merupakan salah Satu jenis media berbasis cetakan. Berdasarkan uraian diatas,
dapat disimpulkan Buku pop-up adalah buku yang memiliki bagian yang dapat
bergerak atau Berunsur tiga dimensi. Buku pop up memberikan visualisasi
cerita yang lebih Menarik. Buku ini juga memberikan kejutan-kejutan dalam
setiap halamannya Yang dapat mengundang ketakjuban ketika halamannya
dibuka, disamping itu Pop-up book memiliki tampilan gambar yang indah dan
dapat ditegakkan.
Sehingga media pop-up book sangatlah cocok digunakan sebagai alat
peraga di Sekolah Dasar. Selain itu, proses pembelajaran dengan
menggunakan media Pop UP Book akan jauh lebih menyenangkan

Gambar 2.1 media pembelajaran pop up book

2.4 Jenis-Jenis Teknik Pop-up Book


Menurut Djuanda, jenis-jenis teknik pop-up book adalah sebagai berikut :
a. Transformation, yaitu bentuk tampilan yang terdiri dari potongan-
potongan pop-up Yang disusun secara vertical
b. Volvelles, yaitu bentuk tampilan yang menggunakan unsur lingkaran
dalam Pembuatannya.
c. Peepshow, yaitu tampilan yang tersusun dari serangkaian tumpukan kertas
yang Disusun bertumpuk menjadi satu sehingga menciptakan ilusi
kedalaman dan Perspektif.
d. Pull-tabs, yaitu sebuah tab kertas geser atau bentuk ditarik dan didorong
untuk Memperlihatkan gerakan gambaran baru.
e. Carousel, teknik ini didukung dengan tali, pita, atau kancing yang apabila
dibuka dan Dilipat kembali berbentuk benda yang kompleks.
f. Box and Cylinder, yaitu gerakan sebuah kubus atau tabung yang bergerak
naik dari Tengah halaman ketika halaman dibuka.

2.5 Manfaat Media Pop-up Book


Menurut Djuanda (2011: 5-6) (dalam Sylvia dan Hariani, 2015:
1198),Media pop-up book memiliki berbagai manfaat yang sangat berguna,
yaitu :
1) Mengajarkan anak untuk lebih menghargai buku dan memperlakukannya
Dengan lebih baik.
2) Mendekatkan anak dengan orang tua karena pop-up book memiliki bagian
Yang halus sehingga memberikan kesempatan untuk orang tua untuk
duduk Bersama dengan putra-putri mereka dan menikmati cerita
(mendekatkan Hubungan antara orang tua dan anak).
3) Mengembangkan kreativitas anak.
4) Merangsang imajinasi anak.
5) 5)Menambah pengetahuan hingga memberikan penggambaran bentuk
suatu Benda (pengenalan benda).
6) Dapat digunakan sebagai media untuk menanamkan kecintaan anak
terhadap Membaca.
Sedangkan menurut Bluemel dan Taylor (2012: 4) menyebutkan beberapa
Kegunaan media pop-up book, yaitu:
1) Untuk mengembangkan kecintaan anak muda terhadap buku dan
membaca.
2) Bagi peserta didik anak usia dini untuk menjembatani hubungan antara
Situasi kehidupan nyata dan simbol yang mewakilinya.
3) Bagi siswa yang lebih tua atau siswa berbakat dan memiliki kemampuan
Dapat berguna untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan
kreatif.
4) Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
5) Bagi yang enggan membaca, anak-anak dengan ketidakmampuan belajar
Bahasa inggris sebagai bahasa kedua (ESL) dapat membantu siswa untuk
Menangkap makna melalui perwakilan gambar yang menarik dan untuk
Memunculkan keinginan serta dorongan membaca secara mandiri dengan
Kemampuannya untuk melakukan hal tersebut secara terampil.
2.6 Kelebihan media Pop-up Book
Kelebihan media pop-up book seperti yang dikemukakan oleh Djuanda
(2011:1-2) antara lain:
1) Memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik mulai dari tampilan
Gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi hingga gambar yang dapat
Bergerak ketika halamannya dibuka atau bagiannya digeser.
2) Memberikan kejutan-kejutan dalam setiap halamannya yang dapat
Mengundang ketakjuban ketika halamannya dibuka sehingga pembaca
Menanti kejutan apa lagi yang akan diberikan di halaman selanjutnya.
3) Memperkuat kesan yang ingin disampaikan dalam sebuah cerita dan
4) Tampilan visual yang lebih berdimensi membuat cerita semakin terasa
nyataDitambah lagi dengan kejutan yang diberikan dalam setiap
halamannya.

