Anda di halaman 1dari 31

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN MINAT BACA

MELALUI GERAKAN LITERASI SEKOLAH PADA PEMBELAJARAN

IPS KELAS VIII DI SMP SWASTA MUHAMMADYAH 55 KANDANGAN

TA 2023/2024

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH:

AGUS FLORI DEVI PURBA

(207260027)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SIMALUNGUN
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar. Siswa yang belajar tanpa

motivasi (atau kurang motivasi) tidak akan berhasil dengan maksimal. Siswa akan

terdorong untuk belajar apabila mereka memiliki motivasi untuk belajar,salah

satunya meningkatkan budaya Literasi. Mengingat hal tersebut, budaya literasi

Indonesia masih tergolong rendah. Buku tidak pernah menjadi prioritas utama

dalam ledakan budaya populer. Faktanya, budaya berbicara dan mendengarkan

lebih mudah diserap orang dari pada membaca.

Literasi merupakan keterampilan penting dalam hidup. Sebagian besar proses

pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi

yang tertanam dalam diri peserta didik memengaruhi tingkat keberhasilannya,

baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Hal yang paling

mendasar dalam praktik literasi adalah kegiatan membaca. Keterampilan

membaca merupakan fondasi untuk mempelajari berbagai hal lainnya.

Kemampuan ini penting bagi pertumbuhan intelektual peserta didik. Melalui

membaca peserta didik dapat menyerap pengetahuan dan mengeksplorasi dunia

yang bermanfaat bagi kehidupannya. Membaca memberikan pengaruh budaya

yang amat kuat terhadap perkembangan literasi peserta didik.

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir

Effendy ( Koran Jakarta : 28/10/2017) bahwa literasi menjadi tolak ukur kemajuan
bangsa dan mendapatkan perhatian dunia internasional. Tinggi rendahnya literasi

suatu bangsa sangat berpengaruh pada kemajuan bangsa.

Penekanan pembelajaran literasi pada membaca dan menulis lebih banyak

diterapkan di Sekolah Dasar (SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama

(SMP/MTs). Pembelajaran literasi yang memuat pembelajaran membaca dan

menulis, pada dasarnya membutuhkan kemampuan peserta didik dalam

mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi. Literasi menjadi hal yang

paling mendasar dan perlu ditanamkan bagi anak didik di sekolah, terutama

peserta didik Sekolah Menengah Pertama. Literasi menjadi sesuatu yang tidak

bisa dilepaskan dari pendidikan karena menjadi sarana untuk mengenal,

memahami, dan mengaplikasikan pengetahuan yang didapat di lingkungan

sekolah ataupun di rumah.

Membaca merupakan hal kunci untuk dapat memperoleh informasi,

membuka dan memperluas wawasan serta pengetahuan seseorang. Penguasaan

literasi di modernisasi kini semakin dibutuhkan. Peserta didik yang kurang

berminat pada literasi akan menimbulkan kerugian pada dirinya sendiri, seperti

terganggunya nilai akademik, kekurangan pemahaman pada bidang ilmu tertentu

karena kesulitan untuk memahami ilmu tanpa adanya minat membaca, dan

plagiarisme bisa terjadi karena pembaca sulit menemukannya Informasi penting

dalam teks yang dibacanya.

Guru sebagai seorang pendidik harus tahu apa yang diinginkan oleh para

sisiwanya. Seperti kebutuhan untuk berprestasi, karena setiap siswa memiliki


kebutuhan untuk berprestasi yang berbeda satu sama lainnya. Tidak sedikit siswa

yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah, mereka cenderung takut gagal

dan tidak mau menanggung resiko dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Meskipun banyak juga siswa yang memiliki motivasi untuk berprestasi yang

tinggi.Siswa memiliki motivasi berprestasi tinggi kalau keinginan untuk sukses

benar-benar berasal dari dalam diri sendiri. Siswa akan bekerja keras baik dalam

diri sendiri maupun dalam bersaing dengan siswa lain.

Sekolah menjadi tempat nyaman jika peserta didik, guru, dan tenaga

kependidikan membiasakan sikap dan kegiatan yang positif. Salah satunya adalah

“kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar

dimulai”,memperbaharui perpustakaan, membuat pojok baca, membuat media

literasi seperti mading . Kegiatan ini dilaksanakan untuk menarik,menumbuhkan,

minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar

pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik.