2.7 Kekurangan Media Pop-up Book


Selain berbagai keunggulannya, Pop Up Book memiliki kelemahan juga.
Kelebihan Pop Up Book adalah kelemahannya juga karena memiliki mekanik
Yang dapat membuat Pop Up Book bergerak, muncul hingga secara lebih
Berdimensi, waktu pengerjaannya cenderung lebih lama karena menuntut
Ketelitian yang lebih ekstra sehingga mekanik dapat bekerja dengan baik dalam
Waktu yang lama dan juga untuk menjaga durabilitynya. Hal ini menyebabkan
Pop Up Book menjadi lebih mahal dari pada buku cerita ilustrasi pada umumnya.
Selain dari itu, penggunaan material buku yang berkualitas juga membuat buku
Seperti ini lebih mahal.
Menurut Sylvia dan Hariani (2015: 1198), media pop-up book memiliki
Kekurangan yaitu:
1) Waktu pengerjaannya cenderung lebih lama karena menuntut ketelitian
yang Lebih ekstra,
2) Harganya relatif mahal.

3.Minat Baca Siswa SD


3.3 Pengertian Minat Baca
Anjani (2019: 75) menjelaskan bahwa minat atau interes merupakan
gambaran Yang menunjukkan sikap seseorang saat menginginkan sesuatu. Minat
sangat erat Kaitannya dengan perasaan, oleh sebab itu keterpaksaan dalam
melaksanakan Sesuatu dapat menghilangkan minat dalam diri seorang siswa
termasuk minat Dalam membaca. Sesuatu yang dilakukan dengan minat dapat
menumbuhkan rasa Senang, begitu pula sebaliknya jika dilakukan dengan
keterpaksaan dapat Menimbulkan kecewa dalam hati.
Tarigan (dalam Eldiana, 2020: 54-60) menyatakan “minat baca merupakan
Kemampuan seseorang berkomunikasi dengan diri sendiri untuk menangkap
makna Yang terkandung dalam tulisan sehingga memberikan pengalaman emosi
akibat dari Bentuk perhatian yang mendalam terhadap makna baca”. Pendapat ini
sejalan Dengan pendapat Tampubolon (dalam Wulandari, 2020: 32) yang
menjelaskan Bahwa minat baca adalah perasaan yang menunjukkan keingingin
untuk mengenali Huruf dan mengetahui makna dari tulisan tersebut. Mc Kool
(dalam Supriyanto dan Haryanto, 2017: 71) berpendapat bahwa minat baca dapat
diartikan sebagai Kegiatan membaca yang dilakukan oleh siswa saat berada di
luar lingkungan Sekolah.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat baca adalah
Kemauan atau keinginan seseorang dalam melakukan kegiatan membaca untuk
Mengenali huruf, mengetahui, serta memahami makna yang terdapat dalam
tulisan Tersebut. Kegiatan yang dilandasi dengan minat akan menimbulkan rasa
senang Termasuk minat dalam membaca. Saat seseorang melakukan kegiatan
membaca atas Dasar keinginan tersendiri maka mereka akan dapat memahami
makna dari bacaan Tersebut sehingga dapat menimbulkan rasa senang dengan hal
yang telah mereka Ketahui.