Hal ini dirasa perlu karena jika minat baca dan keterampilan membaca

rendah, bisa jadi berdampak pada prestasi yang juga rendah. Semakin tinggi minat

baca dan keterampilan membaca seseorang, maka akan semakin cepat informasi

dan pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, jika orang tidak mempunyai minat

untuk membaca otomatis dia tidak akan memiliki keterampilan membaca,

sehingga akan semakin sempit pengetahuannya.

SMP Swasta Muhammadiyah 55 Kandangan,merupakan salah satu sekolah

swasta yang didirikan oleh MUHAMMADIYAH dan dibawah naungan Dinas


Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Simalungun . Sekolah ini terletak di

Nagori Kandangan , Kecamatan Pematang Bandar, Kabupaten Simalungun. Dari

informasi yang telah didapatkan melalui observasi sekolah, siswa-siswi SMP

Swasta Muhammadiyah 55 Kandangan kurang memiliki minat dalam belajar,

terlebih pada literasi . Sebagian besar siswa tidak bisa merangkum hasil dari

bacaan buku, mereka tidak bisa menangkap poin penting dari bacaan mereka. Dan

ada juga yang sama sekali belum mengenal huruf.

Berdasarkan kondisi tersebut, penelitian ini berupaya untuk bisa

menawarkan dan menyajikan kegiatan-kegiatan literasi yang bervariasi dalam

upaya menarik minat para siswa dalam meningkatkan minat membaca . Melalui

gerakan literasi membaca diharapkan para siswa akan dapat mengembangkan dan

merangsang kemampuan literasi membaca mereka, kreativitas, imajinasi, dan juga

pengetahuan mereka khusunya dalam mata Pelajaran IPS.

Dengan menerapkan kegiatan yang tepat dalam upaya peningkatan literasi,

siswa dapat membawa dampak positif di sekolah. Untuk itu, penelitian ini hadir

untuk memberikan pengetahuan-pengetahuan baru terutama terkait dengan

berbagai kegiatan menarik yang dapat diterapkan di sekolah khususnya literasi

membaca. Selain itu penelitian ini juga memberikan tindak lanjut yang dapat

diadopsi oleh sekolah-sekolah lain sebagai upaya menjaga terlaksananya gerakan

literasi membaca secara berkelanjutan di sekolah.

Upaya menumbuhkan minat baca peserta didik melalui gerakan literasi

sekolah belum dilakukan di semua sekolah. Berangkat dari sedikitnya sekolah


yang konsisten menerapkan gerakan literasi sekolah ini, peneliti berusaha meneliti

bagaimana pengaruh gerakan literasi sekolah ini terhadap motivasi belajar dan

minat baca pada Siswa/siswi di SMP Swasta Muhammadiyah 55 Kandangan.

Harapannya hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penerapan

kebijakan gerakan literasi sekolah di sekolah-sekolah lainnya.

1.2. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah yang telah dijabarkan diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Gerakan Literasi Sekolah terhadap motivasi belajar

pada peserta didik kelas VIII Di SMP Swasta Muhammadiyah 55

Kandangan?

2. Bagaimana pengaruh Gerakan Literasi Sekolah dalam meningkatkan

minat membaca peserta didik kelas VIII Di SMP Swasta Muhammadiyah

55 Kandangan?

3. Bagaimana hasil penerapan Gerakan literasi Sekolah terhadap hasil

belajar IPS peserta didik kelas VIII Di SMP Swasta Muhammadiyah 55

Kandangan?

1.3. Pembatasan Masalah

Identifikasi permasalahan di atas terlihat bahwa permasalahan yang terjadi di

kelas VIII cukup kompleks. Dikarenakan keterbatasan kemampuan dan waktu


pada penelitian ini, maka fokus dari penelitian ini adalah pada kelas VIII Di SMP

Swasta Muhammadiyah 55 Kandangan.

1.4. Tujuan

Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin peneliti lakukan

adalah sebagai berikut;

1. Mengetahui pengaruh Gerakan Literasi Sekolah terhadap motivasi belajar

pada Siswa/siswi di SMP Swasta Muhammadiyah 55 Kandangan.