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Baca


1) Faktor yang mendukung minat baca Minat baca seseorang tidak muncul
begitu saja, ada berbagai faktor yang dapat Mendukung tumbuhnya minat
baca seseorang. Sumarto (dalam Sa’diyah, 2015: 52-53) menjelaskan
faktor pendukung yang dapat menumbuhkan minat baca, yaitu:
a) Rasa keingintahuan yang tinggi dalam segala hal, seperti teori, fakta,
informasi, Dan pengetahuan.
b) Lingkungan fisik yang sesuai dan memadai, dalam arti menyediakan
bahan Bacaan yang menarik, berkualitas, dan beragam.
c) Lingkungan sosial yang kondusif, yaitu suasana atau keadaan yang
dapat Dimanfaatkan untuk membaca.
d) Rasa ingin tahu serta keinginan untuk mendapatkan informasi, terutama
Informasi yang nyata.
e) Memiliki prinsip bahwa membaca merupakan suatu kebutuhan rohani.
Mudjtio (dalam Sa’diyah, 2015: 53-54) juga menjelaskan faktor pendukung
Yang dapat meningkatkan minat baca, antara lain:
a) Kesadaran dalam diri akan kebutuhan membaca yang dapat dimulai dari
Keluarga.
b) Memperbaiki pola pendidikan mengenai sistem pembelajaran yang guru
tidak Hanya memberikan ilmu saja, tetapi juga meminta siswa untuk
membaca dan Mencari tahu sendiri sebagai ilmu tambahan untuk
dirinya.
c) Tersedianya berbagai jenis perpustakaan yang jumlah dan mutu
Perpustakaannya dapat dikatakan baik dalam hal koleksi maupun
pelayanan di Lingkungan terdekat.
d) Kesenantiasaan lembaga media massa yang dapat menerbitkan surat
kabar dan Majalah sebagai upaya dalam meningkatkan minat baca dari
berbagai lapisan Masyarakat.
e) Usaha perseorangan atau lembaga baik pemerintah maupun swasta yang
secara Aktif dapat memberikan saran serta melakukan kegiatan terkait
dengan minat Baca masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
Pendukung minat baca terdiri dari dua, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri seseorang yang
dapat menumbuhkan Minat baca, Sedangkan faktor eksternal adalah faktor
yang muncul dari lingkungan Sekitar yang terkait dalam menumbuhkan
minat baca. Adapun faktor internal Meliputi;
2) Rasa keingintahuan yang tinggi serta keinginan untuk mendapatkan
Informasi dan kesadaran dalam diri akan kebutuhan membaca. Sedangkan
faktor Eksternal meliputi; ketersediaan fasilitas perpustakaan serta bahan
bacaan, keadaan Lingkungan fisik dan sosial yang memungkinkan untuk
membaca, dukungan dari Media massa berupa media cetak atau media
elektronik, dan usaha perseorangan Atau lembaga baik pemerintah
maupun swasta untuk mendukung serta melakukan Kegiatan yang
berkaitan dengan minat baca.
3) Faktor yang mempengaruhi rendahnya minat baca
Rendahnya minat baca siswa dapat dikarenakan berbagai penyebab,
diantaranya Dijelaskan oleh Taufani (dalam Rohman, 2017: 172-173),
yaitu:
a) Tradisi turun temurun dari orang tua yang sering menceritakan
dongeng dapat membuat siswa lebih suka untuk mendengarkan cerita
dongeng daripada membacanya sendiri dari buku langsung.
b) Terbatasnya ketersediaan sumber bacaan yang bervariasi dan menarik
pada Fasilitas perpustakaan di berbagai daerah.
Hardjoprakosa (dalam Kasiyun, 2015: 85-86) menjelaskan bahwa ada
beberapa Hal yang dapat menyebabkan rendahnya minat baca, yaitu:
a) Kurangnya motivasi siswa dari berbagai pihak untuk mendukung
siswa Membaca buku-buku selain buku pelajaran.
b) Orang tua yang lebih mengutamakan membeli mainan daripada
memberikan Dorongan kepada siswa untuk membeli buku.
c) Harga buku yang tidak terjangkau oleh masyarakat luas.
d) Berkurangnya para pengarang, penyadur dan penerjemah, karena
royalti yang Tidak menentu dan masih terkena PPH.
e) Belum mencukupinya jumlah perpustakaan umum untuk melayani
masyarakat Di tiap Provinsi.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang
Mempengaruhi rendahnya minat baca siswa terdiri dari: a) Tradisi turun
temurun Yang lebih mendorong siswa untuk mendengarkan dan menyimak
dari pada Membaca; b) Kurangnya motivasi dari berbagai pihak dalam
mendukung siswa Untuk membaca buku; c) Tidak terpicunya minat baca
siswa karena sistem Pembelajaran yang monoton; d) Orang tua yang lebih
mengutamakan membeli hal Lain daripada membeli buku; f) Kurangnya
waktu yang tersedia untuk membaca; g) Terbatasnya bahan bacaan yang
bervariasi dan menarik, dikarenakan harga yang tidak terjangkau,
Kurangnya fasilitas perpustakaan umum, serta berkurangnya Pengarang,
penyadur, dan penerjemah.

2.5 Indikator Minat Baca


Crow and Crow (dalam Sa’diyah, 2015: 22-23) menjelaskan bahwa
siswa yang Dapat dikatakan memiliki minat baca yang tinggi jika
memenuhi beberapa Komponen, yaitu pemusatan perhatian, penggunaan
waktu, motivasi untuk Membaca, emosi dalam membaca, usaha untuk
membaca. Kisi-kisi minat baca Dijelaskan lebih rinci pada tabli berikut ini:
Tabel 2.2 Kisi-kisi Minat Baca
N Komponen Indikator
O
1 Pemusatan perhatian a.Mampu melakukan
kegiatan membaca dengan
fokus
b.Mampu melakukan
kegiatan membaca secara
aktif di kelas
2 Penggunaan waktu Mampu menggunakan
waktu secara efektif
3 Motivasi membaca a.Mampu mengatasi
hambatan membaca.
b.Mampu mengutamakan
membaca dari kegiatan lain.
c.Mampu menunjukkan
prestasi belajar.
4 Emosi dalam membaca a.Mampu menyimpulkan
hasil dari membaca.
b.Mampu memberikan
tanggapan terhadap buku
yang dibaca.
c. melaksanakan kegiatan
membaca dengan rasa
senang tanpa keterpaksaan.

5 Usaha untuk membaca a.Mampu memiliki buku


bacaan.
b.Mampu meminjam buku
bacaan.
Sumber: Sa’diyah (2015: 22-23)

2.6 Minat Baca Siswa SD


Harjono (Sa’diyah, 2015: 48) menjelaskan tentang karakteristik dalam
minat Baca berdasarkan pengelompokan jenjang-jenjang usia sebagai berikut.
1) Usia 6-7 tahun
Pada usia ini, anak sudah bisa membaca buku dengan teks yang pendek
dan Sederhana. Anak sudah mulai membaca buku yang disukainya, buku
yang paling disukainya ialah buku-buku cerita bergambar. Dengan
menyediakan buku-buku Yang disukainya maka kebiasaan untuk
membaca sendiri akan mulai terbentuk.