2. Mengetahui pengaruh Gerakan Literasi Sekolah terhadap minat membaca

Siswa/siswi di SMP Swasta Muhammadiyah 55 Kandangan.

3. Mengetahui hasil penerapan Gerakan literasi terhadap hasil belajar IPS

peserta didik kelas VIII di SMP Swasta Muhammadiyah 55 Kandangan.

1.5. Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam proses penelitian ini yakni sebagai

berikut:

1. Manfaat teoritis

a. Untuk menambah tentang pelaksanaan pembelajaran literasi berbasis

digital di sekolah dan pelaksanaan pembelajaran literasi berbasis

digital khususnya model pembelajaran dan hambatannya yang

diterapkan pada mata pelajaran IPS.


b. Penelitian ini dapat megetahui teori-teori yang berkaitan dengan

jenis-jenis Lierasi yang bervariasi

2. Manfaat praktis

Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

berguna dari berbagai pihak antara lain:

a. Bagi peneliti

Penelitian ini memberikan suatu pengalaman dan pengetahuan mengenai

kepemimpinan di lembaga pendidikan yang diketahui dalam program studi

Sejarah

b. Bagi Guru

Dapat Memberikan pengetahuan dan informasi bagi guru-guru mata pelajaran

tentang literasi dalam pembelajaran sehingga mendorong guru untuk lebih

berinovasi dan kreatif dalam menggunakan model pembelajaran literasi

khususnya guru IPS.

c. Bagi lembaga Smp Swasta Muhammadiyah 55 Kandangan.

Penelitian ini dapat Memberikan pengetahuan bagi sekolah tentang pembelajaran

literasi khususnya pada tahap pembelajaran dan sebagai bahan pertimbangan

dalam membuat kebijakan tentang pembelajaran IPS.


BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Kajian Pustaka.

Penelitian yang pernah dilakukan (penelitian yang relevan) sangat penting

dalam sebuah penelitian baru. Hal itu disebabkan benyaknya penelitian yang

hampir sama, sehingga penelitian yang relevan diperlukan sebagai acuan dan tolak

ukur bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Adapun beberapa penelitian sejenis

dan relevan dengan penelitian ini sebagai berikut:

1. Fitria (2019) dalam Journal of Educational Studies dengan judul

penelitian “Reading Interest and Reading Comprehension : A

Correlational Study”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menemukan apakah ada hubungan antara minat baca siswa dan

kemampuan membaca siswa.

2. Faradina (2017) dalam Jurnal Hanata Widya volume 6 nomor 8 dengan

judul penelitian “Pengaruh Program Gerakan Literasi Sekolah

Terhadap Minat Baca Siswa di SMP Islam Terpadu Muhammadiyah

An-Najah Jatinom Klaten” dengan hasil penelitiannya yang

mepaparkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan anatara gerakan

literasi sekolah terhadap minat baca di SMP Islam Terpadu

Muhammadiyah An-Najah Jatinom Klaten.


2.2. Landasan Teori

2.2.1. Konsep literasi

1. Pengertian literasi

Menurut Deklarasi Praha tahun 2003 menyebutkan bahwa

literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam

masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial

yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya). Artinya

makna literasi dapat diartikan bagaimana seseorang berkomunikasi

dengan yang lainnya dalam lingkungan masyarakat.

mengemukakan bahwa literasi merupakan proses yang kompleks

yang melibatkan pengetahuan sebelumnya, budaya, dan

pengalaman untuk mengembangkan pengetahuan baru dan

pemahaman yang lebih dalam.

Kegiatan literasi dapat dilakukan dimanapun, baik di kelas

maupun di luar kelas. Pada dasarnya kegiatan literasi bertujuan

untuk memperoleh keterampilan informasi, yakni mengumpulkan,

mengolah, dan mengomunikasikan informasi. Kecakapan menggali

dan mene-mukan informasi menjadi keterampilan yang perlu

dikuasai oleh para siswa.

UNESCO dalam Aijaz Ahmed Gujjar mengungkapkan bahwa

literasi dapat mengembangkan kepribadian diri dalam hal etika dan


sikap. Apabila kepribadian diri dalam etika dan sikap sudah

muncul dan termapankan pada setiap individu.