2) Usia 7-8 tahun


Pada usia ini, ada peningkatan pada kemampuan membaca anak yaitu
Bertambahnya perbendaharaan kata sehingga anak dapat diberikan buku-
buku Dengan pengurangan materi-materi gambar yang bertujuan agar
anak dapat lebih Fokus pada teks, serta buku dengan tingkat bahasa yang
lebih kompleks.
3) Usia 9-14 tahun
Pada usia ini, anak melakukan kegiatan membaca untuk menambah kosa
kata, Serta menambah ilmu pengetahuan dan mengasah keterampilan
menulis dengan Menggunakan buku yang materi bacaannya jauh lebih
kompleks dari yang Sebelumnya. Pada awalnya, kemampuan memahami
melalui pendengaran lebih Baik dari pada kemampuan memahami
melalui membaca. Namun, seiringnya waktu Kemampuan tersebut akan
sama bagusnya. Di usia ini minat anak sudah dapat Diketahui, yaitu anak
lebih suka membaca buku yang mereka sukai atau yang Berkaitan
dengan hobinya. Jadi dengan memberikan buku- buku yang berkaitan
Dengan hobi atau hal yang disukainya akan dapat memberikan motivasi
dan Meningkatkan semangat anak untuk membaca.
B. Penelitian Yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang relevan yang telah dilakukan oleh para
Peneliti mengenai pengembangan program literasi di sekolah dasar, di antaranya:
1. Eka Dewi Lukmana Sari, dalam penelitian yang berjudul Pengembangan
Teknik Pembelajaran Menulis Dan Membaca Melalui Gerakan Literasi
Sekolah. Hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut; Hasil dari tahap
Pelaksanaan berupa pelaksanaan program GLS menggunakan produk Buku
Literasi yang telah memuat materi teknik pembelajaran menulis dan
Membaca. Hasil validasi memeroleh nilai rata-rata 88% dengan kategori
Sangat baik. Tahap evaluasi melibatkan penilaian guru dan siswa melalui
hasil Wawancara dan angket. Saran dan masukkan sangat diperlukan pada
tahap ini. Hasil respons guru adalah 97% kategori sangat baik. Tahap
efektivitas Memeroleh hasil penilaian dari instrumen Buku Literasi,
rekapitulasi penilaian Instrumen Buku Literasi dengan rata-rata 91 kategori
sangat baik, sedangkan rekapitulasi keefektifan pengembangan
pembelajaran menulis dan membaca Melalui GLS mendapat nilai rata-rata
92,5 kategori sangat baik.
2. Nindya Faradina, dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Program
Gerakan Literasi Sekolah Terhadap Minat Baca Siswa di SD Islam Terpadu
Muhammadiyah An-Najah Jatinom Klaten. Hasil penelitian yang diperoleh
Sebagai berikut; Terdapat pengaruh yang signifikan pada Pengaruh Program
Gerakan Literasi terhadap Minat Baca Siswa di SD Islam Terpadu
Muhammadiyah An-najah Jatinom Klaten sebesar 0,302 atau 30,2% sisanya
69,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak di teliti dalam penelitian ini.
Program gerakan literasi yang dilaksanakan di SD Islam Terpadu
Muhammadiyah An-Najah Jatinom Klaten ada 3 tahap yaitu tahap
Pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran. Dari ketiga
tahap Ini memang belum sesuai dengan buku panduan Gerakan Literasi
Sekolah di Sekolah Dasar menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan namun, program
yang ada di SD Islam Terpadu Muhammadiyah An-najah Jatinom Klaten
tersebut sama-sama Untuk menumbuhkan budaya literasi dan meningkatkan
minat baca siswa.
3. Lea Sakti Mitasari, dalam penelitiannya yang berjudul Peran Kegiatan
Literasi Dalam Meningkatkan Minat Membaca dan Menulis Siswa Kelas
Atas di SDN Gumpang 1. Hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut;
Kegiatan literasi Di SDN Gumpang 1 Kartasura memiliki peran dalam
meningkatkan minat Membaca dan menulis siswa, terlihat dari antusias
siswa yang mulai mampu Menerapkan kegiatan membaca dan menulis
didalam kelas maupun dirumah. Dari kegiatan ini pula siswa mendapatkan
manfaat dan secara tidak langsung Motivasi siswa untuk menyukai kegiatan
membaca dan menulis semakin Meningkat. Hambatan yang dialami pihak
sekolah dalam meningkatkan minat Membaca dan menulis siswa kelas atas
melalui kegiatan literasi yakni Kedisiplinan, pembiasaan siswa, minat, dan
metode yang diterapkan guru. Upaya pihak sekolah untuk meningkatkan
minat membaca dan menulis siswa Kelas atas melalui kegiatan literasi
adalah pihak sekolah selalu memberikan Sosialisasi mengenai kegiatan
literasi kepada guru maupun siswa secara Berkala mendiskusikan upaya
atau metode yang diterapkan dalam pelaksanaan Kegiatan literasi agar minat
membaca dan menulis meningkat, mengenalkan Pentingnya menumbuhkan
minat dan mengadakan lomba-lomba sebagai Wadah siswa untuk
berpartisipasi aktif.

C.Kerangka Berpikir
Salah satu permasalahan yang ada saat ini di Indonesia adalah rendahnya
minat Baca siswa. Hal ini didukung dengan hasil uji yang dilakukan oleh
Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD-Organization
For Economic Cooperation and Development) dalam Programme For
Internasional Student Assesment (PISA). Hasil uji tersebut menunjukkan
pemahaman membaca siswa di Indonesia pada tahun 2009 berada pada peringkat
ke-57 dengan skor 36 (skor rata-rata OECD 493), sedangkan PISA 2012
menunjukkan siswa di Indonesia berada Pada peringkat ke-64 dengan skor 396
(skor rata-rata OECD 496). Ada 65 negara Yang berpartisipasi dalam PISA 2009
dan 2012 (Faizah, 2016:1)
Permasalahan tersebut menjadi perhatian pemerintah sehingga
mengharuskan Pemerintah untuk melakukan tindak lanjut dalam meningkatkan
minat baca siswa Di Indonesia yaitu dengan merancang program Gerakan Literasi
Sekolah. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) diharapkan dapat menjadi suatu upaya
dalam meningkatkan Minat baca siswa di Indonesia. Namun, jika Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) tidak Terlaksana dengan baik, maka tujuan pemerintah
dalam merancang Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai upaya untuk
meningkatkan minat baca siswa di Indonesia Akan sulit tercapai. Permasalahan
yang timbul dalam melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dapat menjadi
faktor penyebab pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) tidak terlaksana
dengan baik. Permasalahan yang dihadapi Seperti, ketersediaan buku yang kurang
memadai, beberapa siswa tidak membaca Buku melainkan hanya melihat gambar
yang terdapat pada buku, dan masih ada Yang tidak mengikuti aturan selama
pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Adapun kerangka berpikir dari penelitian ini sebagai berikut:

Pelaksanaan gerakan literasi


sekolah (GLS) yang belum
terlaksana dengan maksimal

Guru Siswa

Gerakan Literasi sekolah (GLS)

Tahap Pembiasaan

Minat Baca

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Dari diagram kerangka berpikir di atas, dapat dijelaskan terdapat dua


variabel di Dalamnya adalah:
a. Variabel Independent (Variabel Bebas), merupakan suatu variabel yang
Mempengaruhi atau sebab timbulnya suatu variabel terikat. Variabel
Independent pada penelitian ini adalah Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
b. Variabel Dependent (Variabel Terikat), yaitu variabel yang dipengaruhi atau
Menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen pada
Penelitian ini adalah minat baca siswa.

D. Hipotesis penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dapat di rumuskan hipotesisnya
bahwa “apabila dalam Pengembangan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Dengan menggunakan media Pop UP Book ini digunakan dengan baik, maka
dapat meningkatkan Minat Baca Siswa.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Design and Development
(D&D) yang didefinisikan oleh Richey dan Klein (Pratiwi,20217) yaitu sebagai
study sistematis desain, pengembangan dan proses evaluasi dengan tujuan untuk
membangun dasar empiris sebagai penciptaan instruksional, produk, alat non
instruksional dan model yang disempurnakan untuk mengatur perkembangan.
Terdapat beberapa variasi prosedur dalam penelitian D&D yang didapat dari
beragam pendapat para ahli. Penelitian ini mengambil pendapat Robert Maribe
Branch (Sugiyono,2019,hlm.38). Berdasarkan landasan filosofi pendidikan
aplikasi ADDIE harus berpusat pada siswa, inovatif, otentik, dan menginspirasi.
Tahapan proses dalam model ADDIE saling terkait, sehingga penggunaan model
ini perlu dilakukan secara bertahap dan menyeluruh untuk memastikan terciptanya
produk pembelajaran yang efektif.