2. Komponen Literasi

Menurut Ferguson dalam Kemendikbud (2016, h.8)

komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar,

literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi dan literasi

visual. Komponen literasi informasi tersebut dijelaskan sebagai

berikut :

a) Literasi dini (EarlyLiteracy) yaitu kemampuan untuk

menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi

melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh

pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya

di rumah.

b) Literasi Dasar (BasicLiteracy), yaitu kemampuan untuk

mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan

menghitung (counting) menggambarkan informasi

(drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan

kesimpulan pribadi.

c) Literasi Perpustakaan (LibraryLiteracy), antara lain

memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi

dan nonfiksi..
d) Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk

mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti

media cetak, media elektronik (media radio, media televisi),

media digital (media internet), dan memahami tujuan

penggunaannya.

e) Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu

kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti

teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak

(software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan

teknologi)

f) Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman

tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi,

yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar

dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara

kritis dan bermartabat.

Melihat komponen-komponen di atas sudah sepatutnya setiap individu

harus memiliki kemampuan yang baik dalam literasi. Keenam komponen literasi

tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain dalam pelaksanaan literasi di sekolah.

Pemangku kepentingan yang ada disekolah memiliki peran penting untuk

memfasilitasi semua komponen literasi yang ada. Komponen literasi yang dapat

dikembangkan pada setiap peserta didik, akan mampu menciptakan lingkungan

yang literat. Hal ini akan menunjang keberhasilan penerapan pendidikan literasi.
2.2.2. Gerakan Literasi Sekolah

Gerakan literasi sekolah memiliki hakikat, tujuan, aspek

dan tahapan. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pengertian,

tujuan, aspek dan tahapan gerakan literasi sekolah.

1. Pengertian Gerakan Literasi Sekolah

Menurut Kemdikbud (2016, h.7) Gerakan Literasi Sekolah

merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif

dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala

sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite

Sekolah, orang tua/wali murid), akademisi, penerbit, media

massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat

merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll), dan

pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Gerakan Literasi Sekolah adalah gerakan sosial dengan

dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh

untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta

didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit

membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah

membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau

target sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk,


selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan

pembelajaran (Kemdikbud, 2016, h.7).

Gerakan literasi sekolah harus mendapatkan perhatian dan

apresiasi tersendiri oleh semua pihak, karena gerakan tersebut

senantiasa mendorong partisipasi masyarakat dalam beragam

aktivitas pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

melalui kebiasaan membaca dan menulis, yang pada akhirnya

akan memberikan dampak pada masyarakat dan bangsa kita

sendiri.

2. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah

Ditjen Dikdasmen (2016, h.4) menyatakan bahwa kegiatan

literasi dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan

membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik.

Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan

lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap

perkembangan siswa. Terobosan penting ini hendaknya

melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang

pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten,

hingga satuan pendidikan. Pelibatan orang tua siswa dan

masyarakat juga menjadi komponen penting dalam Gerakan

Literasi Sekolah.
Tujuan umum gerakan literasi sekolah adalah menumbuhkembangkan budi

pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang

diwujudkan dalam gerakan literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar

sepanjang hayat.

3. Prinsip-Prinsip Gerakan Literasi Sekolah

Menurut pandangan Beers dalam Kemdikbud (2016, h.11)

praktik- praktik yang baik dalam gerakan literasi sekolah

menekankan pada enam prinsip yang menjadi acuan yaitu:

1) Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap

perkembangan yang dapat diprediksi. Tahap

perkembangan anak dalam belajar membaca dan

menulis saling beririsan antar tahap perkembangan

2) Program literasi yang baik bersifat berimbang. Sekolah

yang menerapkan program literasi berimbang

menyadari bahwa tiap peserta didik memiliki kebutuhan

yang berbeda.

3) Program literasi terintegrasi dengan kurikulum.

Pembiasaan dan pembelajaran literasi disekolah adalah

tanggung jawab semua guru di semua mata pelajaran

sebab pembelajaran mata pelajaran apapun

membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis.


4) Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun.

Misalnya, ‘menulis surat kepada presiden’ atau

‘membaca untuk ibu’ merupakan contoh-contoh

kegiatan literasi yang bermakna.

5) Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan. Kelas

berbasis literasi yang kuat diharapkan memunculkan

berbagai kegiatan lisan berupa diskusi tentang buku

selama pembelajaran di kelas.

6) Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran

terhadap keberagaman. Warga sekolah perlu

menghargai perbedaan melalui kegiatan literasi di

sekolah. Bahan bacaan untuk peserta didik perlu

merefleksikan kekayaan budaya Indonesia agar mereka

dapat belajar pada pengalaman multicultural.

4. Aspek-Aspek Gerakan Literasi Sekolah.

Untuk mengukur sejauh mana kualitas program gerakan sekolah ini

diperlukan indikator-indikator yang dapat menjadi tolok ukur penerapan

gerakan literasi di jenjang-jenjang pendidikan tertentu. Berdasarkan Buku

Panduan Gerakan Literasi Sekolah pada jenjang SMP yang diterbitkan

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud, penyusunan

instrumen penelitian gerakan literasi sekolah berpedoman pada indikator-

indikator pada tahap pembiasaan dan tahap pengembangan, karena


pelaksanaan gerakan literasi sekolah belum sampai pada tahapan paling

tinggi yaitu tahap pembelajaran.

5. Tahap Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah

Tahapan gerakan literasi sekolah menurut Kemdikbud dalam

(2017, h.281) terdapat tiga tahapan dalam pelaksanaan gerakan

literasi sekolah, diantaranya;

a) Tahap ke-1: Pembiasaan kegiatan membaca yang

menyenangkan di ekosistem sekolah. Pembiasaan ini

bertujuan menumbuhkan minat terhadap bacaan dan

kegiatan 15 menit membaca dalam diri warga sekolah.

Penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental

bagi pengembangan kemampuan literasi peserta didik.

b) Tahap ke-2: Pengembangan minat baca untuk

meningkatkan kemampuan literasi. Kegiatan literasi

pada tahap ini bertujuan mengembangkan kemampuan

memahami bacaan dan mengaitkannya dengan

pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah

kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan

menanggapi bacaan pengayaan.

c) Tahap ke-3: Pembelajaran berbasis literasi. Kegiatan

literasi pada tahap ini bertujuan mengembangkan

kemampuan memahami teks dan mengaitkannya


dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis dan

mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif.

Kegiatan ini dapat dilakukan melalui kegiatan

menanggapi buku teks bacaan pengayaan dan buku

pelajaran. Dalam tahap ini, ada tagihan yang sifatnya

akademis (terkait dengan mata pelajaran).

2.2.2. Motivasi Belajar

1. Pengertian motivasi

Menurut Sudarwan (2002:2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan,

kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong

seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan

apa yang dikehendakinya.

Motivasi dapat dijelaskan sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku

tertentu. Dalam konsep ini, siswa akan berusaha mencapai satu tujuan karena

dirangsang oleh manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh. Motivasi siswa

tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses,

meskipun dihadang berbagai kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui

intensitas untuk kerja dalam melakukan suatu tugas.

Motivasi juga dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat

menimbulkan tingkat kemauan dalam melaksanakan suatu kegiatan.Kemauan baik

yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun

dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki
individu akan banyak menentukan kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik

dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.

2. Pengertian belajar

“Belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksud belajar berarti

usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada

individu-individu yang belajar”.

3. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan motivasi yang diterapkan dalam kegiatan

belajar mengajar dengan keseluruhan pergerakan psikis dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, menjalin kelangsungan belajar dalam mencapai

satu tujuan. Motivasi belajar mempunyai peran penting dalam memberi

rangsangan, semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga mempunai

motivasi yang tinggi, mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakn proses

pembelajaran.

2.2.3. Minat Membaca.

1. Pengertian minat

Minat dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti kesukaan atau

kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, hal ini ada sesuatu yang

ditimbulkan baik dalam maupun luar untuk menyukai sesuatu. Erhan sayu

menyatakan bahwa minat adalah rasa suka dan tertarik pada suatu hal atau

aktivitas tanpa ada yang menyuruh dan bisa diartikan juga kerelaan seseorang

untuk melakukan sesuatu yang disukai.