B.Tempat Dan waktu penelitian


a.Tempat penelitian
Sasaran Penelitian ini ada kelas IV SD Negeri Kombo
b.waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2023/2024
mulai sejak bulan Juli sampai dengan Desember 2023 dengan rincian
kegiatan dalam tabel dibawah ini
Jadwal Kegiatan Penelitian
C.Prosedur Pengembangan
Penelitian pengembangan ini merupakan penelitian model prosedural, yaitu
model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti
untuk menghasilkan produk. Pada penelitian dan pengembangan ini akan
menghasilkan suatu produk berbentuk media ajar.
Prosedur Penelitian yang digunakan adalah sistem pembelajaran ADDIE.
Model pengembangan sistem pembelajaran ADDIE terdiri dari 5 tahap, yaitu
analisis (analisis), perencanaan (design), pengembangan (development),
implementasi (implementation),dan evaluasi (evaluation).
1. Analisis (analisis)
Dalam tahap ini dilakukan kebutuhan untuk menentukan masalah dan solusi
yang tepat dan menentukan kompetensi siswa, meliputi: analisis kebutuhan,
analisis kurikulum dan analisis karakteristik peserta didik.
2. Perancangan (design)
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, selanjutnya peneliti melakukan
perancangan. Beberapa langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
mengumpulkan referensi dan gambar menyusun rancangan media ajar,dan
menyusun instrumen media ajar.
3.Pengembangan (development)
Pada tahap ini dilakukan realisasi kerangka produk menjadi produk yang siap
diimplementasikan. Selain itu juga dilakukan validasi dan revisi produk
sehingga mencapai tujuan yang diharapkan.
4.Implementasi (implementation)
Media ajar yang telah dikembangkan, selanjutnya divalidasi oleh dua dosen
ahli. Kemudian dilakukan uji coba media ajar di sekolah secara terbatas pada
kelas IV SD Negeri Kombo saat kegiatan pembelajaran berlangsung dilakukan
observasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran. Setelah kegiatan
pembelajaran menggunakan media ajar yang telah dikembangkan selesai
kemudian dilakukan tes hasil belajar dengan penyebaran angket penilaian guru
dan peserta didik.
5.Evaluasi (evaluation)
Pada tahap evaluasi, dilakukan analisis kualitas produk yang dihasilkan. Pada
tahap ini penulis menganalisis dan mendeskripsikan ke validitan, kepraktisan
dan keefektifan media ajar yang dikembangkan dengan pendekatan model
sosial inquiry.
D. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Penelitian ini dilaksanakan
di SD Negeri Kombo. Jumlah keseluruah murid sebanyak 133 Siswa dengan
jumlah 79 siswa laki-laki dan 54 siswa perempuan. Jumlah siswa tersebut
lalu di bagi dalam 6 Rombongan Belajar (rombel) yang seluruhnya aktif dan
masing-masing rombel memiliki kelas masing-masing.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti.Sedangkan
yang menjadi sampel pada penelitian ini yaitu kelas IV dengan jumlah siswa
sebanyak 35.berikut rinciannya:
Jenis kelamin Jumlah Siswa

Laki-laki 10
Perempuan 25

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
tes,worklog, wawancara, validasi ahli dan angket. Berikut penjelasannya:
1.Tes
Tes merupakan teknik pengumpulan data untuk mengetahui kondisi awal
subjek atau objek. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui
kemampuan awal siswa mengenai literasi. Maka dari itu, penulis
menggunakan tes dengan cara memberi sejumlah pertanyaan kepada siswa
yang diteliti untuk dijawab.
2.worklog
Warklog adalah sebuah catatan yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah atau tugas dalam sebuah penelitian.worklog digunakan untuk
instrumen observasi guna mendapat data yang menunjang dalam
pembuatan pengembangan media pembelajaran. Di dalamnya penulis
menuliskan temuan-temuan pada setiap pengembangan media
pembelajaran yang sedang dilakukan.
3.Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab secara lisan untuk
memperoleh informasi. Kegiatan tanya jawab ini dilakukan oleh penulis
dan narasumber, sasaran narasumber adalah siswa sekolah dasar dan guru
di sekolah dasar. Teknik wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan
data terkait proses pengembangan media ajar selama tahap uji coba
produk. Hal ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terkait media
pembelajaran yang dikembangkan oleh penulis. Wawancara kepada guru
dilakukan dengan wawancara tidak terstruktur, sebagai observasi awal
untuk mengetahui permasalahan yang ingin diselesaikan melalui sebuah
penelitian.
4.Validasi Ahli
Validasi ahli adalah suatu teknik pengumpulan data melalui tinjauan ahli
( ahli bidangnya). Melakukan verifikasi untuk mengetahui tanggapan ahli
terkait media yang dikembangkan dan untuk mengetahui apakah media
yang dikembangkan penulis sudah sesuai dengan penggunaan umum.
Komentar ahli yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah ahli media
bahan ajar, ahli materi dan guru yang merupakan praktisi lapangan. Alat
yang digunakan untuk mengumpulkan data dari tinjauan ahli adalah
angket.
5.kuisioner Angket
Peneliti menggunakan instrumen kuesioner meliputi dua tahap, yaitu
kuesioner uji ahli dan kuesioner respon siswa instrumen kuesioner uji ahli
digunakan untuk menilai dan mengumpulkan data mengenai kevalidan
produk yang dikembangkan. Sedangkan instrumen kuesioner respon siswa
digunakan untuk mengetahui respon media pembelajaran.
F. Instrumen Penelitian
Data-data yang dibutuhkan pada penelitian ini dikumpulkan dan
diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah worklog, pedoman wawancara dan
lembar angket berikut penjelasan mengenai instrumen penelitian yang dipakai
dalam penelitian ini:
1. Pedoman Tes
Pedoman tes Dalam penelitian ini digunakan sebagai panduan penulis untuk
mengetahui kemampuan awal literasi siwa dalam hal membaca.Berikut
instrumen soal dan penilaiannya.