2. Jenis-Jenis Minat

a. Minat yang diekspresikan (expressed interest)

Seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihan dengan kata-

kata tertentu. Minsal seseorang mungkin menyatakan bahwa dirinya

tertarik dalam mengumpulkan mata uang logam, prangko dan lain-lain.

b. Minat diwujudkan (manifest interest)

Seseorang yang mengungkapkan minat bukan kata-kata melainkan

dengan tindakan atau perbuatan, yaitu ikut serta dan berperan aktif dalam

suatu bagian, minsal kegiatan olah raga pramuka dan lainnya yang

menarik perhatian.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca

Minat pada seseorang yang akan suatu obyek atau hal tertentu tidak akan

mucul dengan sendirinya secara tiba-tiba dalam diri individu. Minat dapat timbul

pada diri sesorang melalui proses. Dengan adanya perhatian dan interaksi dengan

lingkungan maka minat tersebut dapat berkembang. Popy Armaini menjelaskan

faktor internal yang menimbulkan minat meliputi faktor fisik (jasmani) dan faktor

psikis yang meliputi perhatian, perasaan tertarik, perasaan senang, motivasi,

harapan, dan kebutuhan. Sedangkan faktor internal meliputi faktor lingkungan

sosial (lingkungan masyarakat dan lingkungan keluarga) dan faktor lingkungan

non sosial (lingkungan sekolah).

4. Cara Meningkatkan Minat Membaca


a) Memberikan arahan atau bimbingan terhadap yang hendak di tinjau

dengan rasa aman.

b) Menyusun dan mengurutkan isi dari pembelajaran.

c) Menyusun dan mempersiapkan materi pengajaran serta

merencanakan atau menyusun berbagai strategi yang akan

digunakan.

d) Selanjutnya mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk berinteraksi

sama siswa selama jam pelajaran berlangsung. Memberikan

motivasi dan mempertimbangkan setiap orang atau perindividu

ketika memilih tujuan pembelajaran seperti isi dari pembelajaran,

strategi-strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran dan

persyaratan-persyaratan yang akan dibutuhkan.

2.2.4. Konsep Tentang Pembelajaran IPS

1. Pengertian Pembelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu

sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial

terkait yang diorganisasikan, disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan

pendidikan pada tingkat dasar dan menengah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial yang dirumuskan atas

dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan

interdisipliner dari aspek-aspek cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah,

ekonomi, geografi, politik, hukum, dan budaya). IPS merupakan bagian dari

kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial:
sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi

sosial.

2. Tujuan Pembelajaran IPS

Tujuan utama ilmu pengetahuan ialah untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di

masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala

ketimbangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang

terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya maupun yang menimpa

Masyarakat

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dalam ranah

penelitian studi kasus. Menurut Gall dkk (2003), penelitian studi kasus

merupakan metode penelitian berfokus pada sebuah fenomena untuk dikaji atau

dideskripsikan secara mendalam. Dalam hal ini, peneliti mengkaji sebuah

fenomena tentang implementasi gerakan literasi membaca bagi siswa SMP

SWASTA MUHAMMADIYAH 55. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu


observasi dan wawancara. Peneliti melaksanakan observasi terkait Upaya

meningkatan minat baca melalui pelaksanaan gerakan literasi di sekolah tersebut.

Selain itu, peneliti menerapkan beberapa metode-metode atau kegiatan penunjang

untuk mendukung upaya gerakan literasi membaca. Wawancara juga dilaksanakan

untuk mengetahui perspektif siswa terkait kegiatan peningkatan minat membaca.

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif, karena data-data yang akan dikumpulkan merupakan data yang bersifat

deskriptif karena berdasarkan kasus yang akan diteliti yaitu upaya peningkatan

motivasi belajar dan minat baca melalui gerakan literasi sekolah pada

pembelajaran di SMP. Metode kualitatif sering disebut dengan metode penelitian

nautralistik karena penelitian dilakukan pada kondisi yang alamiah.

Pendekatan ini ditunjukkan untuk menumbuhkan jawaban atau informasi

yang valid terkait masalah yang akan peneliti teliti secara alamiah. Pendekatan

kualitatif ini bertujuan untuk mengungkapkan fakta yang terjadi secara real atau

apa adanya berdasarkan kondisi dan situasi yang terjadi atau keadaan yang

sesungguhnya tanpa adanya rekayasa, dalam hal ini terkait dengan strategi guru

dalam meningkatkan minat baca siswa melalui gerakan literasi sekolah di sekolah

dasar.

3.2. Kehadiran Penelitian

Peneliti dalam penelitian kualitatif, berperan sebagai instrument kunci

sekaligus sebagai pengumpul data sehingga dilokasi peneliti mutlak diperlukan.


Dalam penelitian kualitatif peneliti akan terjun langsung kelapangan dan sebab

peneliti akan lebih banyak berbicara tentang fenomena - fenomena atau realita

yang ada dilapangan. Dari itu kehadiran peneliti sangat diperlukan dalam

penelitian kualitatif, karena berhasil dan tidaknya proses penelitian tergantung

oleh peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, Peneliti dilapangan bertujuan untuk

mendapatkan data-data yang akurat mengenai hal-hal yang ingin diperoleh dan

dicapai oleh peneliti.

3.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di SMPS Muhammadiyah 55 Kandangan. Peneliti

menentukan lokasi penelitian tersebut berdasarkan ke fokus penelitian yang telah

dirancang serta dilatar belakangi oleh karakteristik yang ada di sekolah. Penelitian

dilakukan di SMP Swasta Muhammadiyah 555 Kandangan ,Kecamatan Pematag

Bandar, Kabupaten Simalungun. Peneliti memilih sekolah ini karena gerakan

literasi sekolah di sekolah dasar ini sedang di jalankan. Selain itu, lokasinya

sekolah tersebut masih mudah dijangaku.

3.4. Sumber Data

Dalam penelitian, sumber data merupakan subjek dari mana data yang

diperoleh. Sumber data yang ada didalam melakukanpenelitian kualitatif adalah

kata-kata, tindakan, dan selebihnya data tambahan seperti dokumentasi dan lain-

lain. Bila dilihat dari sumber datanya yang digunakan peneliti, untuk menganalisis

pelaksanaan penelitian yaitu berupa data primer dan data sekunder.

3.5. Prosedur Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu: observasi, wawancara,

dan dokumentasi. Peneliti melakukan observasi untuk memperoleh data yang

dibutuhkan secara lebih mendalam. Oleh karena itu peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data saat di lapangan sebagai berikut:

3.5.1. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap

unsur-unsur yang tampak dalam suatu objek penelitian. Obsevasi adalah salah satu

metode utama dalam sebuah penelitian.

Penelitian yang digunakan adalah, observasi non partisipasi yaitu dimana

peneliti tidak ikut pada semua kegiatan yang dilaksanakan melainkan disini

peneliti hanya sebagai pengamat proses pembelajaran melalui gerakan literasi

sekolah.

Adapun dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi karena peneliti

ingin melihat secara langsung pada situasi dan kondisi yang nyata atau real

keadaanya. Untuk melihat bagaimana guru dalam mengkondisikan siswanya

dalam pembelajaran dan menyusun strategi-strategi dalam pembelajaran

berlangsung, sedangkan hal-hal yang peneliti observasi adalah peningkatan

motivasi belajar dan minat baca melalui gerakan literasi sekolah pada

pembelajaran di SMP.

3.5.2. Wawancara

Wawancara merupakan interaksi dua orang untuk mendapatkan informasi

melalui tanyajawab dengan cara tatap muka secara langsung. Sedangkan menurut
Radilla wawancara merupakan dialog yang dilakukan seorang pewawancara untuk

mendapatkan informasi mengenai gerakan literasi sekolah dari orang yang di

wawancarai. Peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur digunakan

sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpulan data telah

mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena

itu dalam melakukan wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan instrument

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif yang jawabannya

telah disiapkan.

Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan

yang sama dan pengumpulan data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini

pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai

pengumpulan data.

Seperti penjelasan diatas, peneliti menggunakan teknik wawancara

terstruktur pada guru, kepala sekolah, dan sebagian peserta didik yang

mewakilinya. Sebelum melakukan wawancara peneliti menyiapkan instrumen

penelitian terlebih dahulu, instrumen yang digunakan peneliti yaitu pedoman

wawancara, dalam pedoman wawancara ini memuat beberapa pertanyaan yang

akan dijawab oleh responden.