2. Worklog
Worklog Dalam penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data terkait
proses pengembangan dan hasil dari media ajar. Data yang dikumpulkan
oleh penulis merupakan catatan setiap tahap pengembangan media ajar.
Media ajar ini dikembangkan oleh penulis melalui 5 tahap yaitu: (1)
Analysis (2) Design, (3) Development, (4) Implementation, (5) Evaluation.
3. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara dalam penelitian ini digunakan sebagai panduan
penulis untuk mengarahkan pembicaraan pada topik penelitian. Pedoman
wawancara berisikan daftar pertanyaan yang merupakan gambaran
mendasar yang kemudian akan diajukan oleh penulis kepada narasumber
pedoman wawancara ini digunakan untuk menghimpun data terkait proses
pengembangan media ajar. Wawancara ini ditujukan kepada siswa dalam
proses implementasi media ajar. Pedoman wawancara yang digunakan oleh
penulis mengacu pada LPRI (Learning Object Review Instrumen) yang
dikemukakan oleh Nesbit,Belfer dan Leacock mengenai Aspek dan
penilaian media pembelajaran oleh Wahono (Hajidi,2018,hlm.28-29).
Tabel 3.2 Pedoman wawancara
NO Pertanyaan Jawaban

1 Apakah kamu menyukai pembelajaran


dengan menggunakan media ajar ini?
2 Bagaimana proses pembelajaran ketika
menggunakan media ajar ini?
3 Apakah ada perkembangan ketika
menggunakan media pembelajaran saat
proses kegiatan belajar mengajar?
4 Apakah kalian lebih suka membaca
dengan menggunakan media Pop UP
Book ini?
5 Apakah program Gerakan Literasi
Sekolah ini merupakan solusi untuk
meningkatkan minat baca siswa?
6 Bagaimana tingkat minat baca siswa
sebelum dan sesudah dilaksanakannya
program Gerakan Literasi Sekolah?
7 Apakah ada perubahan pada minat baca
siswa setelah diadakannya program
Gerakan Literasi Sekolah?
8 Apakah ada hambatan dalam
melaksanakan program Gerakan Literasi
Sekolah khususnya dalam meningkatkan
minat baca siswa?

4.Lembar Angket
Teknik data yang digunakan yaitu berupa angket. Menurut Sriyanti (2019:
92) Angket merupakan instrumen penelitian berupa suatu daftar pertayaan atau
Pernyataan secara tertulis yang harus dijawab atau diisi oleh responden sesuai
Petunjuk pengisiannya. Sedangkan menurut Setiana dan Nuraeni (2021: 70)
angket Merupakan suatu cara dalam pengumpulan data atau penelitian mengenai
masalah Yang umumnya banyak menyangkut suatu kepentingan umum (orang
banyak).Pelaksanaan penelitian ini menggunakan angket tertutup dimana
responden Tinggal memilih suatu alternatif jawaban yang telah peneliti sediakan
yaitu Menggunakan skala likert menurut Iskandar (2008: 82) yang akan
digunakan untuk Mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau
kelompok tentang gejala Yang terjadi, hal ini secara spesifik yang telah ditetapkan
oleh peneliti. Angket Tertutup ini diberikan kepada siswa untuk mengetahui data
tentang gerakan literasi Sekolah dan minat baca siswa. Berikut skala untuk
pengukuran angket pada skor 1-4 pada penelitian ini yaitu:

Tabel 3.3 Skala Pengukuran Angket


Keterangan Skor penyataan

Selalu 4
Sering 3
Kadang-kadang 2
Tidak Pernah 1

Mengisi angket, responden memeberi tanda checklist satu diantara empat


Alternatif jawaban yaitu selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), serta
tidak Pernah (TP), skor untuk setiap pertanyaan positif (+) adalah selalu mendapat
skor 4, sering mendapat skor 3, kadang-kadang mendapat skor 2, dan tidak pernah
Mendapat skor 1. Alasan hanya menggunakan kalimat positif dikarenakan kalimat
Positif akan mudah dapat dipahami dan dirasakan oleh para siswa yang dalam
Penelitian ini masih berada pada kelas IV SD.