Tujuan wawancara yang dilakukan oleh peneliti ini adalah agar peneliti

memperoleh informasi tentang bagaimana minat baca siswa-siswi di sekolah

tersebut terhadap pembelajaran IPS. Wawancara dilakukan pada sumber data

yang terkait mengenai di sekolah, oleh karena itu dalam melakukan wawancara
ada beberapa sumber data yang terkait yaitu guru kelas, kepala sekolah, wali

kelas, guru perpustakaan, dan siswa di SMPS Muhammadiyah 55 Kandangan.

3.5.3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan

data dengan mencari data seperti catatan transkip, data guru, data karyawan, data

siswa, letak geografis dan jumlah guru-guru siswa dan juga perkembangan

sekolah lainnya. Melalui metode ini peneliti akan memperoleh informasi yang

lebih relevan dengan penelitian ini, karena melalui observasi dan wawancara saja

belum rerasa cukup lengkap. Jadi perlu adanya suatu penambahan dan penguatan

bukti data dari sumber lainya yaitu data dokumentasi dalam penelitian ini yaitu

untuk memperoleh data-data seperti di SMP Swasta Muhammadiyah 55

Kandangan.

Dokumentasi yang di kumpulkan dalam penelitian ini berupa buku-buku

yang sering di gunakan dalam pelaksanaan literasi, dokumentasi selama kegiatan

belajar dan penelitian, mading kelas sebagai fasilitas penunjang literasi siswa,

poster-poster di sekitar lingkungan sekolah dan beberapa sudut baca yang di

kembangkan pihak sekolah, data-data mengenai data sekolah dan keadaan guru

dan siswa. Selain itu sarana dan prasarana yang mendukung dalam meningkatkan

minat baca siswa melalui gerakan literasi sekolah di SMP Swasta Muhammadiyah

55 Kandangan.

3.6. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menurut

Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaksi dan berlangsung secara terus menerus sampai

tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu, reduksi

data, penyajian data, dan menarik kesimpulan.

3.6.1. Reduksi Data (Data Reduction)

Kegiatan reduksi adalah proses penyederhanaan, mengklasifikasikan, serta

mentrasformasikan data yang masih mentah berupa catatan tertulis maupun secara

lisan yang telah dikumpulkan di lapangan selama proses penelitian berlangsung.

Ketika data yang diperoleh dari lapangan yang jumlahnya cukup banyak, maka

perlu dicatat secara rinci dan teliti.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memilih dan memilah data serta

informasi yang menjadi pokok dan fokus penelitan yang dapat mempertajam

gambaran tentang hasil yang telah diperoleh. Dengan mereduksi suatu data,

peneliti memilih untuk memfokuskan pada hal-hal yang penting yaitu tentang

upaya meningkatkan Motivasi belajar dan minat baca siswa melalui gerakan

literasi sekolah di di SMP Swasta Muhammadiyah 55 Kandangan. agar bisa

memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti dalam pengumpulan

data.

3.6.2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data.

Untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari


penelitian ini, maka penyajian data dapat dilakukan dengan matriks, bagan, uraian

singkat, grafik dan lain-lain.

Dengan demikian peneliti bisa menguasai data-data tersebut. Langkah

selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti setelah mereduksi data adalah peneliti

akan memaparkan hasil temuan selama melakukan penelitian disekolah. Mulai

dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pada tahap ini penyajian data

bertujuan untuk penyajian data hasil berupa rangkuman, uraian singkat, maupun

hubungan antara kategori. Berdasarkan jenis metode penelitian maka data harus

disajikan dalam bentuk teks narasi atau deskriptif.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y., Mulyati, T., Yunansah, Hana..(2017). Pembelajaran Literasi :

Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan

Menulis. Jakarta Timur: Bumi Aksara.

Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah: Menumbuhkan Budaya Literasi di Sekolah.

(2016). Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Tri Wulandari (2019) .Pengaruh gerakan literasi sekolah terhadap minat baca

dan keterampilan membaca siswa sma n 1 purworejo. Semarang , ( jurnal Kripsi)

Wahyu Mardaning Hardiyanti, Atiqa Sabardila penerapan jurnal pembiasaan

literasi membaca di smp negeri 1 mojogedang Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.(2018).

Anda mungkin juga menyukai