G. Teknik Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui instrumen
pengumpulan data yaitu worklog, dan pedoman wawancara. Data yang
diperoleh kemudian diolah menjadi data kualitatif berupa deskripsi atau kata
titik sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui angket.
1. Analisis data kualitatif
Data kualitatif melalui worklog dan pedoman wawancara. Data
dari worklog dan pedoman wawancara kemudian dianalisis untuk
mendapatkan gambaran tentang proses pengembangan media ajar yang
dikembangkan oleh penulis. Melalui 3 tahapan menurut miles dan
huberman (dalam sugiyom,2016,hlm.264-252) yaitu (1) reduksi data,
merangkum, memilih, dan memfokuskan data yang dikumpulkan dari
setiap tahap pengembangan media ajar. (2) penyajian data, data dari
setiap pengembangan media ajar yang telah direduksi kemudian
dijabarkan dalam bentuk teks narasi. (3) verifikasi, menarik kesimpulan
dan memverifikasi data dari setiap tahap pengembangan media ajar.
2. Analisis data kuantitatif
Data kuantitatif Dalam penelitian ini didapatkan melalui lembar
angket. Data yang dihasilkan dari lembar angket kemudian dianalisis
untuk mendapatkan gambaran mengenai hasil dari bahan ajar yang
dikembangkan oleh penulis. Skor maksimal dari setiap soal angket
didapatkan dari skala likert. Maka dari itu, jawaban yang digunakan
dalam angket menggunakan skala likert. Sugiyono (2019,hlm.165)
memaparkan bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seorang guru atau sekelompok orang terhadap
suatu fenomena tertentu. Terdapat 5 kategori yang digunakan di mana
dalam setiap kategori memiliki masing-masing skor. Berikut tabel
kategori penilaian skala likert diantaranya:
Tabel 3.4 kategori penilaian sikap likert (validasi ahli)
NO Skor Keterangan

1 5 Sangat baik
2 4 Baik
3 3 Cukup Baik
4 2 Kurang Baik
5 1 Tidak Baik

Keterangan:
P = Presentase hasil Validasi

Setelah menghitung persentase dari lembar validasi, maka akan diperoleh


gambaran mengenai skor kelayakan media ajar titik untuk mendapatkan hasil
kelayakan media ajar maka harus mencarinya dengan dihitung nilai rata-rata
selanjutnya disimpulkan dengan ketentuan skor sebagai berikut:
Tabel 3.5 Kategori kelayakan Media Ajar
NO Presentase Kategori

1 81%-100% Sangat baik


2 61%-80% Baik
3 41%-60% Cukup baik
4 21%-40% Kurang baik
5 0%-20% Tidak baik

Untuk menghitung penilaian soal dalam mengetahui kemampuan awal siswa


dalam literasi, mengacu kepada kisi-kisi soal, berikut pedoman penskoran
instrumen soal untuk siswa.
1.Terdiri dari 10 butir soal
2. Skor maksimal masing-masing butir soal adalah 10
3. Nilai akhir=…
Tabel 3.6 kategori penilaian
Bobot penilaian Nilai Kategori

90-100 4 Sangat baik


80-90 3 Baik
61-79 2 Cukup
>60 1 Tidak baik
DAFTAR PUSTAKA

Anjani, Sri., dkk. 2019. Pengaruh Implementasi Gerakan Literasi Sekolah


terhadap Minat Baca dan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa
Kelas V SD Gugus II Kuta Utara. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia.
3(2): 75.

Ansori, Miksan. 2015. Panduan Analisis Manual Penelitian Kuantitatif. Ngawi:


STIT

Aqid, Zainal 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD/SLB/TK. Bandung:
CV. Yrama Widya.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Astuti, Yuni Puji. 2018. Program Literasi Numerasi di SD Muhammadiyah 1 Kota


Malang [Skripsi]. Malang (ID): Universitasi Muhammadiyah Malang.

Azmi, Nelul. 2019. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di MI Negeri


Kota Semarang Tahun Ajaran 2018/2019 [Skripsi]. Semarang (ID):
Universitas Islam Negeri Walisongo.

Binasdevi, Misbah. 2019. Hubungan Kegiatan Literasi Sekolah dan Motivasi


Belajar melalui Mediasi Kemampuan Berpikir Kritis dengan Prestasi
Belajar Matetmatika Siswa di MI Darul Ulum dan SD Islamic Global
School [Tesis]. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.

Burhan, Nurmala Sari., dkk. 2020. Implementasi Tahap Pembiasaan Gerakan


Literasi Sekolah. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan.5(3): 571.

Dahruji. 2017. Statistik. Pamekasan: Duta Media Publishing.

Damayanti, Lina. 2016. Hubungan Gaya Belajar Siswa dengan Hasil Belajar IPS
Pada Siswa Kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus [Skrpsi]. Semarang (ID): Universitas Negri
Semarang.

Daulay, Dwi Putra. Pelaksanaan Kegiatan Literasi Sekolah pada SMA Negeri 2
Medan [Kertas Karya]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Elendiana, Magdalena. 2020. Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa Sekolah


Dasar. Jurnal Pendidikan dan Konseling. 2(1): 54-60.
Faiza, Nuzulul Nur & Sya’bani, Mohammad Ahyan Yusuf. 2020. Pengaruh
Program Literasi Sekolah terhadap Minat Baca Peserta Didik di SMP
Muhammadiyah 7 Cerme Gresik. Jurnal Pendidikan dan Pemikiran
Keagamaan. 21(2): 210.

Faizah, Dewi Utama., dkk. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah
Dasar. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah.Kemendikbud.

Faradina, Nindya. 2017. Pengaruh Program Gerakan Literasi Sekolah Terhadap


Minat Baca Siswa di SD Islam Terpadu Muhammadiyah An-Najah
Jatinom Klaten. Jurnal Hanata Widya. 6(8).

Anda mungkin juga menyukai